Anda di halaman 1dari 43

MODUL

MATA KULIAH SPESIALITE


ALAT KESEHATAN

DI SUSUN OLEH:
WEMPI EKA RUSMANA, S.Farm., M.M., Apt

POLITEKNIK PIKSI GANESHA


BANDUNG
2016
ii
Daftar isi

Cover ....................................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................. ii
Pendahuluan ............................................................................................................ 1
Capaian pembelajaran ............................................................................................. 2
Sub capaian pembelajaran....................................................................................... 2
Pokok-pokok materi ................................................................................................ 3
Materi 1. Definisi dan Pentingnya Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan ................................................................................................................ 4
Materi 2. Prosedur Management dan Distribusi Perbekalan Farmasi .....................
8
Materi 3. Alur Pengelolaan Sediaan Farmasi........................................................ 13
Materi 4. Alur Pengelolaan Alat Kesehatan.......................................................... 15
Materi 5. Teknik, Prinsip, dan Prosedur Pembuatan Sediaan Farmasi ................. 20
Materi 6. Jenis dan Manfaat Penggunaan Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan
............................................................................................................................... 23
Rangkuman ........................................................................................................... 39
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 40

ii
Pendahuluan
Dalam pelayanan kefarmasian seorang tenaga teknis kefarmasian harus memahami
tentang konsep dan prosedur manajemen pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan. Manajemen pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan secara
menyeluruh meliputi perencanaan pengadaan, pembelian sediaan farmasi dan
alkes, penyimpanan, distribusi, pelaporan sampai dengan pemusnahan. Selain itu
juga harus memahami teknik, prinsip, dan prosedur pembuatan sediaan farmasi
yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok. Serta menguasai jenis dan
manfaat penggunaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan. Modul berjudul
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes ini membahas tentang prosedur
manajemen pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan secara menyeluruh
dari perencanaan pengadaan, pembelian sediaan farmasi dan alkes, penyimpanan,
distribusi, pelaporan sampai dengan pemusnahan.

Tujuan dari pembuatan modul ini adalah agar peserta pendidikan pelatihan dapat
a. Mengetahui dan memahami konsep dan prosedur manajemen pengelolaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
b. Mengetahui dan memahami teknik, prinsip, dan prosedur pembuatan sediaan
Farmasi yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok.
c. Menguasai jenis dan manfaat penggunaan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan.

Modul ini merupakan rangkaian dari modul farmakologi obat, pelayanan resep,
dan pengelolaan obat HIV-AIDS dan vaksin.

Modul ini relevan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor.51


Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian terutama untuk tenaga teknis
kefarmasian yang berkaitan dengan pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan di apotek dan rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan
distribusi serta pemusnahan.

1
Proses pembelajaran untuk modul Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes yang
sedang anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila anda
mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut :
1. Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai dari
tahap awal sampai akhir.
2. Pelajari terlebih dahulu seluruh materi yang ada pada modul
3. Kerjakan tugas dan soal-soal tes yang telah tersedia
4. Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam materi ini tergantung
kepada kesungguhan anda dalam mengerjakan tugas dan tes. Untuk itu
anda harus berlatih secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat, baik kasus dari modul maupun kasus lain yang pernah anda
ketahui.
5. Bila anda mengalami kesulitan, silahkan hubungi instruktur pembimbing
atau fasilitator yang mengajar materi ini.

Capaian pembelajaran
1. Mengetahui dan memahami konsep dan prosedur manajemen pengelolaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
2. Mengetahui dan memahami teknik, prinsip, dan prosedur pembuatan
sediaan farmasi yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok.
3. Menguasai jenis dan manfaat penggunaan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan.
Sub capaian pembelajaran
a. Peserta dapat menguasai konsep teoritis dan prosedur manajemen
pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
b. Peserta dapat menguasai konsep alur pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
c. Peserta dapat menguasai teknik, prinsip, dan prosedur pembuatan sediaan
farmasi yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok.
d. Peserta dapat menguasai jenis dan manfaat penggunaan perbekalan farmasi
dan alat kesehatan.

2
Pokok-pokok materi
a. Bagaimana konsep teoritis dan prosedur managemen perbekalan Farmasi ?
Secara teoritis manajemen pengelolaan sediaan farmasi adalah mulai dari
perencanaan pengadaan, pembelian sediaan farmasi dan alkes, penyimpanan,
distribusi, pelaporan sampai dengan pemusnahan.
Untuk mempelajari materi c yang lebih detail dapat dibuka di link
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20Nomor%2036%20T
ahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf
b. Bagaimanakah prosedur distribusi perbekalan Farmasi?
Prosedur distribusi perbekalan farmasi pada intinya ada dua yaitu distribusi
dengan resep atau tanpa resep. Prosedur yang harus difahami oleh seorang
tenaga teknis adalah pelayanan obat tunai/kredit dengan resep dokter dan
pelayanan obat non resep.
c. Bagaimana konsep alur pengelolaan sediaan Farmasi dan alat kesehatan?
Konsep alur pengelolaan sediaan Farmasi dan alat kesehatan dimulai dari
persiapan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pengawasan, dan
pencatatan perbekalan farmasi dan alat kesehatan.
Untuk mempelajari materi c yang lebih detail dapat dibuka di link
http://aspak.yankes.kemkes.go.id/beranda/wp-
content/uploads/downloads/2016/01/Pedoman-Pengelolaan-Peralatan-
Kesehatan2.pdf
d. Bagaiman teknik, prinsip, dan prosedur pembuatan sediaan Farmasi?
Teknik, prinsip dan prosedur pembuatan sediaan farmasi yang perlu dipahami
oleh tenaga teknis kefarmasian adalah terkait pembuatan sediaan farmasi di
apotek, rumah sakit maupun industri farmasi.
Untuk mempelajari materi d yang lebih detail dapat dibuka di link
file:///C:/Users/User/Downloads/KMK%20No.%201197%20ttg%20Standar
%20Pelayanan%20Farmasi%20Di%20RS.pdf
e. Apa saja jenis dan manfaat penggunaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan?

3
Jenis-jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan digunakan untuk menunjang
kinerja tenaga teknis kefarmasian dalam pembuatan sediaan farmasi dan
memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien.
Untuk mempelajari materi e yang lebih detail dapat dibuka di link
https://www.medicalogy.com/blog/gambar-alat-kesehatan-beserta-fungsinya/

Materi 1. Definisi dan Pentingnya Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat


Kesehatan

Sebelum kita pelajari apa yang dinamakan dengan pengelolaan sediaan


farmasi dan alkes, mari kita lihat dulu apa definisi dari sediaan farmasi dan alkes.
Menurut Undang Undang Kesehatan Nomor.36 Tahun 2009 sediaan farmasi
adalah Obat, bahan Obat, obat tradisional dan kosmetika. Sedangkan alat
kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Pengelolaan merupakan suatu proses dengan maksud untuk mencapai
suatu tujuan tertentu, yang dilakukan secara efektif dan efisien. Salah satu
pengelolaan yang dilakukan dalam bidang farmasi terutama di apotek ataupun
instalasi farmasi rumah sakit adalah pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan (persediaan atau inventory). Sediaan farmasi menacakup obat, bahan
obat, obat tradisional, serta kosmetika. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk mempertahankan jumlah persediaan
pada tingkat atau jumlah yang dikehendaki.
Sediaan farmasi dan alat kesehatan (persediaan) harus dikelola dengan
baik, karena persediaan merupakan salah satu investasi yang membutuhkan modal
besar, mempengaruhi pelayanan kepada pasien, dan mempunyai pengaruh pada
fungsi pemasaran dan keuangan.
Keuntungan atau laba dari hasil penjualan (pelayanan) yang maksimal
dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan dengan persediaan.
Persediaan yang minimal dapat dicapai dengan melakukan pembelian dalam
4
jumlah kecil,

5
sedangkan untuk meminimalkan biaya pengadaan dapat dicapai dengan melakukan
pembelian dalam jumlah besar dan frekuaensi yang jarang. Persediaan yang terlalu
kecil akan meningkatkan resiko hilangnya kesempatan untuk melayani persediaan
yang dibutuhkan konsumen (pasien), sehingga akan mengurangi laba, sedangkan
persediaan yang terlalu besar akan meningkatkan dana investasi, menjadikan
prosentase laba lebih kecil, dan meningkatnya resiko seperti kerusakan sediaan
farmasi dan alat kesehatan ataupun kadaluarsa.
Kelebihan persediaan akan menaikkan biaya pengelolaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang pada akhirnya akan menurunkan perolehan laba.
Kekurangan persediaan (stock out) juga merugikan perusahaan karena tidak
terpenuhinya permintaan atau kebutuhan konsumen. Oleh karena itu persediaan
harus diatur dalam jumlah yang masih dapat memenuhi permintaan atau kebutuhan
konsumen, namun dapat meminimalkan biaya.
Secara umum ada beberapa alasan memiliki persediaan yaitu :
a. Untuk memenuhi permintaan pasien yang tidak selalu tetap sehingga
meminimalkan pengaruh dari ketidakpastian permintaan dengan memiliki
persediaan pengamanan (safety stock)
b. Untuk menanggulangi adanya lead time, yaitu jeda waktu antara waktu
pemesanan dengan waktu datangnya pesanan tersebut.
c. Untuk menyeimbangkan ataupun meminimalkan biaya pemesanan dengan
penyimpanan
d. Untuk memanfaatkan adanya diskon dari PBF
e. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa mendatang
Pengelolaan persediaan sering kali berhadapan dengan beberapa permasalahan

dasar dalam persediaan, yaitu :

a. Berapa banyak sediaan yang akan dipesan

b. Kapan waktu harus melakukan pemesanan

c. Pada stok pengamanan berapa sediaan harus sudah dipesan kembali

d. Bagaimana mengendalikan sistem persediaan

6
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dikelola dengan
sistem pengelolaan yang profesional. Persediaan yang ada harus dapat menunjang
fungsinya sebagai unit pelayanan kesehatan dengan menyediakan sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang aman, mutu terjamin, dan mendorong pemakaian obat
yang rasional. Di sisi lain, persediaan tersebut juga harus dikelola dengan baik
sehingga terhindar dari hal-hal yang merugikan seperti mengurangi stok kosong,
stok berlebih, obat kadaluwarsa, dan sebagainya yang pada akhirnya dapat
memberikan keuntungan sebagai sebuah institusi bisnis atau unit usaha seperti
apotek, rumah sakit ataupun klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku meliputi : perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, dan pelayanan.
Dalam pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, jika stok terlalu
kecil, maka akan ada kemungkinan permintaan yang tidak dapat terpenuhi
sehingga konsumen/pasien akan menjadi tidak puas, dan kesempatan
mendapatkan keuntungan akan hilang. Selain itu, diperlukan tambahan biaya
untuk mendapatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan waktu cepat untuk
memenuhi permintaan konsumen/pasien. Begitu juga jika stok persediaan terlalu
besar, maka akan meningkatkan dana investasi, biaya penyimpanan terlalu tinggi,
menjadikan persentase laba menjadi lebih kecil, kemungkinan sediaan farmasi dan
alat kesehatan menjadi rusak atau kadaluawarsa, ada risiko jika ada penurunan
harga, dan risiko kehilangan semakin besar.
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang efektif adalah
mengoptimalkan dua tujuan, yaitu memperkecil total investasi pada persediaan,
namun tetap mampu menjual atau menyediakan berbagai produk yang benar untuk
memenuhi permintaan konsumen/pasien. Pengendalian sediaan farmasi dan alat
kesehatan dapat dicapai jika mampu menentukan :
a. Berapa banyak item sediaan farmasi dan alat kesehatan yang akan
dipesan pada satu kali pemesanan kepada PBF
b. Kapan dilakukan pemesanan ulang terhadap item tersebut

7
c. Mana dari item obat-obat yang ada yang memerlukan dilakukan
pengawasan secara lebih ketat
Tujuan dari pengendalian pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah :
a. Mencegah dari kerugian
Persediaan dapat mencegah dari kerugian karena dapat melindungi dari
berbagai fluktuasi dari permintaan dan penawaran. Jika distribusi atau
pengiriman obat dari supplier terlambat atau permintaan tiba-tiba
meningkat seperti pada kasus penyakit epidemik tertentu, maka sistem
persediaan yang baik dapat melindungi persediaan dari stok kosong.
b. Meminimalkan waktu tunggu
Sistem persediaan dapat meningkatkan ketersediaan dari sediaan farmasi
dan alat kesehatan secara optimal, sehingga pelayanan kesehatan dapat
ditingkatkan.
c. Meningkatkan efisiensi transportasi
Biaya transportasi akan meningkat jika tidak ada sistem persediaan atau
stok d. Mengantisipasi fluktuasi
Fluktuasi akan permintaan sulit untuk diprediksi, dengan sistem
pengelolaan persediaan yang baik dapat mengantisipasi kenaikan
permintaan yang tidak menentu.
Masalah yang sering muncul dari pengendalian persediaan adalah
bagaimana cara menyeimbangkan antar pengaturan persediaan yang ada dan biaya
- biaya yang ditimbulkannya. Biaya tersebut dapat berupa :
a. Biaya penyimpanan (Holding Cost)
Biaya yang terkait dengan penyimpanan persediaan diantaranya adalah
1) Biaya fasilitas penyimpanan (penerangan, exhaust fan, cold
storage)
2) Biaya risisko kerusakan atau kecurian
3) Biaya keusangan
4) Biaya asuransi
5) Biaya pajak
6) Biaya pengelolaan atau administrasi penyimpanan

8
b. Biaya pemesanan (Order Cost)
Biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah item sediaan yang
dipesan setiap kali pemesanan, namun dipengaruhi oleh frekuensi
pesanan per periode. Dalam artian semakin sering melakukan
pemesanan, maka semakin besar pula total biaya pemesanannya. Setiap
kali suatu sediaan dipesan, maka akan menanggung biaya pemesanan,
antara lain :
1) Biaya telepon
2) Biaya pemeriksaan penerimaan sediaan
3) Biaya pengiriman ke gudang
c. Biaya kekosongan (Shortage Cost)
Biaya ini terjadi jika persediaan tidak mencukupi permintaan atas
sediaan tersebut, yang meliputi :
1) Kehilangan penjualan
2) Kehilangan langganan
3) Adanya biaya karena pemesanan khusus
4) Biaya administrasi

Materi 2. Prosedur Management dan Distribusi Perbekalan Farmasi


a. Management Perbekalan Farmasi oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
1) Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
- Memeriksa ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di
unit kerja
- Memeriksa persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
yang mendekati kadaluarsa
- Membuat usulan penanganan obat yang mendekati kadaluarsa
2) Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
- Mengusulkan kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di
dunia kerja

9
- Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan
permintaan dari apotekker
3) Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
- Menerima sediaan farmasi/perbekalan kesehatan dan memeriksa
kesesuaian pesanan
- Memeriksa keadaaan fisik sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
- Membuat bukti penerimaan
- Membimbing AA muda
4) Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
- Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan
golongannya
- Verifikasi ruang dan alat
- Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai bentuk
sediaannya
- Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai sifat
fisika dan kimia berdasarkan informasi pada kemasan
- Membimbing AA muda
Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus disimpan dalam wadah
asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat isi dapat
dipindahkan dalam wadah lain, jika hal ini dilakukan harus tetap
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan juga harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru minimal harus memuat
nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Secara umum semua sediaan
farmasi dan alat kesehatan harus disimpan pada kondisi yang sesuai,
layak, dan menjamin kestabilan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan
1. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang mudah terbakar
sebaiknya disimpan terpisah dari bahan yang lain
2. Sediaan farmasi bentuk suppositoria, injeksi insulin, vaksis, atau
serum disimpan dalam almari pendingin

10
3. Narkotika disimpan dalam almari khusus yang terbuat dari kayu
atau bahan lain yang kuat berukuran (40 x 80 x 100) cm. Jika
ukurannya kurang dari ketentuan tersebut, maka almari harus
ditempel di dinding. Almari tersebut harus memiliki dua ruangan
dan masing-masing mempunyai kunci sendiri. Bagian pertama
untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya, serta
sediaan narkotika, sedangkan pada bagian yang lain untuk
menyimpan narkotika lainnya untuk pemakaian sehari-hari.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan di dalam fungsi penyimpanan
a. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan risiko
terbesar dari penyimpanan
b. Menciptakan suatu sistem yang lebih efektif untuk memperlancar
arus sediaan farmasi dan alat kesehatan.
5) Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan :
- Melakukan pengelompokkan faktur pembelian dan resep sesuai
dengan prosedur
- Menyimpan fatur pembelian dan resep
- Mengelompokkan resep yang akan dimusnahkan
- Menyiapkan, mengisi dan menyimpan kartu stock
- Membimbng AA muda
6) Menghitung / kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan :
- Menghitung jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
- Menghitung biaya
- Menginformasikan jumlah biaya
- Dokumentasi
- Membimbing AA muda

b. Distribusi Perbekalan Farmasi


1. Pelayanan non Resep

11
Pelayanan obat tanpa resep merupakan pelayanan obat yang
diberikan apotek kepada konsumen atas permintaan langsung pasien
atau tanpa resep dari dokter. Obat yang dapat dilayani tanpa resep
dokter meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras yang
termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), obat tradisional,
kosmetik, dan alat kesehatan.
Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara
farmakologis atau berdasarkan khasiat obat. Hal-hal penting yang harus
diperhatikan adalah :

a) Harga harus bersaing dengan toko-toko obat di sekitarnya, kurang


lebih 10% - 15% dari harga pembelian.

b) Penyetokan dilakukan dengan cara stock tetap yang sering disebut


moeder stock, yaitu obat tertentu harganya tetap.

2. Pelayanan Resep
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola
apotek. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis
dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk
pemilihan obat alternatif.
Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi
pemeriksaan kelengkapan resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan
obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin
praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri
untuk tiap penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang
cara pembuatan atau keterangan lain (iter, prn, cito) yang dibutuhkan,
aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter.

12
Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis,
frekuensi pemberian, adanya polifarmasi, interaksi obat, karakteristik
penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien menjadi
kontra indikasi dengan obat yang diberikan.
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur,
mengemas dan memberi etiket pada wadah. Pada waktu menyiapkan
obat harus melakukan perhitungan dosis, jumlah obat dan penulisan
etiket yang benar. Sebelum obat diserahkan kepada penderita perlu
dilakukan pemeriksaan akhir dari resep meliputi tanggal, kebenaran
jumlah obat dan cara pemakaian. Penyerahan obat disertai pemberian
informasi dan konseling untuk penderita beberapa penyakit tertentu.
Resep merupakan sarana pengubung antara dokter sebagai
pemeriksa / pendekteksi penyakit, penderita dengan apoteker sebagai
pengelola Apotek. Sehingga memerlukan pengetahuan khusus sesuai
dengan prosedur yang berlaku, maka dokter sebagai penulis resep harus
mendalami peraturan perundang undangan tentang obat-obatan (S.P
Men Kes RI No. 193/Keb/BVII/71.
Agar dalam melayani lebih maksimal, sebaiknya seorang
Tenaga teknis kefarmasian jangan mengerjakan lebih dari 100 resep
setiap hari dinasnya yang biasanya berkisar antara 6-7 jam. Penjualan
obat melalui resep dapat dilakukan dengan alur sebagai berikut :
I. Pasien membawa resep diserahkan kepada Apoteker / AA
II. Apoteker / AA:

1) Mengontrol apakah resepnya syah dan lengkap

2) Mengontrol apakah dosis sesuai atau belum

3) Mengontrol harga obatnya

13
Materi 3. Alur Pengelolaan Sediaan Farmasi
Pengelolaan ini meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Namun tenaga teknis kefarmasian tidak bertanggung jawab pada pemusnahan dan
pelaporan.
A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait
jenis, spesifikasi dan jumlah peralatan medis sesuai dengan kemampuan
pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban pelayanan, perkembangan
teknologi kesehatan, sumber daya manusia yang mengoperasikan dan
memelihara sarana dan prasarana. Perencanaan kebutuhan peralatan sangat
bermanfaat untuk penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan
medis secara efektif, efisien dan prosesnya dapat dipertanggungjawabkan.

B. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

D. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus

14
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out)

E. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan ju
mlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

F. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (resep,
nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan

15
Materi 4. Alur Pengelolaan Alat Kesehatan
Pengelolaan ini meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Namun tenaga teknis kefarmasian tidak bertanggung jawab pada pemusnahan dan
pelaporan.
A. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait
jenis, spesifikasi dan jumlah peralatan medis sesuai dengan kemampuan
pelayanan/klasifikasi rumah sakit, beban pelayanan, perkembangan
teknologi kesehatan, sumber daya manusia yang mengoperasikan dan
memelihara sarana dan prasarana. Perencanaan kebutuhan peralatan sangat
bermanfaat untuk penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan
medis secara efektif, efisien dan prosesnya dapat dipertanggungjawabkan.
B. Pengadaan

Pengadaan peralatan medis dilakukan sesuai dengan peraturan yang


berlaku. Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan peralatan medis adalah
penyusunan spesifikasi alat kesehatan, spesifikasi harus sesuai kebutuhan
user/pelayanan. Spesifikasi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan biaya
yang cukup tinggi. Spesifikasi terlalu rendah bisa mengakibatkan
pelayanan tidak bisa berjalan optimal.
C. Instalasi dan penerimaan alat medis

Instalasi adalah proses pemasangan peralatan medis ke tempatnya. Proses


terkait lainnya adalah pengiriman, penyimpanan dan penempatan barang
yang dibeli ke lokasi yang diinginkan. Untuk mendukung penggunaan
peralatanmedis agar dapat digunakan secara efisien, instalasi-instalasi
tersebut mutlak harus dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini dilakukan
juga untuk menjaga asset dan keamanan rumah sakit dimana peralatan
medis digunakan untuk pelayanan kesehatan dan juga merupakan barang
yang cukup mahal. Penerimaan peralatan medis/komisioning adalah proses
melalui proses penerimaan secara fisik dan administratif, uji coba dan uji

16
fungsi untuk memastikan bahwa peralatan medis itu sesuai dengan
spesifikasi dan kontrak, berfungsi dengan baik sebelum digunakan dalam
rangka menjamin tersedianya peralatan medis yang bermutu, aman dan laik
pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis setelah
diinstalasi bagi peralatan medis yang mensyaratkan instalasi, uji fungsi dan
uji coba disertai pelatihan bagi pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan
peralatan kesehatan dituangkan dalam berita acara penerimaan peralatan
medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
D. Pengoperasian

Dalam kenyataan sehari-hari sering dikeluhan bahwa alat rusak atau tidak
dapat digunakan sebagaimana mestinya, namun setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata kerusakan atau keluhan bukan disebabkan karena
kerusakan fungsi alat tetapi adanya setting yang tidak sesuai atau kesalahan
operasional.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pemahaman cara pengoperasian
peralatan medis harus benar-benar di pahami dan pelajari, sehingga alat
dapat digunakan secara benar dan mengurangi keluhan kerusakan alat.
Kesalahan dalam pengoperasian suatu peralatan medis dapat
mengakibatkan kerusakan peralatan, hasil pemeriksaan tidak seperti yang
diharapkan bahkan terkadang dikarenakan kesalahan pengoperasian, harus
dilakukan pemeriksaan ulang yang berakibat adanya inefisiensi dan
ketidakpuasan pelanggan. Agar hal-hal yang tidak diinginkan tersebut
terjadi, maka ada beberapa prasyaratan yang harus dipenuhi dalam
pengoperasian suatu peralatan medis.
E. Pemeliharaan

Peralatan medis adalah! merupakan investasi yang besar di fasilitas


pelayanan kesehatan serta memerlukan biaya pemeliharaan. Penting bagi
fasilitas pelayanan kesehatan memiliki program pemeliharaan terencana
untuk menjaga peralatan medis agar aman, bermutu dan laik pakai. Adanya

17
pemeliharaan peralatan medis diharapkan juga akan memperpanjang usia
pakai peralatan medis.
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari
perencanaan yang memadai, manajemen dan pelaksanaan. Perencanaan
mempertimbangkan sumber daya keuangan, fasilitas dan SDM yang
memadai. Program pemeliharaan peralatan medis harus berkesinambungan
tak terputus dan dikelola agar pelayanan kesehatan meningkat. Adalakanya
dalam masa penggunaan, peralatan medis berkurang, tidak sesuai lagi
kinerjanya atau tidak dapat digunakan, diperlukan adanya perbaikan untuk
mengembalikan fungsi peralatan medis tersebut. Pemeliharaan peralatan
medis dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu
 Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM)
 Pemeliharaan korektif/Corrective Maintenance (CM)
IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk memastikan fungsi
peralatan dan mencegah kerusakan atau kegagalan. Inspeksi adalah
kegiatan terjadwal yang diperlukan untu memastikan peralatan medis
berfungsi dengan benar. Ini mencakup pemeriksaan kinerja dan
keselamatan. Kegiatan inspeksi dapat dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan preventif,
pemeliharaan korektif, atau kalibrasi, tetapi juga dapat dilakukan
tersendiri yang dijadwalkan pada interval tertentu. Pemeliharaan preventif
(PP) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal,
untuk memperpanjang umur peralatan dan mencegah kegagalan (yaitu
dengan kalibrasi, penggantian bagian, pelumasan, pembersihan, dll).
Pemeliharaan Korektif (CM) meruapakan kegiatan perbaikan terhadap
peralatan dengan tujuan mengembalikan fungsi peralatan sesuai dengan
kondisi awalnya. Ciri dari kegiatan CM adalah biasanya tidak terjadwal,
berdasarkan permintaan dari pengguna peralatan atau dari personel yang
melakukan kegiatan performing maintenance.
F. Inventori dan dokumentasi pemeliharaan peralatan medis

18
Inventori (persediaan) peralatan medis merupakan data detil peralatan
medis yang berkaian dengan aspek tenis maupun administrasi setiap
tipe/model peralatan medis. Inventori harus selalu dikelola/update sehingga
data yang terdapat dalam inventori merupakan kondisi terkini. Inventori
dapat memberikan informasi sebagai berikut :
1 Technical assessment, merek dan tipe peralatan beserta jumlah dan
status kondisi peralatan.
2 Memberikan informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk
membantu penjadwalan pemeliharaan preventif, penelusuran
pemeliharaan, perbaikan, dan penarikan kembali/recall.
3 Memberikan infomasi keuangan guna mendukungan penilaian budget
dan ekonomi.
G. Post market surveillance dan vigilance peralatan medis

Seharusnya pengawasan oleh produsen terhadap peralatan medis yang


sudah digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak semata mata
memenuhi peraturan yang berlaku, tetapi juga seharusnya sudah menjadi
bagian dari bisnis yang baik. Hal ini membantu produsen peralatan medis
memperoleh pemahaman mengenai kinerja peralatan medis yang
diproduksinya dan telah digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kegiatan ini akan memberikan umpan balik terus menerus yang
memungkinkan produsen mempertahankan kualitas peralatan medis yang
tinggi serta kepuasan pengguna. Juga akan membantu meminimalkan
insiden yang timbul karena ada evaluasi terus menerus, sehingga juga akan
meminimalisir adanya penarikan kembali (Recall).
Post Market Surveillance
Post Market Surveillance merupakan bagian dari manajemen resiko.
Tanggung jawab pengawasan peralatan medis post-market adalah pada
pemerintah, Produsen, Agen Tunggal/Importir, Penyalur Alat Kesehatan
dan Pengguna. Diperlukan Skema untuk melakukan mekanisme untuk
melakukan pengawasan post-market peralatan medis.

19
Tujuan dilakukan Post-Market Surveillance adalah agar hasilnya nanti
dievaluasi, sebagai masukan produsen untuk mengambil langkah langkah,
seperti :
 Meningkatkan kualitas, keamanan dan kinerja peralatan medis.
 Melakukan recall peralatan medis yaitu : memperbaiki atau
mengganti sebagian atau menarik sebagian atau seluruh produksi
peralatan medis tersebut.
Vigilance
Vigilance (kewaspadaan) adalah mengacu pada insiden yang dapat terjadi
dengan peralatan medis, ketika peralatan medis tersebut tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, sehingga dapat menyebabkan cedera atau kematian.
Hal ini memerlukan ketepatan waktu, koordinasi dan penyampaian
informasi antara produsen dan pemerintah terkaitan dengan insiden
peralatan medis tersebut. Apabila insiden peralatan medis terjadi di fasilitas
pelayanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan tersebut wajib melaporkan
kepada pemerintah dan produsen serta mendokumentasikannya, sesuai
format yang telah ditetapkan.
Tujuan vigilance peralatan medis adalah untuk melindungi peralatan medis
dan keselamatan pasien dan petugas, dievaluasi untuk mencegah
terulangnya insiden, menentukan efektivitas tindakan perbaikan dan
tindakan pencegahan dan pemantauan.
H. Penarikan dan penghapusan peralatan medis
Produksi alat kesehatan tidak berbeda dengan produksi industri lainnya,
walaupun telah melalui quality control (QC) tetapi tidak menjamin bahwa
produk tersebut sempurna.
Suatu kekurangan pada produk alat kesehatan baik pada kualitas maupun
keamanan sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi atau tujuannya, dapat
menyebabkan gangguan bahkan kegagalan dalam pelayanaan kesehatan
yang berdampak pada gangguan kesehatan bahkan kematian. Jika
kekurangan tersebut diketahui setelah dipasarkan atau digunakan

20
konsumen, maka produk bersangkutan akan ditarik oleh perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap peredaran alat tersebut.
Penarikan (recall) peralatan medis
Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
pada suatu peralatan medis, bila tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku atau dapat menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu
produk yang ditarik dari peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen
sehingga dapat ditentukan apakah produk tersebut akan diperbaiki atau di
musnahkan. Penarikan peralatan medis tidak selalu berarti bahwa
penggunaan peralatan tersebut harus dihentikan dan mengembalikan
peralatan medis ke pabrikan. Suatu recall kadang-kadang dapat berarti
bahwa peralatan medis perlu diperiksa, disesuaikan, atau diperbaiki. Jika
peralatan medis yang bersifat implan (misalnya, alat pacu jantung atau
pinggul buatan) di recall, tidak selalu peralatan medis tersebut harus
dilepas dari pasien.
Penghapusan peralatan medis
Peralatan medis yang dimiliki oleh institusi pemerintah adalah kekayaan
negara, karena itu peralatan medis dicatat pada akuntansi kekayaan negara.
Setiap penambahan peralatan medis yang memenuhi persyaratan akutansi,
akan menambah kekayaan negara demikian juga pada saat pengurangan
peralatan medis, akan mengurangi kekayaan negara. Pengurangan
kekayaan negara dapat dilakukan dengan melakukan penghapusan
peralatan medis dari daftar kekayaan negara yang harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Materi 5. Teknik, Prinsip, dan Prosedur Pembuatan Sediaan Farmasi

Tugas tenaga teknis kefarmasian adalah :


1. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya, yaitu :
a. Dalam pelayanan obat bebas dan resep (mulai dari menerima resep
dari pasien sampai menyerahkan obat yang diperlukan)

21
b. Menyusun buku defecta setiap pagi (membantu bagian pembeli),
memelihara buku harga sehingga selalu benar dan rapi
c. Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat.
d. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, digulung
kemudian disimpan
e. Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat, gudang dan
rak obat

2. Dalam hal darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai kasir,


penjual obat bebas dan juru resep.
Tenaga teknis kefarmasian bertanggung jawab kepada asisten
kepala sesuai dengan tugasnya, artinya bertanggung jawab atas
kebenaran segala tugas yang diselesaikannya, tidak boleh ada kesalahan,
kekeliruan, kekurangan, kehilangan dan kerusakan. (Anief.M,2003)
Pembuatan sediaan farmasi di apotek dan rumah sakit:
1. Melaksanaan proses peracikan sediaan farmasi sesuai dengan
permintaan dokter :
- Menyiapkan sediaan farmasi sesuai dengan prosedur
- Meracik sediaan farmasi dibawah pengawasan apotekker/pimpinan unit
2. Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan farmasi :
- Menulis etiket
- Menempelkan etiket dan label pada kemasan
- Melakukan pengecekan etiket dan label pada kemasan
Alur pembuatan sediaan farmasi di rumah sakit
Alur pelayanan produksi dimulai dari permintaan baik dari pasien maupun unit
kerja di rumah sakit, melakukan skrining permintaan dan memeriksa ketersediaan
bahan-bahan untuk produksi. Persiapan yang dilakukan sebagai berikut :
a) Mencuci tangan
b) Menggunakan alat pelindung diri (APD)
c) Mengisi dokumen pembuatan obat (DPO)
d) Menyiapkan bahan baku
e) Menyiapkan bahan pengemas

22
f) Menyiapkan alat yang dibutuhkan
Jenis produksi farmasi di rumah sakit :
 Produksi steril : cairan dalam volume kecil atau besar
 Produksi non steril : pengenceran atau pengemasan kembali obat oral atau
obat luar
 Pelayanan TPN : mencampur nutrisi parenteral secara aseptis sesuai
kebutuhan pasien dengan tetap menjamin stabilitas dan formula standart
 IV Admixture : pencampuran obat sesuai kebutuhan pasien dengan tetap
menjamin stabilitas obat
 Rekonstruksi sediaan obat kanker
Pembuatan sediaan Farmasi di Industri Farmasi
1. Melaksanakan prosedur pembuatan sediaan padat tablet, kapsul, serbuk
sesuai protap
- Menyiapkan alat dan bahan sesuai protap
- Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
- Malaksanakan pencetakan tablet sesuai prosedur
- Melaksanakan pengisian kapsul sesuai prosedur
- Melaksanakan pengisisan serbuk ke dalam sachet sesuai dengan
prosedur
- Mendokumentasikan
2. Melaksanakan prosedur pembuatan sediaan kapsul lunak sesuai protap
dibawah supervisi apotekker :
- Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
- Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
- Melaksanakan Pengisian ke dalam kapsul lunak sesuai prosedur
3. Melaksanakan proses pembuatan sediaan cair non steril sesuai protap di
bawah supervisi apotekker :
- Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
- Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
- Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur

23
4. Melaksanakan proses pembuatan sediaan setengah padat sesuai protap
di bawah supervisi apotekker :
- Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
- Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
- Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur
5. Melaksanakan prossedur pembuatan sediaan cair dan setengah padat
steril sesuai protap di bawah supervisi apotekker :
- Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
- Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
- Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur
- Melaksanakan proses sterilisasi sesuai prosedur
6. Melaksanakan prosedur pengemasan untuk sediaan tablet, kapsul,
kapsul lunak, cairan/setengah padat non steril, cairan/setengah padat
steril seuai protap :
- Menyiapkan produk ruahan dan bahan pengemas sesuai prosedur
- Melaksanakan pengemasan primer dan sekunder sesuai prosedur
7. Melaksanakan prosedur uji keseragaman sediaan, ukuran, kekerasan,
waktu hancur, disolusi, kerapuhan dan volume terpindahkan :
- Melaksanakan sampling & memproses sesuai formulir permintaan
- Melakukan persiapan pengujian sesuai protap
- Melakukan pengujian sesuai protap
- Melakukan pengujian sesuai prosedur pengujian
8. Melaksanakan prosedur sampling dalam proses pemeriksaan produk jadi
yang beredar di pasaran :
- Melaksanakan prosedur sampling produk jadi di pasaran sesuai protap
- Mencatat, melapor dan mendokumentasikan hasil sampling

Materi 6. Jenis dan Manfaat Penggunaan Perbekalan Farmasi dan Alat


Kesehatan

24
Pengertian Sediaan Farmasi menurut Pasal 1 angka 4 Undang-
undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (selanjutnya UU Kesehatan)
adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
a. Penggolongan obat
Macam-macam penggolongan obat berdasarkan undang-undang
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan
serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas
terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
1. Obat Babas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada
masyarakat tanpa resep dokter, tidak termasik dalam daftar narkotika,
psikotropika, obat keras, dan obat bebas terbatas, dan sudah terdaftar di
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Obat bebas disebut juga obat OTC (Over The Counter). Obat
bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin,
supermarket serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat
membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif
pada obat golongan ini relatif aman sehingga pemakaiannnya tidak
memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk
yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya obat
golongan ini tetap dibeli dengan kemasnnya.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K MenKes RI Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat
bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna
hijau dengan garis tepi warna hitam.

Logo Obat Bebas

25
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual dan dibeli bebas tanpa resep dokter, dan
disertai dengan tanda peringatan. Obat bebas terbatas atau obat yang
termasuk dalam daftar “W”, Menurut bahasa belanda “W” singkatan dari
“Waarschuwing” artinya peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan
etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas
terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran
panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat
pemberitahuan berwarna putih.
Seharusnya obat jenis ini hanya dijual bebas di toko obat berizin
(dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh
beroperasi jika ada apoteker (No Pharmacist No Service), karena
diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat
membeli obat bebas terbatas.

Logo Obat Bebas Terbatas

26
Logo Peringatan pada Obat Bebas Terbatas

3. Obat Keras

Obat keras disebut juga obat daftar “G”, yang diambil dari bahasa
Belanda. “G” merupakan singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya,
maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika pemakainnya tidak
berdasarkan resep dokter.
Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter,
dokter gigi dan dokter hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan
terdapat huruf K di dalamnya. Yang termasuk golongan ini adalah
beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk di
dalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras.
Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras Daftar “G”
adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.

Logo Obat Keras

27
4. Obat Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintetis,
bukan narkotik yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada SSP (Susunan Saraf Pusat) yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan prilaku.
Untuk penandaan psikotropika sama dengan penandaan untuk
obat keras, hal ini sebelum diundangkannya UU RI No. 5 Tahun 1997
tentang psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras
yang pengaturannya ada di bawah ordonansi.
Sehingga untuk psikotropika penandaanya: lingkaran bulat
berwarna merah, dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis
tepi yang berwarna hitam.

Logo Obat Psikotropika

Menurut UU RI No. 5 tahun 1997, psikotropika dibagi menjadi 4


golongan:
Golongan I : Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Psikotropika terdiri dari 26
macam, antara lain Brolamfetamin, Etisiklidina, Psilobina,
Tenosiklidina.
Golongan II : Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika golongan II terdiri dari 14
macam, antara lain, Amfetamin, Deksanfentamin,
Levamfetamin, Metamfetamin.

28
Golongan III : Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika golongan III terdiri dari 9
macam, antara lain: Amobarbital, Pentobarbital,
Siklobarbital, Butalbital.
Golongan IV : Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantunagn. Psikotropika
golongan IV terdiri dari 60 macam, antara lain:
Allobarbital, Bromazepam, Diazepam, Nitrazepam.

5. Obat Narkotika
Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 obat narkotika adalah obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan.
Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang terdapat dalam
Ordonansi Obat Bius yaitu “Palang Medali Merah”

Logo Obat Narkotika

Berdasarkan UU RI No. 35 tahun 2009, narkotika dibagi atas 3 golongan:


Golongan I : Adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi

29
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu Tanaman
Papaver Somniferum L, Opium Mentah, Tanaman Ganja,
Heroina.
Golongan II : Adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya yaitu Morfina, Opium,
Petidina, Tebaina, Tebakon.
Golongan III : Adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu
Kodeina, Nikodikodina, Nikokodina.

6. Obat Wajib Apotek (OWA)


Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi
keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya askes obat pemerintah
mengeluarkan kebijakan OWA. OWA merupakan obat keras yang dapat
diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien.
Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persyaratan
yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk
masyarakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat
yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara
lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep
hidrokortison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), anti alergi
sistemik (CTM), obat KB hormone.
Penandaan obat wajib apotek pada dasarnya adalah obat keras
maka penandaanya sama dengan obat keras. Berdasarkan Keputusan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 02396/A/SK/VIII/1986, tanda

30
khusus untuk obat keras daftar G adalah berupa lingkaran bulat berwarna
merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf “K” yang
menyentuh garis tepi. Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa
sehingga jelas terlihat dan mudah dikenal. Tanda khusus untuk obat
keras adalah sebagai berikut:

Logo Obat Wajib Apotek


Sesuai PerMenKes No. 919/MENKES/PER/X/1993, kriteria
obat yang dapat diserahkan:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Penggunaan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang pravalensinya
tinggi di Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.
Selain obat, terdapat juga bahan baku obat, obat tradisional, alat kesehatan
dan kosmetika. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan perbekalan
Farmasi dan Alat Kesehatan antara lain:

a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.


b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data
Sheet (MSDS).
c. Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan harus mempunyai Nomor Izin Edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat

31
dipertanggung jawabkan.
b. Alat Kesehatan
Definisi alat kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia no 23
tahun 1992 tentang Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang
mengandung obat yang digunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan manusia
dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Beberapa macam alat kesehatan :
1. ALAT PEMBALUT
Alat pembalut adalah alat untuk membalut, menutupi sesuatu, biasanya luka pada
tubuh.
Termasuk golongan alat pembalut :
a. Plester
Yang termasuk plester antara lain
• Autoclave tape merupakan plester yang digunakan untuk mengontrol keadaan
mesin sterilasi, yaitu untuk membedakan kemasan atau alat mana yang telah
mengalami sterilisasi atau belum (indikator)
• Sutures tape adalah plester yang digunakan untuk menutup luka pada kulit.
• Medical tape (plester obat) adalah plester yang mengandung obat.
• Surgical tape adalah plester yang digunakan dalam pembedahan yang tidak
menimbulkan rasa sakit atau residu pada saat dilepaskan. Dan juga tidak
menimbulkan alergi atau gatal-gatal. Contoh : Micropore
b. Kasa (Gaas)
Yang termasuk kasa antara lain :
• Kasa steril atau kasa hidrofil steril.
Kegunannya untuk menutupi luka dan menghindari kontaminasi.
• Dressing (perban yang mempunyai ukuran pendek)
Kegunaannya sebagai penutup steril daerah insisi sebelum dilakukan operasi
(pembedahan)
• Kasa yang mengandung obat.
Contoh : Sofra-tulle

32
c. Perban (Pembalut)
Yang termasuk golongan perban :
• Kassa Hidrofil.
Berupa gulungan kain kasa yang ukuran lebarnya 75 cm dan panjangnya 42 yard.
Berbagai ukurean lain 4x3, 4x4, 4x5, dst, yang berarti panjangnya 4 yard dan
lebarnya 3 cm, 4 cm, 5 cm.
• Pembalut elastis (Elastis bandage)
Contoh : Tensocrepe, Dynaflex.
• Pembalut yang mengandung obat
Contoh : Zinciband (mengandung pasta zinci), Ichtiband (mengandung pasta zinci
dan ichtamol)
• Pembalut leher
Kegunaannya untuk menopang kepala dan membatasi gerak tulang leher.
• Pembalut Gips
Sebelum pasien diberi pembalut gips, maka bagian tubuh tersebut diberi lapisan
kapas gips yang terbuat dari bahan nowwoven, contohnya vellband.
• Daryanet
Pembalut ini digunakan pada bagian tubuh yang sulit tanpa membutuhkan
plester.
2. ALAT – ALAT PERAWATAN
Yang termasuk alat perawatan antara lain :
• Warm water zak
Adalah alat kompres yang berisi air panas (Hot water bottle)
• Eskap (ijkap)
Adalah alat kompres yang berisi es, digunakan pada saat demam.
• Skin traction kit
Adalah alat untuk mencegah imobilisasi persendian yang terluka atau meradang,
atau patah tulang/dislikasi tulang.
• Kruk
Adalah tongkat penyangga tubuh, biasanya digunakan oleh pasien yang cidera
atau sehabis operasi pada kaki.

33
• Breast pump
Adalah alat yang digunakan untuk memompa dan menarik ASI dari wanita yang
sedang menyusui karena produksi air susu yang terlalu banyak.
3. ALAT PENAMPUNGAN
Yang dimaksud alat penampungan adalah alat untuk menampung darah, urin, dan
feses.
• Blood bag
Terbuat dari plastik PVC dan berupa kantong yang ditujukan untuk menampung
darah misalnya saat proses donor darah.
• Urine Bag
• Colostomy bag
Adalah alat untuk menampung feses, cairan dan gas yang keluar dari lubang usus
buatan hasil pembedahan melalui otot dan kulit perut. Hal ini untuk mengganti
fungsi normal rektum.
4. HOSPITAL WARE / UTENSILS
Adalah alat –alat yang digunakan di rumah sakit sehari-hari sebagai alat
penunjang kesehatan pasien.
a. Alat yang digunakan untuk melayani pasien
• Urinal
Adalah tempat pembuangan air seni pasien
• Bedpan / Steakpan
Adalah tempat pembuangan feses pasien
• Spitting mug
Adalah tempat pembuangan ludah atau riak sementara
b. Alat tempat perawatan alat lain
• Instrument Tray
Digunakan untuk menaruh dan menyimpan alat-alat bedah.
• Thermometer jar
 Dressing Jar
Digunakan untuk menaruh dan menyimpan pembalut.
• Dressing Sterilizing Drum dan Dressing Sterilizing

34
Digunakan untuk mensterilkan pembalut.
5. CATETHERS
Adalah sebuah pipa kosong yang terbuat dari logam, gelas, karet, plastik yang
digunakan dengan cara memasukkan ke dalam rongga tubuh melalui saluran.
a. IV catethers
adalah cateter yang dimasukan ke dalam vena. Berlaku sebagai vena tambahan
untuk pengobatan intravena jangka lama (lebih dari 48 jam). Perbedaan dengan
Wing needle adalah bila wing needle digunakan lebih dari 48 jam akan terjadi
trombosis karena wing needle terbuat dari logam.
b. Non iv cateter
• Balloon cateter
Digunakan untuk pengambilan urin sistem tertutup, bebas dari udara dan polusi
sekitarnya. Biasanya dihubungkan dengan suatu urinovolumeter dan urine bag
untuk pemeriksaan klinik.
• Nelaton Cateter
Digunakan pada pasien yang tidak dapat buang air kecil.
• Condom cateter
Cara penggunaannya dengan menghubungkan penis dengan urine bag melalui
ujung tubenya, terutama digunakan pada pasien yang tidak sadar.
• Feeding Tube
Digunakan untuk memasukkan cairan makanan melalui mulut atau hidung.
• Rectal Tube
Digunakan untuk mengeluarkan gas dari usus, dan untuk membersihkan rektum,
penggunaannya ujung yang satu dihubungkan dengan anus dan ujung yang lain
dihubungkan dengan spuit gliserin.
• Stomach tube / Maag slang / Maag sonde
Digunakan untuk mengumpulkan getah lambung, untuk mencuci atau
membilas isi perut, dan untuk pemberian obat-obatan.
• Suction cateter / Mucus extractor
Digunakan untuk menyedot lendir dari trachea bayi yang baru lahir, dan untuk
menyedot cairan amniotik.

35
6. JARUM SUNTIK
Adalah alat yang digunakan untuk menyuntikkan obat setelah digabung dengan
spuit injeksi.
• Jarum suntik umum
Jarum suntik ini diberi nomor. Makin besar nomornya, makin kecil diameter jarum
suntiknya.
• Jarum suntik gigi
Jarum suntik ini berujung dua, alat suntiknya berbeda karena obatnya harus berada
di tempat tertentu yang dinamakan cartridge.
• Jarum suntik spiral
Digunakan pada lumbal punctie.
• Jarum suntik bersayap (wing needle)
Digunakan sebagai vena tambahan untuk pengobatan jangka waktu tertentu atau
terputus-putus.
7. ALAT SEMPRIT / SPUIT / SYRINGE
Alat semprit adalah alat untuk menyuntik. Alat ini terdiri dari 3 bagian yaitu
silinder berskala, tutup dan tempat menempel jarum pada ujungnya, piston dan
pegangannya.
Terbuat dari gelas, plastik, metal, atau campuran dari gelas dan metal.
• Tuberculine syringe / Spuit Mantoux
Khusus untuk menyuntikkan tuberculine
• Glycerin syringe
Digunakan untuk menyuntikkan lavement / clysma melalui anus / dubur, cairan
yang sering digunakan adalah larutan sabun. Alat ini digunakan pada pasien yang
sukar buang besar atau pasien pre operasi.
• Insulin syringe
Khusus digunakan untuk menyuntikkan insulin dengan kapasitas volume 1 ml.
8. JARUM BEDAH
Disebut juga suture needles atau surgical needles. Digunakan untuk menjahit luka,
ummnya luka operasi. Terbuat dari logam (stainless steel). Biasanya jarum bedah
dijual tersendiri, tetapi sekarang ada yang dijual dengan benangnya yang disebut

36
Atraumatic needle, karena tidak menimbulkan trauma. Trauma bisa dihindari
karena ujung benang langsung dijepit oleh ujung jarum yang lain.
9. BENANG BEDAH
Disebut juga suture. Ada 2 golongan :
• Terabsorbsi oleh tubuh
Misalnya colagen (catgut chromic), polygelatin 910, polyglycolic acid.
• Tidak terabsorbsi tubuh
Misalnya linen, sutera (silk / mersik), polypropilen, nylon / polyamid, polyster /
polybutilat, stainless steel.
10. ALAT MENGAMBIL/MEMBERIKAN CAIRAN ATAU DARAH
a. Alat untuk mengambil darah.
Alat untuk mengambil darah dari donor darah adalah Blood Donor Set. Darah
yang keluar dari alat ini ditampung dalam Blood Bag
b. Alat untuk mengambil darah untuk pemeriksaan
Alat ini untuk mengambil darah tanpa adanya kontaminasi, meminimumkan resiko
hemolisa, dan resiko penguapan. Misalnya venoject
c. Alat untuk mengambil darah dari arteri
Darah pada arteri biasanya digunakan untuk analisa gas darah.
d. Alat untuk memberikan darah ke pasien / Blood Administration Set
Khususnya pemberian darah pada bayi digunakan Blood Administration Set
yang ada volumetric chambernya.
e. Y Administration set
Alat ini bisa digunakan untuk sekaligus atau bergantian memberikan 2 macam
cairan
f. Alat untuk memberikan infus / solution Administration Set
Alat ini tidak mempunyai filter seperti Blood Administration Set.
11. ALAT DIAGNOSTIK
Adalah alat yang digunakan oleh dokter atau tenaga medis yang lain untuk
membantu menentukan diagnosa penyakit pasien yang diperiksanya.
a. Termometer Klinik

37
Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Untuk bayi digunakan secara rektal,
bentuk termometer segitiga (prismatik). Untuk orang dewasa digunakan secara
oral maupun di ketiak, bentuknya pipih (flat)
b. Stetoskop / Phonendoscope
Digunakan untuk mendeteksi, mempelajari, dan mendengarkan suara yang timbul
dari dalam rongga tubuh.
c. Spekulum
Adalah alat yang dimasukkan ke dalam rongga tubuh, agar dapat memeriksa/
melihat bagian dalam rongga tersebut.
d. Sphygomanometer/ Blood pressure manometer/ tensimeter
Digunakan untuk mengukur tekanan darah sistole (waktu jantung kuncup) dan
diastole (waktu jantung mengembang kembali)
e. Reflex Hammer
Digunakan untuk memeriksa kemampuan refleksi bagian tertentu tubuh kita,
misalnya lutut.
f. Tang spatel
Digunakan untuk menekan lidah agar dapat melihat lebih jelas keadaan dalam
tenggorokan.
g. Laryngeal mirror
Disebut juga kaca mulut, digunakan untuk dapat melihat dan memeriksa keadaan
dalam tenggorokan.
h. Blood lancet
Digunakan untuk mengambil darah untuk pemeriksaan di lab. digunakan dengan
menusuk ujung jari dengan alat tersebut.
12. ALAT BEDAH
1. Scalpel
Adalah pisau operasi, terdiri dari scalpel blade (pisaunya saja) dan
scalpel handle (pegangannya saja)
2. Gunting
• Bandage scissors, untuk menggunting perban
• Surgical Scissors / pisau operasi, digunakan dalam pembedahan.

38
• Obstetrik
• Umbilical cord, untuk memotong pusar bayi
• Episiotomy scissors, untuk memotong vulva (alat kelamin wanita) pada saat
melahirkan, dan untuk mencegah robeknya dinding perinium (daerah antara anus
dan bagian bawah vagina)
3. Forceps
Adalah alat yang terdiri dari 2 keping yang saling berhadapan, yang dapat dijepit
dan dilepaskan oleh tegnagan tau pegangan langsung pada ke-2 keping tersebut.
Ada 2 golongan :
a. Pinset
Pinset Anatomi, bagian dalam kedua ujungnya bergaris – garis horisontal, ada
yang tegak lurus dan bengkok.
rgische/ Pinset operasi, ujung keduanya bergigi.
b. Klem/ Clamp
Adalah alat untuk menjepit atau menekan suatu benda. Penggunaannya dengan
menekankan kedua keping dengan jempol dan jari telunjuk. Ada yang mempunyai
cantelan sehingga bila terkunci tidak bisa terbuka lagi.
• Klem arteri kedua keping jepitan bagian atas ada yang lurus, bengkok, atau
spesial model. Ada 2 bagian besar yaitu :
1. Yang ujungnya bergigi (mis : kocher) untuk memegang benang
2. Yang ujungnya tidak bergigi (mis : pean) untuk memegang jarum
• Doek clamp
Adalah alat yang digunakan untuk menjepit kain linen pada saat operasi. Kain
ini tengahnya berlubang dan di letakkan di atas tempat yang mau dioperasi.
c. Tang
Tidak semua bentuknya seperti tang, tetapi ada juga yang seperti pegangan
gunting.
ang / Dressing forceps
Digunakan untuk mengangkat alat-alat bedah dari dalam bak instrumen.
Kogel tang

39
Digunakan untuk menjepit dan mengangkat organ dan tissue, juga benda asing
dalam tubuh, misalnya peluru.
Suture forceps
Digunakan untuk menjepit luka yang terbuka
4. Needle Holders / Naald Voerder
Digunakan untuk menjepit jarum jahit pada saat menjahit luka terbuka, misalnya
luka pembedahan.
5. Uterus Sonde
Digunakan untuk mengukur kedalaman rahim atau kandungan ibu. Mempunyai
skala bergraduasi dari 4 cm sampai 24 cm
6. Curretes
Alat untuk membersihkan rahim dari placenta atau ovum pada waktu keguguran
(aborsi)

Rangkuman
Selamat anda telah menyelesaikan modul tentang Pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Alkes, hal-hal penting yang telah anda pelajari dalam modul ini adalah
sebagai berikut :
a. Manajemen pengelolaan sediaan farmasi adalah mulai dari perencanaan
pengadaan, pembelian sediaan farmasi dan alkes, penyimpanan, distribusi,
pelaporan sampai dengan pemusnahan.
b. Konsep alur pengelolaan sediaan Farmasi dan alat kesehatan dimulai dari
persiapan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pengawasan, dan
pencatatan, pemusnahan perbekalan farmasi dan alat kesehatan.
c. Teknik, prinsip dan prosedur pembuatan sediaan farmasi yang perlu
dipahami oleh tenaga teknis kefarmasian adalah terkait pembuatan sediaan
farmasi di apotek, rumah sakit maupun industry farmasi.
d. Jenis-jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan digunakan untuk
menunjang kinerja tenaga teknis kefarmasian dalam pembuatan sediaan
farmasi dan memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien.

40
Daftar Pustaka

Anief. M, 2001, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.


Permenkes, 1971, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 193 Tahun
1971, tentang Obat-Obatan, Jakarta
Permenkes, 1983, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 2380 Tahun
1983, tentang Obat Bebas, Jakarta
Permenkes, 1993, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 919 Tahun
1993, tentang Kriteria Obat, Jakarta
Permenkes, 2009, Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor.51 Tahun
2009, tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta
Permenkes, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.72 Tahun 2016, tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
https://www.medicalogy.com/blog/gambar-alat-kesehatan-beserta-fungsinya/
Satibi, Rokhman M.R, Aditama H, 2015, Manajemen Apotek, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Undang Undang Kesehatan Nomor.36 Tahun 2009

41

Anda mungkin juga menyukai