Obat Jiwa
Obat Jiwa
PSIKOFARMAKOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada
Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan
perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf
kualitas hidup. Lebih luas lagi, obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan,
diantaranya: antipsikosis, antidepresi, antimania, antiansietas, antiinsomnia, antipanik,
dan antiobsesif-kompulsif. Berbagai golongan tersebut mempunyai derivat beserta
sediaannya masing-masing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut obat ini adalah tradisional,
konvensional, anti psikotik generasi pertama atau klasik. Obat ini digunakan di
dalam terapi skizofrenia dan gangguan psikotik lain.1
II.1.1.1 Farmakokinetik
Golongan Fenotiazin
Farmakokinetik
Pada umumnya semua fenotiazin diabsorbsi dengan baik bila diberikan
peroral maupun parenteral. Penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar
tertinggi di paru-paru, hati, dan limfa. Sebagian fenotiazin mengalami hidroksilasi
dan konjugasi, sebagian lain diubah menjadi sulfoksid yang kemudian diekskresi
dalam feses maupun urin. Setelah pemberian CPZ dosis besar, maka masih
ditemukan ekskresi CPZ atau metabolitnya selama 6-12 bulan.1
Efek Samping
Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan obat antipsikotik, yaitu:
Sedasi dan inhibisi psikomotor
Gangguan otonom (hipotensi, antikolinergik berupa mulut kering, kesulitan
miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur dan tekanan intra okular
meninggi serta gangguan irama jantung).
Efek samping lain adalah perluasan dari farmako dinamiknya. Gejala
idiosinkrasi mungkin timbul seperti ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi
ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.
Gangguan ekstrapiramidal (diskodia akut, akatisia dan sindrom parkinson)
Gangguan endokrin (amenore dan ginekomastia), biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.
Efek samping yang ireversibel; tardive dyskinesia (gerakan involunter
berulang pada lidah, wajah, mulut atau rahang dan anggota gerak dimana saat
tidur keluhan tersebut menghilang).1
Indikasi
Indikasi utama fenotiazin adalah skizofrenia gangguan psikosis yang
sering ditemukan. Gangguan yang sering diatasi oleh fenotiazin dan golongan
antipsikotik lain adalah: ketegangan, hiperaktivitas, halusinasi, delusi akut,
anoreksia, negativism, dan menarik diri. Pengaruhnya terhadap insight,
judgement, daya ingat, dan orientasi kurang. Pemberian antipsikotik sangat
memudahkan perawatan pasien.1
Kontra Indikasi
Kontra indikasi untuk obat ini adalah penyakit hati, penyakit darah,
epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit
susunan saraf pusat dan gangguan kesadaran.1
Golongan Butirofenon
Farmakokinetik
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam
plasma tercapai dalam 2-6 jam setelah menelan obat, menetap sampai 27 jam dan
masih ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun
dalam hati dan 1% obat diekskresikan lewat empedu. Ekskresinya lambat melalui
ginjal. Kira-kira 40% diekskresi dalam 5 hari setelah pemberian dosis tunggal.1
Indikasi
Olanzapine
Kerja farmakologis olanzapine sebanyak 85% diabsorpsi dari
gastrointestinal. Konsentrasi puncak dicapai dalam 6 jam, waktu paruh rata–rata
30 jam. Efek samping olanzepine adalah mulut kering, pusing, konstipasi,
dispepsia, meningkatnya nafsu makan, dan tremor.1
Clozapine
Kadar plasma puncak clozapine dicapai dalam 1 hingga 4 jam. Waktu
paruh stabil selama 10-16 jam dan biasanya dicapai dalam 3–4 hari jika
penggunaan dosis sebanyak dua kali sehari. Efek samping clozapine adalah
sedasi, pusing, sinkop, takikardi, hipotensi, perubahan EKG, mual, muntah, dan
sialorea. Leukopenia, granulositopenia, dan agranulositosis serta demam terjadi
pada 1% pasien. Clozapine dan quetiapine tidak meningkatkan sekresi prolaktin.
Clozapine menyebabkan hipertensi paradoksal pada 4% pasien. Clozapine tidak
boleh diberikan pada orang dengan hasil hitung sel darah putih dibawah 3.500 dan
riwayat gangguan sumsum tulang. Clozapine dan olanzapine dapat meningkatkan
15-25 kg pada penggunaan jangka pendek sedangkan ziprasidone dan
aripripazole tidak menimbulkan penambahan berat badan.1
II.2 Anti Depresi
Obat antidepresan mempunyai beberapa sinonim antara lain, timoleptik
atau psychic energizer. Dalam makalah ini akan dibahas obat antidepresi
golongan penghambat MAO, antidepresi trisiklik, dan SSRI. Penggolongan obat,
sediaan, dan dosis anjuran dapat dilihat pada tabel berikut:
II.2.1 Penghambat Mono Amin Oksidase
II.2.1.2 Farmakokinetik
Penhelzyn, tranylcyplomin, dan isocarboxazid mudah diabsorbsi di saluran
pencernaan dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2 jam. Waktu paruh dalam
plasma berkisar antara 2-3 jam; waktu paruh dalam jaringan lebih lama. Karena
obat ini menonaktifan MAO secara reversibel, efek terapuetik dosis tunggal
MAOI bersifat ireversibel dan dapat berlangsung selama 2 minggu. Golongan
penghambat reversibel monoamin (RIMA) meclobemide cepat diabsorbsi dan
memiliki waktu paruh selama 0,5-3,5 jam, yang artinya memiliki efek yang
lebih singkat daripada MAOI.1
II.2.1.3 Indikasi
Indikasi MAOI serupa dengan obat anti depresi trisiklik dan tetrasiklik.
MAOI terutama efektif pada gangguan panik dengan agorafobia, stress pasca
trauma, gangguan makan, fobia social, dan gangguan nyeri. Sejumlah penelitian
mencatat bahwa obat MAOI banyak digunakan sebagai pilihan untuk terapi
depresi dengan gejala hipersomnia, hiperfagia, ansietas, dan tidak adanya gejala
vegetatif.1
II.2.2.1 Farmakokinetik
Konsentrasi plasma puncak dari antidepresan trisiklik terjadi dalam 2-8
jam dan waktu paruh TCA bervariasi antara 10-70 jam dan diperlukan 5-7 hari
unutk mencapai konsentrasi plasma yang stabil. TCA menyekat ambilan
kembali serotonin dan norepinefrin serta merupakan antagonis kompetitif pada
reseptor muskarinik asetilkolin, histamin H1, reseptor alfa 1, dan beta 2
adrenergik.1
II.2.2.2 Indikasi
Indikasi penggunaan antidepresan trisiklik antara lain gangguan depresi
berat, gangguan mood akibat keadaan medis umum dengan ciri depresif,
gangguan panik dengan agorafobia, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan makan, gangguan nyeri, dan gangguan lain seperti
narkolepsi, gangguan mimpi buruk, serta gangguan stres paska trauma.1
II.2.3.1 Farmakokinetik
Semua SSRI diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dan mencapai
konsentrasi puncak dalam 4-8 jam. Semua SSRI dimetabolisme di hati.1
II.2.3.2 Indikasi
Indikasi penggunaan SSRI adalah depresi, gangguan ansietas, bulimia
nervosa dan ganguan makan lainnya, gangguan disforik premenstruasi, ejakulasi
dini, parafilia, gangguan defisit atensi, gangguan autistik, sindrom nyeri kronik,
dan keadaan psikosomatik.1
II.2.3.3 Efek Samping
Efek samping penggunaan SSRI antara lain disfungsi seksual, efek
samping pada gastrointestinal, efek samping pada sistem saraf pusat (ansietas,
insomnia dan sedasi, mimpi buruk, bangkitan, gejala ekstrapiramidal), efek
antikolinergik, efek hematologis, gangguan elektrolit dan glukosa, serta reaksi
alergi dan endokrin.1
II.3.2 Indikasi
Obat anti obsesif-kompulsif diindikasikan untuk pasien dengan gejala
sindrom obsesif-kompulsif, yaitu paling sedikit dua minggu pasien mengalami
gejala-gejala sebagai berikut:
- Disadari sebagai pikiran, bayangan, atau impuls dari individu sendiri.
- Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak bisa dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
- Melaksanakan tindakan sesuai dengan pikiran tersebut tidak memberikan
kepuasan atau kesenangan melainkan sekedar perasaan lega dari ketegangan
atau ansietas.
- Gagasan, bayangan, pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Gejala tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu
aktifitas sehari-hari (disability).3
II.4.2.1 Benzodiazepin
Benzodiazepin terbagi menjadi 2 golongan, yaitu hipnotik (quazepam,
midazolam, estazolam, flurazepam, temazepam, dan triazolam) dan ansiolitik
(alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam, klorazepat, diazepam, dan lorazepam).
Benzodiazepin efektif untuk mempercepat tidur, memperpanjang waktu tidur
dengan mengurangi frekuensi terbangun, serta memperbaiki kualitas (dalamnya)
tidur. Obat-obatan ini pada umumnya kini dianggap sebagai obat tidur pilihan
pertama karena toksisitas dan efek sampingnya yang relatif paling ringan. Obat ini
juga menimbulkan lebih sedikit interaksi dengan obat lain, lebih ringan menekan
pernafasan dengan kecenderungan penyalahgunaan yang lebih sedikit.2
II.4.2.1.2 Farmakokinetik
Berkat sifat lipofiliknya, resorpsi benzodiazepin di usus berlangsung baik
(80-90%) dan cepat, sedangkan kadar maksimum dalam plasma tercapai dalam
waktu 0,5-2 jam. Klordiazepoksid, oksazepam dan lorazepam bersifat kurang
lipofilik, sehingga baru mencapai puncaknya dalam plasma setelah 1-4 jam.
Distribusinya dalam tubuh juga baik, terutama di otak, hati, otot jantung,
dan lemak. Beberapa diantaranya mengalami siklus enterohepatis, misalnya
diazepam, nitrazepam, dan bromazepam. Resorpsinya melalui supositoria agak
lambat, tetapi bila diberikan sebagai larutan dalam suatu bentuk rektal khusus
(rektiole), penyerapannya pesat sekali, yaitu lebih kurang 10 menit. Oleh karena
itu rektiole banyak digunakan untuk keadaan darurat, misalnya kejang pada anak.
Benzodiazepin dimetabolisme oleh sistem metabolik mikrosomal hati
mejadi senyawa yang juga aktif. Benzodiazepin dikeluarkan dalam urin sebagai
metabolit glukoronat atau metabolit oksidasi.2
II.4.2.2 Barbiturat
Obat-obat yang termasuk golongan barbiturat antara lain amobarbital,
fenobarbital, pentobarbital, sekobarbital, dan tiopental. Dahulu barbiturat
digunakan sebagai obat penenang atau untuk menidurkan pasien. Sekarang
sebagian besar telah digantikan oleh benzodiazepin karena barbiturat
menyebabkan toleransi, enzim metabolik obat, dependensi fisik, dan gejala putus
obat yang berat bahkan dapat menyebabkan koma dalam dosis toksik.2
II.4.2.2.2 Farmakokinetik
Barbiturat diabsorpsi oral dan beredar luas ke seluruh tubuh. Obat tersebar
dalam tubuh dari otak sampai ke darah splaknikus, otot skelet dan akhirnya ke
jaringan lemak. Barbiturat dimetabolisme dalam hati, dan metabolit yang tidak
aktif dikeluarkan dalam urin.2
II.4.2.3 Kloralhidrat
Secara kimiawi zat ini adalah aldehida (kloral) yang terikat dengan air,
menjadi alkohol. Kloralhidrat efektif bagi pasien-pasien yang gelisah, juga sebagai
obat pereda pada penyakit saraf histeria. Berhubung cepat terjadinya toleransi dan
resiko akan ketergantungan fisik dan psikis (serupa barbital), obat ini hanya
digunakan untuk waktu singkat (1-2 minggu). Penggunaannya kini sudah sangat
berkurang.
Efek sampingnya ringan, hampir tidak merintangi tidur-REM dan tidak
menimbulkan REM-rebound, juga efek-sisa pada keesokan harinya (hangover)
tidak seberapa. Dosis yang digunakan yaitu per oral 0,6-1 gram sebelum tidur atau
per rektal dalam basis hidrofil. Dengan dosis 10 gram, zat ini bisa menjadi sangat
berbahaya.5
II.5.1 Farmakodinamik
Sindrom panik berkaitan dengan hipersensitivitas dari reseptor serotonin
di SSP. Mekanisme kerja obat antipanik adalah menghambat reuptake serotonin
pada celah sinaptik antar neuron.
II.6.1.2 Farmakokinetik
Lithium adalah ion monovalent, termasuk dalam grup IA logam basa pada
tabel periodik. Lithium diabsorpsi keseluruhan setelah dikonsumsi secara oral.
Puncak konsentrasi plasma 1-1,5 jam pada sediaan standar dan 4-4,5 jam pada
sediaan lepas terkendali. Ekskresi dan metabolisme di ginjal (ekskresi
meningkat pada saat kehamilan dan akan menurun pada saat melahirkan).
Waktu paruh 1 sampai 3 hari. Litium melewati sawar darah otak dengan lambat.
Waktu paruh eliminasi adalah 18-24 jam pada dewaa muda dan akan lebih cepat
pada anak-anak dan orang tua.2
II.6.1.3 Farmakodinamik
Lithium tidak bersifat sedatif, depresif, ataupun euforian. Sebagai mood
stabilizer, mekanisme kerja lithium belum diketahui. Mekanisme kerja yang
paling khas dari lithium adalah kemampuannya dalam menembus membran
biologik dan dapat menggantikan peranan sodium (Na+) dalam membangkitkan
aksi potensial pada neuron.2
Selain itu, lithium juga menghambat secara langsung dua jalur tranduksi
sinyal yaitu menghambat sinyal inositiol (melalui deplesi pada inositol
intraselular) dan glycogen snythase kinase-3 (GSK-3) yang merupakan salah
satu komponen dari berbagai jalur sinyal. Penghambatan kedua sinyal tersebut
terjadi melalui penghambatan kerja enzim yang terlibat dalam kedua sinyal
tersebut, salah satunya adalah inositol monophosphatase.
II.6.1.4 Indikasi
Kira-kira 80% pasien manik berespon terhadap lithium meskipun respon
lithium sendiri membuthkan waktu 1-3 minggu terapi konsentrasi terapuetik.
Untuk mengatasi periode mania dengan segera, sebelum efek tercapai diobati
dulu dengan golongan benzodiazepin (klonopin) dan lorazepam pada 1-3
minggu pertama. Gejala pada seperlima hingga setengah pasien skizofrenia
berkurang setelah diberikan litium bersamaan dengan antipsiokotik.
II.6.1.5 Kontraindikasi
Litium tidak boleh diberikan pada perempuan hamil pada trimester
pertama karena risiko terjadinya defek lahir. Malformasi adalah kejadian
tersering terutama anomali Eibstein pada katup trikuspid. Pada perempuan
pasca melahirkan yang diterapi dengan obat ini, mempunyai risiko toksisitas
pada bayi dan ini dapat dikurangi risikonya dengan hidrasi saat persalinan. 2
II.7.1 Benzodiazepin
Benzodiazepin yang pertama kali diperkenalkan adalah chlordiazepoxide,
yaitu pada tahun 1959, kemudian diikuti dengan diazepam pada tahun 1963.1
II.7.1.1 Farmakodinamik
Pada umumnya, obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kerja GABA
pada amygdala dan korteks prefrontal pada alur cortico-striato-thalamo-cortical
(CSTC) untuk meredakan kecemasan. Reseptor yang dijadikan target dari
benzodiazepine adalah reseptor GABAA yang berada di postsinaps.
Benzodiazepine-sesnsitive GABAA receptor dengan subunit α2 yang diduga
sebagai target utamanya, penting dalam meregulasi kecemasan.2
Cara benzodiazepin meningkatkan kerja GABA, adalah dengan cara
menjadi positive allosteric modulator (PAM) : Benzodiazepin menempel pada
reseptor GABAA + GABA menempel pada sisi agonis GABA kanal Cl- menjadi
lebih sering terbuka.2
II.7.1.2
Farmakokinetik
Semua benzodiazepine kecuali clorazepate (tranxene), diabsorpsi dengan
sempurna setelah dikonsumsi secara oral dan mencapai puncak level serum
dalam 30 menit sampai 2 jam. Diazepam, chlordiazepam, clonazepam,
clorazepate, flurazepam, dan quazepam memiliki waktu paruh di plasma 30 jam
hingga lebih dari 100 jam (secara teknis, obat ini termasuk dalam benzodiazepine
kerja panjang). Semua obat yang termasuk dalam golongan benzodiazepine akan
larut dalam air. Kelarutan benzodiazepine dalam lemak inilah yang menentukan
distribusi, onset, dan terminasi kerja dari obat. Benzodiazepin diekskresikan
melalui ginjal secara lambat.1
II.7.1.3 Indikasi
Derivat benzodiazepin digunakan untuk meimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas dan keadaan psikosomatik yang ada hubungannya
dengan rasa cemas. Selain sebagai anti ansietas, derivat benzodiazepin juga
digunakan sebagai anti konvulsi, pelemas otot, hipnotik dan induksi anestesi
umum. Biasanya benzodiazepine diberikan pada penderita insomnia, gangguan
kecemasan, gangguan bipolar, katatonik, dan sebagian kecil penderita
Parkinson.1
II.7.1.4 Kontraindikasi
Penderita dengan penyakit hepar akan memiliki lebh tinggi kemungkinan
terjadinya efek samping dan toksisitas dari penggunaan derivat benzodiazepine.
Salah satu yang dapat ditimbulkan adalah hepatic coma (terutama pada
penggunaan dosis yang tinggi). Pemberian benzodiazepine dapat menyebabkan
gangguan pernapasan yang signifikan jika diberikan pada pasien COPD.
Beberapa data mengindikasikan bahwa benzodiazepin bersifat teratogenik. Oleh
karena itu tidak boleh diberikan pada pasien yang sedang hamil.1
II.7.2 Non-benzodiazepin
Selain dengan benzodiazepin, kecemasan dapat juga diobati dengan obat
lain seperti SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) dan SNRI (Serotonin
Norepiephrine Reuptake Inhibitor).2
II.7.2.1 SSRI
Pada gangguan kecemasan, pengeluaran serotonin yang termasuk dalam
neurotransmiter penting pada jalur CSTC terganggu ketika meregulasi
kekhawatiran dan rasa takut. Pemberian SSRI dapat meningkatkan pengeluaran
serotonin dengan cara menghambat transporter serotonin (SERT). Salah satu
jenis obat SSRI adalah buspirone, yang merupakan 5HT1A agonis. Buspirone
bekerja pada reseptor 5HT1A yang ada di presinap dan postsinap, yang kemudian
meningkatkan aktivitas serotonergik yang berproyeksi ke amigdala, korteks
prefrontal, striatum, dan thalamus.2
II.7.2.2 SNRI
Norepinefrin atau noradrenergik juga neurotransmitter lain yang sangat
penting peranannya dalam mengatur input ke amigdala, korteks prefrontal, dan
thalamus dalam jalur CSTC. Berlebihnya pengeluaran norepinefrin tidak hanya
menimbulkan manifestasi peripheral otonom yang berlebihan, dan dapat juga
memicu munculnya gejala cemas dan takut seperti mimpi buruk, serangan
panik, hyperarousal state. Gejala seperti mimpi buruk dapat dikurangi dengan
α1- adrenergic blocker seperti prazocin; gejala takut dan cemas dapat
dihilangkan dengan norepinephrine reuptake inhibitor (NET).2
REFERENSI
1. Sadock, Benjamin J. Kaplan and Sadock’s Sypnosis of Psychiatry: Behavioral Science/ Clinical Psychiatry. 11 th ed.
Lippincot William & Wilkins; 2015.
2. Stahl, Stephen M. Stahl’s Essential Psychopharmacology: Neuroscientific Basis and Practical Application. 4 th ed.
Cambridge; 2013.
3. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2013.
4. Mansjoer, Arif dkk. Terapi Farmakologis Psikiatri dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta;
2000. Pp 237-46.
5. Chamey, Mihic, Harris. Hypnotics and Sedative in Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of Therapeutics.
North America. The McGraw-Hill Companies, Inc; 2001.
6. Katzung, Bertram G et al. Basic and Clinical Pharmacology. 11th ed. Mcgraw-hill; 2009.