HUKUM
KELOMPOK 2
Apabila tidak ditetapkan lain dalam persetujuan/ perjanjian, maka kerjasama ini sudah
mulai berlaku sejak saat persetujuan.
3. Isi perjanjian
Pada umumnya hal- hal yang diatur dalam persetujuan / perjanjian adalah:
a. “bagian” yang harus dimasukan kedalam persekutuan;
b. Cara kerja
c. Pembagian keuntungan;
Apabila pembagian kentungan tidak diatur, maka berlaku ketentuan menurut undang-
undang;
d. Tujuan bekerja sama
Biasanya mengerjakan pekerjaan tetap seperti arsitek, pengacara,dokter asalkan tidak
dengan nama bersama seperti firma;
e. Waktu atau lamanya; dan
f. Lain lain yang perlu
5. Tanggung Jawab
Ada tanggung jawab antara mitra yang satu dengan mitra yang lainnya, dan terhadap pihak
ketiga,
Para mitra bebas untuk menentukan bagaimana keuntungan Maatschap akan dibagikan di
antara mereka. Apabila mereka tidak memutuskan mengenai bagian mereka masing-masing
dalam hal keuntungan, Pasal 1635 KUHPdt menetapkan bahwa keuntungan atau kerugian akan
dibagikan seimbang menurut nilai konstribusi setiap mitra dan mitra yang hanya
mengkontribusikan keterampilan dan jerih payah, akan memperoleh keuntungan atau kerugian
dalam bagian yang sama dengan mitra yang kontribusinya paling kecil baik dalam hal uang
ataupun barang.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berisi dua ketentuan wajib dalam pembagian
keuntungan di antara mitra Maatschap.
Pasal 1634 menyatakan bahwa para mitra tidak dapat memperjanjikan bahwa mereka akan
menyerahkan pengaturan tentang besarnya bagian masing-masing kepada salah seorang dari
mereka atau kepada seorang pihak ketiga.
Suatu janji yang demikian harus dianggap sebagai tidak tertulis, dan peraturan-peraturan dari
pasal selanjutnya dinyatakan bahwa janji untuk memberikan seluruh keuntungan kepada salah
seorang mitra, adalah batal. Namun janji yang menyatakan bahwa semua kerugian akan
ditanggung oleh salah seorang mitra atau lebih , diperbolehkan.
2. Pendirian
pendiri CV tidak memerlukan formalitas dalam mendirikan suatu CV. Pendirian
Suatu CV bisa dilakukan secara tertulis atau secara lisan, baik dengan akta otentik
ataupun dibawah tangan. Juga tidak ada suatu keharusan untuk melakukan pendaftaran
dan pengumuman dalam Berita Negara Rupublik Indonesia. CV adalah Firma, sehingga
dengan demikian harus memenuhi persyaratan Firma, berdasarkan pasal 23 KUHD.
3. Status Hukum CV
Seperti Firma, CV dianggap sebagai badan hokum terpisah, yang boleh
mempunyai aset sendiri, terpisah dari aset pribadi para mitra.
Apabila model CV besar, maka ada kemungkinan dibagi menjadi saham yaitu
saham atas nama dan saham atas tunjuk (aan toonder). Saham-saham dapat dialihkan atau
diwariskan. Demikian juga pengalihan hak atas piutang dengan cara cessie. Tetapi
terhadap Maatschap dan VOF/Fa hal ini tidak dimungkinkan, karena sifatnya yang
pribadi atau persoonlijik. Cessie adalah perbuatan hukum mengalihkan piutang oleh
kreditor pemegang hak tanggungan kepada pihak lain
6. Perbedaan CV dan PT
1. Pengurus CV bertanggung jawab penuh, sedangkan pengurus PT tanggung jawabnya
terbatas;
2. Bila anggota CV meninggal maka CV bubar, namun tidak demikian dengan halnya
pada PT. Keberadaan PT terus berlanjut, meskipun terjadi pengantian pengurus atau
kepengurusan (perpetual);
3. Pengurus CV bertindak selama perseroan berjalan, sedangkan pt tidak boleh;
4. CV terbagi atas saham mempunyai Komisaris namun tetap berstatus Komanditer,
sedangkan dalam PT selalu ada Komisaris;
1. Pengertian
Firma adalah bentuk pemitraan yang umumnya digunakan dalam bidang komersial
seperti usaha perdagangan dan pelayanan. Berbeda halnya dengan Maatschap yang diatur
dalam KUHPerdata Buku Ketiga Bab Kedelapan, Firma diatur dalam KUHD Bab Ketiga
Bagian Kedua. Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang menurut pasal 1 KUHD
adalah: “Ketentuan-ketentuan KUHPerdata berlaku juga terhadap hal-hal yang diatur
dalam KUHD, kecuali KUHD sendiri mengaturnya secara khusus, atau menyatakan
sebaliknya”. Ketentuan tentang Maatschap ada pada KUHPerdatajuga berlakumuntuk
Firma. Lebihdari itu sebagaimana dikatakan sebelumnya, kedua bentuk permitraan itu
diatur oleh Hukum Perjanjian yang ada dalam Hukum Perdata, kecuali dinyatakan secara
jelas mengabaikan Hukum Perjanjian.
Firma diatur dalam Pasa 16 sampai pasal 35 KUHD atau yang dulu disebut Wetboek
van Koophandel disingkat WvK.
Firma (Fa) adalah tiap perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu
perusahaan dibawah nama bersama atau Firma. Firma yaitu nama yang dipakai
untuk berdagang bersama-sama.
a) Setiap anggota berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak keluar atas nama
Firma;
b) Perjanjian yang dibuat oleh seorang anggota juga mengikat anggota-anggota lainnya;
c) Segala sesuatu yang diperoleh oleh seorang anggota menjadi harta Firma;
d) Tiap-tiap anggota secara tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya
atas perikatan Firma yang disebut tanggung jawab solider.
Satu ciri yang membedakan firma dari permitraan biasa atau maatschap adalah unsur
bisnis. Maatschap biasanya digunakan untuk profesi, sedangkan Firma biasanya digunakan
untuk kegiatan dagang atau komersial. Perbedaan ini bermula dari peraturan lama bahwa
hukum dagang hanya berlaku untuk pedagang dan pengusaha. Dengan Staatsblad 1938-276
perbedaan berdasarkan sifat orang sebagai kelompok yang berbeda dihapuskan. Jadi
semenjak tahun 1938 Hukum Dagang berlaku terhadap siapa saja yang terlibat dalam
bisnis, misalnya dagang dan perniagaan. Meskipun perbedaan antara bisinis atau orang
dagang dengan para proffesional sudah tidak mempunyai dasar hukum sejak 1938, namun
masih tetap sebagai masalah penggunaa.
Ciri kedua yang berbeda yang membedakan keduanya adalah penggunaan nama
bersama. Firm melakukan bisnis dibawah nama dagang bersama. Sedangkan maatscap,
para mitra bertindak atas nama mereka sendiri.
Jadi, Firma dan maatscahp mempunyai persamaan dan perbedaan sebagai berikut:
a. Firma (Fa)
1. Bertanggung jawab untuk seluruhnya atau tanggung jawab solider, saling percaya
antara anggota;
2. Tidak perlu diberi kuasa khusus;
3. Bukan badan hukum ;
4. Mempunyai harta kekayaan sehingga dapat ditagi oleh kreditur( yang sebelumnya
dapat menita barang pribadi)
5. Didirikan dengan perjanjian atas dasar asas konsesualitas :
1) Harus dengan akta otentik sesuai dengan pasal 22 KUHD yaitu:
a. Bentuknya menurut UU,
b. Dihadapan pejabat umum(notaris),
c. Merupakan bukti yang sempurna
2) Harus didaftarkan berikut isi aktanya( seperti nama dan sebagainya);
3) Harus diumumkan dalam berita negara RI
6. Pembagian keuntungan (pasal 1633 KUHPerdata) berdasarkan perbandingan besar
kecilnya Modal masing-masing.
b. Maatschap
1. Bertanggung jawab sendiri-sendiri, dan para anggota tidak terikat masing-masing
untuk seluruh utang maatschap atau pesekutuan;
2. Masing-masing anggota tidak bisa mengikat anggota lainnya, kecuali telah memberi
kuasa untuk itu;
3. Bukan merupakan badan hukum;
4. Tidak mempunyai harta kekayaan;
5. Didirikan dengan peranjian (konsesualitas), dengan akta otentik (tapi bukan
merupakan syarat mutlak seperti mendirikan PT melainkan hanya sebagai alat bukti);
6. Keuntungan yang diperoleh, dibagi-bagikan diantara para anggota
4. Kelamahan FIRMA
5. Pendirian
Firma keberadaannya bisa dengan perjanjian tertulis atau dengan lisan tetapi prakteknya
adalah yang terbaik dengan perjanjian tertulis atau akta otentik yang dibuat pada waktu
mendirikan firma. Meskipun pernajian lisan para pihak adalah cukup merupakan perjanian
Firma, perjanjian tertulis mungkin diperlukan sebagai bukti tentang keberadaan firma, bila itu
disangkal oleh mitra atau pihak ketiga.
6. Pendaftran
Setelah firma didirikan dengan akta otentik, mitra segera mendaftarkan akta pendirian
dan mengumumkn daam berita negara RI.
Bila pendaftaran dan pengumuman keberadaan firma tidak dilaksanakan, bisa berakibat
langsung kepada para mitra. Menurut pasal 29 KUHD, berkenaan dengan pihak ketiga firma
yang tidak didaftarkan akan dianggap sebagai mempunyai maksud usaha yang tidak terbatas, dan
jangka waktu keberadaan firma tidak tertentu. Dengan peraturan ini, pihak ketiga yang bertindak
dengan itikad baik terlindungi bila melakukan transaksi dengan frma tidak terdaftar.
Bila firma belum terdaftar, pihak ketiga yang melakukan bisnis dengan sejumlah orang-
orang dibawah nama bersama bisa mengasumsikan keberadaan firma. Pasal 18 menyatakan
bahwa siapapun memberi kesan bertindak sebagai mitra dari firma, ia bertanggungjawab atas
tindakannya. Orang yang bertahan dirinya sebagai mitra dicegah dari menyangkal keberadaan
firma. Bila sebaliknya firma telah didaftarkan, kemudian pihak ketiga akan menanggung risiko
terlibat dalam bisnis dengan mitra yang kurang kewenangan untuk melaksanakan bisnis tersebut.
Perbedaan penting secara hukum antara firma dengan maatschap menyangkut kekayaan
permitraan. Berdasarkan jurisprudensi dan pendapat para ahi yang berlaku, firma adalah badan
hukum yang bisa mempunyai kekayaan terpisah dari kekayaan para mitra. Dalam maatschap,
kekayaannya hanya jumlah dari apa yang dikontribusikan oleh para mitra pada maatschap
ditambah keuntungan yang mereka buat bersama, dikurangi utang-utang terhadap pihak ketiga.
Dalam hal ini firma selangkah lebih maju dengan pemisahan kekayaan firma dari kekayaan
setiap mitra secara perseorangan.
Sebagai konsekuensi, para kreditor firma yang mempunyai tagihan pada kekayaan firma
harus didahulukan dari para kreditor setiap mitra perseorangan. Para kreditor firma bisa
melakukan tagihan langsung pada kekayaan firma, sedangkan kreditor mitra perseorangan bisa
menagih hanya apabila barang-barang atau kekayaan sudah menjadi kekayaan mitra pribadi,
setelah likuidasi atau penutupan firma dan menjual asetnya.
Hukum dagang tidak menyinggung sesuatu berkenaan dengan ukum antara mitra, oleh
karena itu maka hal tersebut diatur berdasarkan pasal 1624 sampai pasal 1641 KUHPerdata
tentang perikatan-perikatan antara para sekutu atau mitra. Demikian juga halnya dengan
maatschap.
Perbedaan lainnya antara mattschap dan firma adalah mengenai hubungan antar mitra
dengan pihak ketiga. Daam maatschap, mitra tidak mengikat mitra lainnya kecuali ia telah diberi
kuasa atau permitraan telah memperoleh manfaat-manfaat dari transaksi. Dalam firma, menurut
pasal 17 KUHD, setiap mitra mempunyai hak untuk bertindak atas nama firma dalam lingkup
kegiatannya dan mengikat firma terhadap orang-orang ketiga kecuali dia telah menyatakan
menolak hak tersebut.
Menurut pasal 18 KUHD setiap mitra bertanggung jawab masing-masing dan untuk
setiap tanggung jawab firma terhadap orang ketiga. Ketentuan ini membuat melakukan bisnis
dengan firma mnjadi berguna.
10.Mitra-mitra Baru
Apabila karena kematian dari satu mitra atau karena sebab lain kemudian mitra harus
diganti, sorang dapat mwnggunakan satu dar dua cara berikut:
1) Firma yang lama bisa dibubarkan dan yang baru didirikan; atau
2) Firma yang lama diteruskan dengan memasukkan mitra baru untuk menggantikan
mitra yang lama.
Perbedaan antara dua cara tersebut, bukanlah terletak pada tanggung jawab dari para
mitra untuk utang-utang lama, melainkanterletak pada tanggung jawab firma sendiri terhadap
utang-utang lama. Bila firma baru suda berdiri, firma baru ini tidak akan bertanggung jawab
untuk utang-utang dari firma lama, sedangkan apabia firma hanya diteruskan dengan
memasukkan mitra baru menggantikan mitra lama, tentunya firma masih bertanggungjawab
untuk utang-utangnya. Ini tidak pasti, apakah dalam hal ini mitra baru bertanggung jawab untuk
utang-utang lama? Sebagian ahli hukum berpendapat bahwa menganggap mitra baru
bertanggung jawab untuk utang-utang lama adalah tidak beralasan.
Sebab-sebab berakhirnya firma adalah sama seperti matschap. Dalam menangani utang-
utang firma, pertama-tama dana firma yang digunakan. Apabila kekayaan firma tidak cukup
untuk membayar semua utang-utang firma, para mitra harus memberi kontribusi sesuai menurut
bagiannya. Bila kekayaan firma tersisa setelah pembayaran emua utang-utangnya, kekayaan akan
dibagikan diantara para mitra menurut ketentuan perjanjian firma ( Pasal 32 KUHD).