Anda di halaman 1dari 14

BADAN USAHA TIDAK BERBADAN

HUKUM
KELOMPOK 2

ASTRIA RAHMADONA 170461201093


CORNELLA AGTESIA MANALU 170461201081
DIYAH ALIANTI 170461201065
DWI YUANA NINGSIH 180461201069
FITRAH RAMADHIAN 190461201059
SARIMAH 170461201088
Bentuk bentuk badan usaha non berbadan hukum yang merupakan peninggalan pemerintah
belanda, sehingga nama ataupun istilah yang digunakan masih dalam bahasa aslinya yaitu
belanda.

A. MAATSCHAP (Persekutuan Perdata)


1. Pengertian
Maatschap diatur dalam pasal 618 hingga pasal 1652 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, atau yang dulu disebut Burgerlijk Wetboek. Nama Maatschap diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia dengan “Persekutuan” atau “Perseroan”, namun disamping itu
ada yang menerjemahkan menjadi “Perkongsian”, “Kompanyon” dan lain- lain,
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang dimaksud dengan Maatschap
adalah suatu persetujuan di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu kdalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan
yang terjadi karenanya.
“Sesuatu” disini dimaksudkan dalam arti luas,yaitu bisa berupa uang atau jasa bisa juga
berupa barang-barang lain, ataupun kerajinan yang dimasukkan kedalam persekutuan
sebagai kontribusi dari anggota atau mitra yang bersangkutan. “Kerajinan” yang dimaksud
berupa tenaga atau keterampilan yang dimasukkan kedalam persekutuan, karena hal ini
merupakan syarat mutlak bagi terbentuknya suatu maatschap.

Maatschap mengandung unsur-unsur sebagai berikut :


a. Bertindak secara terang-terangan
b. Harus bersifat kebendaan
c. Untuk memperoleh keuntungan,
d. Keuntungan dibagi-bagikan antara anggota
e. Kerjasama ini tidak nyata tampak keluar atau tidak diberitahukan kepada umum,
f. Harus ditujukan pada sesuatu yang mempunyai sifat yang dibenarkan dan diizinkan,
g. Diadakan untuk kepentingan bersama para anggotanya(bermanfaat)
2. Bentuk Maatschap
Maatschap dikatakan pula sebagai bentuk permitraan dasar (basic partnership form),
bentuk usaha yang biasanya dipergunakan oleh para Konsultan, Ahli Hukum, Notaris, Dokter,
Arsitek dan profesi- profesi sejenis lainnya.
Maatschap merupakan bentuk-bentuk permitran paling sederhana karena:
a. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang “besarnya” modal, seperti misalnya
dalam PT yang menetapkan besar modal minimal;
b. Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap, selain
berbentuk uang atau barang, boleh menyumbangkan hanya tenaga saja;
c. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan;
d. Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam firma;

Apabila tidak ditetapkan lain dalam persetujuan/ perjanjian, maka kerjasama ini sudah
mulai berlaku sejak saat persetujuan.

3. Isi perjanjian
Pada umumnya hal- hal yang diatur dalam persetujuan / perjanjian adalah:
a. “bagian” yang harus dimasukan kedalam persekutuan;
b. Cara kerja
c. Pembagian keuntungan;
Apabila pembagian kentungan tidak diatur, maka berlaku ketentuan menurut undang-
undang;
d. Tujuan bekerja sama
Biasanya mengerjakan pekerjaan tetap seperti arsitek, pengacara,dokter asalkan tidak
dengan nama bersama seperti firma;
e. Waktu atau lamanya; dan
f. Lain lain yang perlu

4. Pendirian dan kerja sama


Maatschap dapat didirikan melalui perjanjian yang sederhana, dan tidak ada pengajuan
formal atau tidak diperlukan adanya persetujuan Pemerintah. Demikian pula pendiriannya cukup
secara lisan, tetapi bisa juga berdasarkan akta pendirian.
Perjanjiannya bisa secara tertulis ataupun lisan, atau bahkan bisa dinyatakan melalui
tindakan – tindakan atau perbuatan para pihak. Maatschap biasanya bertindak di bawah
nama-nama para anggota atau mitranya, meskipu ini bukan merupakan pesyaratan hukum.
Sebagaimana disebutkan di atas, menurut ketentuan KUHPdt pasal 1618, diperlukan
dua hal untuk perjanjian maatschap:
a. Kontribusi dari tiap mitra berupa uang, barang atau keterampilan/ kerajinan tertentu;
b. Bermaksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.

5. Tanggung Jawab

Ada tanggung jawab antara mitra yang satu dengan mitra yang lainnya, dan terhadap pihak
ketiga,

a. Tanggung jawab intern atau mitra


Para mitra Maatschap bisa dengan perjanjian khusus menunjuk salah seorang di
antara mereka atau orang ketiga sebagai Pengurus Maatschap. Pasal 1637 KUHPdt
menetapkan bahwa pengurus yang ditunjuk tersebut berhak melakukan semua
tindakan kepengurusan yang ia anggap perlu, walaupun tidak disetujui oleh beberapa
mitra, asalkan dilakukan dengan itikad baik. Jadi, pengurus dapat bertindak atas nama
mitra dan mengikat para mitra selama penunjukannya. Para mitra tentunya masih
bebas untuk menggeser atau mengganti pengurus tersebut. Apabila selagi pengurus
yang ditunjuk ada, maka mitranya yang bukan pengurus tidak mempunyai
kewenangan untuk bertindak atas nama mitra dan tidak bisa mengikat para mitranya
terhadap pihak ketiga.
b. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga
Ketentuan umum mengenai tanggung jawab terhadap pihak ketiga, adalah bahwa
pihak ketiga yang mengadakan perjanjian dengan mitra Maatschap tidak dapat
mengandalkan pada mitra tersebut mengikat Maatschap secara keseluruhan, atau mitra
lain secara perorangan.
Ketiadaan kuasa khusus atau persetujuan dari mitra lain, pihak ketiga hanya dapat
mengharap pada mitra yang bertindak, atau mitra yang bertanggung jawab terhadap
perikatan. Karena menurut Pasal 1642 KUHPdt menyatakan bahwa “para mitra
tidaklah terikat masing-masing untuk selurruh utang Maatschap; dan masing masing
mitra tidak bisa mengikat mitra lainnya, apabila mereka tidak telah memberikan kuasa
kepadanya untuk itu.
6. Pembagian Keuntungan dan Kerugian

Para mitra bebas untuk menentukan bagaimana keuntungan Maatschap akan dibagikan di
antara mereka. Apabila mereka tidak memutuskan mengenai bagian mereka masing-masing
dalam hal keuntungan, Pasal 1635 KUHPdt menetapkan bahwa keuntungan atau kerugian akan
dibagikan seimbang menurut nilai konstribusi setiap mitra dan mitra yang hanya
mengkontribusikan keterampilan dan jerih payah, akan memperoleh keuntungan atau kerugian
dalam bagian yang sama dengan mitra yang kontribusinya paling kecil baik dalam hal uang
ataupun barang.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berisi dua ketentuan wajib dalam pembagian
keuntungan di antara mitra Maatschap.

Pasal 1634 menyatakan bahwa para mitra tidak dapat memperjanjikan bahwa mereka akan
menyerahkan pengaturan tentang besarnya bagian masing-masing kepada salah seorang dari
mereka atau kepada seorang pihak ketiga.

Suatu janji yang demikian harus dianggap sebagai tidak tertulis, dan peraturan-peraturan dari
pasal selanjutnya dinyatakan bahwa janji untuk memberikan seluruh keuntungan kepada salah
seorang mitra, adalah batal. Namun janji yang menyatakan bahwa semua kerugian akan
ditanggung oleh salah seorang mitra atau lebih , diperbolehkan.

7. Pengalihan Kepentingan Pemitraan


Kepentingan permitraan tidak bisa dialihkan tanpa persetujuan mitra lainnya kecuali telah
diperjanjikan demikian dalam perjanjian permitraan. Jadi, kecuali diperjanjikan sebaliknya,
kematian, penempatan dibawah pengampuan (onder curatele), kepailitan dari mitra, akan
menyebabkan maatschap bubar. (Pasal 1641 KUHPdt). Adalah mungkin bagi seorang mitra
untuk membuat perjanjian sub-mitra dengan pihak ketiga walaupun hubungan yang demikian
hanya berakibat antara pihak ketiga dan mitra yang bersangkutan. Hal itu tidak berpengaruh baik
terhadap maatschap ataupun kepada orang lain yang bertransaksi dengan maatschap.
8. Pembubaran dan Penyelesaian
Maatschap dengan sendirinya bubar atau berakhir dengan sendirinya apabila terjadi salah
satu dari yang disebutkan dibawah ini (pasal 1646 KUHPerdata) :
a) Lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian maatschap;
b) Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok permintaan;
c) Atas kehendak semata-mata dari beberapa atau seorang mitra;
d) Jika salah seorang mitra meninggal atau ditempatkan dibawah pengampuan (onder
curatele), atau ditanyakan pailit.
Berkenaan dengan huruf a), nila Maatschap sejak semula didirikan untuk waktu tertentu
namun diteruskan oleh para mitra melewati waktu tersebut, maka kemudian secara hokum
Maatschap itu didirikan untuk waktu yang tidak tertentu.
Berkenaan dengan huruf c), terdapat perbedaan antara Maatschap yang didirikan untuk
waktu yang tidak tertentu. Dalam kasus sebelumnya pengunduran diri tidak dapat terjadi
sebelum waktu yang ditunjuk kecuali semua mitra setuju atau ada perintah pengadilan
(yang diberikan untuk alasan demikian, seperti misalnya tidak berprestasi atau sakit berat).
Menurut pasal 1649 KUHPerdata pengunduran diri harus pada waktunya dan dengan itikad
baik.
Pemberitahuan pengunduran diri dianggap telah dilakukan tidak dengan itikad baik
apabila dengan maksud untuk mengambil suatu keuntungan bagi diri sendiri,sedangkan
seharusnya menjadi hak maatschap. Pemberitahuan pengunduran diri dianggap sebagai
tidak pada waktunya apabila kepentingan yang terbaik dari maatschap secara keseluruhan
memerlukan penundaan pembubaran (pasal 1650 KUHPerdata).

9. Pembagian Kekayaan Maatschap


Bila setelah pe,bayaran utang-utang kekayaan Maatschap masih tersisa, kekayaan akan
dibagi diantara mitra menurut ketentuan perjanjian Maatschap. Bila sebaliknya kekayaan
Maatxchapntidak cukup untuk membayar semua utang-utangnya, maka utang-utang
tersebut akan dibebankan pada tiap-tiap mitra sesuai dengan perjanjian Maatschap.
Proses penyelesaian biasanya akan dilakukan oleh “likuidator” (trustee) yang ditunjuk
oleh para mitra. Apabila perjanjian pendirian. Maatscap tidak mengatur hal tersebut atau
apabila tidak setuju atas penunjukkan satu atau lebih diantara mereka bertindak selaku
trustee, kemudian para mitra bertindak bersama-sama sebagai trustee atas kekayaan.
Dengan pembubaran, setiap wewenang mitra sebelumnya yang berkenaan dengan
pengurusan Maatschap dianggap dicabut, dan pengurus harus menyerahkan laporan
perhiyingan kepengurusan. Bentuk permitraan (partnership) yang lain adalah
Vennootschap Onder Firma (VOF atau Fa).

B. COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (CV) atau permitraan terbatas


1. Pengertian
Commanditaire Vennootschap atau CV yang biasa disebut perseroan komanditer
adalah suatu perusahaan yang didirikan oleh suatu atau beberapa orang secara tanggung-
menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya atau bertanggung jawab secara
solider, dengan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldscieter).
Pasal 19 KUHD menyatakan bahwa CV adalah permitraan terdiri dari suatu atau
lebih mitra biasa dan satu atau lebih mitra diam (komanditer), yang secara pribadi
bertanggung jawab untuk semua utang permitraan. Mitra diam kontribusinya hanya
modal untuk permitraan, dan bertanggung jawab hanya untuk sebesar kontribusinya.
Kehadiran mitra diam adalah ciri utama CV atau permitraan terbatas.
Status mitra diam atau komanditer/komanditaris adalah penting, berbeda dengan
kreditor. Sedangkan kreditor menahan tagihan terhadap CV meskipun setelah asset
permitraan dikosangkan. Mitra diam hanya mempunyai hak mengambil bagian dalam
asset permitraan bila ada untung. Mitra diam mengambil bagian kerugian juga
keuntungan permitraan, salah satunya, ia untung atau rugi hanya sebesar kontribusi.
Si pengurus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga, karena tidak
semua anggotanya bertindak keluar. Jadi mitra diam atau komanditer adalah anggota
pasif, misalnya si A dan B yang menyediakan sejumlah modal dan tanggung jawabnya
terbatas dalam CV. Mereka juga biasa disebut sleeping partners atau stille vennoot,
karna hanya sebagai pelepas uang (gelgschieter) atau pemberi uang, yaitu orang yang
mempercayakan uangnya. Dalam hal ini memungkinkan pengumpulan modal yang lebih
banyak dari system Firma.
Sedangkan si C dan D yang menjalankan CV, yaiyu anggota yang aktif selaku
pengurus atau pemimpin, disebut komplementaris, dengan tanggung jawabnya sampai
kepada harta pribadinya.
Tiap-tiap komanditer yang ikut melakukan perbuatan pengurusan, yang bekerja
dalam CV dan mengizinkan pemakaian namanya, bertanggung jawab secara solider atau
bertanggung jawab untuk seleruhnya.

2. Pendirian
pendiri CV tidak memerlukan formalitas dalam mendirikan suatu CV. Pendirian
Suatu CV bisa dilakukan secara tertulis atau secara lisan, baik dengan akta otentik
ataupun dibawah tangan. Juga tidak ada suatu keharusan untuk melakukan pendaftaran
dan pengumuman dalam Berita Negara Rupublik Indonesia. CV adalah Firma, sehingga
dengan demikian harus memenuhi persyaratan Firma, berdasarkan pasal 23 KUHD.

3. Status Hukum CV
Seperti Firma, CV dianggap sebagai badan hokum terpisah, yang boleh
mempunyai aset sendiri, terpisah dari aset pribadi para mitra.
Apabila model CV besar, maka ada kemungkinan dibagi menjadi saham yaitu
saham atas nama dan saham atas tunjuk (aan toonder). Saham-saham dapat dialihkan atau
diwariskan. Demikian juga pengalihan hak atas piutang dengan cara cessie. Tetapi
terhadap Maatschap dan VOF/Fa hal ini tidak dimungkinkan, karena sifatnya yang
pribadi atau persoonlijik. Cessie adalah perbuatan hukum mengalihkan piutang oleh
kreditor pemegang hak tanggungan kepada pihak lain

4. Perbedaan Mitra Biasa dan Mitra Diam (Pasif)


Ada beberapa perbedaan antara mitra biasa dan mitra diam yaitu:
1) Mitra biasa mempunyai hak untuk mengelola CV, sedangkan mitra dim tidak;
2) Mitra biasa secara pribadi bertanggung jawab untuk seluruh utang CV, sedangkan
mitra diam hanya bertanggung jawab untuk transaksi CV sampai sejumlah
kontribusinya. Dalam hal ini mitra diam dalam posisi sama sebagai pemegang saham
PT.
5. Hubungan dengan pihak ketiga
Pandangan yang berlaku adalah pihak ketiga tidak boleh menuntut para mitra
diam. Pihak ketiga yang berurusan/ bertransaksi dengan CV hanya boleh menuntut CV
atau para mitra biasa, jadi biarkan mitra biasa mendapat dari mitra diam apapun yang
menjadi hak mereka.
Tetapi bila mitra diam, menampilkan kewenangan mengurus CV, dia boleh
dituntut sebagai mitra biasa oleh pihak ketiga (Pasal 21 KUHD). Mitra diam dianggap
memberikan penampilan kepengurusan/manajerial demikian, bila dia menunjukkan
tindakkan-tindakan dari manajemen (pasal 20 KUHD) atau bila namanya diselipkan
didalam nama perseroan, bila dia sebelumnya bukan mitra aktif (pasal 20 dan 30 KUHD).

6. Perbedaan CV dan PT
1. Pengurus CV bertanggung jawab penuh, sedangkan pengurus PT tanggung jawabnya
terbatas;
2. Bila anggota CV meninggal maka CV bubar, namun tidak demikian dengan halnya
pada PT. Keberadaan PT terus berlanjut, meskipun terjadi pengantian pengurus atau
kepengurusan (perpetual);
3. Pengurus CV bertindak selama perseroan berjalan, sedangkan pt tidak boleh;
4. CV terbagi atas saham mempunyai Komisaris namun tetap berstatus Komanditer,
sedangkan dalam PT selalu ada Komisaris;

C. VENNOOTSCHAP ONDER FIRMA (VOF) atau FIRMA ( Fa )

1. Pengertian

Firma adalah bentuk pemitraan yang umumnya digunakan dalam bidang komersial
seperti usaha perdagangan dan pelayanan. Berbeda halnya dengan Maatschap yang diatur
dalam KUHPerdata Buku Ketiga Bab Kedelapan, Firma diatur dalam KUHD Bab Ketiga
Bagian Kedua. Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang menurut pasal 1 KUHD
adalah: “Ketentuan-ketentuan KUHPerdata berlaku juga terhadap hal-hal yang diatur
dalam KUHD, kecuali KUHD sendiri mengaturnya secara khusus, atau menyatakan
sebaliknya”. Ketentuan tentang Maatschap ada pada KUHPerdatajuga berlakumuntuk
Firma. Lebihdari itu sebagaimana dikatakan sebelumnya, kedua bentuk permitraan itu
diatur oleh Hukum Perjanjian yang ada dalam Hukum Perdata, kecuali dinyatakan secara
jelas mengabaikan Hukum Perjanjian.

Firma diatur dalam Pasa 16 sampai pasal 35 KUHD atau yang dulu disebut Wetboek
van Koophandel disingkat WvK.

Firma (Fa) adalah tiap perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu
perusahaan dibawah nama bersama atau Firma. Firma yaitu nama yang dipakai
untuk berdagang bersama-sama.

Hubungannya dengan pihak ketiga, bertindak secara terang-terangan. Firma


merupakan suatu perikatan perdata yang khusus, dengan tanggung jawab masing-masing
untuk seluruhnya. Misalnya: Fa. Aryaputra & Co.

2. Hak dan Tanggung Jawab Anggota

a) Setiap anggota berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak keluar atas nama
Firma;
b) Perjanjian yang dibuat oleh seorang anggota juga mengikat anggota-anggota lainnya;
c) Segala sesuatu yang diperoleh oleh seorang anggota menjadi harta Firma;
d) Tiap-tiap anggota secara tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya
atas perikatan Firma yang disebut tanggung jawab solider.

Jadi, dengan demikian langsung dan sendiri-sendiri bertanggung jawab sepenuhnya


terhadap pihak ketiga.

3. Perbandingan antara Firma dan Maatschap

Satu ciri yang membedakan firma dari permitraan biasa atau maatschap adalah unsur
bisnis. Maatschap biasanya digunakan untuk profesi, sedangkan Firma biasanya digunakan
untuk kegiatan dagang atau komersial. Perbedaan ini bermula dari peraturan lama bahwa
hukum dagang hanya berlaku untuk pedagang dan pengusaha. Dengan Staatsblad 1938-276
perbedaan berdasarkan sifat orang sebagai kelompok yang berbeda dihapuskan. Jadi
semenjak tahun 1938 Hukum Dagang berlaku terhadap siapa saja yang terlibat dalam
bisnis, misalnya dagang dan perniagaan. Meskipun perbedaan antara bisinis atau orang
dagang dengan para proffesional sudah tidak mempunyai dasar hukum sejak 1938, namun
masih tetap sebagai masalah penggunaa.

Ciri kedua yang berbeda yang membedakan keduanya adalah penggunaan nama
bersama. Firm melakukan bisnis dibawah nama dagang bersama. Sedangkan maatscap,
para mitra bertindak atas nama mereka sendiri.

Jadi, Firma dan maatscahp mempunyai persamaan dan perbedaan sebagai berikut:

a. Firma (Fa)
1. Bertanggung jawab untuk seluruhnya atau tanggung jawab solider, saling percaya
antara anggota;
2. Tidak perlu diberi kuasa khusus;
3. Bukan badan hukum ;
4. Mempunyai harta kekayaan sehingga dapat ditagi oleh kreditur( yang sebelumnya
dapat menita barang pribadi)
5. Didirikan dengan perjanjian atas dasar asas konsesualitas :
1) Harus dengan akta otentik sesuai dengan pasal 22 KUHD yaitu:
a. Bentuknya menurut UU,
b. Dihadapan pejabat umum(notaris),
c. Merupakan bukti yang sempurna
2) Harus didaftarkan berikut isi aktanya( seperti nama dan sebagainya);
3) Harus diumumkan dalam berita negara RI
6. Pembagian keuntungan (pasal 1633 KUHPerdata) berdasarkan perbandingan besar
kecilnya Modal masing-masing.
b. Maatschap
1. Bertanggung jawab sendiri-sendiri, dan para anggota tidak terikat masing-masing
untuk seluruh utang maatschap atau pesekutuan;
2. Masing-masing anggota tidak bisa mengikat anggota lainnya, kecuali telah memberi
kuasa untuk itu;
3. Bukan merupakan badan hukum;
4. Tidak mempunyai harta kekayaan;
5. Didirikan dengan peranjian (konsesualitas), dengan akta otentik (tapi bukan
merupakan syarat mutlak seperti mendirikan PT melainkan hanya sebagai alat bukti);
6. Keuntungan yang diperoleh, dibagi-bagikan diantara para anggota

4. Kelamahan FIRMA

1. Mempertaruhkan seluruh harta pribadi;


2. Kelangsungan hidup firma tidak terjamin, karna bila ada anggota yang meninggal
dunia, maka firma bubar. Karena sifatnya pribadi (persoonlijk), maka tidak dapat
dialihkan.

5. Pendirian

Firma keberadaannya bisa dengan perjanjian tertulis atau dengan lisan tetapi prakteknya
adalah yang terbaik dengan perjanjian tertulis atau akta otentik yang dibuat pada waktu
mendirikan firma. Meskipun pernajian lisan para pihak adalah cukup merupakan perjanian
Firma, perjanjian tertulis mungkin diperlukan sebagai bukti tentang keberadaan firma, bila itu
disangkal oleh mitra atau pihak ketiga.

6. Pendaftran

Setelah firma didirikan dengan akta otentik, mitra segera mendaftarkan akta pendirian
dan mengumumkn daam berita negara RI.

Bila pendaftaran dan pengumuman keberadaan firma tidak dilaksanakan, bisa berakibat
langsung kepada para mitra. Menurut pasal 29 KUHD, berkenaan dengan pihak ketiga firma
yang tidak didaftarkan akan dianggap sebagai mempunyai maksud usaha yang tidak terbatas, dan
jangka waktu keberadaan firma tidak tertentu. Dengan peraturan ini, pihak ketiga yang bertindak
dengan itikad baik terlindungi bila melakukan transaksi dengan frma tidak terdaftar.

Bila firma belum terdaftar, pihak ketiga yang melakukan bisnis dengan sejumlah orang-
orang dibawah nama bersama bisa mengasumsikan keberadaan firma. Pasal 18 menyatakan
bahwa siapapun memberi kesan bertindak sebagai mitra dari firma, ia bertanggungjawab atas
tindakannya. Orang yang bertahan dirinya sebagai mitra dicegah dari menyangkal keberadaan
firma. Bila sebaliknya firma telah didaftarkan, kemudian pihak ketiga akan menanggung risiko
terlibat dalam bisnis dengan mitra yang kurang kewenangan untuk melaksanakan bisnis tersebut.

7. Harta Kekayaan Firma

Perbedaan penting secara hukum antara firma dengan maatschap menyangkut kekayaan
permitraan. Berdasarkan jurisprudensi dan pendapat para ahi yang berlaku, firma adalah badan
hukum yang bisa mempunyai kekayaan terpisah dari kekayaan para mitra. Dalam maatschap,
kekayaannya hanya jumlah dari apa yang dikontribusikan oleh para mitra pada maatschap
ditambah keuntungan yang mereka buat bersama, dikurangi utang-utang terhadap pihak ketiga.
Dalam hal ini firma selangkah lebih maju dengan pemisahan kekayaan firma dari kekayaan
setiap mitra secara perseorangan.

Sebagai konsekuensi, para kreditor firma yang mempunyai tagihan pada kekayaan firma
harus didahulukan dari para kreditor setiap mitra perseorangan. Para kreditor firma bisa
melakukan tagihan langsung pada kekayaan firma, sedangkan kreditor mitra perseorangan bisa
menagih hanya apabila barang-barang atau kekayaan sudah menjadi kekayaan mitra pribadi,
setelah likuidasi atau penutupan firma dan menjual asetnya.

8. Hubungan Hukum Antara Mitra

Hukum dagang tidak menyinggung sesuatu berkenaan dengan ukum antara mitra, oleh
karena itu maka hal tersebut diatur berdasarkan pasal 1624 sampai pasal 1641 KUHPerdata
tentang perikatan-perikatan antara para sekutu atau mitra. Demikian juga halnya dengan
maatschap.

9.Hubungan dengan pihak ketiga

Perbedaan lainnya antara mattschap dan firma adalah mengenai hubungan antar mitra
dengan pihak ketiga. Daam maatschap, mitra tidak mengikat mitra lainnya kecuali ia telah diberi
kuasa atau permitraan telah memperoleh manfaat-manfaat dari transaksi. Dalam firma, menurut
pasal 17 KUHD, setiap mitra mempunyai hak untuk bertindak atas nama firma dalam lingkup
kegiatannya dan mengikat firma terhadap orang-orang ketiga kecuali dia telah menyatakan
menolak hak tersebut.
Menurut pasal 18 KUHD setiap mitra bertanggung jawab masing-masing dan untuk
setiap tanggung jawab firma terhadap orang ketiga. Ketentuan ini membuat melakukan bisnis
dengan firma mnjadi berguna.

10.Mitra-mitra Baru

Apabila karena kematian dari satu mitra atau karena sebab lain kemudian mitra harus
diganti, sorang dapat mwnggunakan satu dar dua cara berikut:

1) Firma yang lama bisa dibubarkan dan yang baru didirikan; atau
2) Firma yang lama diteruskan dengan memasukkan mitra baru untuk menggantikan
mitra yang lama.

Perbedaan antara dua cara tersebut, bukanlah terletak pada tanggung jawab dari para
mitra untuk utang-utang lama, melainkanterletak pada tanggung jawab firma sendiri terhadap
utang-utang lama. Bila firma baru suda berdiri, firma baru ini tidak akan bertanggung jawab
untuk utang-utang dari firma lama, sedangkan apabia firma hanya diteruskan dengan
memasukkan mitra baru menggantikan mitra lama, tentunya firma masih bertanggungjawab
untuk utang-utangnya. Ini tidak pasti, apakah dalam hal ini mitra baru bertanggung jawab untuk
utang-utang lama? Sebagian ahli hukum berpendapat bahwa menganggap mitra baru
bertanggung jawab untuk utang-utang lama adalah tidak beralasan.

11. Berakhir dan Pembubaran

Sebab-sebab berakhirnya firma adalah sama seperti matschap. Dalam menangani utang-
utang firma, pertama-tama dana firma yang digunakan. Apabila kekayaan firma tidak cukup
untuk membayar semua utang-utang firma, para mitra harus memberi kontribusi sesuai menurut
bagiannya. Bila kekayaan firma tersisa setelah pembayaran emua utang-utangnya, kekayaan akan
dibagikan diantara para mitra menurut ketentuan perjanjian firma ( Pasal 32 KUHD).

Anda mungkin juga menyukai