Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“AMFIBI”

OLEH :

NAMA : PUTU DESIANI


KELAS : IX. B
NO. : 25

SMP N 4 BANJAR
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Om, Swastiastu
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Ida SangHyang Widhi Wasa yang
maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Amfibi”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan pembaca sekian makalah ini dibuat akhir kata kami akhiri dengan
menghaturkan parama santhi.

Om, Santih, Santih, Santih, Om

Pedawa, 29 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.........................................................................................................................Lat
ar Belakang....................................................................................................1
1.2.........................................................................................................................Ru
musan Masalah...............................................................................................2
1.3.........................................................................................................................Tuj
uan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi dan karakteristik Amphibi..............................................................3
2.2. Klasifikasi dalam Kelas Amphibi................................................................5
2.3. Morfologi Kelas Amphibi............................................................................12
2.4. Anatomi Amphibi.........................................................................................13
2.5. Habitat dan Persebaran Amfibi....................................................................16
2.6. Peranan Amfibi............................................................................................16

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan...................................................................................................17
3.2. Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang      


Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah
hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah
dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu,
amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi
mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang.
Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi
pun dapat berjalan di atas daratan.
            Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati
sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau.
Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di
gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau
panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai
dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat
bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap.
Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi
dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di
dasar kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan
betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya
amfibi tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang
melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau
melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit
yang mencolok untuk menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun.
Katak beracun dari Amerika Selatan memiliki warna yang mencolok
sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun katak sangat kuat ‘racun emas’ yang
dimiliki kodok dart dari kolombia misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000
orang sekaligus. Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan anggota dari
kelas amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita perlu
mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.

1
1.2. Rumusan masalah
Melihat uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1. Apa Definisi dan karakteristik Amphibi ?
1.2.2. Bagaimana Klasifikasi dalam Kelas Amphibi ?
1.2.3. Bagaimana Morfologi Kelas Amphibi ?
1.2.4. Bagaimana Anatomi Amphibi ?
1.2.5. Bagaimana Habitat dan Persebaran Amfibi ?
1.2.6. Bagaimana Peranan Amfibi ?

1.3. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan makalah ini yaitu:
1.3.1. Untuk Mengetahui Definisi dan karakteristik Amphibi
1.3.2. Untuk Mengetahui Definisi Klasifikasi dalam Kelas Amphibi
1.3.3. Untuk Mengetahui Definisi Morfologi Kelas Amphibi
1.3.4. Untuk Mengetahui Definisi Anatomi Amphibi
1.3.5. Untuk Mengetahui Definisi Habitat dan Persebaran Amfibi
1.3.6. Untuk Mengetahui Definisi Peranan Amfibi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi dan karakteristik Amphibi


Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
“Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan
bertulang belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak
tertutupi oleh rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena
itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu
di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di
perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993)
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang.
Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat
dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan
kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari
perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama
kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme
adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug,
1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang
baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi
mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada
mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup.
Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna.
Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai
terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.
Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan
perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae,
tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam
fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada
beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada
waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa

3
jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak
terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)
            Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
Penutup tubuh Kulit yang berlendir
Alat gerak Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya
berfungsi untuk melompat dan berenang.
Alat Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah
pernapasan dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan
hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk
ke dalam rongga mulut ketika menyelam
Suhu tubuh tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya
(berdarah dingin/poikiloterm)
Peredaran Tertutup
darah
Alat Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang
penglihatan disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu
menyelam
Berkembang Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang
biak jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal
Jantung Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
  
Sedangkan, ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu:
 Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik
 Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
 Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan
satu bilik
 Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi
untuk melompat dan berenang
 Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang
mempunyai klep untuk menahan air
 Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan

4
 Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans
yang sangat berfungsi waktu menyelam
 Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai
katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
 Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang
jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
 Otak memiliki 10 pasang sarang krainal
 Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan
stadium larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.

2.2. Klasifikasi dalam Kelas Amphibi


Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan    : Animalia
Filum         : Chordata
Upafilum   : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas         : Amphibia
Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda (Caecilia), Urodela
(Salamander), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah).
1.      Ordo Caecilia
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai
kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak
bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata
tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi
sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory.
Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup
dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik.
Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)

5
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae
mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae.
( Webb et.al, 1981)

Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini


mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif
berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan
tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan
waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang
ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2.      Ordo Urodela (Caudata)
Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota
gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara
kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya
bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan
pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa.  Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea,
Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1
famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili
yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7

6
famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian
besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies
akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam
proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya
paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et
al., 1998).

Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup


tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar Salamander
yaituPlethodontidae memiliki karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya
paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander
memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun
untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada Plethodontidae,
hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paru-
paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat di dalam
tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk menangkap
mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu pernapasan pada
Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada Plethodontidae, apparatus
hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu pernapasan jika dia
memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah
untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota
dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada panjang
kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine (Pough et al., 1998).

7
Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang
disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan
tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang
merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic
biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya
insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya.
Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic
seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies
paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial
(Pough et al., 1998).
Cau data atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar
terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah
(Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat
berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari
urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa
hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal.
Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki
tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi.
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota
dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta
kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang berkembang dengan
baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi
dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar
anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini
yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan
mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui
bibir kloakanya.
3.      Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya,
anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu
dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai
belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya

8
yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-
jarinya.
Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang
cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata
berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan
prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb,
1986)
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
         Ascaphidae                             Leiopelmatidae
         Bombinatoridae                      Discoglossidae
         Pipidae                                    Rhinophrynidae
         Megophryidae                         Pelodytidae
         Pelobatidae                             Allophrynidae
         Bufonidae                               Branchycephalidae
         Centrolenidae                          Heleophrynidae
         Hylidae,Leptodactylidae        Myobatrachidae
         Pseudidae                                Rhinodermatidae
         Sooglossidae                           Arthroleptidae
         Dendrobatidae                        Hemisotidae
          Hyperoliidae                          Microhylidae,
          Ranidae                                  Rachoporidae
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae,
Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima
famili tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar
dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal.
Sacara diapophisis melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi
tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan
jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal.

9
Famili ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa
contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo
biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman, 2007)

(Bufo melanostictus)
b.      Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti
tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada
umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga
pergerakannya lambat dan kurang lincah.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase
berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan
air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys
montana danLeptobranchium hasselti. ( Eprilurahman, 2007)

Megophrys montana
c.       Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif
ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk
membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.

10
Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti
pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya.
Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar.
Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana
chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya
cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.
( Eprilurahman,2007).

Rana temporaria
d.      Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif
panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan
mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi.
Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara
horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla
achatina. ( Eprilurahman, 2007)
e.       Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai
kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.
Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut.
Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan
ovipar dan fertilisasi secara eksternal. ( Eprilurahman, 2007).
4.      Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan
telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva
dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.

11
Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai
belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar
dan paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan
adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)

2.3. Morfologi Kelas Amphibi

Kelompok hewan amfibi adalah binatang bertulang belakang berkulit


lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amfibi pada waktu
berupa berudu hidup di air dan bernapas dengan insang. Selanjutnya setelah
dewasa hidup di darat dan bernapas dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi
termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan
suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada
leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Pada kepala
mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares
externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, terdapat
sepasang mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2 lubang pipih tertutup oleh
membrane tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang
suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya
mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila
berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil
untuk membuang sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/
telur atau sperma dari alat reproduksi.

12
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang.
Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium),
tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur),
betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti).

2.4. Anatomi Amphibi

Sistem Reproduksi Katak


Kelompok amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan ovipar. Katak
betina dan katak jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga
terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan katak jantan akan
melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak
betina dan menekan perut katak betina. Kemuidan katak betina akan
mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan katak betina
diselaputi oleh selaput telur atau membran vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang
telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan
ovum dilanjutkan melalui saluran telur atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada
katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung
telur atau uterus. Oviduk katak betina terpisah dengan ureter (saluran kemih).
Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan
menyusul mengeluarkan sperma. Soperma yang dihasilkan oleh testis yang
berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam saluran sperma (vas deferens). Vas
deferens katak jantan bersatu dengan ureter (saluran kemih). Dari vas deferens

13
sperma bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan
diselimuti oleh cairan kental, sehingga kelompok telur tersebut berbentuk
gumpalan telur.
Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu.
Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat
pada tumbuhan air dengan alat isap. Makanannya berupa pitoplankton sehingga
berudu tahap awal merupakan herbivor. Berudu awal berkembang lebih lanjut dari
herbivor menjadi karnivor atau insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan
itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai
tertutup. Selanjutnya, celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis.
Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke
permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak
bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang
berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya
lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.

Penjabaran Reproduksi Katak :


1. Sistem Genitalia Amphibi Jantan
Pada amphibi jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang
digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak
di bagian posterior rongga abdomen.

Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen


dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat
kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk

14
vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan
membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran
halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial
ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral
ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai.
Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai
bulat dan lebih kompak. Pada caecilian, strukturnya panjang seperti rangkaian
manik-manik. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan
yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan.

2. Sistem Genitalia Amphibi Betina


Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya
dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium
maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis,
dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-
kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum)
dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk disebelah kaudal
mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di
kloaka. (Buku SH II, diktat asistensi Anatomi Hewan).
Pembuahan Eksternal
Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara eksternal,
artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada
pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena
kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara
internal.
Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah
katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam
yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium yang penuh
berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan.
Pada katak betina juga ditemukan semacam lekukan pada bagian leher,
yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan

15
fertilisasi. Hal ini diimbangi oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus
pada kaki depannya, yaitu berupan telapak yang lebih kasar. Fungsinya untuk
memegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi.
"Reproduksi pada katak yaitu dengan cara fertilisasi eksternal, katak
jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu ketika telur dilepaskan dan
sperma disemprotkan)"
2.5. Habitat dan Persebaran Amfibi
Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai
vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya
yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari
untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas
sendiri. Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub
tropis, termasuk di seluruh indonesia.
Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat
pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga
amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di
air sepanjang hidupnya. Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar
sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.

2.6. Peranan Amfibi


Amfibi banyak dimanfaatkan manusia, antara lain sebagai berikut
 Katak diambil daging dan telurnya untuk dimakan
 Kulit Katak dapat diberi samak, untuk dibuat jaket dan barang kerajinan
lainnya
 Katak berfungsi sebagai pemberantas nyamuk secara biologis dan sebagai
pengendali serangga hama pertanian
 Katak dapat digunakan untuk tes kehamilan (missal Bufo melanostictus),
karena menghasilkan hormone perangsang gonad yang memiliki efek yang
sama dengan hormone gonad pada urin wanita hamil
 Racun bufotalin dan bufotenin yang dihasilkan oleh kodok Bufo marinus
dimanfaatkan sebagai penguat denyut jantung
 Orang Indian menggunakan racun katak untuk racun panah

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. Katak termasuk dalam kelas amphibia
2. Sistem peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan
peredaran darah ganda.
3. Saluran pencernaan katak terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan
kloaka.
4. Alat pernapasan pada katak berupa paru-paru, kulit, dan insang.
5. Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang
terletak di kanan dan kiri tulang belakang.
6. Sistem saraf pada katak terdiri dari otak. Otak tengah lebih berkembang
sehingga memiliki penglihatan yang baik.
7. Reptil memiliki indera pembau yang tajam
8. Reproduksi pada katak terjadi secara eksternal dan cara ovipar dengan
perilaku ampleksus. Ovum yang telah dibuahi oleh sperma akan berkembang
menjadi berudu dan mengalami metamorfosis sehingga menjadi katak dewasa.

3.2. Saran
Menurut kami, materi sejarah wajib Indonesia sangat mudah dipahami.
Tetapi akan lebih baik lagi apabila ditambahkan bidang-bidang lain dalam materi
ini, sehingga siswa akan memeperoleh banyak pengetahuan.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Campbell, dkk. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2003.


 Campbell, dkk. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 2004.
 Jasin, Maskoeri. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Wijaya utama. 1984.
 Biologi Kelas IX  karangan Purnomo, Sudjino, Trijoko, Suwarni
hadisusanto.
 Biologi SMA / MA Kelas IX  karangan Siti Nur Rochmah , Sri Widayati ,
Meirina Arif
 Biologi untuk SMA / MA Kelas IX Program IPA karangan Faidah
Rachmawati , Nurul Urifah ,Ari Wijayati
 Praktis Belajar Biologi 2 Karangan Fictor F , Moekti A.

18

Anda mungkin juga menyukai