Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pajak
Penghasilan Pasal 22”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.
Kami harap dengan adanya makalah ini, dapat menambah wawasan masyarakat tentang pajak
penghasilan pasal 22 ini.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, Kami harap kritikan
dan saran yang membangun dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan
pada makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih pada dosen Perpajakan yang telah memberikan
tugas ini, dan pihak – pihak lain yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-
lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan-badan
tertentu yang berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain.
Dasar hukum PPh pasal 22 adalah UU pajak penghasilan nomor 36 tahun 2008 pasal 22.
Selanjutnya diikuti dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008 berlaku sejak
31 Agustus 2010.
PEMBAHASAN
Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22
(PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak
terhadap Wajib Pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang. Mengingat sangat
bervariasinya obyek, pemungut, dan bahkan tarifnya, ketentuan PPh Pasal 22 relatif lebih rumit
dibandingkan dengan PPh lainnya, seperti PPh 21 atau pun PPh 23. Pada umumnya, PPh Pasal
22 dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap ‘menguntungkan’, sehingga baik
penjual maupun pembelinya dapat menerima keuntungan dari perdagangan tersebut. Karena
itulah, PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan maupun pembelian.
1. Bank devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang.
2. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara pemerintah baik ditingkat pusat
maupun ditingkat daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang.
3. Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang melakukan pembelian
barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan atau belanja
daerah (APBD).
4. Kecuali pada badan-badan yaitu, Bank Indonesia (B.I)