Anda di halaman 1dari 105

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah sebuah system social terkecil yang terbuka dan terdiri

atas suatu rangkaian bagian yang saling berkesinambungan dan bergantung

serta dipengaruhi oleh struktur internal maupun eksternal (Friedman, 2010).

Sedangkan, menurut Bailon dan Maglaya 1989, berpendapat bahwa keluarga

sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,

ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi

satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan

suatu budaya (Herlinawati, 2013).

Keluarga merupakan suatu sistem, sebagai system keluarga mempunyai

anggota yaitu ayah, ibu, kakak atau semua individu yang tinggal di dalam

rumah. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga

dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan seluruh system. Keluarga

merupakan system pendukung yang vital bagi individu (Sudiharto,2012).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal, baik tekanan sistolik dan atau

diastolik (Triyanto, 2014 dalam Azizah, 2015). Hipertensi atau tekanan darah

tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Sumartini,

2019).

Penyakit hipertensi sering disebut juga dengan “The Silent Killer”. Ini

disebabkan bahwa hipertensi sendiri tidak menimbulkan gejala yang spesifik.

1
2

Akan tetapi ada beberapa gejala yang berkaitan erat dengan hipertensi, seperti

sakit kepala, pusing, dan lelah. Keadaan nonspesifik seperti ini juga bisa

ditemukan pada orang dengan keadaan normal, maka sering diabaikan begitu

saja. Hipertensi biasanya diketahui seseorang setelah melakukan pemeriksaan

umum secara rutin atau meminta saran kepada petugas kesehatan terhadap

komplikasi yang dideritanya (Smaltzel & Bare, 2002).

Menurut WHO ( World Health Organizationzation), sekitar 30% terkena

hipertensi, tetapi tidak terdiagnosis hipertensi. Hal ini disebabkan tidak ada

gejala yang pasti bagi penderita hipertensi sehingga pasien hipertensi

cenderung membiarkan dan tidak mengontrol hipertensi (Bisnu, 2017).

Berdasarkan data yang didapat dari Riset Kesehatan Dasar (2013) prevelensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada populasi

kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25, 8% dari populasi atau sekitar 65 juta

jiwa yang menderita hipertensi. Daerah dengan prevelensi tertinggi terdapat

pada provinsi Bangka Belitung sebesar 30,9% dan yang paling terendah

terdapat pada provinsi Papua sebesar 16,8% (Riskesdas, 2013).

Sedangkan, Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%.

Tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua

sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),

umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Jadi, hipertensi

mengalami peningkatan sekitar 9,7% dalam kurun waktu 5 tahun (Riskesdas,

2018).
3

Berdasarkan data kunjungan orang dengan tekanan darah tinggi tidak

dapat menggambarkan persentase penduduk usia > 18 tahun dengan tekanan

darah tinggi, karena dalam satu bulan seseorang dengan tekanan darah tinggi

dapat berkunjung ke Puskesmas lebih dari satu kali. Capaian persentase

penduduk Usia > 18 tahun dengan tekanan darah tinggi berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 untuk provinsi Riau sebesar

20,9%. %. Jika saat ini penduduk sebesar 6.358.636 jiwa maka terdapat

1.328.954 jiwa yang menderita hipertensi (LKjIP, 2018).

Hipertensi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu hipertensi

primer dan sekunder. 90% dari semua kasus hipertensi adalah primer. Tidak

ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, namun ada beberapa teori

yang menunjukkan bahwa faktor genetik dan perubahan hormon bias menjadi

fakor pendukung. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diakibatkan

oleh penyakit tertentu (Gaster, 2017).

Hipertensi dapat disertai gejala ataupun tanpa gejala yang memberi

ancaman terhadap kesehatan secara terus-menerus (Vitahealth, 2005 dalam

Situmorang, 2015). Gejala yang sering muncul berupa nyeri kepada kepala

atau rasa berat pada tengkuk, vertigo, merasa selalu berdebar-debar, merasa

mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging, serta dapat mengalami

mimisan. Jika terjadi peningkatan tekanan darah dalam kurun waktu lama

dapat menyebabkan rusaknya jaringan pada ginjal atau biasa disebut gagal

ginjal, juga dapat terjadi jantung koroner serta gangguan pada otak yang dapat

menimbulkan penyakit stroke, sehingga sangat penting untuk mendeteksi

lebih awal tekanan darah agar lebih mudah mendapatkan pengobatan.


4

Selama ini, untuk mengatasi hipertensi dapat dilakukan berbagai upaya

yaitu dapat dilakukan pengendalian tekanan darah dengan cara pemberian

terapi non farmakologis berupa: modifikasi gaya hidup, mengurangi berat

badan, pembatasan asupan natrium, modifikasi diet rendah lemak, pembatasan

alkohol, pembatasan kafein, teknik relaksasi, dan menghentikan kebiasaan

merokok. Terapi farmakologi berupa pemberian obat dengan Jenis-jenis

medikasi anti hipertensi meliputi diuretik, penyekat betaadregenik atau beta-

blocker, vasodilator, penyekat saluran kalsium dan penghambat enzim

pengubah angiotensin (ACE) (MPPKI, 2019).

Dalam melakukan terapi, keluarga dapat menjadi faktor yang sangat

berpengaruh dalam program pengobatan tekanan darah. Bimbingan penyuluh

dan dorongan secara terus-menerus biasanya diperlukan agar penderita

hipertensi tersebut mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima untuk

bertahan hidup dengan hipertensi dan mematuhi aturan terapinya (Yani,

2016).

Perilaku perawatan pada penderita hipertensi merupakan salah satu cara

penanganan yang harus dilakukan, dimana dalam melakukan perawatan

kesehatan pada penderita hipertensi dibutuhkan suatu kerjasama antara

keluarga dan tenaga kesehatan setempat, dimana kerjasama ini dapat

mendukung status kesehatan yang dimiliki oleh penderita hipertensi (Depkes,

2003).

Peran perawat komunitas, membantu keluarga untuk menyelesaikan

masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga

melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Adapun peran


5

perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluarganya menderita

penyakit hipertensi antara lain : memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga agar dapat melakukan asuhan keperawatan secara mandiri,sebagai

koordinator untuk mengatur program kegiatan atau dari berbagai disiplin ilmu,

sebagai pengawas kesehatan, sebagai konsultan dalam mengatasi masalah,

sebagai fasilitator asuhan perawatan dasar pada keluarga yang menderita

penyakit hipertensi (Muhlisin, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Tn.B yang menderita

hipertensi pada bulan April 2020. Mengatakan bahwa gejala hipertensi yang

dialami Tn.B ditandai dengan sering pusing, kesemutan pada kaki, dan sulit

tidur. Jika tanda-tanda tersebut muncul Tn.B selalu beristirahat untuk

mengurangi rasa nyeri pada kepalanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya

Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan

GangguanSistemKardiovaskuler: Hipertensi di Kecamatan Tanah

Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020”.

B. RumusanMasalah

Adapun rumusan masalah yang dilanjutkan dalam karya ilmiah akhir

ners ini adalah : Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi di Kecamatan Tanah

Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau Tahun 2020.


6

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan gambaran tentang hasil praktek elektif Profesi

Ners dengan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan Tanah Merah,

Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui Konsep Dasar Teori tentang Tekanan darah tinggi

(Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Komplikasi

dan Penatalaksanaan)

b. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan Tanah

Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.

c. Mampu mengaplikasikan jurnal terkait Asuhan Keperawatan Pada Tn.

B Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan

Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.

d. Mampu melakukan telaah jurnal terkait Asuhan Keperawatan Pada Tn.

B Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Hipertensi diKecamatan

Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU Tahun 2020.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan


7

Dapat digunakan sebagai bahan untuk pelaksannan pendidikan serta

masukan dan perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut asuhan

keperawatan pasien dengan gangguan system kardivaskuler: Hipertensi.

2. Bagi Institusi Pelayanan Puskesmas

Diperolehnya bahan masukan bagi puskesmas, untuk menambah

pengetahuan tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan

gangguan sistem kardiovaskuler: Hipertensi, sehingga dapat diberikan

tindak lanjut dan peningkatan mutu perawatan pada pasien.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang

Asuhan Keperawatan Tn. B dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler:

Hipertensi di Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, RIAU

Tahun 2020

4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya pada pasien dengan gangguan system kardivaskuler: Hipertensi.

BAB II
8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana

terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari

bahasa sansekerta kulu dan warga atau keluarga yang berarti anggota

kelompok kerabat (Ali, 2009).

Keluarga adalah sebuah system social terkecil yang terbuka dan

terdiri atas suatu rangkaian bagian yang saling berkesinambungan dan

bergantung serta dipengaruhi oleh struktur internal maupun eksternal

(Friedman, 2010).

Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu

rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat

(Helvie,1981)

Sedangkan, menurut (Mubarak,2009) Keluarga merupakan

perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu dengan yang lain.

Jadi, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang saling

berkesinambungan yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau

adopsi yang saling berinteraksi satu sama lain.

2. Ciri-Ciri Keluarga
9

a) Menurut Robert Maclver dan Charles Horton

1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara

3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (nomenclature)

termasuk perhitungan garis keturunan

4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota-anggota berkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai keturunan dan membesarkan anak

5) Keluaga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga

b) Ciri keluarga Indonesia

1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong-royong

2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemusatan

dilakukan secara musyawarah

(Hernilawati, 2013).

3. Tipe-Tipe Keluarga

Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan

orang yang mengelompokkan

a) Secara tradisional, tipe keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu:


10

1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya

terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunan

atau adopsi atau keduanya.

2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti

ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

b) Secara modern, berkembangnya peran individu dan meningkatnya

rasa individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain

diatas adalah:

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal salam stu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah

2) Reconstituted nuclear

Pembentukan baru dari keuarga inti melalui perkawinan

kembali suami-istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah

dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan baru,

satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

3) Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah kedua-duanya

berkerja dirumah, anak-anak meninggalkan rumah karena

sekolah/ perkawinan/ meniti karier.

4) Dyadic Nuclear
11

Suami-istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak

yang keduanya atau salah satu bekerja dirumah.

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak0anaknya dapat tinggal dirumah atau

dluar rumah.

6) Dual Carrier

Yaitu suami-istri atau keduanya orang karier atau tanpa anak.

7) Commuter Married

Suami-istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah

pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-

waktu tertentu.

8) Single adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiuru dengan tidak

adanya keinginan untuk kawin.

9) Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa yang tinggal dalam

suatu panti.

11) Communal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogamy dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitias.
12

12) Group Marriage

Yaitu suamu perumahan terdiri dari orang tua dan

keturunannya didalam satu kesaturan keluarga dan tiap

individu adalah kawin dengan yang lain dan semua ada;ah

prang tua dari anak-anak.

13) Unmarried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi.

14) Cohibing Couple

Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

kawin.

15) Gay and Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis

kelamin sama.

(Hernilawati, 2013).

4. Fungsi Pokok Keluarga

Menurut Friedman (1998) fungsi keluarga adalah:

a) fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain.

b) Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.


13

c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi

dan menjaga kelangsungan keluarga.

d) Fungsi ekonomi, adalah kelaurga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan kelaurga secara ekonomi dan tem[at untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk

memepertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi.

(Hernilawati, 2013).

5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

c) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda

d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelaurga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

(Hernilawati, 2013).

6. Tahap dan Siklus Perkembangan Keluarga


14

Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman

(2010) ada 8, yaitu :

a. Tahap I  : Keluarga pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan.

Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun

perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk

keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan

keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan

nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar

masing-masing pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua

berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,

mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang

sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan

norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan

keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.


15

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13

tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan

anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik

anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak

saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa

dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,

berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak,

memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan

tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan

rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan

tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus

keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat

dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk


16

memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan,

membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan

istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau

pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu

pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia

45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas

perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat,

mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah

dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan

yang kokoh.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa

pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal

dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan

keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap

kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara

generasi.
17

7. Masalah Kesehatan Berdasarkan Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut friedman (2010) masalah kesehatan yang muncul

berdasarkan tahap perkembangan keluarga yaitu :

a. Tahap I  : Keluarga pemula

1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan

2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

3) Penyuluhan dan konseling prenatal

4) Komunikasi

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan)

1) Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

2) Perawatan bayi yang baik

3) Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini

4) Imunisasi

5) Konseling perkembangan anak

6) Keluarga berencana

7) Interaksi keluarga

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua

berumur 2-6 tahun)

1) Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit

menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar

2) Keracuanan

3) Kecelakaan-kecelakaan yang lain lain yang terjadi selama usia

sekolah
18

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13

tahun)

1) Tantangan kesehatan pada anak (misalnya penglihatan,

pendengaran dan kemampuan berbicara)

2) Kesehatan gigi

3) Penganiayaan dan pengabaian anak

4) Penyalahgunaan zat

5) Penyakit menular

6) Penyakit kronik

7) Masalah perilaku

8) Praktek kesehatan yang baik (tidur, nutrisis, olahraga)

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20

tahun)

1) Kecelakaan (ex : mengemudi)

2) Cidera akibat olahragaa

3) Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan

4) Keluarga berencana

5) Kehamilan yang tidak dikehendaki

6) Pendidikan dan konseling seks

7) Hubungan orang tua dan remaja

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan

rumah)

1) Masa komunikasi dewasa muda-orang tua


19

2) Transisi peran suami istri

3) Memberikan perawatan (bagi orang tua lanjut usia)

4) Kondisi kesehatan kronis misalnya kolesterol tinggi, obesitas,

tekanan darah tinggi

5) Masalah menopause

6) Efek yang berkaitan dengan gaya hidup

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau

pensiunan)

1) Praktik kesehatan (tidur, nutrisi, olahraga)

2) Hubungan pernikahan

3) Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan

orang tua lanjut usia

4) Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan

orang tua yang lanjut usia dan tidak mampu merawat diri

h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

1) Disabilitas fungsional meningkat

2) Gangguan mobilitas

3) Penyakit kronik

4) Kekuatan dan fungsi fisik menghilang

5) Layanan perawatan dalam jangka panjang

6) Memberikan asuhan

7) Kerentanan psikologis
20

B. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal (140/90

mmHg atau lebih) ( WHO, 2012).

Hipertensi adalah kondisi medis yang terkait akibat peningkatan

tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita

yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, diperkirakan

mempunyai tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi

merupakan salah satu resiko utama penyebab stroke, serangan jantung,

gagal ginjal kronik, dan aneurisma arterial (Adib, 2009).

Hipertensi sering disebut juga dengan “The Silent Killer”. Ini

disebabkan bahwa hipertensi sendiri tidak menimbulkan gejala yang

spesifik. Akan tetapi ada beberapa gejala yang berkaitan erat dengan

hipertensi, seperti sakit kepala, pusing, dan lelah. Keadaan nonspesifik

seperti ini juga bisa ditemukan pada orang dengan keadaan normal,

maka sering diabaikan begitu saja. Hipertensi biasanya diketahui

seseorang setelah melakukan pemerksaan umum secara rutin atau

meminta saran kepada petugas kesehatan terhadap komplikasi yang

dideritanya (Smaltzel & Bare, 2002).

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan diketahuinya penyebab atau tidaknya penyebab

hipertensi. Menurut (Harison, 2000) hipertensi diklasifikasikan dalam

2 kategori besar, yaitu hipertensi essensial (primer) dan sekunder.


21

Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang

belum diketahui penyebabnya secara jelas. Sebagian besar orang yang

menderita hipertensi sulit mengetahui secara tepat apa yang menjadi

pemicu peningkatan tekanan darah mereka. Sedangkan hipertensi

sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui dengan

pasti.

Menurut WHO hipertensi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a) Normotensi: < 140/90 mmHg.

b) Hipertensi (border line): > 140/90 mmHg.

c) Hipertensi berat: > 160/95 mmHg.

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut JNC- VII2013


Kategori TDS(mmHg) TDD(mmHg)
Normal <120 <80
Pra-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 >160 >100
Hipertensi sistolik >140 <90
terisolasi
(Kemenkes, 2013).

3. Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah terjadinya perubahan-

perubahan pada jantung dan sistemnya, yang meliputi:

a) Elastisitas dinding aorta menurun

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap ahun

sesudah berumur 20 tahun, keampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksui dan volumenya.


22

d) Kehilangan elestisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

(Sutanto,2009)

4. Patofisiologi Hipertensi

Pada hipertensi, arteri pulmonalis kecil (arteriol) menjadi sempit

atau mengalami obliterasi sebagai akibat hipertrofi (pembesaran) otot

polos dalam dinding kiri (yang menerima darah dari paru-paru) tetap

normal, tetapi tekanan tinggi yang dibangkitkan dalam paru-paru

dihantarkan ke ventrikel kanan (yang memasok pulmonale).

Oksigenasi terganggu tidak terlalu parah, meski terjadi hipoksia ringan

dan sianosis. Kematian akhirnya terjad akibat kor pulmonale.

Terdapat empat penyebab hipertensi pulmonal sekunder (1)

kenaikan tekanan pengisian ventrikel kiri, seperti uang terjadi pada

penyakit arteri koronaria dan penyakit katup mitral, (2) peningkatan

aliran darah melalui sirkulasi pulmonal (shunt/langsiran kanan ke kiri),

seperti yang terjadi pada defek septum, ventriker atau patent duktus

arteriosus, (3) obliterasi atau obstruksi jarring-jaring vaskuler

pulmonal (seperti: emfisema), (4) vasokonstriksi lapis vascular, seperti

yang terjadi pada hipoksemia asidosis, atau kombinasinya.

Hipertensi pulmonal sekunder dapat disembuhkan jika gangguan

primernya teratasi. Jika hipertensi menetap, akan terjadi hipertrofi

lapisan media otot polos arteriole. Arteri yang lebih besar menajdi

kaku, dan hipertensi berkembang sampai tekanan arteri pulmonalis


23

sebanding dengan tekanan darah sistemik, yang menyebabkan

hipertrofi ventrikel kanan dan akhirnya kor-pulmonale.

Kor-pulmonale terjadi ketika hipertensi pulmonary menimbulkan

tekanan berlebihan terus-menerus pada ventrikel kanan. Teakanan

yang berlebihan ini meningkatkan kerja ventrikel kanan dan

menyebabkan hipertrofi otot jantung yang normalnya ber pulmonary

dan mendilatsi ventrikel. Tekanan pengisian ventrikel kanan normal

sampai terjadi gagal ventrikel. Gagal ventrikel kanan biasanya terjadi

ketika tekanan arteri pulmonalis sebanding dengan tekanan darah

sistemik (Asih, 2002) .

5. Manifestasi Klinis Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak

memiliki gejala khusus. Menurut (Martha,2011) gejala yang mungkin

diamati antara lain.

a) Gejala ringan, seperti pusing atau sakit kepala

b) Sering gelisah

c) Tengkuk terasa pegal

d) Mudah marah

e) Telinga berdengung

f) Sukar tidur

g) Sesak nafas

h) Rasa berat ditengkuk

i) Mudah lelah

j) Mata berkunang-kunang
24

k) Mimisan.

6. Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi,

dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam

tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :

a) Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah

tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh

selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.

b) Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila

membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah

melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi

ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi

dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan

waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia,

hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.

c) Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.

Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot

jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut

dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,

banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas

(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.


25

d) Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.

Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat

membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui

aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.

(Aspiani, 2014)

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu

penatalaksanaan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi.

a) Terapi farmakologi

Bertujuan menurunkan mortalitas, menurunkan angka kejadian

stroke, penurunan angka kematian jantung mendadak, dan infark

miokard.

1) Bloker beta (atenolol, metoprolol) : menurunkan denyut

jantung, dan TD dengan bekerja antagonis terhadap sinyak

adrenergic.

2) Diuretic dan diuretic tazid seperti bendrofluazid

3) Antagonis kanal kalsium : vasodilator yang menurunkan TD,

seperti nifedipin, diltiazem, verapamil.

4) Inhibitor enzim oengubah angiotensin seperti : cetopril,

lisinopril dengan menghambat pembentukan angiostensi II

5) Antagonis resptorangiostensin II seperti : losartan, valsartan

bekerja antagonis terhadap aksi angiostensin II-renin.

6) Antagonis alfa : seperti doksazosin, bekerja antagonis terhadap

reseptor alfa adrenergic pada Pd perifer


26

7) Obat-obatan lain : misalnya obat yang bekerja sentral seperti

metildopa/moksonidin. Terapi awal biasa menggunakan beta

bloker dan diuretic. Pedoman terbaru menyarankan

penggunaan inhibitor ACE(angiotensin-converting enzyme)

sebagai obat line kedua (Susilo, 2011).

b) Terapi non farmakologi

Bertujuan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan

mengubah pola hidup penderita, yakni dengan cara:

1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan,

atau kadar

3) koleterol darah tinggi

4) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram

natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai

dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup)

5) Mengurangi konsumsi alkohol

6) Berhenti merokok

7) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat dan pijat refleksi kaki

(Ardiansyah, 2012)
27

C. Latihan Slow Deep Breathing

1. Definisi Slow Deep Breathing

Slow deep breathing ialah salah satu bagian dari latihan

relaksasi dengan teknik latihan pernapasan yang dilakukan secara

sadar. Slow deep breathing merupakan relaksasi yang dilakukan secara

sadar untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat (Martini,

2006).

Latihan slow deep breathing adalah tindakan yang dilakukan

secara sadar untuk mengatur pernafasan secara lambat dan dalam

sehingga menimbulkan efek relaksasi (Tarwoto, 2011).

Relaksasi dapat diaplikasikan sebagai terapi non farmakologis

untuk mengatasi stress, hipertensi, ketegangan otot, nyeri dan

gangguan pernafasan. Terjadi perpanjangan serabut otot, menurunnya

aktivitas otak dan fungsi tubuh lain pada saat terjadinya relaksasi.

Respon relaksasi ditandai dengan penurunan tekanan darah,

menurunnya denyut nadi, jumlah pernafasan serta konsumsi oksigen

(Potter & Perry, 2006 dalam Tarwoto, 2011).

Terapi relaksasi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari

untuk dapat mengatasi berbagai masalah, misalnya stress, ketegangan

otot, nyeri, hipertensi, gangguan pernapasan, dan lain-lain (Martini,

2006). Relaksasi secara umum merupakan keadaan menurunnya

kognitif, fisiologi, dan perilaku (Andarmoyo, 2013).

2. Manfaat Slow Deep Breathing


28

Manfaat Slow deep breathing Slow deep breathing memiliki

beberapa manfaat yang telah diteliti yaitu sebagai berikut :

a. Menurunkan tekanan darah

Slow deep breathing memberi manfaat bagi hemodinamik tubuh.

Slow deep breathing memiliki efek peningkatan fluktuasi dari

interval frekuensi pernapasan yang berdampak pada peningkatan

efektifitas barorefleks dan dapat mempengaruhi tekanan darah

(Sepdianto et al., 2007). Slow deep breathing juga meningkatkan

central inhibitory rhythmus sehingga menurunkan aktivitas saraf

simpatis yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah pada

saat barorefleks diaktivasi. Slow deep breathing dapat

memengaruhi peningkatan volume tidal sehingga mengaktifkan

heuring-breurer reflex yang berdampak pada penurunan aktivitas

kemorefleks, peningkatan sensitivitas barorefleks, menurunkan

aktivitas saraf simpatis, dan menurunkan tekanan darah (Joseph et

al., 2005). Slow deep breathing meningkatkan aktivitas saraf

parasimpatis dan meningkatkan suhu kulit perifer sehingga

memengaruhi penurunan frekuensi denyut jantung, frekuensi napas

dan aktivitas elektromiografi (Kaushik et al., 2006).

b. Menurunkan kadar glukosa darah

Slow deep breathing memiliki manfaat sebagai penurunan kadar

gula darah pada penderita diabetes mellitus. Tarwoto (2012)

menyatakan Slow deep breathing member pengaruh terhadap kerja

saraf otonom dengan mengeluarkan neurotransmitter endorphin.


29

Neurotransmitter endorphin menyebabkan penurunan aktivitas

saraf simpatis, peningkatan saraf parasimpatis, peningkatan

relaksasi tubuh, dan menurunkan aktivitas metabolisme. Hal

tersebut menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap insulin akan

menurun.

c. Menurunkan nyeri

Slow deep breathing merupakan metode relaksasi yang dapat

memengaruhi respon nyeri tubuh. Tarwoto (2012) menyatakan

Slow deep breathing menyebabkan penurunan aktivitas saraf

simpatis, peningkatan aktivitas saraf parasimpatis, peningkatan

relaksasi tubuh, dan menurunkan aktivitas metabolisme. Hal

tersebut menyebabkan kebutuhan otak dan konsumsi otak akan

oksigen berkurang sehingga menurunkan respon nyeri tubuh.

d. Menurunkan tingkat kecemasan

Slow deep breathing merupakan salah satu metode untuk membuat

tubuh lebih relaksasi dan menurunkan kecemasan. Relaksasi akan

memicu penurunan hormone stress yang akan memengaruhi

tingkat kecemasan(Andarmoyo, 2013).

Sepdianto, dkk (2010) melakukan penelitian dan didapatkan hasil

bahwa Slow deep breathing memengaruhi tingkat kecemasan pada

penderita hipertensi.

3. Langkah-Langkah Latihan Slow deep breathing

Slow deep breathing adalah salah satu teknik pengontrolan

napas dan relaksasi (Sepdianto et al., 2007). Menurut Tarwoto (2012),


30

langkah-langkah melakukan latihan Slow deep breathing yaitu sebagai

berikut:

a. Atur pasien dengan posisi duduk atau berbaring

b. Kedua tangan pasien diletakkan di atas perut

c. Anjurkan melakukan napas secara perlahan dan dalam melalui

hidung dan tarik napas selama tiga detik, rasakan perut

mengembang saat menarik napas.

d. Tahan napas selama tiga detik

e. Kerutkan bibir, keluarkan melalui mulut dan hembuskan napas

secara perlahan selama enam detik. Rasakan perut bergerak ke

bawah.

f. Ulangi langkah a sampai e selama 15 menit

g. Latihan Slow deep breathing dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi

dan sore hari.

Jadi, slow deep breathing adalah relaxation atau relaksasi nafas

dalam merupakan teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri

dengan cara merangsang susunan saraf pusat yaitu otak dan sumsum

tulang belakang untuk memproduksi endorfrin yang berfungsi sebagai

penghambat nyeri yaitu dengan menarik nafas melalui hidung selama 3

detik kemudian tahan lagi selama 3 detik dan hembuskan selama 6

detik secara perlahan.

4. Pengaruh Slow deep breathing Terhadap Tekanan Darah

Slow deep breathing berpengaruh pada system persarafan yang

mengontrol tekanan darah. Slow deep breathing berpengaruh terhadap


31

modulasi system kardiovaskular yang akan meningkatkan fluktuasi

dari interval frekuensi pernapasan dan berdampak pada peningkatan

efektivitas barorefleks serta dapat berkonstribusi terhadap penurunan

tekanan darah. Barorefleks akan mengaktifkan aktivitas system saraf

parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah,

penurunan output jantung dan mengakibatkan tekanan darah menurun

(Sepdianto et al., 2007).

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang

dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat

menggunakan metode :

a. Wawancara keluarga

b. Observasi fasilitas rumah

c. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)

d. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, biopsy dan

sebagainya.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon


32

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga

6) Tipe keluarga

Menjelasakan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe tersebut.

7) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan

yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki

oleh keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi namun dengan

menonton televisi dan mendengar radio juga merupakan aktivitas

rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


33

1) Tahap perkembangan keluarga ditentukan dari anak tertua dari

keluarga ini.

Contoh :

Keluarga bapak A mempunyai dua orang anak, anak pertama

berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga

bapak A berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak

usia sekolah

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengnai riwayat kesehatan pada keluarag inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian biasanya digunakan terhadap

pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat kesehatan sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

c. Pengakjian lingkungan

1) Karakteristik rumah
34

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic

tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah

rumah.

2) Karateristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana

interaksinya dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup

fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.
35

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota

keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,

yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,

norma, budaya dan perilaku.


36

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit,

sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.

Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5

tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan

keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat

di lingkungan setempat.

Hal-hal yang di kaji sejauh mana keluaarga melakukan pemenuhan

tugas perawatan keluarga adalah:

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, yang perlu dikaji  adalah sejauhmana keluarga

mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan

mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji

adalah:

1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat

dan luasnya masalah


37

2) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga

3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

di alami

4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan

penyakit

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap

masalah kesehatan

6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan

yang ada

7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga

kesehatan

8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah

c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan

penyakitnya (sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara

perawatannya)

1) Sejauh mana keluar mengetahui tentang  sifat dan

perkembangan perawatan yang di butuhkan

2) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

yang di perlukan untuk perawatan

3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada

dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab,

sumber keuangan/Finansial, fasilitas fisik, psikososial)

4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit


38

d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji

adalah:

1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga yang

dimiliki

2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat

pemeliharaan lingkungan

3) Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene

sanitasi

4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga

e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat, hal

yang perlu dikaji adalah:

1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan

2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang dapat

di peroleh dari fasilitas kesehatan

3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap

petugas dan fasilitas kesehatan

4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang baik

terhadap petuga kesehatan

5) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh

keluarga

4) Fungsi reproduksi
39

Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah:

a) Berapa juamlah anak

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlsh anggota keluarga

5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

f. Stress dan Koping keluarga

1) Stresor Jangka pendek dan panjang

a) stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan

b) Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi /stressor

3) Strategi koping yang di gunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan
40

4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di

gunakan bila menghadapi permasalahan

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik klinik.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Perumusan Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat

dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan

status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi

perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label

singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di

lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual, resiko atau

potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The

North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014.


41

Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang

mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis

keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau

anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif

dan objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif

yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung

atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.

Tabel 2.2
Skor Penentuan Prioritas Masalah
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah
         Skala:
          Aktual (Tidak/Kurang sehat) 3
          Ancaman kesehatan 2 1
          Keadaan Sejahtera 1

2. Kemungkinan Masalah
         Skala:
          Mudah 2
          Sebagian 1 2
          Tidak dapat 0

3. Potensial Masalah untuk Dicegah


         Skala:
          Tinggi 3
          Cukup 2 1
          Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah
         Skala:
          Masalah berat harus segera ditangani 2
          Ada masalah, tapi tidak perlu 1 1
ditangani 0
          Masalah tidak dirasakan
Skoring = Skor x Bobot
42

Angka Tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

a. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

1) Kriteria 1 :Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada

tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera

dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik,

keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk

pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat

dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan

masyarakat.

3) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan

penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan

jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan

adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah,

adanya kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

4) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi

atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai

skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan


43

keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan

kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik

tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan

berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003).

Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu

pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan

keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi

pada lima tugas keluarga.

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga

berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat

sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima

tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, 2003), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan

informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang


44

kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan

tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,

mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan

alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber

yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

dengan seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di

lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah

disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat

pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan

keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan.


45

Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses

sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai

tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan

berbagai perbaikan.

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung

dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan

perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria

evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun

dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat

dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan

selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah

evaluasi akhir. (Friedman,2003).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno, 2004) :

 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

 O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang obyektif.

 A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif

dan obyektif.

 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis


46

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn.B BDENGAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: HIPERTENSI DI
KECAMATAN TANAH MERAH, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR,
RIAU
TAHUN 2020

A. Pengkajian Keluarga

I. Data Umum

1. Nama KK (inisial) : Tn.B B

2. Alamat :Jl. Cendana, Kec. Tanah Merah, Kab. Inhil

3. Pekerjaan :Pelayaran (Karyawan Swasta)

4. Pendidikan :SLTA

5. Komposisi Keluarga : Suami, istri dan 1 orang anak.

N Nam J Hu Umu Pdd Status Imunisasi Ket


BC Polio DPT Hepatit Camp
o a k b r k
G is ak
Dg
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Kk
1 Ny. P Istri 55 th SLT Seh
K A at
2 Ny. P Ana 23 th S1 v v V v v v v v v v v V Seha
D k t

GENOGRAM:

Tn.J (2000) Asma Tn.A (2009) DM

X X

Tn.B Ny. X

An.
47

Keterangan :
X : Laki-laki (Meninggal)
: Laki-laki (Hidup)
: Perempuan
: Pasien/klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Garis serumah

Kesimpulan: dari genogram didapatkan Tn.B J (2000) meninggal dengan

penyakit asma. Memiliki 8 orang anak dengan 3 orang perempuan, dan 5

orang laki-laki. Sedangkan Tn.BA (2009) meninggal dengan peyakit DM.

memiliki 5 orang anak hidup + 1 orang anak meninggal saat umur 14

hari/2minggu karna demam. Tn.B sebagai kepala keluarga memiliki

riwayat penyakit hipertensi saat berumur 57 tahun.

6. Tipe Keluarga

Tipe keluarga Tn.B adalah Keluarga tradisional yaitu Keluarga inti Inti

(Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam masalah dalam tipe keluarga

7. Suku Bangsa

Suku bangsa Keluarga Tn.B adalah suku Banjar. Kebudayaan yang dianut

tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang

digunakan yaitu bahasa Banjar dan Indonesia. Dan kadang menggunakan

bahasa melayu, karena tinggal di Riau yang mayoritasnya suku melayu.

Adat-istiadat yang digunakan keluarga Tn.B masih menggunakan


48

beberapa adat banajar. Salah satunya adalah Batimung, Batapung tawar,

Batamat Al-Qur’an, Madihin, dll.

Kesimpulan : tidak ada masalah dalam suku bangsa, karna keluarga Tn.B

menjunjung tinggi adat dan istiadat.

8. Agama

Semua anggota keluarga Tn.B beragama Islam. Setiap hari Jum’at Tn.B ke

mesjid untuk melaksanakan sholat jum’at. Semua anggota keluarga Tn.B

melaksanakan Sholat Magrib berjam’ah dilanjutkan dengan pembacaan

wirid, dsb, sampai masuk waktu Isya.

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam agama, karna semua anggota

keluarga Tn.B melaksanakan sholat magrib dan isya secara berjama’ah

apabila sedang drumah.

9. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status social ekonomi keluarga termasuk dalam kategori keluarga

sejahtera tahap 3. Sumber ekonomi/pendapatan keluarga diperoleh dari

gaji Tn.B B yang bekerja sebagai karyawan swasta. Untuk menambah

pendapatan lainnya Ny.K mengajar mengaji dan berdagang dirumah

sambil mengisi kekosongan waktu. Apabila ada sisa dari pendapatan

digunakan untuk menabung.

Pendapatan/bulan Pengeluaran/bulan
Penghasilan Tn.B : Rp 4.500.000,- Pendidikan anak: Rp 2.200.000,-
Penghasilan Ny.K : Rp 500.000,- Makan : Rp 1.500.000,-
PDAM : Rp 100.000,-
Listrik : Rp 400.000,-
Lain-lain : Rp 500.000,-
Rp 5.000.000,- Rp 4.700.000,-
Kesimpulan : status social ekonomi berada di kelas menengah (middle
class)
49

10. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Aktivitas rutin keluarga Tn.B adalah makan bersama dimeja makan.

Reakreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton

TV sambil bercerita. Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk

berekreasi keluar kota/daerah. Rekreasi dilakukan apabila ada hari special

atau hari tertentu. Pada saat sekarang ini, semua anggota keluarga Tn.B

berkumpul semua, karna adanya wabah virus korona (Covid-19) yang

mewajibkan untuk stay at home. Ini merupakan salah satu langkah untuk

mencegah terjadinya penyebaran virus korona.

Kesimpulan : biasanya dilakukan saat semua/sebagian anggota keluarga

ada. Masalahnya Tn.B bekerja di luar kota/daerah, sedangkan An.D kuliah

di luar kota/daerah.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Tahap perkembangan keluarga Tn.B merupakan Tahap VI Keluarga yang

melepas anak usia dewasa muda.

12. Tugas Perkembangan Keluarga Yang belum Terpenuhi

Tn.B mengatakan tugas perkembangan keluarga belum terpenuhi. Dimana

Tn.B memiliki anak yang masih kuliah dan belum menikah.

Kesimpulan: kesiapan peningkatan proses keluarga sejahtera belum

terpenuhi seutuhnya

13. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti


50

a. Tn.B sebagai Kepala Keluarga mempunyai riwayat penyakit hipertensi

sejak 7 tahun yang lalu dan sudah membaik. Kadang-kadang penyakit

hipertensi Tn.B B kambuh lagi, sehingga Tn.B B sering mengontrol

kesehatannya dengan memeriksa rutin TD, dan terkadang mengontrol

makanannya. Tn.B B tidak mempunyai masalah dengan istirahat,

makan maupun kebutuhan dasar lainnya, hanya saja merasa sulit tidur

jika TD nya meningkat.

Saat pengkajian :

TD : 150/90 mmhg S : 36,90C BB : 80 Kg

HR : 85 x/i RR : 22 x/i TB : 160 cm

b. Ny.K jarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatannya. Akhir-

akhir ini Ny.K mengalami gangguan tidur merasa kurang puas akan

tidurnya semanjak 1 minggu yang lalu. Ny.K mengatakan kepikiran

dengan masalah Covid-19. Ny. K juga mudah kelelahan ketika

beraktivitas berat. Saat pengkajian :

TD : 100/70 mmhg S : 36,60C BB : 65 Kg

HR : 80 x/i RR : 18 x/i TB : 153 cm

c. An.D jarang sakit tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan,

tidur maupun kebutahan dasar yang lainnya.

Kesimpulan:

 Tn.B : Hipertensi

 Ny.K : tidak ada masalah kesehatan, hanya saja mengalami

gangguan pola tidur

 An.D : tidak ada masalah kesehtan


51

14. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya

Riwayat penyakit orang tua dari Tn.B adalah asma, sendangkan orang tua

dari Ny.K adalah DM.

Tn.B B (63 tahun) memiliki riwayat penyakit Hipertensi, karna pola hidup

kurang sehat yang dijalaninya.

Kesimpulan: Keluarga Tn.B B yang lain tidak ada yang menderita

penyakit Hipertensi

III. Pengkajian Lingkungan

15. Karakteristik Rumah

Tipe rumah adalah semipermanen. Memiliki sirkulasi udara yang baik,

memiliki sistem sanitasi yang baik, dan memiliki sistem penerangan ruang

yang baik.

SEPTIC
TANK
WC TEMPAT
DAPUR
WC AIR
KAMAR RUANG MAKAN
KAMAR RUANG KELUARGA

RUANG TAMU
KAMAR
TANAMAN
TERAS RUMAH
Kesimpulan : jarak septic tank + 10 meter dari sumber air/tampat

penampungan air. Hanya saja tidak ditemukan tempat pembuangan

sampah, sehingga Keluarga Tn.B masih membuah sampah/limbah rumah

tangga ke tanah.

16. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas


52

Hubungan antar tetangga baik, saling membantu bila ada tetangga yang

mengadakan acara/pesta, dan bila ada acara gotong royong dan kegiatan

lainnya Tn.B B sering mengikutsertakan dirinya.

Kesimpulan: keluarga Tn.B memiliki hubungan baik antar tentangga dan

komunitas.

17. Mobilitas Geografis Keluarga

Sebagai penduduk asli desa Tanah merah, provinsi Riau. Tn.B B pernah

merantau/bekerja di Jakarta selama + 6 tahun, dan Tn.B B suka berlayar

keliling kota/daerah karena pakerjaan beliau sebagai pelayar (karyawan

swasta). An.D berkuliah/ menuntut ilmu di Sumatra Barat + 5 tahun-

sekarang.

Kesimpulan: keluarga Tn.B asli penduduk desa Tanah merah. Hanya saja

Tn.B bekerja diluar kota/daerah dan An.D menuntut ilmu di Sumatra

Barat.

18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Komunitas

a. Tn.B bekerja sebagai pelayar (karyawan sewasta) bekerja diluar daerah.

Tn.B B pulang kerumah 1x dalam sebulan.

b. Ny.K bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pada saat sore hari pukul

16.00-17.00 wib Ny. K mengajar mengaji beberapa anak

komplek+berdagang untuk mengisi waktu luang di rumah, Ny.K

mengikuti arisan 4 kali dalam sebulan.

c. An.D sedang kuliah melanjutkan studi profesi ners UFDK pulang

kerumah ketika libur panjang.


53

d. Interaksi keluarga dengan komunitas/masyarakat pada saat pertemuan-

pertemuan di Masjid, pengajian, gotong royong, pernikahan, arisan, dll

Kesimpulan: tidak ada masalah antara keluarga dan komunitas.

19. Sistem Pendukung Keluarga

Kluarga Tn.B mengatakan jika ada masalah mendiskusikannya dengan

keluarga inti dan keluarga besar dengan komunikasi terbuka satu sama

lain. Jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas.Rumah

keluarga Tn.B B tidak jauh dari Puskesmas dapat ditempuh dalam waktu +

10 menit. Puskesmas dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Semua

anggota keluarga memiliki kartu BPJS untuk berobat.

Kesimpulan: tidak ada masalah di sistem pendukung keluarga, dan semua

anggota keluarga memiliki kartu BPJS.

IV. Struktur Keluarga

20. Pola Komunikasi Keluarga

Anggota keluarga menggunakan bahasa banjar, melayu dan indonesia

dalam berkomunikasi sehari-harinya, berkomunikasi dengan keluarga

yang jauh mengunakan handphone dengan menelphone atau videocall.

Kesimpulan : tidak ada masalah dalam berkomunikasi. Karna, keluarga

Tn.B bisa menggunakan 2 bahasa daerah + 1 bahasa Indonesia.

21. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga Tn.B saling menghargai satu sama lain. Saling membantu serta

mendukung. Tn.B memiliki 1 orang anak lulusan kesehatan yang sering

memberitahu tentang kesehatan atau tentang penyakit yang sedang dialami


54

Keluarga Tn.B B juga mempunyai beberapa keluarga yang bekerja

ditenaga kesehatan(Rumah sakit), sehingga Tn.B bisa berkonsultasi

dengan keluarga tentang penyakitnya.

Kesimpulan: tidak ditemukan masalah dalam kekuatan keluarga, karna

keluarga Tn.B ada yang berkerja sebagai tenaga kesehatan.

22. Struktur Peran (formal dan informal)

 Tn.B sebagai kepala keluarga, berperan sebagai suami dan mencari

nafkah yang utama

 Ny.K sebagai istri yang merawat keluarga dan mendidik anaknya

 An.D sebagai anak dan mahasiswa kesehatan yang bertugas

memberikan edukasi untuk keluarga tentang kesehatan keluarganya

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam struktur peran.

23. Nilai atau Norma Keluarga

Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu Allah

SWT demikian pula dengan sehat-sakit. Keluarga juga percaya bahwa tiap

sakit ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit sudah beberapa hari dibawa

ke puskesmas.

Kesimpulan: tida ada masalah dalam nilai/norma keluarga

V. Fungsi Keluarga

24. Fungsi Afektif

 Tn.B mengatakan memiliki keharmonisan antar anggota keluarga,

saling menyayangi, dan menghormati. Tn.B menegaskan ke anggota

keluarga untuk selalu cerita dan berdiskusi dirumah jika ada masalah
55

 Ny.K mengatakantidak sungkan menegur anggota keluarga apabila ada

kesalahpahaman.

 Keluarga Tn.B sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada

anggota yang membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain

berusaha membantu.

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam fungsi afektif karna keluarga

memiliki hubungan yang baik, dan saling terbuka antara keluarga shingga

tidak menimbulkan kesalahpahaman.

25. Fungsi Sosialisasi

Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik,

serta cukup aktif bermasyakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di

masyarakat, anggota berperan sesuai dengan perannya masing-masing.

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam sosialisasi.

26. Fungsi Perawatan Keluarga

 Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri dengan komposisi, nasi,

lauk pauk, sayur dengan frekuensi 3 kali sehari, dan selalu

menyediakan buah-buahan setiap harinya.

 Kemampuan mengenal masalah kesehatan keluarga mengatakan Tn.B

sering mengeluh pusing karena penyakit darah tinggi dan takut

tensinya naik.

 Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan, Jika Tn.B sakit

langsung dibawa ke puskesmas atau menghubungi petugas kesehatan

ke rumah.
56

 Merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merawat Tn.B, Ny.K

masih memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang

lain dan kadang memilih makanan yang tidak memicu terjadinya

peningkatan tekanan darah, tetapi Tn.B terkadang tidak berselera

makan. Tn.B mengatakan sering jalan-jalan pagi untuk mengeluarkan

keringat.

 Kemampuan keluarga Tn.B memelihara lingkungan yang sehat,

keluarga membersihkan rumahnya setiap hari, lantai kamar mandi

tidak licin, bersih, dan terawat. Sedangkan, Tn.B setiap pagi nya

menyiram tanaman yang ada didepan rumah dan memotong rumput

yang ada dihalaman rumah.

 Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan

di masyarakat, keluarga selalu memeriksakan diri ke

puskesmas/petugas kesehtan bila sakit

Kesimpulan: perilaku cenderung berisiko, karena Tn.B tahu akan

penyakitnya, tatapi masih mengkonsumsi makanan yang dapat memicu

Hipertensi.

VI. Stres dan Koping Keluarga

27. Stresor jangka Pendek dan Jangka Panjang

 Stresor jangka pendek

Tn.B mengatakan kadang sering pusing, dan sering kesemutan. Tn.B

juga khawatir tentang virus corona yang semakin hari semakin

meningkat, yang menyebabkan Tn.B susah untuk bekerja.


57

 Stressor jangka panjang

Tn.B khawatir tensinya meningkat atau ada penyakit tambahan

lainnya. Keluarga Tn.B berharap supaya virus corona cepat hilang.

Kesimpulan: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, karena keluarga

Tn.B mengharapkan penyakit Tn.B cepat sembuh, tetapi Tn.B jarang

mengontrol makanannya.

28. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi/ Stresor

Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas

dengan petugas kesehatan.

Kesimpulan: kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

29. Strategi Koping Konstruktif yang digunakan

Keluarga Tn.B mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan

bersama anggota keluarga sehingga masukkan keluarga dapat membantu

menyelesaikan masalah yang ada.

Kesimpulan: tidak ada masalah kesehatan

30. Strategi Adaptasi Disfungsional

Tn.B B apabila merasakan pusing atau timbul gejala TD meningkat Tn.B

B meminum jus daun seledri atau rebusan bawang putih.

Kesimpulan: Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan


58

VII. Pemeriksaan Fisik


No Pemfis Tn.B Ny.K Ny.D
1 Kepala Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
simetris, rambut simetris, rambut simetris, rambut
bersih beruban, bersih sedikit bersih berwarna
penyebaran rambut beruban, penyebaran hitam, penyebaran
rata, muka tidak rambut rata, muka rambut rata, muka
pucat, lesi (-), jejas tidak pucat, lesi (-), tidak pucat, lesi (-),
(-), ketombe (-) jejas (-), ketombe (+) jejas (-), ketombe (+)
Palpasi: Palpasi: Palpasi:
pembengkakan (-), pembengkakan (-), pembengkakan (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
2 Mata Konjungtiva merah Konjungtiva merah Konjungtiva merah
muda, sklera putih, muda, sklera putih, muda, sklera putih,
pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor,
penglihatan jelas, penglihatan jelas, penglihatan jelas,
mata bersih tidak mata bersih tidak ada mata bersih tidak ada
ada kotoran, katarak kotoran, katarak (-), kotoran, katarak (-).
(-). terdapat kantong
mata.
3 Hidung Simetris, nyeri (-), Simetris, nyeri (-), Simetris, nyeri (-),
luka (-), benjolan luka (-), benjolan (-), luka (-), benjolan (-),
(-), keadaan bersih keadaan bersih keadaan bersih
4 Mulut Keadaan mulut Keadaan mulut Keadaan mulut
bersih, mukosa bersih, mukosa bersih, mukosa
mulut lembab, mulut lembab, karies mulut lembab, gigi
karies gigi (+) dan gigi (+) dan gigi masih lengkap,
ada menggunkan masih lengkap, karang gigi (+)
gigi palsu, karang karang gigi(+).
gigi (+).
5 Telinga Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi:
Pendengaran masih Pendengaran masih Pendengaran masih
baik, luka (-), baik, luka (-), baik, luka (-),
kotoran yang keluar kotoran yang keluar kotoran yang keluar
(-), (-), (-),
Palpasi : nyeri Palpasi : nyeri tekan Palpasi : nyeri tekan
tekan (-), (-),pembengkakan(-) (-),pembengkakan(-)
pembengkakan (-)
6 Leher Pembesaran kelenjer Pembesaran kelenjer Pembesaran kelenjer
tiroid (-), kelenjer tiroid (-), kelenjer tiroid (-), kelenjer
getah bening (-) getah bening (-) getah bening (-)
59

7 Dada Jantung inspeksi : Jantung inspeksi : Jantung inspeksi :


letus cardis tidak letus cardis tidak letus cardis tidak
tampak, jantung tampak, jantung tampak, jantung
terkompensasi, terkompensasi, terkompensasi,
Palpasi : Palpasi : Palpasi :
letus cordis ada letus cordis ada pada letus cordis ada pada
pada spatum spatum intercosta V spatum intercosta V
intercosta V disebelah medial disebelah medial
disebelah medial sinistra, letak cordis sinistra, letak cordis
sinistra, letak cordis tidak bergeser untuk tidak bergeser untuk
tidak bergeser untuk melihat kuat atau melihat kuat atau
melihat kuat atau tidak, tidak,
tidak, Perkusi : Perkusi :
Perkusi : Kesan perkusi Kesan perkusi
Kesan perkusi jantung pekak. jantung pekak.
jantung pekak. Auskultasi: Auskultasi:
Auskultasi: Reguler Reguler
Reguler HR : 80 HR : 82
HR : 85
PARU : PARU :
PARU : Inspeksi : simetris Inspeksi : simetris
Inspeksi : simetris Palpasi : Palpasi :
Palpasi : kesimetrisan paru kesimetrisan paru
kesimetrisan paru dengan dengan
dengan menggunakan menggunakan
menggunakan telapak tangan, taktil telapak tangan, taktil
telapak tangan, premitus sama. premitus sama.
taktil premitus Perkusi : Perkusi :
sama. Batas paru hepar : Batas paru hepar :
Perkusi : ICS 4- ICS 6 ICS 4- ICS 6
Batas paru hepar : Batas atas kiri Batas atas kiri
ICS 4- ICS 6 jantung : ICS 2 - ICS jantung : ICS 2 - ICS
Batas atas kiri 3 3
jantung : ICS 2 - Batas atas kanan. Batas atas kanan.
ICS 3 jantung: ICS 2- ICS jantung: ICS 2- ICS
Batas atas kanan. 3. 3.
jantung: ICS 2- ICS Batas kiri bawah Batas kiri bawah
3. jantng linea media jantng linea media
Batas kiri bawah clavicularis ICS clavicularis ICS
jantng linea media kekiri. kekiri.
clavicularis ICS Auskultasi : Auskultasi :
kekiri. vesikuler vesikuler
Auskultasi :
Vesikuler
8 Abdomen Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Simetris, lesi (-), Simetris, lesi (-), Simetris, lesi (-),
jejas (-), benjolan (-) jejas (-), benjolan (-) jejas (-), benjolan (-)
Palpasi : Palpasi : Palpasi :
60

nyeri tekan (-) nyeri nyeri tekan (-) nyeri nyeri tekan (-) nyeri
lepas (-), massa (-) lepas (-), massa (-) lepas (-), massa (-)
Perkusi : Perkusi : Perkusi :
tympani pada hepar, tympani pada hepar, tympani pada hepar,
pekak pada gaster. pekak pada gaster. pekak pada gaster.
Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi:
Bising usus (+) Bising usus (+) Bising usus (+)
9 Ekstremitas Ekstremitas atas : Ekstremitas atas : Ekstremitas atas :
tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan
pada ekstremitas pada ekstremitas atas pada ekstremitas atas
atas Ekstremirtas bawah : Ekstremirtas bawah :
Ekstremirtas Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
bawah : pada ekstremitas pada ekstremitas
Kaki sering bawah. bawah.
mengalami Kekuatan otot : Kekuatan otot :
kesemutan apabila penuh penuh
duduk lama.
Kekuatan otot : 5555 5555 5555 5555
penuh 5555 5555 5555 5555

5555 5555
5555 5555
Kesimpulan : tidak ada kelainan/masalah yang identik di keluarga Tn.B

VIII. Harapan Keluarga

Keluarga berharap kepada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu

pelayanan dan membantu masalah Tn.B B. Tn.B berharap bisa mengerti tentang

penyakit hipertensi dan masih butuhj penjelasan lebih lanjut tentang perawatan/

cara mengatasi hipertensi.

Kesimpulan: tidak ada masalah kesehatan

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Data focus
Data Subjektif Data Objektif
1. Tn.B mengatakan sering pusing 1. Tn.B terlihat memegang kakinya
2. Tn.B mengatakan takut jika tensi 2. Tn.B terlihat cemas jika tensinya
nya naik naik.
3. Tn.B mengatakan sering 3. Tn.B B terlihat meminum jus
kesemutan daun seledri atau rebusan
4. Tn.B mengatakan mengalami bawang putih.
61

hipertensi sejak 7 tahun yang 4. Ny.K terlihat memilah makanan


lalu. yang tidak memicu terjadinya
5. Tn.B mengatakan sulit tidur jika peningkatan tekanan darah,
TD nya meningkat tetapi Tn.B tidak berselera
6. Tn.B B mengatakan apabila makan
merasakan pusing atau timbul 5. Keluarga Tn.B terlihat
gejala TD meningkat Tn.B B menyediakan makanan dengan
meminum jus daun seledri atau komposisi, nasi, lauk pauk, sayur
rebusan bawang putih. dengan frekuensi 3 kali sehari,
7. Ny.K mengatakan kadang dan selalu menyediakan buah-
memilah makanan yang tidak buahan setiap harinya.
memicu terjadinya peningkatan 6. Tn.B terlihat susah untuk
tekanan darah, tetapi Tn.B tidak mengontrol pola makannya
berselera makan 7. Tn.B terlihat sering jalan-jalan
8. Keluarga Tn.B mengatakan pagi untuk mengeluarkan
penyediaan makanan selalu keringat.
dimasak sendiri dengan 8. Keluarga Tn.B B terlihat
komposisi, nasi, lauk pauk, sayur membersihkan rumahnya setiap
dengan frekuensi 3 kali sehari, hari, lantai kamar mandi tidak
dan selalu menyediakan buah- licin, bersih, dan terawat
buahan setiap harinya. 9. Tn.B terlihat menyiram tanaman
9. Tn.B mengatakan susah untuk yang ada didepan rumah dan
mengontrol pola makannya memotong rumput yang ada
10. Tn.B mengatakan sering jalan- dihalaman rumah setiap pagi.
jalan pagi untuk mengeluarkan 10. Keluarga Tn.B terlihat khawatir
keringat. tentang wabah virus corona yang
11. Keluarga Tn.B B mengatakan semakin hari semakin meningkat
membersihkan rumahnya setiap 11. Keluarga Tn.B terlihat banyak
hari, lantai kamar mandi tidak bertanya tentang virus corona
licin, bersih, dan terawat 12. Ny.K terlihat kurang tidur.
12. Tn.B setiap pagi nya menyiram 13. Terlihat kantong mata pada
tanaman yang ada didepan Ny.K
rumah dan memotong rumput 14. Ny. K terlihat kelelahan ketika
yang ada dihalaman rumah. beraktivitas berat.
13. Keluarga Tn.B mengatakan 15. TTV Tn.B
khawatir tentang wabah virus TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C
corona yang semakin hari BB : 80 Kg, HR : 85 x/i, RR : 22
semakin meningkat x/i, TB : 160 cm
14. Ny.K mengatakan jarang sakit 16. TTV Ny.K
dan tidak mempunyai masalah TD : 100/70 mmhg S : 36,60C
pada kesehatannya BB : 65 Kg, HR : 80 x/i, R : 18
15. Ny.K mengatakan kepikiran x/i, TB : 153 cm
dengan masalah Covid-19
16. Ny.K mengatakan mengalami
gangguan tidur merasa kurang
puas akan tidurnya semanjak 1
minggu yang lalu.
17. Ny. K mengatakan juga mudah
62

kelelahan ketika beraktivitas


berat.

2. Analisa Data
Analisa Data Masalah Keperawatan
DS: Ketidakefektifan
1. Tn.B mengatakan sering pusing pemeliharaan kesehatan
2. Tn.B mengatakan sering kesemutan pada Tn.B dengan
3. Tn.B mengatakan takut jika tensi nya naik hipertensi
4. Tn.B mengatakan mengalami hipertensi
sejak 7 tahun yang lalu.
5. Tn.B mengatakan sulit tidur jika TD nya
meningkat
6. Ny.K mengatakan kadang memilah
makanan yang tidak memicu terjadinya
peningkatan tekanan darah, tetapi Tn.B
tidak berselera makan
7. Tn.B mengatakan susah untuk mengontrol
pola makannya
DO :
1. Tn.B terlihat memegang kakinya
2. Tn.B terlihat cemas jika tensinya naik.
3. Tn.B B terlihat meminum jus daun seledri
atau rebusan bawang putih.
4. Ny.K terlihat memilah makanan yang tidak
memicu terjadinya peningkatan tekanan
darah, tetapi Tn.B tidak berselera makan
5. Tn.B terlihat susah untuk mengontrol pola
makannya
6. TTV Tn.B
TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C, BB : 80 Kg,
HR : 85 x/I, RR : 22 x/I, TB : 160 cm
DS: Perilaku kesehatan
1. Tn.B mengatakan sering pusing cendrung beresiko
2. Tn.B mengatakan takut jika tensi nya naik
3. Tn.B mengatakan sering kesemutan
4. Tn.B mengatakan mengalami hipertensi
sejak 7 tahun yang lalu.
5. Tn.B mengatakan sulit tidur jika TD nya
meningkat
6. Tn.B B mengatakan apabila merasakan
pusing atau timbul gejala TD meningkat
Tn.B B meminum jus daun seledri atau
rebusan bawang putih.
7. Ny.K mengatakan kadang memilah
makanan yang tidak memicu terjadinya
peningkatan tekanan darah, tetapi Tn.B
63

tidak berselera makan


8. Tn.B mengatakan susah untuk mengontrol
pola makannya
9. Ny.K mengatakan mengalami gangguan
tidur merasa kurang puas akan tidurnya
semanjak 1 minggu yang lalu.
10. Ny. K mengatakan juga mudah kelelahan
ketika beraktivitas berat.
DO:
1. Tn.B terlihat memegang kakinya
2. Tn.B terlihat cemas jika tensinya naik.
3. Tn.B B terlihat meminum jus daun seledri
atau rebusan bawang putih.
4. Ny.K terlihat memilah makanan yang tidak
memicu terjadinya peningkatan tekanan
darah, tetapi Tn.B tidak berselera makan
5. Tn.B terlihat susah untuk mengontrol pola
makannya
6. Tn.B terlihat sering jalan-jalan pagi untuk
mengeluarkan keringat.
7. Ny.K terlihat kurang tidur.
8. Terlihat kantong mata pada Ny.K
9. Ny. K terlihat kelelahan ketika beraktivitas
berat.
10. TTV Tn.B
TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C BB : 80
Kg, HR : 85 x/i, RR : 22 x/i, TB : 160 cm
11. TTV Ny.K
12. TD : 100/70 mmhg S : 36,60C BB : 65
Kg, HR : 80 x/i, R : 18 x/i, TB : 153 cm
DS: Kesiapan peningkatan
1. Tn.B B mengatakan apabila merasakan manajemen kesehatan
pusing atau timbul gejala TD meningkat pada keluarga Tn.B
Tn.B B meminum jus daun seledri atau
rebusan bawang putih.
2. Ny.K mengatakan kadang memilah
makanan yang tidak memicu terjadinya
peningkatan tekanan darah, tetapi Tn.B
tidak berselera makan
3. Keluarga Tn.B mengatakan penyediaan
makanan selalu dimasak sendiri dengan
komposisi, nasi, lauk pauk, sayur dengan
frekuensi 3 kali sehari, dan selalu
menyediakan buah-buahan setiap harinya.
4. Tn.B mengatakan susah untuk mengontrol
pola makannya
5. Tn.B mengatakan sering jalan-jalan pagi
untuk mengeluarkan keringat.
64

6. Keluarga Tn.B B mengatakan


membersihkan rumahnya setiap hari, lantai
kamar mandi tidak licin, bersih, dan terawat
7. Tn.B setiap pagi nya menyiram tanaman
yang ada didepan rumah dan memotong
rumput yang ada dihalaman rumah.
8. Ny.K mengatakan jarang sakit dan tidak
mempunyai masalah pada kesehatannya
9. Keluarga Tn.B terlihat khawatir tentang
wabah virus corona yang semakin hari
semakin meningkat
DO:
1. Tn.B B terlihat meminum jus daun seledri
atau rebusan bawang putih.
2. Ny.K terlihat memilah makanan yang tidak
memicu terjadinya peningkatan tekanan
darah, tetapi Tn.B tidak berselera makan
3. Keluarga Tn.B terlihat menyediakan
makanan dengan komposisi, nasi, lauk
pauk, sayur dengan frekuensi 3 kali sehari,
dan selalu menyediakan buah-buahan setiap
harinya.
4. Tn.B terlihat susah untuk mengontrol pola
makannya
5. Tn.B terlihat sering jalan-jalan pagi untuk
mengeluarkan keringat.
6. Keluarga Tn.B B terlihat membersihkan
rumahnya setiap hari, lantai kamar mandi
tidak licin, bersih, dan terawat
7. Tn.B terlihat menyiram tanaman yang ada
didepan rumah dan memotong rumput yang
ada dihalaman rumah setiap pagi.
8. Keluarga Tn.B terlihat khawatir tentang
wabah virus corona yang semakin hari
semakin meningkat
9. Keluarga Tn.B terlihat banyak bertanya
tentang virus corona

3. Prioritas Masalah

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan


hipertensi
No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : Keluarga kurang
Skala : mampu
 Tidak/ Kurang 3 1 3/3 x 1= 1 menjalankan
sehat/ Aktual prilaku hidup
2 sehat
65

 Ancaman
Kesehatan/ Resiko 1
 Keadaan Sejahtera/
Potensial
2 Kemungkinan Masalah dapat
Masalah dapat diubah diubah sebagian
Skala : dengan
 Mudah 2 2 keinginan
 Sebagian 1 ½x2=1 keluarga untuk
 Tidak Dapat 0 mencapai
kesehatan yang
baik
3 Potensial Masalah Keinginan
untuk Dicegah keluarga untuk
Skala : mencari tahu
 Tinggi 3 1 3/3 x 1 = 1 perilaku hidup
 Cukup 2 sehat untuk
 Rendah 1 terhindar dari
penyakit cukup
baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, 2 2 2/2 x 1 = 1 masalah dan
harus segera menangani agar
ditangani masalah
 Ada masalah tetapi 1 keseehatan
tidak perlu dapat teratasi
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
JUMLAH 4

Perilaku kesehatan cendrung beresiko


No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : Keluarga kurang
Skala : mampu
 Tidak/ Kurang 3 1 3/3 x 1= 1 menjalankan
sehat/ Aktual prilaku hidup
 Ancaman 2 sehat
Kesehatan/ Resiko
 Keadaan Sejahtera/ 1
Potensial
2 Kemungkinan Masalah dapat
Masalah dapat diubah diubah sebagian
Skala : dengan
 Mudah 2 2 keinginan
 Sebagian 1 ½x2=1 keluarga untuk
66

 Tidak Dapat 0 mencapai


kesehatan yang
baik
3 Potensial Masalah Keinginan
untuk Dicegah keluarga untuk
Skala : mencari tahu
 Tinggi 3 1 perilaku hidup
 Cukup 2 2/3 x 1 = sehat untuk
 Rendah 1 0,7 terhindar dari
penyakit cukup
baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, 2 2 2/2 x 1 = 1 masalah dan
harus segera menangani agar
ditangani masalah
 Ada masalah tetapi 1 kesehatan dapat
tidak perlu teratasi
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
JUMLAH 3,7

Kesiapan peningkatan koping keluarga


No Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : Keluarga kurang
Skala : mampu
 Tidak/ Kurang 3 1 menjalankan
sehat/ Aktual prilaku hidup
 Ancaman 2 2/3 x 1= sehat
Kesehatan/ Resiko 0,7
 Keadaan Sejahtera/ 1
Potensial

Kemungkinan Masalah dapat


2 Masalah dapat diubah diubah sebagian
Skala : dengan
 Mudah 2 2 keinginan
 Sebagian 1 ½x2=1 keluarga untuk
 Tidak Dapat 0 mencapai
kesehatan yang
baik
3 Potensial Masalah Keinginan
untuk Dicegah keluarga untuk
Skala : mencari tahu
 Tinggi 3 1 3/3 x 1 = 1 perilaku hidup
 Cukup 2 sehat untuk
67

 Rendah 1 terhindar dari


penyakit cukup
baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, 2 2 1/2 x 1 = masalah dan
harus segera 0,5 menangani agar
ditangani masalah
 Ada masalah tetapi 1 keseehatan
tidak perlu dapat teratasi
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
JUMLAH 3,2

4. Diagnosa Keperawatan Keluarga


a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi
b. Perilaku kesehatan cendrung beresiko
c. Kesiapan peningkatan koping keluarga
1

C. Format Rencana Keperawatan Keluarga

Diagnosa Keperawatan NOC/SLKI NIC/SIKI


Data
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Intervensi
DS: 00080 Ketidakefekti Keluarga mampu Keluarga
1. Tn.B mengatakan sering pusing fan mengenal masalah : mampu
2. Tn.B mengatakan sering pemeliharaan 1831 Pengetahuan : manajemen 5510 mengenal
kesemutan kesehatan hipertensi masalah :
3. Tn.B mengatakan takut jika pada Tn.B 1802 Pengetahuan : anjuran Pendidikan
tensi nya naik dengan pengaturan diet hipertensi kesehatan :
4. Tn.B mengatakan mengalami hipertensi 1813 Pengetahuan : regimen pengajaran
hipertensi sejak 7 tahun yang pengobatan proses penyakit
lalu. yang dialami
5. Ny.K mengatakan kadang Pengajaran diet
memilah makanan yang tidak yang tepat/
memicu terjadinya peningkatan Keluarga dianjurkan
tekanan darah, tetapi Tn.B tidak mampu Pengajaran :
berselera makan memutuskan pengobatan
6. Tn.B mengatakan susah untuk untuk yang
mengontrol pola makannya meningkatkan ditentukan :
DO : 1606 atau 5250
1. Tn.B terlihat memegang memperbaiki Keluarga
kakinya kesehatan: mampu
2. Tn.B terlihat cemas jika 2202 Berpartisipasi dalam memutuskan
tensinya naik. memutuskan perawatan untuk
3. Tn.B B terlihat meminum jus 1700 kesehatan meningkatka
daun seledri atau rebusan 2605 Kesiapan caregiver dalam n atau
2

bawang putih. perawatan di rumah memperbaiki


4. Tn.B mengatakan sulit tidur Kepercayaan kesehatan kesehatan:
jika TD nya meningkat Partisipasi keluarga dalam Dukungan
5. Ny.K terlihat memilah perawatan profesional membuat
makanan yang tidak memicu 1100 keputusan
terjadinya peningkatan tekanan Keluarga merawat “Langakh-
darah, tetapi Tn.B tidak 1622 anggota keluarga untuk langkah
berselera makan meningkatkan atau 1400 pencegahan
6. Tn.B terlihat susah untuk memperbaiki kesehatan 0180 hipertensi”
mengontrol pola makannya 1632 Perilaku kepatuhan:
7. TTV Tn.B menyiapkan diet dengan
TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C, tepat 7110
BB : 80 Kg, HR : 85 x/I, RR : 1605 Perilaku kepatuhan:
22 x/I, TB : 160 cm 2205 melakukan aktivitas yang
tepat Keluarga mampu
Kontrol nyeri merawat anggota
Kemampuan keluarga keluarga yang sakit :
memberikan perawatan Manajemen nutrisi yang
langsung
tepat “edukasi nutrisi
1908 6485 diet hipertensi”
Keluarga mampu
2009 memodifikasi Manajemen nyeri
lingkungan: 5440 Pengelolahan latihan
1910 Deteksi resiko fisik : “latihan Slow
Dukungan keluarga selama deep Breathing”
pengobatan Peningkatan keterlibatan
Menyiapkan lingkungan keluarga
rumah yang aman
3

1806 Keluarga mampu 7400 Keluarga mampu


memanfaatkan fasilitas memodifikasi
1603 kesehatan: 7400 lingkungan :
Pengetahuan tentang Manajemen lingkungan
2605 sumber-sumber kesehatan rumah yang aman
Perilaku mencari Peningkatan support
pelayanan kesehatan sistem
Partisipasi keluarga dalam
perawatan keluarga
Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan :
Panduan pelayanan
kesehatan
Bantuan sistem
kesehatan
DS: 00188 Perilaku Keluarga mampu Keluarga mampu
1. Tn.B mengatakan sering pusing kesehatan mengenal masalah : mengenal masalah :
2. Tn.B mengatakan takut jika cenderung 1803 Pengetahuan kesehatatan 5606 Pengajaran : individu
tensi nya naik beresiko 1602 Pengetahuan tentang 5602 Pengajaran : proses
3. Tn.B mengatakan sering proses penyakit penyakit “Istirahat tidur”
kesemutan 1603 Perilaku peningkatan
4. Tn.B mengatakan mengalami kesehatan
hipertensi sejak 7 tahun yang 1827 Mencari informasi
lalu. masalah kesehatan
5. Tn.B mengatakan sulit tidur Keluarga mampu
jika TD nya meningkat Keluarga mampu memutuskan untuk
6. Tn.B B mengatakan apabila memutuskan tindakan meningkatkan atau
4

merasakan pusing atau timbul untuk meningkatkan memperbaiki


gejala TD meningkat Tn.B B kesehatan : kesehatan:
meminum jus daun seledri atau 1606 Berpartisipasi dalam Dukungan membuat
rebusan bawang putih. memutuskan perawatan 5250 keputusan
7. Ny.K mengatakan kadang kesehatan Membangun harapan
memilah makanan yang tidak 2605 Perawatan care giver 5310 Dukungan emosional
memicu terjadinya peningkatan dalam perawatan di rumah 5270
tekanan darah, tetapi Tn.B tidak Keluarga mampu
berselera makan Keluarga merawat merawat anggota
8. Tn.B mengatakan susah untuk anggota keluarga untuk keluarga yang sakit :
mengontrol pola makannya meningkatkan atau Terapi nutrisi:
9. Ny.K mengatakan mengalami memperbaiki kesehatan 1120 “pentingnya nutrisi dan
gangguan tidur merasa kurang 0003 Istirahat olahraga “
puas akan tidurnya semanjak 1 0002 Pemeliharaan energy
minggu yang lalu. 2006 Status kesehatan personal :
10. Ny. K mengatakan juga mudah kesehatan fisik
kelelahan ketika beraktivitas Keluarga mampu
berat. Keluarga mampu memodifikasi
DO: memodifikasi lingkungan lingkungan :
1. Tn.B terlihat memegang untuk mencegah, Manajemen prilaku :
kakinya mengurangi, atau 4350 “memperhatikan
2. Tn.B terlihat cemas jika mengontrol ancaman kecakupan waktu
tensinya naik. kesehatan: istirahat tidur”
3. Tn.B B terlihat meminum jus 2065 Kontrol resiko hipertensi 6485 Manajemen lngkungan
daun seledri atau rebusan
bawang putih. Keluarga mampu Keluarga mampu
4. Ny.K terlihat memilah memanfaatkan fasilitas memfaslitasi fasilitas
makanan yang tidak memicu pelayanan kesehatan : pelayanan kesehatan:
5

terjadinya peningkatan tekanan Partisipasi keluarga dalam 7910 Konsultasi


darah, tetapi Tn.B tidak perawatan keluarga 7400 Bantuan sistem
berselera makan kesehatan
5. Tn.B terlihat susah untuk
mengontrol pola makannya
6. Tn.B terlihat sering jalan-jalan
pagi untuk mengeluarkan
keringat.
7. Ny.K terlihat kurang tidur.
8. Terlihat kantong mata pada
Ny.K
9. Ny. K terlihat kelelahan ketika
beraktivitas berat.
10. TTV Tn.B
TD : 150/90 mmhg, S : 36,90C
BB : 80 Kg, HR : 85 x/i, RR :
22 x/i, TB : 160 cm
11. TTV Ny.K
TD : 100/70 mmhg S : 36,60C
BB : 65 Kg, HR : 80 x/i, R : 18
x/i, TB : 153 cm
DS: D.0112 Kesi Keluarga mampu Keluarga
1. Tn.B B mengatakan apabila apan mengenal masalah : mampu
merasakan pusing atau timbul peni 09088 Status koping keluarga : 09312 mengenal
gejala TD meningkat Tn.B B ngka “keterpaparan informasi” masalah :
meminum jus daun seledri atau tan Pendidikan kesehatan
rebusan bawang putih. kopi Keluarga merawat koping :Corona Virus
2. Ny.K mengatakan kadang ng anggota keluarga untuk
6

memilah makanan yang tidak kelua Meningkatkan atau Keluarga


memicu terjadinya peningkatan rga memperbaiki kesehatan mampu
tekanan darah, tetapi Tn.B tidak 09088 Status koping keluarga : memutuskan
berselera makan “komitmen pada 09260 untuk
3. Keluarga Tn.B mengatakan perawatan/pengobatan” meningkatka
09074 Ketahanan keluarga :
penyediaan makanan selalu n atau
dimasak sendiri dengan “menggunakan strategi memperbaiki
komposisi, nasi, lauk pauk, koping yang efektif” kesehatan:
sayur dengan frekuensi 3 kali Dukungan
sehari, dan selalu menyediakan koping
buah-buahan setiap harinya. Keluarga mampu keluarga :”La
4. Tn.B mengatakan susah untuk memodifikasi ngkah-
mengontrol pola makannya lingkungan: 12360 langkah
5. Tn.B mengatakan sering jalan- 09074 Ketahanan keluarga : pencegahan
jalan pagi untuk mengeluarkan “mengidentifikasi dan Covid-19”
keringat. memanfaatkan sumber
6. Keluarga Tn.B B mengatakan daya di komunitas”
membersihkan rumahnya setiap
hari, lantai kamar mandi tidak Keluarga mampu
licin, bersih, dan terawat Keluarga mampu merawat anggota
7. Tn.B setiap pagi nya menyiram memanfaatkan fasilitas keluarga yang sakit :
tanaman yang ada didepan kesehatan: Bimbingan sistem
rumah dan memotong rumput Ketahanan kesehatan untuk terapi
09074
yang ada dihalaman rumah. keluarga : komplementer : ”olah
14525
“memanfaatk
8. Ny.K mengatakan jarang sakit terapi herbal (jeruk nifis)
an tenaga
dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang dilakukan secara
pada kesehatannya untuk teratur
9. Keluarga Tn.B terlihat khawatir mendapatkan untuk meningkatkan
7

tentang wabah virus corona informasi daya tahan tubuh”


yang semakin hari semakin dan bantuan” 12435
meningkat Keluarga mampu
DO: memodifikasi
1. Tn.B B terlihat meminum jus lingkungan :
daun seledri atau rebusan Pelibatan keluarga : cara
bawang putih. cuci tangan yang benar
2. Ny.K terlihat memilah
makanan yang tidak memicu Keluarga mampu
terjadinya peningkatan tekanan memanfaatkan fasilitas
darah, tetapi Tn.B tidak kesehatan :
berselera makan Edukasi perilaku upaya
3. Keluarga Tn.B terlihat kesehatan dalam rangka
menyediakan makanan dengan menghindari covid-19
komposisi, nasi, lauk pauk,
sayur dengan frekuensi 3 kali
sehari, dan selalu menyediakan
buah-buahan setiap harinya.
4. Tn.B terlihat susah untuk
mengontrol pola makannya
5. Tn.B terlihat sering jalan-jalan
pagi untuk mengeluarkan
keringat.
6. Keluarga Tn.B B terlihat
membersihkan rumahnya setiap
hari, lantai kamar mandi tidak
licin, bersih, dan terawat
7. Tn.B terlihat menyiram
8

tanaman yang ada didepan


rumah dan memotong rumput
yang ada dihalaman rumah
setiap pagi.
8. Keluarga Tn.B terlihat khawatir
tentang wabah virus corona
yang semakin hari semakin
meningkat
9. Keluarga Tn.B terlihat banyak
bertanya tentang virus corona

D. Nursing Case Plan (NCP)

Dx 1: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi


No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
1. Selasa/14 April 2020 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 2) diharapkan keluarga mampu mengenal masalah:  Keluarga mengatakan bahwa
TUK 1 : Hipertensi adalah suatu
Pendidikan Kesehatan Tentang Proses Penyakit peningkatan tekanan darah lebih
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang dari 140/90 mmHg
pengertian Hipertensi  Keluarga mengatakan bahwa
2. Menjelaskan pengertian Hipertensi penyebab dari Hipertensi adalah
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan pola hidup kurang sehat
darah lebih dari 140/90 mmHg  Keluarga mengatakan bahwa
3. Meminta keluarga untuk mengulang tanda dan gejala Hipertensi
pengertian Hipertensi adalah gelisah, nadi cepat, sesak
9

4. Mendiskusikan dengan keluarga tentang nafas, sakit kepala, lemah, rasa


penyebab Hipertensi pegal di bahu, jantung berdebar
5. Meminta keluarga untuk menyebutkan debar, pandangan menjadi
penyebab Hipertensi kabur, mata berkunang-kunang
6. Meminta kembali menjelaskan tanda dan O:
gejala Hipertensi  Keluarga tampak menyebutkan
7. Promkes tentang Hipertensi pengertian dan penyebab
Hipertensi yang ada pada
keluarganya
 Keluarga menyebutkan tanda
dan gejala Hipertensi
A:
Keluarga dapat mengenal masalah
Hipertensi

P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
yaitu memutuskan tindakan yang
tepat
2. Selasa/ 14 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 2) keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat  Tn.B mengatakan akan merawat
dalam mengatasi masalah Hipertensi. dan mengobati Hipertensinya
TUK 2 : dan memutuskan untuk
Dukungan Dalam Membuat Keputusan memeriksakan Hipertensinya ke
1. Membantu keluarga untuk mengklarifikasi fasilitas kesehatan
nilai dan harapan yang mungkin akan  Tn.B mengatakan akan
membantu dalam membuat pilihan yang mengontrol pola makannya
penting O:
10

2. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi 1. Tn.B tampak mengerti dan


keuntungan dan kerugian setiap alternative berpatisipasi dalam
pilihan pengambilan keputusan
3. Memfasilitasi pengambilan keputusan 2. Tn.B akan mencoba mengontrol
pola makannya
A:
Tujuan Tercapai
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 3
tentang mengenal masalah
3. Rabu/ 15 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S
(Pertemuan 3) keluarga dapat merawat anggota keluarga
dengan masalah Hipertensi. Menyebutkan cara  Keluarga mengatakan akibat
perawatan Hipertensi, menyebutkan diit pada lanjut dari hipertensi, diit
penderita Hipertensi. makanan, kontrol
TUK 3:  Keluraga mengatakan cara
Merawat Anggota Kelurga Untuk Meningkatkan perawatan hipertensi dengan
Atau Memperbaiki Kesehatan latihan Slow deep breathing
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara O:
perawatan Hipertensi
2. Menejelaskan tentang cara merawat anggota Keluarga menyebutkan akibat lanjut
keluarga dengan masalah Hipertensi dari Hipertensi
a. Diit makanan A:
b. Monitoring tekanan darah Keluarga dapat memutuskan
c. Cegah gejala komplikasi tindakan untuk melakukan
3. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara perawatan Hipertensi
perawatan keluarga
4. Cara perawatan dengan latihan Slow deep
11

breathing P:
a. Atur pasien dengan posisi duduk atau Intervensi dilanjutkan ke TUK 4
berbaring tentang memodifikasi lingkungan
b. Kedua tangan pasien diletakkan di atas
perut
c. Anjurkan melakukan napas secara
perlahan dan dalam melalui hidung dan
tarik napas selama tiga detik, rasakan
perut mengembang saat menarik napas.
d. Tahan napas selama tiga detik
e. Kerutkan bibir, keluarkan melalui mulut
dan hembuskan napas secara perlahan
selama enam detik. Rasakan perut
bergerak ke bawah.
f. Ulangi langkah a sampai e selama 15
menit
g. Latihan Slow deep breathing dilakukan
dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
5. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang diit
penderita Hipertensi
6. Meminta keluarga untuk menyebutkan
kembali
4. Rabu/ 15 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 5) keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang  Keluarga mengatakan
sesuai dengan masalah Hipertensi. lingkungan yang sesuai dengan
TUK 4: penderita Hipertensi adalah
Mampu Memodifikasi Lingkungan a. Lingkungan rumah yang
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang nyaman
12

lingkungan yang sesuai dengan masalah b. Istirahat yang cukup


Hipertensi keluarga belum dapat untuk c. Lantai yang tidak licin
memodifikasi lingkungan sesuai dengan O:
masalah hipertensi.
2. Menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai  Keluarga menyebutkan
dengan masalah Hipertensi. lingkungan yang sesuai dengan
Cara memodifikasi lingkungan bagi Hipertensi sesuai dengan
penderita Hipertensi adalah: standar
a. Lingkungan rumah yang nyaman A:
b. Istirahat yang cukup Keluarga dapat memodifikasi
c. Lantai yang tidak licin yang bisa lignkungan yang sesuai dengan
menyebabkan jatuh masalah Hipertensi
3. Meminta keluarga untuk mengulang P:
menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai Intervensi dilanjutkan ke TUK 5
dengan Hipertensi tentang fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi

5. Kamis/ 16 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:


(Pertemuan 6) keluarga dapat memanfaatkan fasilitas  Keluarga mengatakan bahwa
kesehatan yang ada. fasilitas kesehatan yang akan di
TUK 5: kunjungi adalah puskesmas,
Mampu Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan karena adanya dokter serta ada
yang ada obat yang di berikan dan bisa
langsung di ambil di apotik
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang pelengkap.
fasilitas kesehatan yang tersedia untuk O:
penderita Hipertensi. Fasilitas yang tersedia Keluarga memilih salah satu
adalah: fasilitas kesehatan yang tersedia
a. Puskesmas ( setiap hari senin s/d sabtu dengan alasannya
13

pukul 08.00 s/d 12.00 WIB, jum’at A:


pukul 08.00-11.00) Keluarga dapat memanfaatkan
b. Rumah Sakit / poliklinik penyakit dalam fasilitas kesehatan yang ada
( setiap senin s/d sabtu pukul 08.00 s/d P:
12.00 ) Intervensi di hentikan
c. Bidan setiap hari kerja kecuali hari libur
( pukul 16.00 s/d 21.00 WIB )
d. Praktek dokter setiap hari kerja kecuali
hari libur ( pukul 16.00 s/d 21.00 WIB )

Dx 2 : Perilaku kesehatan cenderung beresiko

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi Paraf


1. Kamis/ 16 April 2020 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit
S:
(Pertemuan 7) diharapkan keluarga mampu mengenal masalah: Keluarga Tn.B mengatakan
TUK 1 : mengerti tentang istirahat dan tidur
Pendidikan Kesehatan Tentang Proses Penyakit O:
 Memberikan penjelasan tentang istirahat dan A:
tidur Keluarga dapat menjelaskan tentang
istirahat dan tidur
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
yaitu memutuskan tindakan yang
tepat
2. Jum’at/ 17 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 8) keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat Keluarga Tn.B mengatakan akan
14

dalam mengatasi masalah Istirahat dan tidur. mengingatkan anggota keluarganya


TUK 2 : untuk segera ke Fasilitas kesehatan
Dukungan Dalam Membuat Keputusan apabila mengalami sakit
1. Membantu keluarga untuk mengklarifikasi O:
nilai dan harapan yang mungkin akan Keluarga Tn.B tampak mengerti
membantu dalam membuat pilihan yang dan berpatisipasi dalam
penting pengambilan keputusan
2. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi A:
keuntungan dan kerugian setiap alternative Tujuan Tercapai
pilihan P:
3. Memfasilitasi pengambilan keputusan Intervensi dilanjutkan ke TUK 3
tentang mengenal masalah
3. Jum’at/ 16 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 9) keluarga dapat merawat anggota keluarga Keluarga Tn.B mengatakan sudah
dengan masalah istirahat dan tidur. paham terkait terapi herbal (madu)
TUK 3: untuk meningkatkan istirahat dan
Merawat Anggota Kelurga Untuk Meningkatkan tidur
Atau Memperbaiki Kesehatan. O:
3. Memberikan pengetahuan kepada keluarga Keluarga tampak mulai bisa
terkait terapi herbal untuk meningkatkan mendemonstrasikan terapi herbal
kualitas istirahat dan tidur (madu) untuk meningkatkan
4. Mendemonstrasikan cara terapi herbal istirahat dan tidur
(madu) untuk meningkatkan kualitas A:
istirahat dan tidur Keluarga dapat memutuskan
tindakan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 4
15

tentang memodifikasi lingkungan


4. Sabtu/ 18 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 10) keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang Keluarga mengatakan dapat
sesuai dengan masalah Hipertensi. menjelaskan lingkungan yang dapat
TUK 4: mempengaruhi istirahat dan tidur
Mampu Memodifikasi Lingkungan O:
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang Keluarga dapat menjelaskan
lingkungan yang sesuai dengan masalah lingkungan yang dapat
istirahat dan tidur mempengaruhi istirahat dan tidur
2. Menjelaskan tentang istirahat dan tidur A:
Keluarga dapat memodifikasi
lignkungan yang sesuai dengan
masalah istirahat dan tidur
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 5
tentang fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi
5. Sabtu/ 18 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 11) keluarga dapat memanfaatkan fasilitas Keluarga mengatakan bahwa
kesehatan yang ada. fasilitas kesehatan yang akan di
TUK 5: kunjungi adalah puskesmas, karena
Mampu Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan adanya dokter serta ada obat yang
yang ada di berikan dan bisa langsung di
ambil di apotik pelengkap.
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang O:
fasilitas kesehatan yang tersedia untuk Keluarga memilih salah satu
penderita Hipertensi. Fasilitas yang tersedia fasilitas kesehatan yang tersedia
adalah: dengan alasannya
16

e. Puskesmas ( setiap hari senin s/d sabtu A:


pukul 08.00 s/d 12.00 WIB, jum’at Keluarga dapat memanfaatkan
pukul 08.00-11.00) fasilitas kesehatan yang ada
f. Rumah Sakit / poliklinik penyakit dalam P:
( setiap senin s/d sabtu pukul 08.00 s/d Intervensi di hentikan
12.00 )
g. Bidan setiap hari kerja kecuali hari libur
( pukul 16.00 s/d 21.00 WIB )
h. Praktek dokter setiap hari kerja kecuali
hari libur ( pukul 16.00 s/d 21.00 WIB )

Dx 3 : Kesiapan peningkatan koping keluarga

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi Paraf


1. Minggu/19 April 2020 Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 12) diharapkan keluarga mampu mengenal masalah:  Keluarga mengatakan Covid-19
TUK 1 : adalah Virus yang menyerang
Pendidikan Kesehatan Tentang Proses Penyakit sistem pernapasan. Virus ini
1. Memberikan pengetahuan keluarga tentang menyerang siapa saja,
Covid-19 baik bayi, anak-anak, orang
2. Promkes tentang Covid-19 dewasa, lansia, ibu hamil,
maupun ibu menyusui
 Keluarga mengatakan penyebab
Covid-19 adalah coronavirus,
yaitu kelompok virus yang
menginfeksi sistem pernapasan.
17

 Keluarga mengatakan bahwa


tanda dan gejala Covid-19
adalah demam(suhu tubuh di
atas 38 derajat Celsius), batuk,
sesak nafas
O:
Keluarga tampak menyebutkan
kembali tentang Covid-19
A:
Keluarga dapat mengenal masalah
Covid-19
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 2
yaitu memutuskan tindakan yang
tepat
2. Minggu/19 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 13) keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat Keluarga Tn.B mengatakan akan
dalam mengatasi masalah Covid-19. mengingatkan anggota keluarganya
TUK 2 : untuk segera ke Fasilitas kesehatan
Dukungan Dalam Membuat Keputusan apabila mengalami tanda- gejala
1. Membantu keluarga untuk mengklarifikasi seperti Covid-19
nilai dan harapan yang mungkin akan O:
membantu dalam membuat pilihan yang Keluarga Tn.B tampak mengerti
penting dan berpatisipasi dalam
2. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi pengambilan keputusan
keuntungan dan kerugian setiap alternative A:
pilihan Tujuan Tercapai
3. Memfasilitasi pengambilan keputusan P:
18

Intervensi dilanjutkan ke TUK 3


tentang mengenal masalah
3. Minggu/19 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 14) keluarga dapat merawat anggota keluarga agar Keluarga Tn.B mengatakan sudah
terhindar dari masalah Covid-19. Menyebutkan paham terkait terapi herbal (jeruk
cara menghindari Covid-19. nipis) sebagai antiseptic untuk
TUK 3: pencegahan covid-19
Merawat Anggota Kelurga Untuk Meningkatkan O:
Atau Memperbaiki Kesehatan Keluarga tampak mulai bisa
1. Memberikan pengetahuan kepada keluarga mendemonstrasikan terapi herbal
terkait pencegahan Covid-19 (jeruk nipis) sebagai antiseptic
2. Mendemonstrasikan cara terapi herbal (jeruk untuk pencegahan covid-19
nipis) sebagai antiseptic untuk pencegahan A:
covid-19 Keluarga dapat memutuskan
tindakan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh
P:
Intervensi dilanjutkan ke TUK 4
tentang memodifikasi lingkungan
4. Senin/21 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 15) keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang Keluarga mengatakan cara yang
sesuai dengan masalah Hipertensi. tepat untuk mencegah penularan
TUK 4: virus korona dengan momodifikasi
Mampu Memodifikasi Lingkungan lingkungan menggunakan
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang desinfektan, rajin cuci tangan, dll
lingkungan yang sesuai dengan masalah O:
Covid-19 Keluarga dapat menyebutkan
2. Menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai lingkungan yang baik untuk
19

dengan masalah Covid-19. mencegah penularan virus korona


Cara memodifikasi lingkungan untuk A:
menghindari Covid-19 adalah: P:
a. Mencuci tangan Intervensi dilanjutkan ke TUK 5
b. Menjaga daya tahan tubuh tentang fasilitas kesehatan yang
c. Menjaga kebersihan rumah dengan dapat dikunjungi
desinfektan
d. Menyediakan P3K dan peralatan
kebersihan di rumah
e. Memberikan edukasi mengenai tindakan
yang harus dilakukan
3. Meminta keluarga untuk mengulang
menjelaskan tentang lingkungan yang sesuai
dengan Hipertensi
5. Senin/21 April 2020 Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
(Pertemuan 16) keluarga dapat memanfaatkan fasilitas Keluarga mengatakan bahwa
kesehatan yang ada. fasilitas kesehatan yang akan di
TUK 5: kunjungi adalah rumah sakit yang
Mampu Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan telah disiapkan pemerintah yang
yang ada menangani kasus Covid-19
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang O:
fasilitas kesehatan yang tersedia untuk Keluarga mengetahui fasilitas
penderita yang mengalami gejala Covid-19. kesehatan yang akan dituju untuk
Fasilitas yang tersedia adalah: penanganan kasus Covid-19
a. Rumah Sakit yang menangani kasus A:
Covid-19 Keluarga dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada
P:
20

Intervensi di hentikan
1

BAB IV
TELAAH JURNAL

Pada BAB ini penulis melakukan telaah 3 jurnal “ Pengaruh Slow deep

breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di puskesmas ubung Lombok

tengah, pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia, dan ” yang mana akan

diuraikan dibawah ini :

A. Pengaruh Slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi

di puskesmas ubung Lombok tengah

Judul : Pengaruh Slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia

hipertensi di puskesmas ubung Lombok tengah

Penulis : Ni Putu Sumartini, Ilham Miranti

Kata kunci : Lansia, Hipertensi, Slow deep breathing

1. Patient And Clinical Problem (P)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari

90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Hipertensi menjadi silent killer karena sebagian besar kasus tidak

menunjukkan gejala apapun. Hipertensi terus meningkat seiring

bertambahnya umur. Penemuan kasus Hipertensi di Puskesmas Ubung

meningkat dimana tahun 2016 ditemukan 931 kasus dan tahun 2017

ditemukan 1.240 kasus hipertensi. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif,

metode penelitian Quasy Experiment dengan desain Non Equivalent


2

Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia

hipertensi di Puskesmas Ubung Lombok Tengah sebanyak 805 lansia.

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia hipertensi yang mendapat

senam. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang dengan teknik

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

2. Intervention (I)

Dalam penelitian ini, kelompok intervensi dan kelompok kontrol sama-

sama dilakukan Pretest dan Post-test (Notoatmodjo, 2012). Peneliti

melakukan pengukuran tekanan darah pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol sebelum latihan (pre test). Pada kelompok intervensi

diberikan latihan slow deep breathing sebanyak tiga (3) kali dalam kurun

waktu 3 miggu, masing-masing 15 menit, kemudian diukur tekanan

darahnya (post test) sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perawatan

sesuai program puskesmas dan diukur tekanan darahnya (post test).

Tujuannya untuk mengetahui pengaruh slow deep brething terhadap

tekanan darah lansia hipertensi.

3. Comperation (C)

a. Identifikasi Tekanan Darah Responden Sebelum Latihan slow deep

breathing pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.

Rata-rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok intervensi yaitu

151,33 mmHg dengan standar deviasi 9,904 mmHg dan nilai minimum

140 mmHg serta nilai maksimum 170 mmHg. Sedangkan ratarata nilai

tekanan darah sistol pada kelompok kontrol yaitu 157,33 mmHg


3

dengan standar deviasi 14,376 mmHg dan nilai minimum 140 mmHg

serta nilai maksimum 180 mmHg.

Didapatkannya perbedaan tekanan darah dari setiap responden karena

ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya tekanan darah setiap

orang. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat

faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tekanan darah setiap orang

yaitu terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan seperti

usia, jenis kelamin, etnis/ras dan keturunan sedangkan faktor resiko

yang dapat dikendalikan yaitu kegemukan, stres, merokok, kurang

olahraga, konsumsi alkohol, konsumsi garam berlebihan, dan

kolesterol (Depkes RI, 2006).

b. Identifikasi Tekanan Darah Responden Setelah Latihan slow deep

breathing pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.

Rata-rata nilai tekanan darah sistol pada kelompok intervensi yaitu

136,00 mmHg dengan standar deviasi 10,556 mmHg dan nilai

minimum 120 mmHg serta nilai maksimum 150 mmHg. Sedangkan

ratarata nilai tekanan darah sistol pada kelompok kontrol yaitu 152,67

mmHg dengan standar deviasi 13,345 mmHg dan nilai minimum 130

mmHg serta nilai maksimum 170 mmHg.

Penurunan tekanan darah lebih banyak pada kelompok intervensi yang

mendapatkan perlakuan berupa senam dan slow deep breathing,

dibandingkan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan senam saja.

Hasil penelitian pada kelompok kontrol ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sulistyowati (2010), dimana ada hubungan antara


4

aktifitas olahraga dengan kejadian hipertensi, dimana responden yang

kebiasaan olahraganya kurang mempunyai risiko terkena hipertensi

sebesar 2,38 kali lebih besar dibandingkan responden yang kebiasaan

olahraganya baik. Penelitian pada kelompok intervensi ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anderson (2010) tentang

pengaruh latihan rutin slow deep breathing terhadap tekanan darah

dengan rata-rata tekanan darah sistolik posttest adalah 153 mmHg dan

tekanan darah diastolik posttest 96 mmHg.

c. Pengaruh Slow deep breathing terhadap Tekanan Darah Lansia

Hipertensi di Puskesmas Ubung, Lombok Tengah

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan pretest dan

posttest tekanan darah sistol kelompok intervensi didapatkan nilai

signifikansi (ρ value) 0.001 sehingga Hₒ ditolak dan disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah

sistol pretest dan posttest pada kelompok intervensi, sedangkan

tekanan darah diastol pada kelompok intervensi didapatkan nilai

signifikansi (ρ value) 0.004 sehingga Hₒ ditolak dan disimpulakan

terdapat pengaruh slow deep breathing terhadap tekanan darah diastol

pretest dan posttest pada kelompok intervensi.

4. Outcome (O)

Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistol kelompok

intervensi sebelum diberi perlakuan sebesar 151,33 mmHg dan diastol

sebesar 96,00 mmHg dan sistol kelompok intervensi sesudah diberi

perlakuan sebesar 136,00 mmHg dan diastol sebesar 85,33 mmHg dengan
5

nilai signifikansi sistol (ρ value) 0.000 dan diastol (ρ value) 0.000

sehingga Hₒ ditolak. Sehingga didapatkan adanya pengaruh slow deep

breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di Puskesmas Ubung

Lombok Tengah.

B. Pengaruh Madu Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia

Judul : Pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia

Penulis : Surya Ferdian, Tori Rihiantoro, Ririn Sri Handayani

Kata kunci : Madu, Kualitas Tidur, Lansia

1. Patient And Clinical Problem (P)

Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih

yang yang tinggal di rumah dan 66% orang yang tinggal di fasilitas

perawatan jangka panjang. Gangguan tidur mempengaruhi kualitas hidup

dan berhubungan dengan angka mortalitas yang lebih tinggi. Penelitian ini

menggunakan desain quasi experimental one group pre-post test. Populasi

dalam penelitian ini adalah 107 Lansia yang berada di UPTD PSLU

Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan, sedangkan sampel

penelitian sebanyak 30 responden yang ditentukan dengan teknik

purposive sampling.

2. Intervention (I)

Dalam penelitian ini Pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner

Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI). PSQI yang telah dimodifikasi

merupakan alat untuk menilai kualitas tidur. Instrumen ini terdiri dari 16

poin pertanyaan pribadi yang berada di dalam 7 komponen nilai, 16


6

pertanyaan itu mengkaji secara luas faktor yang berhubungan dengan tidur

seperti durasi tidur, latensi tidur, dan masalah tidur. Analisis univariat

dilakukan untuk mencari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum

dan maksimum skor nilai kualitas tidur lansia. Sedangkan analisis bivariat

dilakukan untuk mendapatkan perbedaan rata-rata kualitas tidur lansia

sebelum dan sesudah pemberian madu dengan menggunakan uji T

dependen.

3. Comperation (C)

Dari 30 responden diperoleh gambaran karakteristik responden dimana

jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki (65%), sebagian besar

responden (55%) berumur ≥ 70 tahun, 70% latar belakang pendidikannya

tidak bersekolah dan 90% lansia telah tinggal > dari 1 tahun. Selanjutnya

hasil analisis univariat sebelum diberikan madu rata-rata sebesar 11.55

dengan standar deviasi 2.625, dengan nilai terendah 7 dan tertinggi 16.

Sedangkan kualitas tidur lansia sesudah diberikan madu rata-rata sebesar

10.75 dengan standar deviasi 2.826, dengan nilai terendah 6 dan tertinggi

16. Sedangkan hasil analisa bivariat dapat disimpulkan bahwa kualitas

tidur sebelum dilakukannya pemberian madu mencapai nilai rata-rata

kualitas tidur 11.55 dan standar deviasi 2.62. Pada kualitas tidur setelah

diberikan madu didapatkan perubahan nilai rata-rata kualitas tidur 10.75

dan standar deviasi 2.82. Nilai perbedaan rata-rata kualitas tidur sebelum

dan sesudah diberikan madu adalah 0.8.

4. Outcome (O)
7

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil

pengukuran nilai kualitas tidur PSQI pada lansia sebelum pemberian madu

rata-rata 11.55 dan sesudah pemberian rata-rata 10.75. meskipun terdapat

perbedaan nilai rata-rata sebesar 0.8 tetapi nilai kualitas tidur tersebut

termasuk dalam kategori kualitas tidur yang buruk karena nilai kualitas

tidur 5 atau lebih menunjukkan nilai kualitas tidur yang buruk.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan antara

kualitas tidur sebelum diberikan madu dan kualitas tidur setelah diberikan

madu pada lansia dengan nilai p = 0,002.

C. Efektivitas Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Sebagai Zat

Antiseptic Pada Cuci Tangan

Judul : Efektivitas Jeru Nipis (Citrus Aurantifolia Swingle) Sebagai Zat

Antiseptic Pada Cuci Tangan

Penulis : Rahma Kurnia Lestari, Ella Amalia, Yumono

Kata kunci : jeruk nipis, antiseptic, cuci tangan

1. Patient And Clinical Problem (P)

Di Indonesia sendiri, air biasa atau yang disebut air kobokan sering

disuguhkan sebelum makan untuk mencuci tangan di beberapa restoran,

rumah makan padang, dan banyak diterapkan oleh masyarakat di rumah.

Masyarakat beranggapan bahwa dengan air biasa saja sudah cukup untuk

mencuci tangan, padahal tanpa disadari tangan, lengan, atau jari dapat

terkontaminasi dengan mikroorganisme setelah melakukan aktivitas

sehari-hari. Penggunaan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia


8

Swingle) sebagai alternatif untuk mencuci tangan serta penelitian

mengenai antibakteri di dalamnya, menimbulkan pertanyaan mengenai

efektivitas jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) sebagai zat antiseptik

pada cuci tangan. Penelitian ini menggunakan eksperimental laboratories.

2. Intervention (I)

Penelitian ini menggunakan eksperimental laboratoris menggunakan

rancangan eksperimental sederhana (Pretest-Posttest Control Group

Design). Sebanyak 5 mahasiswa Fakultas Kedoketan Universitas Sriwijaya

dibagi menjadi 5 kelompok. Tiga kelompok diberikan air perasan jeruk

nipis dengan variasi konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Kelompok lainnya

adalah kelompok kontrol positif dengan pemberian alkohol 70% dan

kontrol negatif diberikan aquadest.

3. Comperation (C)

a. Jumlah Koloni atau Angka Kuman Sebelum Perlakuan (Pretest)

Jumlah koloni atau angka kuman sebelum perlakuan menunjukan nilai

probabilitas 0,241 (p>0,05) yang berarti bahwa jumlah koloni atau

angka kuman semua kelompok homogen. Untuk melihat keberhasilan

ke efektivitasan jeruk nipis, uji statistik dilanjutkan untuk

membandingkan jumlah koloni atau angka kuman sebelum perlakuan,

dan sesudah perlakuan 1 menit dan 5 menit.

b. Pengaruh Pemberian Jenis Cairan terhadap Jumlah Koloni atau Angka

Kuman

Jumlah koloni atau angka kuman dapat di amati dari sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan 1 menit dan 5 menit, yang mana


9

terjadi penurunan jumlah koloni atau angka kuman pada seluruh

kelompok perlakuan postest menit ke-5 terhadap kelompok perlakuan

postest menit ke-1. Rerata jumlah koloni atau angka kuman terendah

pada pretest (sebelum perlakuan) adalah pada kelompok jeruk nipis

100% dan rerata tertinggi pada kelompok jeruk nipis 75%. Rerata

jumlah koloni atau angka kuman terendah pada postest (sesudah

perlakuan)menit ke-1 dan ke-5 adalah pada kelompok jeruk nipis

100% dan rerata tertinggi pada kelompok kontrol negatif (aquadest).

4. Outcome (O)

Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara kelompok air perasan jeruk

nipis (Citrus aurantifolia Swingle) konsentrasi 50%, 75%, dan 100%

dengan kelompok kontrol positif (alkohol 70%).Tidak didapatkan

perbedaan jumlah koloni atau angka kuman pretest-postest menit ke-1 dan

ke-5 antara kelompok jeruk nipis konsentrasi 50%, 75 % dan 100%

dengan kelompok kontrol positif (alkohol 70%). Akan tetapi, jeruk nipis

konsentrasi 75% efektif sebagai antiseptik karena terdapat perbedaan

jumlah koloni atau angka kuman pretest dengan postest menit ke-1 pada

kelompok perlakuan jeruk nipis 75%.


10

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan Asuhan Keperawatan Keluarga yang telah dilakukan pada Tn.B

pada tanggal 30 Maret – 18 April 2020, di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah

Merah, Kabupaten Indragiri Hilir RIAU, maka di ketahui hal-hal sebagai berikut:

A. Pengkajian

Pengakjian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sitematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan

Perry, 2005).

Dari hasil pengkajian terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan

gejala di teori dengan tanda dan gejala pasien yang menderita hipertensi. Hal

ini sesuai dengan pengkajian penulis kepada pasien dimana pasien

mengeluhkan terasa sakit pada kepala, pusing, sulit tidur, ekstermitas bawah

sering kesemutan.

Tidak ditemukan perbedaan yang spesifik antara teoritis dengan

tinjauan kasus yang didapatkan. Secara teoritis gejala hipertensi yang mungkin

dapat diamati antara lain pusing atau sakit kepala, sering merasa gelisah,

wajah merah, bagian tengkuk terasa pegal dan berat, penderita cenderung

mudah marah dan lelah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak nafas, mata

berkunang-kunang, serta penderita sering mimisan (Martha, 2012).

Sedangkan pada kasus dan teori ditemukan kesamaan keluhan atau

tanda dan gejala yang didapatkan yaitu seperti kepala terasa sakit, pusing, dan

sulit tidur.
11

B. Diagnose keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat

mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan

potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang

berkaitan, catatan medis klien di masa lalu yang dikumpulkan selama

pengkajian (Potter dan Perry, 2005).

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari pengkajian terhadap

adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga

dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera

dinama perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan

tindakan keperawatan bersama- sama dengan keluarga dan berdasarkan

kemampuan dan sumber daya kelurga (IPKKI, 2017).

Dari hasil pengkajian yang telah peneliti kumpulkan, mulai pengkajian

awal, pengelompokkan data, mengidentifikasi masalah klien, hingga

perumusan diagnosa. Penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan keluarga

dalam buku NANDA yang telah disusun berdasarkan prioritas masalah yaitu :

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi

2. Perilaku kesehatan cendrung beresiko

3. Kesiapan peningkatan koping keluarga

Dengan diangkatnya diagnosa keperawatan diatas, diharapkan semua

masalah keperawatan keluarga dapat teratasi. Penulis juga merencanakan


12

pemberian penyuluhan dan modifikasi lingkungan yang akan meningkatkan

pengetahuan pasien.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan

dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan

ditetapkan sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan

(Potter dan Perry, 2005).

Dalam rencana keperawatan penulis menggunakan rencana

keperawatan yang telah disusun oleh Nanda Nic Noc sebagai standar. Dalam

hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang

dapat diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi klien dilapangan. Pada

teori dan kasus, serta jurnal tidak ada perbedaan yang signifikan hanya

beberapa modifikasi dan beberapa inovasi yang penulis lakukan dan masih

sejalan serta sinkron dengan teori yang ada.

Sedangkan intervensi kepada keluarga Tn.B, penulis menggunakan

rencana asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari TUK 1 samapai

dengan TUK 5.

Dengan 3 jurnal yaitu tentang :

1. Pengaruh Slow deep breathing terhadap tekanan darah lansia hipertensi di

puskesmas ubung Lombok tengah

2. Pengaruh madu terhadap kualitas tidur pada lansia

D. Implementasi Keperawatan
13

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Potter dan Perry, 2005).

Berdasarkan perencanaan keperawatan pasien melakukan beberapa

aktivitas yang masing-masing diagnosa, penulis melakukan komunikasi

disetiap tindakan dan kegiatan yang dilakukan, konseling, serta tindakan

penyelamatan jiwa seperti keadaan psikososial dan spiritual.

Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik, dimana

penulis menjalin hubungan saling percaya, sehingga pasien nyaman saat

dilakukan tindakan. Asuhan keperawatan berupa tindakan yang dilakukan

kepada pasien dengan diagnosa sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit hipertensi

b. Memberikan dukungan dalam membuat keputusan

c. Memberikan pengajaran untuk meningkatkan atau memperbaiki

kesehatan dengan cara perawatan dengan latihan slow deep breathing

d. Memberikan pengajaran memodifikasi lingkungan bagi penderita

hipertensi

e. Memberikan informasi mengunjungi fasilitas kesehatan

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit istirahat

dan tidur

b. Memberikan dukungan dalam membuat keputusan


14

c. Memberikan pengajaran untuk meningkatkan atau memperbaiki

kesehatan dengan cara perawatan dengan terapi herbal (madu)

d. Memberikan pengajaran memodifikasi Memberikan informasi

mengunjungi fasilitas kesehatan

3. Kesiapan peningkatan koping keluarga

a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit “Covid-19

b. Memberikan dukungan dalam membuat keputusan

c. Memberikan pengajaran untuk meningkatkan atau memperbaiki

kesehatan dengan cara perawatan dengan terapi herbal (jeruk nipis)

d. Memberikan pengajaran memodifikasi lingkungan untuk mencegah

Covid-19

e. Memberikan informasi mengunjungi fasilitas kesehatan

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan dan penatalaksanaan yang sudah berhasil dicapai (Potter dan Perry,

2005).

Dalam menjalankan asuhan keperawatan semua diagnosa keperawatan

berjalan dengan baik dan madalah keperawatan teratasi.

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Tn.B dengan hipertensi

Setelah dilakukan implementasi didapatkan evaluasi masalah teratasi pada

TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang pengetahuan

proses penyakit. Pada TUK 2 keluarga sudah memiliki pengetahuan dan


15

pemahaman pengambilan keputusan tindakan yang dapat dilakukan. Pada

TUK 3 keluarga dan Tn.B sudah mulai paham dengan perawatan yang

dapat dilakukan untuk pederita hipertensi. Pada TUK 4 keluarga dan Tn.B

sudah paham dengan modifikasi lingkungan. TUK 5 keluarga sudah

paham dengan manfaaat fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa

dipergunakan untuk peningkatan kesehatan.

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

Setelah dilakukan implementasi didapatkan evaluasi masalah teratasi pada

TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang pengetahuan

proses penyakit. Pada TUK 2 keluarga sudah memiliki pengetahuan dan

pemahaman pengambilan keputusan tindakan yang dapat dilakukan. Pada

TUK 3 keluarga dan Tn.B sudah mulai paham dengan perawatan yang

dapat dilakukan untuk istirahat dan tidur. Pada TUK 4 keluarga dan Tn.B

sudah paham dengan modifikasi lingkungan. TUK 5 keluarga sudah

paham dengan manfaaat fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa

dipergunakan untuk peningkatan kesehatan.

3. Kesiapan peningkatan koping keluarga

Setelah dilakukan implementasi didapatkan evaluasi masalah teratasi pada

TUK 1 keluarga mampu mengenal masalah yaitu tentang pengetahuan

proses penyakit. Pada TUK 2 keluarga sudah memiliki pengetahuan dan

pemahaman pengambilan keputusan tindakan yang dapat dilakukan. Pada

TUK 3 keluarga dan Tn.B sudah mulai paham dengan perawatan yang

dapat dilakukan untuk mencegah Covid-19. Pada TUK 4 keluarga dan

Tn.B sudah paham dengan modifikasi lingkungan. TUK 5 keluarga sudah


16

paham dengan manfaaat fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa

dipergunakan untuk peningkatan kesehatan.


17

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penulisan Comprehensive Clinical Of Nursing

setelah praktek profesi keperawatan yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan :

1. Penulis telah mampu memahami konsep keluarga hipertensi

2. Penulis telah mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan

penyakit hipertensi

3. Penulis telah mampu mengaplikasikan jurnal tentang hipertensi

4. Penulis telah mampu telaah jurnal tentang hipertensi

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan karya

tulis ilmiah ini adalah :

1. Bagi instansi pendidikan

Agar meningkatkan mutu pembelajaran dalam pendidikan terutama pada

kesejahteraan hidup.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Dengan adanya Comprehensive Clinical Of Nursing ini agar dapat

ditingkatkan dari pelayanan keperawatan dan tindakan keperawatan yang

terbaik bagi penderita hipertensi

3. Bagi Masyarakat
18

Hasil Comprehensive Clinical Of Nursing ini agar dapat memberikan

informasi kepada masyarakat tentang perawatan mandiri yang dapat

dilakukan keluarga pasien dengan hipertensi di rumah.

4. Bagi mahasiswa

Agar dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dibidang perawatan

keluarga dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional.

Anda mungkin juga menyukai