Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abad pertengahan bermula dari runtuhnya imperium Romawi, yaitu pada 395, sampai
jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki pada 1453. Abad pertengahan merupakan abad
kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir
seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah
berkembang d zaman kasik dipinggirkan dan dianggap lebih sebagai ilmu sihir yang
mengalihkan perhatan manusia dari ketuhanan.
Pada abad pertengahan, Eropa dilanda zaman Kelam (Dark Ages). Hal ini karena
masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual. Menurut ensiklopedia Amerikana,
zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan kerjaan
Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke 15 M. Pada masa ini
cengkeraman kuat pihak gereja sangat berpengaruh. Mereka berpendapat hanya gereja saja
yang layak menentukan kehidupan, pemikiran , politik dan ilmu pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Karakteristik Abad Pertengahan ?
2. Bagaimana keadaan sosial, agama, serta arus pemikiran pada abad pertengahan ?
3. Bagaimana ciri-ciri abad pertengahan ?
4. Bagaimana perkembangan ilmu pada abad pertengahan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan mengenai karakteristik abad pertengahan
2. Menjelaskan mengenai keadaan sosial, agama serta arus pemikiran abad pertengahan
3. Menjelaskan mengenai ciri-ciri abad pertengahan
4. Menjelaskan mengenai perkembangan ilmu pada abad pertengahan

BAB II
1
PEMBAHASAN
Abad pertengahan bermula dari runtuhnya imperium Romawi, yaitu pada 395, sampai
jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki pada 1453. Abad pertengahan merupakan abad
kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir
seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah
berkembang dan diangap lebih sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari
ketuhanan.
Pada abad pertengahan, Eropa dilanda zaman kelam (Dark Ages). Hal ini karena
masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual. Menurut Ensiklopedia Amerikana,
zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan kerajaan Romawi
dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke 15-M. Dark ages juga dimaksudkan
ketiadaan prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud tindakan
dan cengkeraman kuat pihak gereja yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta
mengawasi pemikiran masyarakat, termasuk dalam bidang politik. Mereka berpendapat bahwa
hanya gereja saja yang layak untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu
pengetahuan. Akibatnya, kaum cendekiawan yang terdiri atas ahli-ahli sains ditekan dan dikawal
ketat. Pemikiran mereka ditolak. Siapapun yang mengeluarkan teori bertentangan dengan
pandangan gereja akan ditangkap dan didera bahkan dibunuh.
Pada abad pertengahan wilayah agama dan dunia terpisah total satu dengan yang lain.
Tidak ada peluang bagi ekspansi satu terhadap yang lain atau pembauran antara keduanya.
Kerangka berpikir yang dominan pada abad pertengahan dan tekanan kuat para elite gereja yang
menganggap dirinya pengawas tatanan yang menguasai dunia dan telah mengintrogasi ideology
para ilmuan abad pertengahan berakhir pada abad ke-15.

2.1 Karakteristik Abad Pertengahan


Zaman ini ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para
ilmuan tersebut hampir semua adalah para teolog. Akibatnya, aktivitas ilmiah selalu
dikaitkan dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu
adalah ancilla theologia yang artinya abdi agama.
Zaman pertengahan juga dinamakan abad kegelapan (Sardiman, 1996:76). Hal ini
disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak zaman Yunani-Romawi
2
menjadi terhenti di Eropa. Kekuasaan gereja begitu dominan dan sangat menentukan
kehidupan di Eropa. Semua kehidupan harus diatur dengan doktrin gereja atau hukum dan
ketentuan Tuhan. Gereja tidak memberikan kebebasan berpikir. Hal ini telah menyebabkan
kemunduran bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Sains dan filsafat pada zaman pertengahan lebih merupakan warisan dari kebudayaan
Yunani yang terdiri atas ulasan-ulasan atau komentar-komentar terhadap karya-karya Plato
dan Aristoteles. Secara keseluruhan, pandangan alam yang dibawa oleh sains zaman
pertengahan masih merupakan lanjutan dari pandangan alam yang terkandung di dalam sains
dan filsafat Plato dan Aristoteles.
Selanjutnya, kemajuan sains di Barat melibatkan satu proses yang aneh dan paradoksial,
yaitu melibatkan penolakan sains dan filsafat Yunani dan memunculkan sains dan pandangan
alam yang bersifat mekanistik, eksperimental, dan ulititarian.

2.2 Sosial Abad Pertengahan


Pada abad pertengahan rakyat terbagi menjadi beberapa golongan yang kontras dan
terjadinya pertarungan antara golongan. Hal yang paling mencolok adalah golongan
penguasa. Mereka menjadi pihak yang menikmati kemewahan dan kemakmuran serta
menguasai golngan yang lain. Adapun golongan menengah, hanya menikmati sedikit
kemewahan dan patuh pada penguasa. Adapun golongan ketiga, yaitu kelas buruh dan petani.
Mereka bekerja keras tanpa menikmati hasil jerih payahnya yang memadai. Mereka dizalimi
oleh penguasa. Karakteristik ini menimbulkan banyak ketimpangan dan kekacauan yang
mengancam stabilisasi sosial.

2.3 Agama Abad Pertengahan


Pada zaman kegelapan beredar paham yang melenceng dalam Kristen, misalnya paham
tentang penyaliban Yesus, Konsep trinitas, dan sebagainya. Pemuka agama (pendeta) pun
menjadi sosok yang tertutup. Masyarakat umum tidak dapat masuk menjadi golongan
mereka. Para pendeta juga membuat buku pedoman yang makna dan interpretasinya
tergantung pada pemahamannya sendiri.
Pada masa ini para pendeta mengobral paham pengampunan dosa. Artinya, seseorang
tidak akan sampai ke surge sebelum datang ke pendeta untuk menyampaikan dosa-dosanya
3
dan membayar sesuai dengan kemampuan, untuk menjamin kedudukannya di surga kelak.
Jadi, golongan pendeta dan pemuka agama menjadi kayak arena upah dari pengampunan
dosa.

2.4 Arus Pemikiran Abad Pertengahan


Pada masa ini arus pemikiran terbatas pada gereja. Hal-hal yang dianggap benar oleh
gereja adalah benar bagi semua masyarakat. Akal tidak boleh berbeda pendapat dengan
gereja. Jika seseorang berusaha dan mencoba untuk berbeda dengan gereja, mereka harus
dihukum mati atau dibakar hidup-hidup.
Bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa latin. Saat itu bahasa
latin sangat sulit bagi masyarakat. Akan tetapi, lama kelamaan mereka terbiasa dengan
bahasa Latin. Objek pembahasan dan kajian filsafat sebatas metafisika dan pemikiran
relativitas. Misalnya, pembahasan tentang kulliyat dan semua pembahasan filsafat relativitas.
Selain itu, para filsuf berpegang pada kritikan yang mandul terhadap persoalan relativitas.
Model kritik seperti ini tidak akan menyebabkan perkembangan dari segi pemikiran.
Perkembangan kebudayaan pada abad ini pun masih dalam kontrol dan genggaman gereja.
Akibatnya, sifatnya dangkal dan terbatas. Keadaan ini berlanjut sampai munculnya gerakan
penerjemahan filsafat islam dan Yunani, yang sampai ke Eropa pada abad pertengahan.
Gerakan penerjemahan ini dimulai pada abad ke-12. Masyarakat Eropa mengambil banyak
manfaat dari filsuf dan pemikir islam dari hasil terjemahan mereka.

2.5 Ciri-ciri Abad Pertengahan

1. Feodalisme
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, feodalisme adalah system sosial atau
politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan, system
social yang menagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-
agungkan prestasi kerja, sistemsosial di Eropa pada abad Pertengahan yang ditandai
oleh kekuasaan yang besar ditangan tuan tanah.
Dalam id.wikipedia.org, feodalisme adalah sebuah system pemerintahan dimana
seorang pemimpin, yang biasanya seorang bangsawan memiliki anak buah banyak
yang juga masih dari kalangan bangsawan juga tetapi lebih rendah dan biasa disebut
4
vasal. Para vassal ini wajib membayar upeti kepada tuan mereka. Sedangkan para
vassal pada giliran ini juga mempunyai anak buah dan abdi-abdi mereka sendiri yang
memberi mereka upeti.
Sejak itu muncul orang-orang kuat sebagai tuan tanah yang mengatur pemakaian
tanah diwilayah kekuasaannya. Tempat tingga mereka yang disebut kastil atau puri.
Kekuasaan mereka ditopang oleh bawahannya. System ini kemudian berkembang
luas. Bangsawan menjadi kelompok yang sangat istimewa dan melakukan regenerasi
berdasarkan keturunan.
Sesuai dengan penelusuran ensiklopedia feudal atau feudal, merupakan satu
istilah yang digunakan pada awal era modern yakni abad ke-17 merujuk pada
pengalaman system politik diEropa abad pertengahan. System politik yang terbangun
pada masa itu ditentukan oleh perpaduan antar para militer legal maupun tidak atau
warlord, tuan tanah, bangsawan raja, yang lantas tersusun hirarki dalam masyarakat
yang khas : ada raja, ada bangsawan, tetapi juga ada pelayan dan budak (vassal). Kata
kuncinya tetap hirarki.
Menurut fokusnya, kekuasaan politik bersifa local dan personal yang
menghasilkan sesuatu “dunia social dari klaim-klaim dan kekuasaan-kekuasaan
tumpang tindih” (Anderson, hlm.,1974a, hlm. 149) beberapa diantara klaim-klaim
dan kekuasaan ini mengalami konflik; dan tidak ada pemerintah atau Negara yang
berdaulat dalam arti yang paling tinggi di atas wilayah dan penduduk yang ada (Bull,
1977, hlm.254). dalam system kekuasaan ini banyak dipenuhi ketegangan, dang
sering terjadi perang.
Didunia abad pertngahan, ekonomi didominasi oleh pertanian, dan kelebihan apa
pun yang dihasilkan menjadi sasaran klaim-klaim yang bersaing. Klaim yang berhasil
menjadi dasar untuk menciptakan dan mempertahankan kekuasaan politik. Tetapi
jaringan kerajaan-kerajaan, para pangeran, istri-istri para bangsawan dan pusat-pusat
kekuasaan lainnya yang bergantung pada susunan ini diperumit oleh munculnya
kekuasaan-kekuasaan alternative di kota-kota kecil dan kota-kota besar. Kota-kota
dan federasi kota bergantung pada perdagangan dan manufaktur serta akumulasi
modal yang relative tinggi. Mereka mengembangkan struktur-struktur social dan

5
politik yang berbeda dan sering menikmati system-sistem pemerintahan independent
yang ditentukan oleh para warganegara.

2. Skolastik
Upaya skolastik abad pertengahan Dalam gambaran historis singkat ini, metode
untuk menghubungkan iman dan rasio yang pertama dibahas adalah filsafat
Thomistik Gereja Roma Katolikl. Selain persetujuan (assent) pribadi orang percaya,
dalam sistem ini iman artinya informasi yang diwahyukan yang ada dalam Alkitab,
tradisi, dan suara hidup dari gereja Roma. Akal budi artinya informasi yang dapat
diperoleh melalui pengamatan inderawi terhadap alam dan dinterprestasi intelek.
Rasionalis abad ke-17 membedakan akal budi (reason) dengan sensasi (inderawi),
Thomas membedakan akal budi (reason) dan wahyu. kebenaran akal budi adalah
kebenaran yang dapat diperoleh melalui kemampuan indera dan intelek alamiah
manusia tanpa bantuan anugrah supranatural.
Kerajaan Roma hidup dari abad ke-18 sampai awal abad ke-19. pada puncaknya,
ia mencerminkan suatu usaha, dibawah perlindungan gereja Katolik, untuk
menyatukan dan mensentralisir pusat-pusat kekuasaan dunia kristen barat yang
terpisah-pisah menjadi suatu kerajaan menjadi suatu kerajaan kristen yang disatukan
secara khusus kekuasaan sekular yang aktual dari kerajaan dibatasi oleh struktur-
struktur kekuasaan yang kompleks dari eropa feodal disatu pihak dan gereja katolik
dipihak lain.
Sepanjang abad pertengahan gereja secara konsisten berusaha menempatkan
otoritas spiritual diatas otoritas sekuler dan berusaha mengubah sumber otoritas dan
kebijaksanaan yang diakui dari wakil-wakil duniawi ini kepada wakil-wakil duniawi
lainnya. Pandangan duniawi (world view) kristen menstransformasikan
pertimbangan-pertimbangan tindakan politk dari suatu kerangka duniawi kepada
kerangka teologis “ia menegaskan bahwa kebaikan terletak pada ketundukannya
terhadap kehendak 

2.6 Perkembangan Ilmu Pada Abad Pertengahan

6
Akal pada abad Pertengahan ini benar-benar kalah. Hal ini kelihatan dengan jelas pada
filsafat Plotinus, Agustinus, Anselmus. Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul
kembali dan karena itu filsafatnya banyak mendapat kritik. Dan abad Pertengahan ini
merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada zaman
Yunani sebelumnya, terutama pada zaman Sofis.
Pemasungan akal dengan jelas terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa
Tuhan (ia mewakili metafisika) bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh
karena itu, tujuan filsafat (dan tujuan hidup secara umum) adalah beratu dengan Tuhan. Jadi,
dalam hidup ini, rasa itulah satu-satunya yang dituntut oleh kitab suci, pedoman hidup semua
manusia. 
Filsafat rasional dan sains tidak begitu penting; mempelajarinya merupakan usaha yang
sia-sia, karena Simplicius, salah seorang pengikut Plotinus, telah menutup sama sekali ruang
gerak rasional, iman telah menang mutlak. Karena iman harus mutlak, orang-orang yang
masih hidup juga menghidupkan filsafat (akal) harus dimusuhi.Agustinus mengganti akal
dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah.
Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relative.
Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
 Ciri khas dari pada filsafat Abad Pertengahan terletak pada suatu rumusan yang terkenal
yang dikemukakan oleh Saint Anselmus, yaitu credo ut intelligam. Rumusan itu berarti iman
lebih dahulu, setelah itu mengerti. Imanlah lebih dahulu. Misalnya, bahwa dosa warisan itu
ada, setelah itu susunlah argument untuk memahaminya, mungkin juga untuk meneguhkan
keimanan itu. Sifat ini berlawanan dengan sifat filsafat raional. Dalam filsafat rasional,
pengertian itulah yang didahulukan; setelah dimengerti, baru mungkin diterima dan kalau
mau; diimani. Mengikuti jalan pikiran inilah maka saya berkesimpulan bahwa jantung filsafat
Abad Pertengahan Kristen terletak pada ungkapan itu. Berdasarkan penalaran itu pula maka
menurut hemat saya, tokoh utama peletak kekuatan filsafat Abad Pertengahan adalah St.
Anselmus.
Abad Pertengahan melahirkan juga filosof yang terkemuka yaitu Thomas Aquinas. Dia
adalah salah satu diantara orang-orang yang berusaha membuat filsafat Aristoteles sesuai
dengan agama Kristen.Kita anggap ia menciptakan perpaduan hebat antara iman dan ilmu
pengetahuan. Tekanan terhadap pemikiran rasional pada waktu ia hidup telah banyak
7
berkurang. Oleh karena itu ia berhasil mengumumkan filsafar rasionalnya. Yang terkenal
adalah beberapa pembuktian tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari sampai sekarang.
Zaman ini ditandai dengan tampilnya pada teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para
ilmuannya hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancilla
theologia atau abdi agama.

KESIMPULAN

Abad pertengahan bermula dari runtuhnya imperium Romawi, yaitu pada 395 sampai
jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki pada 1453. Abad pertengahan merupakan abad
kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir
seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang terlah
berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap lebih sebagai ilmu sihir yang
mengalihkan perhatian manusia dari ketuhanan.
8
Pada abad pertengahan, Eropa dilanda zaman Kelam (Dark Ages). Hal ini karena
masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual. Pada masa ini juga cengkeraman kuat
pihak gereja sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat,
termasuk dalam bidang politik. Mereka berpendapat hanya gereja yang layak untuk menentukan
kehidupan, pemikiran , politik dan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku “Sejarah Eropa dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern”, Wahjudi Djaja, Imbak 2012
https://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahan
https://www.researchgate.net/profile/Ashadi_Ashadi2/publication/314307618_Peradaban_dan_A
rsitektur_ZAMAN_PERTENGAHAN_BYZANTIUM_KEKRISTENAN_ARAB_DAN_ISLAM
/links/58c03b35a6fdcca74cff0f38/Peradaban-dan-Arsitektur-ZAMAN-PERTENGAHAN-
BYZANTIUM-KEKRISTENAN-ARAB-DAN-ISLAM.pdf

Anda mungkin juga menyukai