Anda di halaman 1dari 7

Available online through http://ejournal.undip.ac.id/index.

php/modul

pelestarian dan pengembangan kawasan kota lama


sebagai landasan budaya kota semarang

PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN KOTA LAMA SEBAGAI LANDASAN


BUDAYA KOTA SEMARANG
Suzanna Ratih Sari *), Arnis Rochma Harani*), Hermin Werdiningsih

*) Departemen Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang

Abstrak
Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah dan juga termasuk dalam kategori kota besar di Indonesia,
memiliki ketiga aspek utama dari pengembangan kota berkelanjutan. Konservasi kawasan bersejarah yang termasuk
dalam ikon pariwisata, dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah yang menjanjikan
dan menjadi fokus utama pengembangannya. Kota Semarang sendiri memiliki beberapa kawasan yang strategis
untuk di konservasi keberadaannya seperti Kota Lama, daerah Pecinan, Pasar Johar, dan Kampung Sekayu.
Konservasi kawasan dilakukan untuk memberikan perlindungan kawasan bersejarah termasuk isi di dalamnya agar
perkembangannya terkendali dan tidak tergusur oleh pembangunan dan modernisasi.Kota Semarang terbentuk
melalui perjalanan sejarah panjang dan unik, yang ditandai dengan berbagai peninggalan sejarah utamanya
gedung dan bangunan kuno. Bertolak dari hal ini, kiranya diperlukan suatu konsep pemikiran yang komprehensif
untuk menangani mutiara-mutiara yang ada di Kota Semarang ini, yang masih tampak kusam dan tidak kelihatan
kilauannya. Pemerintah Kota Semarang sendiri juga tidak dapat melihat bahwa potensi kawasan dan bangunan
kuno ini merupakan mutiara-mutiara yang masih kusam dan tersembunyi, yang dapat digosok supaya berkilau dan
menarik perhatian. Mereka lebih suka latah membangun gedung-gedung dan mal-mal tanpa perencanaan yang
matang, dan justeru sering menggusur bangunan bersejarah tersebut.Dari urian di atas, kiranya penelitian ini
diperlukan untuk menangani satu diantara mutiara-mutiara tersebut yakni Kawasan Kota Lama melalui
pengembangan konsep konservasi kawasan, yaitu merupakan konsep penataan, pelestarian dan pengembangan
kawasan-kawasan bersejarah di kota Semarang, dan tentu saja merupakan salah satu landasan budaya bagi
perencanaan dan pengembangan kota.Kegiatan penelitian diawali dengan mengumpulkan data-data histories-
arkeologis di kawasan-kawasan bersejarah khususnya Kota Lama yang dilakukan melalui studi pustaka, studi arsip,
studi peta, serta diikuti dengan observasi lapangan untuk mengetahui kondisi fisik kawasan dan bangunan-
bangunan bersejarah. Data-data histories, arkeologis maupun arsitektural, baik berbentuk sumber primer maupun
sekunder diklasifikasikan dan dianalisis secara deskriptif..

Kata kunci: Konservasi; Kawasan; Kota Lama Semarang; Pariwisata

Latar Belakang Kota Lama, daerah Pecinan, Pasar Johar, dan Kampung
Konservasi sebuah kawasan bersejarah memiliki Sekayu. Kota Lama sebagai salah satu kawasan
potensi pariwisata yang sangat menjanjikan menjadi bersejarah diperlukan upaya untuk memberikan
sebuah daya tarik tersendiri untuk dikembangkan. perlindungan dari ganasnya pembangunan kota,
Konsep pengembangan kota yang tepat dengan keadaan termasuk mengendalikan perkembangan kawasan
daerah konservasi tersebut mulai diberdayakan seperti tersebut agar tidak hilang identitas kesejarahaannya.
konsep kota berkelanjutan. Konsep kota berkelanjutan Saat ini kecenderungan pembangunan lebih kepada
secara singkat adalah pengembangan kota dengan bangunan lama yang dibangun kembali tanpa
mengedepankan keseimbangan antara aspek ekonomi, mengindahkan konsep-konsep yang ada di Kota Lama.
lingkungan hidup, dan perlindungan cagar budaya yang Untuk selanjutnya Kota Lama dapat
ada di dalamnya. diberdayakan melalui media entertainment dan tourism
Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa ysng tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
Tengah dan juga termasuk dalam kategori kota besar di konservasi, agar kawasan tersebut dapat menghidupi
Indonesia, memiliki ketiga aspek utama dari dirinya sendiri, dan selebihnya dapat pula
pengembangan kota berkelanjutan tersebut. Konservasi meningkatkan pendapatan masyarakat maupun
kawasan bersejarah yang termasuk dalam ikon pemerintah kota. Art Gallery, Café & music night,
pariwisata, dapat menjadi sumber pendapatan kuliner dan restoran ataupun yang lainnya, merupakan
masyarakat dan pemerintah daerah yang menjanjikan kegiatan yang dapat ditawarkan untuk menghidupkan
dan menjadi fokus utama pengembangannya. Kota kawasan dengan tanpa menghilangkan konsep wajah
Semarang sendiri memiliki beberapa daerah yang Kota Lama aslinya.
strategis untuk di konservasi keberadaannya seperti
49
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.17 No.1 Januari-Juni 2017

Metodologi Penelitian 2. Pemeliharaan


Kegiatan penelitian diawali dengan Kegiatan membersihkan peninggalan purbakala
mengumpulkan data-data histories-arkeologis di Kota baik yang sudah maupun yang belum dipugar agar
Lama yang dilakukan melalui studi pustaka, studi arsip, kebersihan dan keterawatannya tetap terpelihara.
studi peta kuno, serta diikuti dengan observasi lapangan 3. Preservasi (Pencegahan)
untuk mengetahui bangunan-bangunan bersejarah dan Kegiatan melindungi peninggalan sejarah
kndisi-kondisi kesejarahan yang masih tersisa di purbakala untuk mencegah pengaruh lingkungan
kawasan Kota Lama. Data-data histories, arkeologis yang dapat menimbulkan pelapukan bahan maupun
maupun arsitektural, baik berbentuk sumber primer kerusakan struktur bangunan.
maupun sekunder diklasifikasikan dan dianalisis secara 4. Konservasi (Penanggulangan)
deskriptif. Kegiatan merawat dan mengawetkan peninggalan
Hasil analisis ini akan digunakan sebagai sejarah purbakala yang mengalami kerusakan atau
landasan bagi penetapan kawasan-Kota Lama sebagai pelapukan, agar keawetannya dapat dijaga.
World Heritage, serta beberapa konsep-konsep 5. Pemugaran
pelestarian dan perlindungan terhadap kawasan Kegiatan membongkar bangunan purbakala baik
tersebut. sebagian maupun keseluruhan, untuk selanjutnya
disusun kembali sesuai dengan bentuk asli serta
memperkuat strukturnya.
6. Rehabilitasi
Kegiatan memperbaiki dan mengganti bagian
bangunan kuno yang rusak, agar stabilitas
bangunan dapat dijamin.
7. Konsolidasi
Kegiatan memperkuat dengan tanpa membongkar
ikatan struktur atau bahan bangunan kuno agar
menjadi kuat, kokoh kembali.
8. Rekonstruksi
Kegiatan menyusun kembali bangunan kuno nyang
telah runtuh atau mengganti bagian yang hilang
atau hancur agar bentuk bangunan dapat
diwujudkan sesuai dengan aslinya.
9. Pengawasan
Kegiatan mengawasi bangunan kuno yang masih
digunakan dan dipelihara oleh masyarakat (living
monument), agar perubahan-perubahan
menyimpang dari aslinya dapat dihindari.

Penerapan tindakan konservasi di Indonesia


pada awalnya terbatas pada kegiatan preservasi atau
pelestarian monumen bersejarah, sebagaimana termuat
di dalam Monumenten Ordonantie Statsblad No. 238.
Pasal 1 dari MO. 1931, yang diantaranya menyebutkan
: bahwa benda atau bagian benda tak bergerak yang
Kajian Teori berusia 50 tahun ke atas dan dianggap mempunyai
Beberapa pengertian yang dikenali oleh para nilai penting bagi prasejarah, sejarah dan kesenian,
praktisi, bersifat umum, dan berhubungan dengan termasuk juga situs yang mempunyai petunjuk kuat
kegiatan penanganan konservasi bangunan fisik dalam bahwa didalamnya terdapat benda-benda tersebut
rangka upaya pelestarian bangunan peninggalan sejarah dianggap sebagai monumen, harus dilestarikan.
purbakala seperti berikut : UU No. 5 Tahun 1992 diperbaharui UU No. 11
1. Pelestarian Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang menggantikan
Suatu tindakan aktif untuk membuat suatu obyek dan memperbarui MO. 1931. Pasal 1.1 (a)
arkeologi agar obyek yang dimaksud tetap awet, menyebutkan : benda cagar budaya adalah buatan
aman, dan terpelihara sepanjang masa. Dengan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa
demikian pelestarian tidak hanya bersifat fisik, kesatuan atau bagian-bagiannya, atau sisanya, yang
tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili
bersifat non fisik. masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya
50
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.17 No.1 Januari-Juni 2017

sekurang-kurangnya 50 tahun, dan dianggap arsitektural dan lingkungan yang utuh dan
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu berkelanjutan, karena :
pengetahuan dan kebudayaan. Benda cagar budaya • Semua kawasan Kota Lama adalah kawasan
tersebut harus dilestarikan atau dikonservasikan. konservasi karena mengandung nilai
Adapun pengertian konservasi yang mencakup arsitektural, estetis, ilmu pengetahuan dan
juga kegiatan pelestarian, menurut Burra Charter budaya yang tinggi.
(1981), adalah : • Kawasan Historik Semarang adalah kawasan
a). Konservasi adalah segenap proses pengelolaan tua di Semarang yang merupakan embrio
suatu tempat agar makna kultural yang pertumbuhan kota. Yang digolongkan sebagai
dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi kawasan historis ini adalah kawasan Kota
dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan Lama (bekas kota benteng), kampung Melayu,
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, dapat Pecinan, Kauman, Kampung Kulitan dan
pula mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi, Kawasan Gedung Bata/Sam Poo Kong.
adaptasi/revitalisasi dan demolisi. • Sebagai kawasan konservasi tidak
b). Preservasi adalah pelestarian suatu tempat persis diperbolehkan untuk mengubah keseluruhan
seperti keadaan aslinya tanpa ada perubahan, bentuk bangunan.
termasuk upaya mencegah penghancuran.
2. Permasalahan
c). Restorasi atau rehabilitasi adalah mengembalikan Permasalahan utama yang ada di Kawasan Kota
suatu tempat kepada keadaan semula, dengan
Lama ini adalah terkait kepemilikan akan lahan. Lahan-
menghilangkan tambahan-tambahan yang ada dan
lahan yang diduduki oleh bangunan yang ada di
memasang komponen semula tanpa menggunakan
Kawasan Kota Lama ini umumnya merupakan milik
bahan baru.
individu. Kepemilikan atas lahan pada Kawasan Kota
d). Rekonstruksi adalah mengembalikan suatu tempat Lama menjadikan langkah untuk melakukan konservasi
semirip mungkin dengan keadaan semula, dengan di Kota Lama semakin terhambat. Klaim lahan pada
menggunakan bahan lama ataupun bahan yang Kota Lama ini umunya terjadi karena sertifikat atas
baru. tanah yang dimiliki oleh pemilik lahan merupakan
e). Adaptasi atau revitalisasi adalah merubah suatu warisan turun temurun yang menjadikan pengelolaan
tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang atas tanah dan bangunannya menjadi terhambat,
lebih sesuai dalam hal kegunaannya, tanpa sehingga pemerintah Kota Semarang yang akan
perubahan drastis atau hanya sedikir melakukan melakukan pembenahan terhadap Kawasan Kota Lama
perubahan dengan dampak yang minimal. juga ikut terhambat.
f). Demolisi adalah menghancurkan atau merombak Bangunan-bangunan di Kawasan Kota Lama
bangunan yang sudah rusak atau dianggap umumnya dimanfaatkan sebagai gudang-gudang miliki
membahayakan. pengusaha yang menjadi pemilik sah atas tanah di Kota
Lama. Pemanfaatan bangunan menjadi pergudangan ini
Data dan Analisa memberikan kesan kumuh dan tidak aman untuk
1. Potensi kawasan Kota Lama. Hal ini dikarenakan aktivitas
Kota Lama Semarang, mempunyai potensi yang bongkar muat barang pada gudang yang tidak rutin dan
besar untuk menjadi Kawasan Wisata Semarang, bersifat periodik membuat pemanfaatan bangunan
mengingat kawasan tersebut adalah wilayah bekas sangat minim aktivitas. Hal ini menjadikan kota Lama
benteng pertahanan kolonial Belanda, dengan gereja terkesan sangat sepi pada malam hari. Hanya beberapa
Blenduk sebagai obyek yang banyak dikunjungi bangunan yang digunakan sebagai aktivitas publik,
wisatawan. Nilai kelangkaan dan nilai sejarah yang di seperti tempat makan dan tempat peribadatan.
miliki kawasan Kota Lama dengan bangunan-bangunan Kualitas lingkungan yang buruk di Kota Lama
bergaya kolonial, menjadi daya tarik tersendiri bagi juga menjadi salah satu permasalahan rumit bagi
para wisatawan. Salah satunya adalah Jembatan Berok pemerintah Kota Semarang, serta keamanan kawasan
yang merupakan penghubung antara Jl. Letjen Suprapto Kota Lama sebagai salah satu tujuan wisatawan juga
dengan Jl. Pemuda. Jembatan ini sangat berpotensi merupakan permasalahan lain yang harus diselesaikan.
untuk dikembangkan sebagai pintu gerbang utama Kualitas lingkungan ini menyangkut dengan
masuk ke dalam kawasan Kota Lama. permasalahan banjir yang tidak kunjung usai di Kota
Selain itu, Kota Lama berpotensi sebagai citra Lama. Pada tahun 2013, pesisir Kota Semarang yang
kota Semarang, mengingat dahulunya kawasan kota mengalami banjir hebat berdampak kepada Kota Lama.
lama adalah embrio dari lahirnya kota Semarang. Aliran Kali Mberok dan Polder Tawang yang berada di
Sehingga, untuk meningkatkan potensi tersebut, maka Kawasan Kota Lama seharusnya menjadi salah satu
perlu diadakan suatu peningkatan pemeliharaan alternatif yang dapat membantu pemerintah untuk
51
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.17 No.1 Januari-Juni 2017

menyelesaikan permasalahan ini. Mengoptimalkan kelembagaan yang bertanggung jawab tersebut adalah
kembali aliran Kali Mberok dan pompa pada Polder Badan Pengelola KawasanKota Lama (BPK2L).
Tawang, dapat dijadikan salah satu solusi pemerintah BPK2L adalah lembaga non struktural yang tidak
untuk menyelesaikan permasalahan banjir di kawasan termasuk dalam Perangkat Daerah Kota Semarang, dan
Kota Lama. mempunyai tugas mengelola, memgembangkan dan
Permasalahan lain yaitu berkurangnya aktivitas mengoptimalisasikan potensi kawasan Kota Lamayang
perkotaan, yang semakin lama akan menyebabkan meliputi perencanaan, pengawasan dan pengendalian
lumpuhnya kota lama. Beberapa hal yang menjadi kawasan. Ada pun BPK2L mempunyai kewenangan
penyebab berkurangnya aktivitas di Kota Lama melaksanakan sebagian konservasi dan revitalisasi
Semarang antara lain adalah kondisi lingkungan di Kawasan Kota Lama serta berada dan
kawasan tersebut yang kurang terawat. Hal itu bertanggungjawab kepada Walikota.
mengakibatkan rusaknya bangunan-bangunan dan
lingkungan di Kota Lama Semarang. Selain itu, adanya 4. Konservasi
pergeseran bentuk kolonial yang mendorong Saat ini, pemerintah telah melakukan beberapa
masyarakat dan pemerintah Kota Semarang untuk upaya konservasi pada kawasan Kota Lama Semarang,
melakukan pembangunan yang cenderung menuju dengan mengacu pada Keputusan Wali Kotamadya
konsep kota modern menyebabkan kota-kota lama Kepala Daerah Dati II Semarang No.646/50/1992
ditinggalkan dan kurang mendapat perhatian. Lebih tentang Konservasi Bangunan-Bangunan
jauh lagi, kemudian menyebabkan terjadinya Kuno/Konservasi Bersejarah di Wilayah Dati II
pergeseran pusat aktivitas masyarakat yang juga Semarang, Perda No.8/2003 tentang Rencana Tata
menjadi salah satu faktor pendorong berkurangnya Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kota
aktivitas perkotaan di Kota Lama Semarang. Lama, dan kemudian Peraturan Wali Kota No.12/2007
tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata
3. Kebijakan Kerja Badan Pengelola Kawasan Kota Lama, Perwal
Munculnya kesadaran baik dari masyarakat No.37/2011 tentang Pengurangan Pajak Bumi dan
ataupun dari pemerintah kemudian melahirkan Bangunan, serta Perda No.14/2011 tentang Rencana
beberapa usaha pelestarian baik berupa tindakan Tata Ruang Wilayah.
ataupun dengan adanya kebijakan-kebijakan yang Upaya pemerintah tersebut diantaranya akan
mengatur untuk perlindungan kawasan Kota Lama mengkonservasi sebanyak 105 bangunan peninggalan
Semarang tersebut. Berikut adalah beberapa kebijakan zaman Belanda di kawasan Kota Lama Semarang,
terkait perlindungan dan usaha pelestarian kawasan sebagai bentuk dari penataan agar bisa menjadi
Kota Lama Semarang : destinasi wisata bagi masyarakat. Dengan total
1. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II bangunan yang ada di kawasan Kota Lama sebanyak
Semarang Nomor 1 Tahun 1999 tentang 245 bangunan, dengan perincian 177 bangunan milik
RencanaTata Ruang Wilayah (RBWK) pribadi dan 68 bangunan milik perusahaan, baik negeri
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang tahun maupun swasta, dan yang akan dikonservasi sebanyak
1995-2005. 105 bangunan. Bangunan yang akan dikonservasi
2. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II tersebut, diantaranya adalah 31 bangunan di Jalan
Semarang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Letjen Soeprapto, enam bangunan di Jalan Mpu
RencanaDetil Tata Ruang Kota (RDTRK) Tantular, dan tujuh bangunan di Jalan Merak.
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Bagian
Wilayah Kota (BWK) I(Kecamatan Semarang 4. Kota Lama Sebagai World Heritage
Tengah, Kecamatan Semarang Timur dan Pada tahun 2015 lalu, Kota Lama Semarang
Kecamatan Semarang Selatan)Tahun 1995-2005. ditetapkan masuk sebagai tentative list atau daftar
3. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II sementara world heritage site oleh UNESCO. Menurut
Semarang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Rencana UNESCO, Kota Lama Semarang merupakan Best
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kotamadya Preserved Colonial City karena merupakan saksi dari
Daerah Tingkat II Semarang Bagian Wilayah beberapa fase sejarah penting dalam ranah ekonomi,
Kota (BWK) III (Kecamatan Semarang Utara dan politik, dan sosial bagi Asia Tenggara dan dunia. Kota
Kecamatan Barat) Tahun 1995-2005. Lama Semarang adalah suatu kota puat pelabuhan
4. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun dengan lanskap perkotaan yang unik pada masanya.
2003 tentang Rencana Tata Bangunan Karena itu, UNESCO menetapkan Kota Semarang
danLingkungan (RTBL) Kawasan Kota Lama sebagai tentative world heritage site. Namun,
Semarang. Pemerintah Kota Semarang telah menargetkan pada
Selain kebijakan tersebut, melalui Peraturan tahun 2020 Kota Lama Semarang sudah bisa masuk ke
Walikota No.12 Tahun 2007 telah dikukuhkan, bahwa daftar tetap warisan dunia versi UNESCO. Sehingga,
52
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.17 No.1 Januari-Juni 2017

Pemerintah Kota Semarang, perlu segera segera menyelesaikan pekerjaan kajiannya dan walikota
menindaklanjuti proses konservasi pada Kota Lama segera menetapkan Kawasan Kota Lama Semarang
Semarang. sebagai Kawasan Cagar Budaya, dan selanjutnya segera
5. Kendala Pelestarian & Pengembangan menyerahkan pekerjaannya ini kepada Gubernur Jawa
Hal yang menjadi kendala pelestarian dan Tengah untuk dikaji ulang oleh TACB Provinsi Jawa
pengembangan kawasan Kota Lama Semarang, Tengah. Kemudian Gubernug menetapkan menaikkan
diantaranya adalah terkait hak milik bangunan. Lahan- peringkatnya dari setatusnya sebagai Kawasan Cagar
lahan dimana bangunan di Kawasan Kota Lama ini Budaya peringkat Kota Semarang menjadi Kawasan
berdiri, umumnya merupakan milik individu. Cagar Budaya berperingkat Provinsi Jawa Tengah.
Kepemilikan atas lahan pada Kawasan Kota Lama Selanjutnya Gubernur dan TACB Provonsi Jawa
tersebut, menjadikan langkah untuk melakukan Tengah menyerahkan kajia atas Kota Lama Semarang
konservasi di Kota Lama semakin terhambat. Klaim ini kepada TACB Nasional untuk dikaji ulang dan
lahan pada Kota Lama ini umunya terjadi karena ditetapkan oleh menteri sebagai Kawasan Cagar
sertifikat atas tanah yang dimiliki oleh pemilik lahan Budaya berperingkat nasional. Selanjutnya TACB
merupakan warisan turun temurun yang menjadikan tingkat nasional akan menyerahkan kepada Unesco
pengelolaan atas tanah dan bangunannya menjadi untuk penetapan Kota Lama Semarang sebagai World
terkendala, sehingga pemerintah Kota Semarang yang Heritage City. Proses ini semua sesuai amanat Undang-
akan melakukan pembenahan terhadap Kawasan Kota undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Lama juga ikut terhambat. Bahkan ada pemilik Di dalam kajian Kota Lama Semarang yang
bangunan yang meminta agar status cagar budaya pada terpenting adalah aspek manajemen planning, aspek
bangunannya dicabut, karena dianggap menyulitkan deliniasi dan OUV (outstanding universal values). Ada
ketika suatu saat, ahli warisnya akan menjual bangunan sepuluh criteria yang ditetapkan oleh Unesco berkenaan
tersebut. Selain itu, menurut pimpinan Komunitas dengan OUV. Untuk menominasikan dan penetapan
Pegiat Sejarah (KPS) Semarang, ada pula pemilik Kota Lama Semarang sebagai Kota Pusaka Warisan
bangunan yang membiarkan bangunannya terlantar Dunia (The World Heritage City) oleh UNESCO, kota
karena terkendala masalah dana untuk merawat tersebut perlu menyandang 1 (satu) atau lebih dari 10
bangunan tersebut. Para pemilik, membiarkan kriteria nilai-nilai universal luar biasa (OUV) yang
bangunan mereka dengan harapan bangunan itu roboh dikeluarkan UNESCO antara lain :
dengan sendirinya dan kemudian mereka bisa  Memiliki sistem perlindungan dan
membangun bangunan baru diatasnya. pengelolaan untuk menjamin kelestariannya
Kualitas lingkungan yang buruk di Kota Lama yang disusun dalam Rencana Pengelolaan
juga menjadi salah satu kendala bagi pemerintah Kota Kota Pusaka.
Semarang untuk mengembangkan Kawasan Kota Lama  Indonesia belum memiliki kota yang
tersebut. Selain itu, keamanan kawasan Kota Lama menyandang predikat Kota Pusaka Dunia yang
sebagai salah satu tujuan wisatawan juga merupakan ditetapkan UNESCO.
permasalahan lain yang harus diselesaikan. Kualitas  Kota Surakarta merupakan satu-satu kota di
lingkungan ini menyangkut dengan permasalahan Indonesia yang menjadi anggota Organization
banjir yang tidak kunjung usai di Kota Lama. Pada of the World Historic Cities
tahun 2013, pesisir Kota Semarang yang mengalami  Kota Yogyakarta satu-satunya kota di
banjir hebat berdampak kepada Kota Lama. Aliran Kali Indonesia yang menjadi anggota the League of
Mberok dan Polder Tawang yang berada di Kawasan the World Historic Cities yang berkedudukan
Kota Lama seharusnya menjadi salah satu alternatif di Kyoto.
yang dapat membantu pemerintah untuk menyelesaikan OUV (Outsanding Universal Values) merupakan
permasalahan ini. salah satu kriteria penilaian yang digunakan UNESCO
untuk penetapan warisan dunia. Agar menyandang
6. Konsep warisan dunia suatu pusaka harus memenuhi syarat
Untuk mengatasi berbagai persoalan integritas dan/atau keotentikan serta sistem pelindungan
menyangkut eksistensi Kota Lama Semarang yang saat (konservasi) dan pengelolaan untuk menjamin
ini juga sudah dimasukan dalam tentative list world kelestariannya. Nilai-nilai Universal Luar Biasa
heritage oleh Unesco, maka semua komponen memiliki 10 (sepuluh) kriteria penilaian (Operational
pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras bahu Guidelines for the Implementation of the World
membahu merawat kota tua ini tidak hanya sebatas Heritage Convention, 2012) :
fisiknya saja tetapi juga harus memahami prinsip- 1. Merupakan mahakarya kecerdasan kreatif
prinsip konservasi. manusia
Pemerintah Kota Semarang dibantu oleh Tim 2. Menampilkan pertukaran nilai-nilai luhur
Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Semarang harus manusia, dalam rentang waktu atau dalam
53
Available online through http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul

pelestarian dan pengembangan kawasan kota lama


sebagai landasan budaya kota semarang

3. lingkup budaya dunia, dalam arsitektur, tentative list of world heritage, sebab telah menyalahi
teknologi, seni monumental, perencanaan kota prosedur.
atau rancangan lansekap;
4. Menyandang peran sebagai jejak yang unik KESIMPULAN
atau istimewa dari suatu tradisi budaya atau Untuk mengatasi berbagai persoalan
peradaban baik yang sudah lenyap maupun menyangkut eksistensi Kota Lama Semarang yang saat
yang masih ada; ini juga sudah dimasukan dalam tentative list world
5. Menjadi contoh utama suatu tipe bangunan, heritage oleh UNESCO, maka semua komponen
gubahan arsitektur atau teknologi, atau pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam
lansekap yang menggambarkan babakan yang upaya konservasi Kota Lama Semarang, dengan benar-
penting dalam sejarah manusia benar memahami prinsip konservasi. Selain itu,
6. Menjadi contoh sebuah pemukiman tradisional pemerintah dan masyarakat juga harus bekerja sama
manusia, penggunaan lahan, atau laut yang mengatasi masalah di Kota Lama Semarang, seperti
merepresentasikan suatu kebudayaan, atau lingkungan yang kurang terawat, dengan memperbaiki
interaksi manusia dengan lingkungan terutama jalan, taman, maupun street furniture yang telah rusak,
ketika telah menjadi rentan di bawah dampak agar tercipta lingkungan yang nyaman bagi para
perubahan penduduk setempat maupun para.
7. Berkaitan baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan peristiwa atau tradisi yang DAFTAR PUSTAKA
hidup, dengan gagasan, dengan kepercayaan, Affandi, FB; Soemardi AR, 1999, Monuments and Sites
dengan karya seni dan sastra yang memiliki Indonesia, Bandung : Icomos Indonesia & PF
nilai penting universal yang menonjol; Book.
8. Merupakan fenomena alam yang luar biasa Anonim, 1988, Selayang Pandang Mesjid Besar
atau kawasan dengan keindahan alam serta Semarang, Semarang : BKM Yayasan Masjid
estetika yang luar biasa dan penting; Besar Kauman
9. Merupakan contoh yang luar biasa yang Budihardjo, Eko, Arsitektur sebagai Warisan Budaya,
mewakili tahapan utama sejarah Jakarta : Djambatan, 1997.
perkembangan bumi, termasuk catatan DPU Cipta Karya Jawa Tengah, 1992, Studi Konservasi
kehidupan, proses geologi signifikan yang Bangunan Kuno Rumah Dinas Residen Pati dan
sedang berlangsung dalam pengembangan Kantor Karesidenan Pekalongan, Semarang : DPU
bentang alam, atau geomorfik yang signifikan Cipta Karya Prop. Dati I Jawa Tengah.
atau fitur fisiografi lainnya; Dradjat, Hari Untoro, 1999, Pemintakatan Situs : kajian
10. Merupakan contoh yang luar biasa mewakili Tentang Penetapan Batas-batas Keruangan,
proses ekologis dan biologis yang signifikan makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah
yang sedang berlangsung dalam evolusi dan Arkeologi VIII dan Konggers IAAI Ke 8, di
pengembangan darat, air tawar, ekosistem Yogyakarta 15-19 Februari 1999.
pesisir dan laut dan komunitas tumbuhan dan Hobsbawm, Eric., & Ranger, Terence., 1983, The
hewan; Invention of Tradition, London, New York,
11. Mengandung habitat alam yang paling penting Sydney : Cambridge University Press.
dan signifikan untuk konservasi in-situ Ismijono,1998, Pemugaran Bangunan Kayu, Makalah
keanekaragaman hayati, termasuk spesies Lokakarya Pengembangan Metode & Tehnik
terancam yang mengandung nilai universal Konservasi Bangunan Kayu.
luar biasa dari sudut pandang ilmu Mastori G., 1971, Humidity in Monument, Faculty of
pengetahuan atau pelestarian. Architecture, University of Rome, JCSPRCP,
Roma.
Demikian kiranya prosedur yang harus ditempuh Mundardjito, 1972, Metode Arkeologi, Kertas kerja
yang harus dilakukan oleh pemerintah maupun dalam penataran tenaga ahli arkeologi.
masyarakat untuk melakukan pengelolaan konservasi Nix, Thomas, 1949, Stedebouw in Indonesie en de
kawasan Kota Lama Semarang menuju sebuah kawasan Stedebouwkundige Vormgeving, Bandung.
konservasi warisan dunia. Unesco juga sangat Roesmanto, Totok, 1989, Studi Inventarisasi dan
memperhatikan prosedur ini, maka harus dilakukan Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Tengah,
dengan baik agar terujudlah Kawasan Kota Lama Semarang : DPU Cipta Karya Prop. Dati I Jawa
Semarang sebagai kawasan warisan dunia, tidak tidak Tengah dan PT Arsiken.
seperti yang terjadi pada Kota Tua Jakarta yang saat ini Stambolov. Tand JRJ. Van Asperen de Boer, 1976, The
malah sudah dicabut statusnya oleh Unesco dari Deteoration and Conservation of Porous Building

54
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.17 No.1 Januari-Juni 2017

Material in Monument, second ed. ICSPRCP,


Roma.
Samidi, Archaelogical, Principles in Restoration of
Wooden Archaeological Heritage.
Timbul Haryono, 1998, Metode Arkeologi Dalam
Pelestarian Benda Cagar Budaya, Penataran
Tenaga Teknis Kesejarahan Dan Kepurbakalaan
Tingkat Lanjutan, Yogyakarta.
Wright, Arnold; Breakspear, Oliver t (ed), 1909,
Twentieth Century Imprssions of Netherlands
India: Its History, People Commerce, Industries,
and Resources, Batavia : Lloyd’s Greater Britain
Publishing Company, Ltd.
Undang Undang RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya, di dalam himpunan peraturan
perundang undangan RI tentang Benda Cagar
Budaya, Depdikbud, 1997.

55

Anda mungkin juga menyukai