Anda di halaman 1dari 5

PERCOBAAN II

PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT

I. Tujuan
Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya

II. Landasan Teori


Natrium (inggris : sodium) ialah unsur logam mengkilat, putih perak dan lunak
memiliki lambang Na, nomor atom 11, bobot atom 22,997, dengan kerapatan
0,97. Berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar.
Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih
dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah
larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Sodium tiosulfat merupakan donor
sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk yang lebih nontoksik,
tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase, yaitu rhodanase. Tidak seperti
nitrit, tiosianat merupakan senyawa non toksik, dan dapat diberikan secara
empiris pada keracunan sianida. Natrium, seperti unsur radioaktif lainnya,
tidak pernah ditemukan tersendiri di alam. Natrium adalah logam keperak-
perakan yang lembut dan mengapung di atas air. Tergantung pada jumlah
oksida dan logam yang terkekspos pada air, natrium dapat terbakar secara
spontanitas. Lazimnya unsur ini tidak terbakar pada suhu dibawah 115°C.
Banyak digunakan sebagai pemutih, untuk mengekstraksi perak dari bijihnya,
sebagai mordan (senyawa yang digunakan untuk mengikat zat warna ke dalam
serat) dalam pencelupan dan pencetakan tekstil, sebagai peredam dalam
pencelupan krom, sebagai reagen untuk keperluan analisis dan kimia organik di
laboratorium, sebagai antidotum pada keracunan sianida, digunakan dalam
pembuatan obat antituberkulosi, sebagai antioksidan, sebagai bahan pengkelat
dan lain sebagainya. Senyawa ini juga digunakan sebagai antidot bagi
keracunan sianida. Tiosulfat berfungsi sebagai donor sulfur untuk konversi
sianida menjadi tiosianat (yang kemudian dapat dengan aman diekskresikan
dalam urin), dikatalisasi oleh enzim rodanase. Senyawa ini digunakan dalam
pengobatan kalsifilaksis dalam pasien hemodialisis penyakit ginjal stadium
akhir. Dalam mandi kaki untuk profilaksis kurap, dan sebagai agen anti jamur
topikal untuk panau. Penggunaan khusus ini dapat diatur untuk mengukur
kandungan oksigen dari air melalui rangkaian panjang reaksi di dalam uji
Winkler untuk oksigen terlarut. Hal ini juga digunakan dalam memperkirakan
secara volumetrik konsentrasi senyawa tertentu dalam larutan hidrogen
peroksida dan dalam memperkirakan kandungan klorin dalam bubuk pemutih
komersial dan air (Pringgodigdo, 1973).
Asam tiosulfat tidak bisa dibentuk dengan menambahkan asam kedalam
tiosulfat karena adanya dekomposisi asam bebas ini di dalam air dalam
campuran S, H2S, H2Sn, SO2, dan H2SO4 ini bisa dibuat dengan menhilangkan
air, dalam temperature rendah (-78 0C). Dalam campuran garam-garam tiosulfat
adalah stabil dan berasam. Tiosulfat dibuat dengan mendidihkan alkali atau
larutan sulfat nitrat dengan S dan juga oksidasi polisulfida dengan udara.
Natrium tiosulfat pentahidrat (Na2SO2O3.5H2O) disebut dengan hypo berbentuk
kristal tidak berwarna. Natrium tiosulfat memiliki titik beku 480C, mudah larut
dalam air dan larutannya digunakan untuk titrasi dalam analisis volumetri.
Natrium tiosulfat (Na2SO3) dapat dibuat dari H2SO4. H2SO4 adalah asam yang
sangat penting yang digunakan dalam induksi kimia. H 2SO4 mencair pada suhu
10,50C membentuk cairan kental.

H2S + SO3 → H2S2O3

Garam yang biasa disebut tiosulfat stabil dan berjumlah banyak. Tiosulfat
dibuat dengan memanaskan alkali atau larutan sulfit dengan sulfur dan juga
dengan mengoksidasi polisulfida dengan air seperti reaksi berikut :

Na2SO3 + S → Na2S2O3

2NaS3 + 3O2 → 2 Na2S2O3 + 2S

Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) termasuk dalam larutan baku sekunder.


Oleh karena itu, larutan yang akan digunakan dalam titrasi perlu
distandardisasi terlebih dahulu. Hal ini disebabkan kestabilan larutan ini
mudah dipengaruhi oleh pH rendah (<5), sinar matahari, dan adanya daya
bakteri yang memanfaatkan sulfur (S). Pada pH yang rendah (<5), kestabilan
larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) akan terganggu sebab S2O32- akan
mengalami penguraian. Selain disebabkan adanya reaksi penguraian S2O32-,
ketidakstabilan larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3) juga dipengaruhi oleh
adanya aktivitas dari bakteri yang menyebabkan terjadinya perubahan S2O32-
menjadi SO3-, SO42-, dan S↓. S ini tampak sebagai endapan koloidal yang
membuat larutan menjadi keruh. Untuk mencegah aktivitas dari bakteri, pada
pembuatan larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3) hendaknya digunakan air yang
sudah dididihkan atau dapat pula ditambahkan pengawet seperti khloroform,
natrium benzoat, atau HgI2. Standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3)
biasanya menggunakan larutan KIO3 yang mempunyai kemurnian yang tinggi,
sehingga cukup memenuhi syarat sebagai larutan baku primer. Namun sebagai
baku primer KIO3 juga mempunyai kelemahan yaitu mempunyai berat ekivalen
yang rendah yaitu sebesar 35,67 (Novitasari dan Muslimah, 2015).
Penelitian dengan hewan uji menunjukkan kemampuan natrium
tiosulfat sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan dengan
hidroksokobalamin. Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsik nontoksik
tetapi produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat
menyebabkan toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian
natrium tiosulfat 12.5 g i.v. Biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis
tidak jelas. Natrium tiosulfat merupakan komponen kedua dari antidot sianida.
Antidot ini diberikan sebanyak 50 ml dalam 25 % larutan. Tidak ada efek
samping yang ditimbulkan oleh tiosulfat, Namun tiosianat memberikan efek
samping seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan dan disfungsi pada
SSP. Dosis untuk anak-anak didasarkan pada berat badan. Logam natrium
sangat penting dalam fabrikasi senyawa ester dan dalam persiapan senyawa-
senyawa organik. Logam ini dapat di gunakan dalam berbagai keperluan
diantaranya untuk memperbaiki struktur beberapa campuran logam dan untuk
memurnikan logam cair (Hajri et al., 2019).
Natrium banyak ditemukan di bintang-bintang. Garis D pada spektrum
matahari sangat jelas. Natrium juga merupakan elemen terbanyak keempat di
bumi, terkandung sebanyak 2.6% di kerak bumi. Unsur ini merupakan unsur
terbanyak dalam grup logam alkali. Zaman sekarang ini, sodium dibuat secara
komersil melalui elektrolisis fusi basah natrium klorida. Metoda ini lebih murah
ketimbang mengelektrolisis natrium hidroksida, seperti yang pernah digunakan
beberapa tahun lalu. Natrium tiosulfat dalam induksi pemutihan untuk
merusak Cl2 yang masuk, setelah mereka masuk dalam kolom pemutihan, sama
halnya natrium tiosulfat kadang-kadang digunakan untuk memindahkan rasa
dari minuman yang berklorinasi (London dan Eter, 2017).
Pada penelitian ini dibandingkan aktivitas pereduksi Na2S2O3 dan
NH2OH.HCl yang meliputi pH optimum, waktu pembentukan kompleks dan
konsentrasi optimum. Penentuan kompleks diperoleh pada 512 nm. Selanjutnya
optimasi pH buffer suasana asam diperoleh pH 4,5 untuk pereduksi Na2S2O3
dan pH 5,5 untuk NH 2OH.HCl. Kedua pereduksi masing-masing dapat
mereduksi optimum pada pendiaman 15 menit. Selain itu, dilakukan penentuan
konsentrasi optimum pereduksi, dihasilkan 10 ppm pereduksi Na2S2O3 dan 11
ppm NH2OH.HCl untuk mereduksi 5 ppm larutan Fe3+. Pereduksi Natrium
tiosulfat (Na2S2O3) digunakan karena merupakan pereduksi yang kuat untuk
besi dan pereduksi ini mudah didapat. Penggunaan pereduksi natrium tiosulfat
(Na2S2O3) dalam penelitian ini didasarkan pada hasil penemuan bahwa pada
kondisi pH 4,5 Na2S2O3 11 ppm sudah mampu mereduksi larutan Fe3+ 5 ppm
dengan prosen recovery sebesar 99,2438 % (Fuertes et al., 2018).
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pembuatan natrium tiosulfat dapat dilakukan dengan cara mereaksikan
natrium sulfit dengan belerang dan air dengan cara proses refluks. Disaring,
diuapkan, dan dikeringkan hingga terbentuk endapan. Adapun sifat-sifat
kimia dari natrium tiosulfat yaitu natrium sulfat lebih stabil dibandingkan
dengan natrium tiosulfat, ion tiosulfat dapat mereduksi iod membentuk ion
tetrationat, serta sulfur dapat dibebaskan dengan menambahkan HCl encer
pada natrium tiosulfat.

5.2 Saran
Pada percobaan natrium tiosulfat yang dibuat dengan mereaksikan
natrium sulfit dengan sulfur, sebaiknya juga dibuat dengan cara
mereaksikan natrium sulfit dengan senyawa lain, agar hasil yang diperoleh
dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA

Fuertes, A. B., G. A. Ferrero, N. Diez dan M. Sevilia. 2018. “A green route to


high-sulface area carbons by chemical activation of biomass-based
products with sodium thiosulfate”. Jurnal ACS Sustainable Chemistry
and
Engineering. Vol. 6 (12) : 16323-16331.
Hajri, S. A., S. M. Mahmood, S. Akbari dan H. Abdulelah. 2019. “Gelation
behavior as a funtion of sodium thiosulfate for PAM gels cross-linked
with chromium”. Journal of Petroleum Expolaration and Production
Technology. Vol. 9 (2) : 1539-1546.
London, N dan A. Eter. 2017. ”Calciphylaxis : Early detection and off-label
treatment with sodium thiosulfate”. World journal Nephrol urol. Vol. 6 (3) :
25-28.
Novitasari, A. E., dan H. Muslimah. 2015. ”Pengaruh suhu dan waktu
Pemanasan terhadap kalium iodat (KIO 3) dalam larutan garam
beriodium”. Jurnal Sains. Vol. 5 (10) : 1-8.
Pringgodigdo, A.G., 1973. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai