Abstrak
Abstract
of the PKI (Pemuda Rakyat) .2) Collaborative Murders Members of the PKI,
involving the power of Pepelrada Bali Pangdam XVI / Udayana, and RPKAD
gerakan PKI untuk kembali ke desa, telah untuk mengadakan kampanye aksi,
mampu meningkatkan anggota PKI yang pertama-tama usulan itu harus
berbasis sebagai petani. Program turun ke didiskusikan dan disetujui terlebih dahulu
bawah sebuah kampanye untuk oleh organisasi partai di tingkat desa, lalu
menguatkan kader-kader partai di meminta kesepakatan organisasi petani di
perkotaan besar maupun kecil agar pergi skala nasional (BTI). Meski prosedur untuk
ke desa-desa, mengakrabkan diri dengan sebuah aksi cukup ketat dan panjang,
kondisi-kondisi setempat, dan mendidik namun yang penting adalah jika
kaum tani dalam kebijakan dan program kepercayaan para petani sudah bisa
tani, program ini juga dimaksudkan dalam diciptakan aksi-aksi ke depan tentunya
rangka menanggulangi kurangnya jumlah akan berjalan sukses. Namun ketegangan-
aktivis di desa-desa yang memahami ketegangan akibat perbedaan partai cukup
tujuan-tujuan partai dan bersedia terasa di Desa Penglatan, gambaran
mewujudkannya menghadapi perlawanan tersebut dikemukakan oleh I Wayan
para pemuka tinggi desa. Hal tersebut Renten mantan sekdes Desa Penglatan
dibenarkan oleh mantan ketua ranting PKI yang menginformasikan bahwa masing-
desa Penglatan bernama Ketut Nurita masing anggota partai baik PNI maupun
bahwa keikutsertaan penduduk desa PKI membekali diri dengan senjata tajan
dalam organisasi PKI karena program- seperti pedang dan tidak lupa juga
program partai yang ditawarkan dan juga membekali diri dengan ilmu kebal.
karena pemerintah menjamin kebebasan 2. Proses tragedi kemanusiaan pasca
dalam berpartai serta diakuinya PKI peristiwa Gerakan 30 September
sebagai partai yang sah di Desa 1965 di Desa Penglatan
Penglatan. Pendapat tersebut diperkuat Berdasarkan hasil wawancara
oleh Suar Suroso (2013:195) bahwa PKI dengan narasumber pasca peristiwa
diakui sebagai salah satu partai yang sah Gestok (Gerakan 31 September 1965)
berdasarkan Keputusan Presiden RI No. sebenarnya keadaan tidaklah segawat
123/1961. Dengan adanya PKI yang seperti yang ada di Jakarta sebagai
memiliki basis masa besar di Penglatan, barometer perpolitikan nasional. Keadaan
maka terdapat beberapa partai yang besar tersebut berubah ketika ada instruksi dari
seperti PNI, PKI dan Partindo. petinggi Angkatan Darat. Kebijakan
Perekrutan dan pendidikan aktivis- tumpas kelor (menghabisi hingga ke akar-
aktivis PKI di tingkat desa dimaksudkan akarnya sudah diawali sejak bulan
untuk memenangkan kepercayaan kaum Oktober 1965. hal ini diawali oleh
tani. Gerakan kembali ke desa mengalami pernyataan Jendral Abdul Haris Nasution
beberapa hambatan antara lain setelah pemakaman para Jendral yang
keterbelakangan ekonomi dan tingkat terbunuh tanggal 1 Oktober 1965 bahwa
pendidikan yang masih rendah sehingga PKI harus dibasmi sampai keakar-akarnya
memerlukan kerja keras dalam rangka dan kampanya bahwa PKI merupakan
menanamkan nilai ideology partai. Para dalang dari G 30 S yang telah dimulai
aktivis yang telah mendapatkan sejak 1 Oktober 1965 oleh harian militer
pendidikan kaderisasi diberikan instruksi Angkatan Bersenjata dan berita Yudha
tidak boleh melakukan gerakan apapun yang diizinkan terbit 1-8 Oktober 1965.
tanpa persiapan mendalam sehingga
Pada tanggal 17 Oktober 1965, hitam dan bercadar, menandai rumah, dan
pasukan para Komando Angkatan Darat di membakar rumah, beranggotakan 10-15
bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie orang, sasarannya tidak hanya PKI dalam
Wibowo, diperintahkan berangkat ke Jawa satu desa bisa pula menyasar anggota
Tengah untuk membersihkan PKI di luar desa.
keterpecahan pasukan di provinsi itu Ada kenyataan berbeda proses
akibat ketidakpercayaan sebagian besar terjadinya pembantaian anggota PKI di
anggota Divisi Diponogoro terhadap pusat. Desa Penglatan, terutama Banjar Kajanan
Pembasmian Komunis dan sekutu- dan Banjar Kelodan. Khusus untuk banjar
sekutunya dimulai di Jawa Tengah dan Kelodan anggota PKI yang terbunuh
dengan cepat menyebar ke Jawa Timur sebanyak tiga orang, berbeda dengan
dan provinsi-provinsi lainnya. Sebagian Banjar Kajanan yang tewas sebanyak 17
besar berita yang masuk menyetujui orang, diantaranya Caklik, Loka, Loso,
Angkatan Darat yang memulai Genah, Jimat, sedangkan banjar Kelodan
pembantaian masal rakyat Indonesia jumlah korban hanya tiga orang, yaitu
beberapa bulan kemudian, namun Nyoman Swica, Ketut Koyan, Men Biji.
dibanyak tempat termasuk di Bali Khusus untuk kasus men Biji terpaksa
Angkatan darat tidak bekerja sendirian dibunuh karena mempunyai ilmu Black
melainkan dibantu kelompok-kelompok Magic (Ilmu Hitam/Pengeleakan). Men Biji
pemuda yang anti Komunis yang menjadi beradu ilmu dengan tokoh PNI bernama I
eksekutor di lapangan termasuk di Desa Dayuh yang berprofesi sebagai dukun di
Penglatan Desa Penglatan. Menurut informan yang
Angkatan darat memainkan peran diwawancarai I Dayuh mengajarkan ilmu
penting dalam mendukung awal terjadinya aliran kanan tetapi yang diajarkan berbau
pembantaian, dengan kesatuan RPKAD Islam, karena dalam proses pembelajaran
yang mendarat di Bali pada 7-8 Desember yang diajarkan kepada murid-muridnya
1965, menyebarkan daftar hitam anggota menggunakan rerajahan huruf arab.
PKI yang harus dibunuh. Angkatan Darat Beliau pernah melakukan perang tanding
juga merangkul dan melatih gerombolan kekuatan ilmu dengan Men Biji yang
milisi, para pemuda sipil yang disebut konon bisa mengubah wujudnya menjadi
tameng untuk menguasai teknik-teknik rangda. Menurut I Wayan Renten perang
dasar membantai. tetapi orang-orang Bali tanding antara Bape Dayuh dan Men Biji
melampaui instruktur mereka dengan dimenangkan oleh Bape Dayuh, konon
menyerang anggota PKI dengan kuku rangda penjelmaan Men Biji berhasil
keganasan yang sangat mengerikan. dipotong. Masa yang marah mencari Men
Pendapat tersebut dibenarkan oleh Biji di rumah banjar Dauh Tukad, di bawah
Suryawan (2007) yang mendeskripsikan bantalnya ditemukan sabuk pengeleakan
militer mendorong kelompok-kelompok yang sangat panjang. Selanjutnya Men Biji
pemuda untuk mengambil peran aktif diarak keliling banjar adat, dan dibunuh di
dalam proses pembantaian ini. Kelompok kuburan Banjar Adat Kelodan oleh
yang paling beringas adalah Tameng pasukan Tameng PNI. Nyoman Swica,
Marhaenis (PNI). Menurut tokoh PNI Ketut Koyan dibunuh oleh Sibang, Neca,
Penglatan kelompok ini menyasar rumah dan Merta.
anggota PKI pada malam hari, berpakaian
Kuburan Banjar Adat kelodan juga darah seperti saudara kandung, memisan,
sebagai tempat eksekusi anggota PKI dari keponakan, dan tunggal dadia.
Desa Silangjana sebanyak 9 orang, Kebanyakan anggota PKI di Kelodan
namun pihak aparat desa Penglatan tidak diamankan di rumah pengurus ranting PKI
tahu identitas orang-orang tersebut, selain untuk mendapat perlindungan sampai
dari Silangjana ada tiga korban keadaan aman, dalam hal ini ada hutang
pembunuhan anggota PKI dari Tenaon budi anggota PKI yang tidak terbunuh
yang terdiri dari Konod, Garwa, Sriya. kepada pengurus PNI.
Orang-orang dari Desa Tenaon tersebut Untuk Banjar Kajanan anggota PKI
tersebut secara psikologis sangat tertekan yang terbunuh sebanyak 17 0rang,
hal tersebut pernyataan tumben menek mereka dikategorikan simpatisan PKI,
motor jani mati sube. pengurus PKI, dan orang-orang yang
Pasukan Tameng PNI yang dituduh sebagai anggota PKI. menurut I
berseragam hitam-hitam mempunyai andil Wayan Sedana, mereka terbunuh selain
besar dalam usaha pembasmian orang- karena perbedaan ideologi partai juga
orang PKI baik di Desa Penglatan maupun disebabkan karena adanya sentimen
desa-desa lainnya, mereka bekerjasama pribadi, anggota PKI di Banjar kajanan
dengan anggota tameng PNI dari Desa dieksekusi di seme Banjar Kajanan,
Penarungan, Jinangdalem, Alasangker. berbeda halnya dengan warga kelodan
dalam melaksanakan tugasnya anggota yang masih terikat rasa kekeluargaan.
Tameng PNI memakai sandi-sandi yang Untuk banjar dauh Tukad yang meninggal
hanya bisa dimengerti oleh anggotanya, adalah Swindra, Swenten, Windra,
seperti penggunaan sandi Mawar harus Budana. Keadaan pembunuhan terhadap
dibalas Sandat, Karung harus dijawab tokoh PKI bernama Swindra sangat kejam,
Ember, Serang dijawab Diam. Kalau hal tersebut berdasarkan penuturan I
balasan sandi benar maka orang yang Wayan Sedana aktivis PNI yang
diajak berhadap-hadapan itu adalah menceritakan bahwa tubuh I wayan
teman dari Tameng PNI, kalau salah Windra diseret di jalan raya dari
berarti adalah musuh. Masing-masing Banyuning Selatan sampai Perempatan
anggota Tameng PNI sudah terbagi dalam Banyuning Selatan, tubuhnya berdarah-
tugas masing-masing, ada yang darah sampai menghembuskan napasnya
mengintai, membawa minyak gas, ada .
yang mengekseskusi rumah yang menjadi 3. Implikasi tragedi kemanusiaan pasca
anggota PKI, sementara penghuni rumah peristiwa Gerakan 30 September 1965
pasrah menyerahkan diri, ada yang bagi desa dan keluarga di Desa
dieksekusi di tempat, dibawa ke kuburan Penglatan
desa ada yang dibawa ke kuburan desa 1. Trauma Mendalam
lainnya seperti di Banjar Adat Kelodan Tragedi kemanusiaan yang terjadi
serta ada di bawa ke seme sakit di Yeh di Desa penglatan membawa dampak
Taluh. yang luas bagi keluarga yang ditinggalkan,
Anggota PKI di Banjar Kelodan dampak yang paling dirasakan adalah
yang terbunuh hanya 3 orang disebabkan rasa trauma, banyak diantara keluarga
adanya rasa belas kasihan dari anggota yang ditanya peneliti tidak ingin
PNI yang masih terikat oleh pertalian menceritakan bagaimana kisah dari
antara masa PKI dan PNI termasuk di benteng-benteng PKI di Jawa Tengah,
Desa Penglatan. Timur, Bali, dan Sumatera Utara.
Dalam buku-buku sejarah Pembantaian ini hampir tidak pernah
dijelaskan Pembantaian 1965-1966, yang disebutkan dalam buku sejarah Indonesia,
menjadi korban adalah orang-orang yang dan hanya memperoleh sedikit perhatian
menjadi bagian dari PKI serta orang-orang dari orang Indonesia maupun warga
yang dituduh sebagai komunis.Meski internasional.
banyak spekulasi menyebut, si anu dan si Secara umum di Bali, sepanjang
anu, namun dalang di balik pembantaian Oktober dan November 1965, timbul
massal itu hingga kini masih belum dirilis ketegangan politik yang serius kampanye
secara resmi. Pembantaian di Indonesia anti PKI tidak mengakibatkan
1965–1966 adalah peristiwa pembantaian pembunuhan besar-besaran di Bali.
terhadap orang-orang yang dituduh Selama Oktober dan medio November
komunis di Indonesia pada masa setelah 1965, gempuran terhadap PKI di Bali pada
terjadinya Gerakan 30 September di umumnya berbentuk pembersihan politik
Indonesia. Diperkirakan lebih dari di pelbagai jawatan pemerintahan,
setengah juta orang dibantai dan lebih dari universitas, dan organisasi politik, selain
satu juta orang dipenjara dalam peristiwa kehilangan pekerjaan, para korban
tersebut. pembersihan ini diwajibkan melapor ke
Pembersihan ini merupakan pihak berwenang militer, dengan
peristiwa penting dalam masa transisi ke kemungkinan dikenai penahanan tanpa
Orde Baru, Partai Komunis Indonesia tuduhan formal atau proses pengadilan.
(PKI) dihancurkan, pergolakan Mereka yang melapor juga diwajibkan
mengakibatkan jatuhnya presiden membawa daftar anggota lain PKI dan
Soekarno, dan kekuasaan selanjutnya organisasi massanya, sehingga
diserahkan kepada Soeharto. Kudeta yang menyediakan sarana untuk pembersihan
gagal menimbulkan kebencian terhadap yang lebih sistematis di kemudian hari. Hal
komunis karena kesalahan dituduhkan sama dialami oleh Pak Mawit (mantan
kepada PKI. Komunisme dibersihkan dari ketua ranting PKI Desa Penglatan) yang
kehidupan politik, sosial, dan militer, dan mengatakan dirinya pernah dipanggil
PKI dinyatakan sebagai partai terlarang. tentara dan disuruh untuk menyerahkan
Pembantaian dimulai pada Oktober 1965 nama-nama yang termasuk anggota PKI,
dan memuncak selama sisa tahun beliau tidak terbunuh karena dianggap
sebelum akhirnya mereda pada awal sangat kooperatif dengan pihak
tahun 1966. Pembersihan dimulai dari ibu keamanan, padahal istrinya Ketut Puspa
kota Jakarta, yang kemudian menyebar ke sudah memberikan tirta pengentas dan
Jawa Tengah dan Timur, lalu Bali. Ribuan mengiklaskan kepergiannya, namun nasib
vigilante (orang yang menegakkan hukum berkehendak lain, beliau masih hidup
dengan caranya sendiri) dan tentara dengan anak-anak yang sudah sukses
angkatan darat menangkap dan hidupnya, bahkan ada anaknya yang
membunuh orang-orang yang dituduh menjadi pegawai negeri.
sebagai anggota PKI. Meskipun
pembantaian terjadi di seluruh Indonesia, 2. Kolaborasi Pembunuhan
namun pembantaian terburuk terjadi di Anggota PKI
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A.C. 2002. Pokok Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya
Astrid Susanto.2006.Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial.Bandung:Bina Cipta.
Atmadja. Nengah Bawa. 2014. Saraswati dan Ganesha Sebagai Simbol Paradigma
Interpretativisme dan Positivisme Visi Integral Mewujudkan Iptek dari Pembawa