Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
d. Bahan Pelicin
Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan
permukaan sisi tablet. Bahan pelicin yang umum digunakan adalah kalsium dan
magnesium stearat, karena mereka akan menyebabkan turunnya kekerasan tablet
7 akibat mengecilnya gaya ikatan dengan terbentuknya lapisan tipis bahan
pelicin pada partikel bahan padat. Bahan pelicin dalam pembuatan tablet dapat
berfungsi sebagai :
1. Lubricant, yaitu untuk mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding
ruang cetak dengan tepi tablet selama penabletan.
2. Glidant, yaitu memperbaiki sifat alir serbuk atau granul, sehingga lebih
mudah mengalir.
3. Anti adherent, untuk mencegah melekatnya tablet pada die dan pada
permukaan punch (Voigt, 1984).
b. Uji kekerasan
Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya
kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet
meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode granulasi juga
menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4 - 8 kg, bobot
tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang
memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini
diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet
(Lachman, 1994).
c. Uji keregasan
Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur
keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur.
Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet
dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet
dimasukkan ke dalam alat, lalu alat dioperasikan selama empat menit atau 100 kali
putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih
berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyar atan keregasan harus lebih kecil dari
0,8% (Ansel, 1989).
d. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan peroral, kecuali tablet yang
harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian
batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur
tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Pada
pengujian waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali
dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk
tablet bersalut (Syamsuni, 2007).
e. Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke
dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat
aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi
obat tergantung pada pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan
frekuensi pemberian obat (Syamsuni, 2007).
f. Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang
terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan
memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif
obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi
dan juga tidak layak untuk dikonsumsi (Syamsuni, 2007).
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam memproduksi
tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode
ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan
adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan
pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi.
b. Penimbangan dan pencampuran: Bahan aktif, pengisi, dan bahan penghancur yang
diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik,
biasanya dengan menggunakan mesin pencampur serbuk atau mikser.
Pembuatan granulasi basah dapat dilakukan dengan menambahkan cairan pengikat ke
dalam campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembab melalui ayakan yang ukuran nya
sesuai kebutuhan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak
kembali dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mengurangi ukuran granul berikut
nya. Unsur pengikat dalam tablet juga membantu merekatkan granul satu dengan lainnya,
menjaga kesatuan tablet setelah dikompresi. Bahan pengikat yang digunakan adalah 10-20%
cairan dari tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, macam-macam gom alam (seperti
akasia) derivat selulosa (metilselulosa, karboksimetilselulosa dan selulosa mikrokristal),
gelatin, dan povidon. Bila diinginkan warna dan rasa dapat ditambahkan ke dalam bahan
pengikat sehingga terjadi granulasi dengan warna dan rasa yang diinginkan (Ansel, 1989).
Penyaringan adonan lembab menjadi granul pada umumnya granulasibasah ditekan
melalui ayakan nomor 6 atau 8. Dibuat granul dengan menekankan pada alat yang dibuat
berlubang-lubang (Ansel, 1989).
Pengeringan granul kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan
sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperatur.Untuk metode terbaru untuk pengeringan
sekarang ini yaitu fluidization disalurkan ke dalam fluid bed dryers. Pada metode ini granul
dikeringkan dalam keadaan tertutup dan diputar-putar sambil dialirkan udara yang hangat
(Ansel, 1989).
Penyaringan kering setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang
lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli. Ukuran granul
dihaluskan tergantung pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi.
Semakin kecil tablet yang akandiproduksi semakin halus granul yang dipakai, biasa nya
menggunakan ayakanukuran 12-20 (Ansel, 1989).
Pelinciran atau lubrikasi, jumlah pelincir yang dipakai pada pembuatantablet mulai dari
0,1% berat granul sampai 5%. Manfaat pelincir dalam pembuatan tablet kompresi;
mempercepat aliran granul dalam corong kedalam rongga cetakan, mencegah melekatnya
granul pada punch dan cetakan, mengurangi gesekan antara tablet dan dinding cetakan ketika
tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang bagus pada tablet yang sudah jadi.
Pencetakan tablet mesin tablet berputar (rotary) dengan kecepatan tinggimempunyai
banyak punch dan die (cetakan) dapat menyisihkan mesin tablet tunggal, karena punch
berputar secara terus menerus maka pencetakan tablet berlangsung secara terus menerus pula.
Mesin tablet tunggal biasanya berkapasitas 100 tablet per menit sedangkan mesin tablet rotary
dengan 16 tempat (16 set punch dan die) dapat memproduksi 1150 tablet per menit (Ansel,
1989).
Keuntungan granulasi basah :
a. Dapat digunakan untuk tablet dengan sistem pelepasan zat aktif terkendali.
b. Mencegah seregrasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan keseragaman
kandungan yang baik.
c. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan sulit dikompres
d. Meningkatkan atau memperbaiki distribusi keseragaman kandungan.
e. Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut dan dosis
kecil.
f. Dapat meningkatkan kompresibilitas dan kohesifitas serbuk dengan penambahan
bahan pengikat.
g. Untuk serbuk dengan BJ yang rendah (voluminous) sehingga dapat mencegah
kontaminasi silang.
h. Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari serbuk).
i. Memperoleh aliran yang lebih baik.
j. Mendapatkan berat jenis yang sesuai.
k. Mengontrol pelepasan.
l. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
m. Zat warna dapat lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam cairan pengikat.
ü Bahan
1. Paracetamol 5 gram
2. Amylum Oryzae 3 gram
3. Laktosa 2 gram
4. Gelatin 2 gram
5. Aquadest 20 ml
2. Pembuatan Granul :
Campurkan amylum dan laktosa hingga homogen
Ayak dengan ayakan
Ansel, Howard C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerbit Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Lachman, Leon, Herbert A.L., Joseph L.K., 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, P.C., 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar E/2,
Jakarta
: Penerbit Widya Medika.
Rudnic, E. M., and Kottke, M. K., 2002, Tablet Dosage Form in Banker, G. S.,and Rhodes, C. T.,
Modern Pharmaceutics, 4th Edition Revised and Expanded, Marcel Dekker Inc., New
York. 287-309.
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw, R.F., 1980. Compressed Tablets in Pharmaceutical
Dosage Forms: Tablets, Marcel Dekker Inc, New York 109-114, 135-139.
Voigt, R.,1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N., UGM
Press, Yogyakarta.