FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFARAT : TRANSGENDER
LAPSUS : SKIZOFRENIA
Oleh:
Muhammad Yusuf
111 2018 1017
Pembimbing
dr. Agus Japari , M.Kes, Sp.KJ
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Identitas gender adalah keyakinan diri sebagai laki-laki atau
perempuan, yang tertanam sejak awal masa kanak-kanak. Pada kondisi
normal, identitas gender sesuai dengan anatomi gender. Identitas gender dan
anatomi gender merupakan ciri utama dari perkembangan identitas masa
remaja. Hal ini disebabkan tugas perkembangan pada masa remaja adalah
mencari/menemukan identitas yang cocok dengan diri dan anatomi gendernya.
Ketidak-sesuaian antara identitas gender dan anatomi gender menyebabkan
gangguan identitas gender. Gangguan identitas gender terjadi pada anak-anak,
remaja, maupun dewasa. Gangguan identitas gender berkaitan dengan
banyaknya perilaku lintas gender, misalnya berpakaian seperti lawan jenis,
menyukai permainan lawan jenis, dan lebih suka bermain dengan teman-
teman lawan jenis. Gangguan identitas gender menyebabkan depresi,
kecemasan, dan stress, serta orang yang mengalami gangguan ini
mendapatkan diskriminasi dari orang-orang sehingga mengalami
homophobia / biphobia / transphobia.
Sebagian besar anak yang mengalami gangguan identitas gender
tumbuh dewasa secara fisik sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan
professional mereka tumbuh sebagai lesbian, gay, biseksual dan transgender.
Identitas seksual merupakan salah satu dari 4 faktor psikososial yang
mempengaruhi kepribadian, perkembangan, dan fungsi seorang psikoseksual.
Identitas seksual adalah pola karakteristik biologis seorang yang terdiri atas
khromosom, genitalia interna dan eksterna, susunan hormon, gonad dan
karakteristik seks sekunder. Identitas gender adalah perasaan seseorang
tentang kejantanan atau kewanitaan diri yang merupakan kondisi seorang
dalam menyatakan dirinya maskulin atau feminism. Terdapat peran gender
maskulin atau feminism, yaitu yang terikat pada identitas gendernya misalnya
memasak buat perempuan, perang buat lelaki, tetapi dalam masyarakat
4
terdapat lintas peran gender dimana lelaki mahir memasak dan perempuan
menjadi tentara.
Orientasi seksual menunjukkan kepada objek dari impuls seksual
seseorang, seperti heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Yang terakhir
adalah perilaku seksual, termasuk nafsu, fantasi, pencarian pasangan,
autoerotika, dan semua kegiatan untuk mengekspresikan serta memuaskan
kebutuhan seksual baik dengan lawan ataupun sesama jenis.12
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFENISI
Transgender adalah sebuah pengertian yang mengacu pada orang-orang yang
mempresentasikan gendernya secara berbeda dari idealnya, yaitu jenis kelamin yang
mereka terima sejak lahir sebagai penanda bahwa mereka adalah pria atau wanita dan
meliputi identitas sebagai trans men (FtM), trans women (MtF), perempuan lesbian,
mengalami dan atau mengungkapkan gender mereka agak berbeda dari apa yang
kebanyakan orang harapkan. Ini adalah istilah yang menyeluruh yang mencakup
siapa saja yang menyatakan karakteristik gender yang tidak sesuai dengan
untuk penyuntikan hormon dan menjalani prosedur medis untuk operasi ganti
mereka tidak merasa terganggu dengan jenis kelamin laki-laki dan wanita secara
ekslusif.2 Jadi individu transgender adalah orang yang melakukan perubahan peran
6
transisi untuk menjadi gender lawan jenisnya yang meliputi cross-dress (penggunaan
2.2 Etiologi
Awal teori menekankan peran faktor lingkungan yang berakar pada tradisi
karakteristik tertentu dari orang tua dan sifat interaksi mereka dengan anak bias
menyebabkan anak untuk mengidentifikasi dengan induk dari lawan jenis. Demikian
pula, teori pembelajaran sosial menunjuk peran orang tua dalam sosialisasi jenis
kelamin, dengan alasan bahwa kurangnya model peran yang tepat dan penggunaan
yang tidak efektif dari hukuman dapat menyebabkan anak-anak untuk belajar perilaku
gender yang selaras dengan jenis kelamin mereka ditugaskan. Studi meneliti faktor
hasil positif, tetapi dalam banyak kasus, temuan studi entah meyakinkan atau tidak
cukup.10
Faktor penyebab gangguan identitas gender meliputi menjadi dua faktor saja
yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi psikologis (diri sendiri)
Adapun penyebab seorang pria menjadi seorang wanita atau waria atau penyebab
7
Faktor genetik dan fisiologis adalah faktor yang ada dalam diri individu
b) Faktor lingkungan.
kelamin bisa dilakukan. Mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki
lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah
2.3 EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian transgender di dunia tidak dapat diukur secara pasti karena
belum ada perhitungan berbasis penelitian yang dilakukan. Selama ini estimasi
pasien yang mengunjungi klinik gender yang ada. Angka perkiraan jumlah
transgender di dunia untuk pria menjadi wanita sejumlah 1 dari 30.000 populasi
8
sampai 6 dari 1000 populasi, sedangkan untuk wanita menjadi pria sejumlah 1 dari
100.000 sampai 1 dari 33.800 populasi.4 Hal ini didasari oleh terjadinya gangguan
identitas gender, dimana gangguan identitas gender terjadi 3 kali lebih besar pada pria
dibandingkan wanita.4
berikut:
anak:
2. Ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender
lainnya (atau ekspresi dari kepercayaan bahwa dirinya adalah bagian dari
gender lain),
gender lainnya,
4. Adanya fantasi yang terus menerus mengenai menjadi anggota dari gender
lain, atau asumsi memainkan peran yang dilakukan oleh anggota gender
6. Preferensi yang kuat untuk memiliki teman bermain dari gender lainnya
9
(pada usia dimana anak-anak biasanya memilih teman bermain dari
sebagai bagian dari gender lainnya, atau percaya bahwa emosi dan
7. Perasaan tidak nyaman yang kuat dan terus ada dengan anatomi gendernya
sendiri atau dengan perilaku yang merupakan tipe dari peran gendernya.
bahwa alat genital eksternal mereka menjijikan, atau akan lebih baik jika
permainan yang kasar serta jungkir balik. Anak perempuan memilih untuk
tidak buang air kecil sambil duduk, menunjukan keinginan untuk tidak
8. Tidak ada kondisi interseks, seperti anatomi seksual yang ambigu, yang
10
9. Ciri-ciri tersebut menimbulkan distres yang serius pada area penting yang
2.5 KLASIFIKASI
a. F64.0 Transseksualisme
11
eksistensi dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman sebagai
pakaian;
pubertas;
12
- Ciri khas lain, anak dengan gangguan identitas jenis kelamin,
2.6 DIAGNOSIS
Menurut DSM-IV , ciri penting dari gangguan identitas jenis kelamin adalah
penderitaan yang persisten dan kuat tentang jenis kelamin seseorang . Berikut Kriteria
A. Identifikasi kepada jenis kelamin (cross-gender) yang kuat dan persisten (bukan
B. Ketidak sukaan yang menetap dengan jenis kelaminnya sendiri atau merasa tidak
2.7 TATALAKSANA
hormonal treatment) dan terapi pembedahan (sex reassignment surgery). Tujuan dari
13
terapi-terapi tersebut adalah pengubahan gender dan perubahan organ kelamin. Terapi
hormonal diberikan selama 2 tahun, setelah itu baru dilakukan terapi pembedahan,
dan kembali dilanjutkan terapi hormonal hingga 5 tahun. Setelah terapi hormonal dan
terapi pembedahan, penyesuaian hingga pembentukan sikap dan gaya yang sesuai pun
tetap harus dilakukan dan memakan waktu sampai tahunan. Pada operasi pengubahan
jenis kelamin perempuan menjadi laki-laki sulit dilakukan dan memiliki angka
kegagalan dan kematian pasien yang tinggi. Namun, bukan berarti operasi laki-laki
dokter harus memberitahu pasien mengenai apa itu terapi hormonal dan SRS beserta
manfaat dan efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian terapi dan
consent yang disediakan. Pasien juga harus kompeten secara mental, atau dengan kata
lain pasien sadar penuh dan memang ingin melakukan terapi tersebut atas
kemauannya sendiri, bukan atas paksaan orang lain. Pasien juga harus dipastikan
statusnya sah secara legal untuk dilakukannya terapi. Di Thailand, pasien yang
dibolehkan untuk melakukan terapi adalah yang berusia di atas 18 tahun. Sedangkan
gender tersebut.
14
terapi, pasien akan merasakan pergolakan batin di dalam dirinya, karena apa yang dia
rasakan berbeda dengan apa yang ada pada dirinya saat itu. Pasien akan merasa tidak
nyaman ataupun tidak puas dengan tubuhnya sendiri, terutama dengan anatomi alat
kelaminnya. Ketidak puasan dan ketidak nyamanan ini tentu akan mengganggu
berhasil, kualitas hidup pasien akan meningkat karena pasien merasa puas dengan
jenis kelamin barunya saat ini yang memang sesuai dengan keinginannya. Pasien
akan lebih nyaman menjalani hidup karena sudah menemukan jati dirinya.8
Psikoterapi
dan gender individu mencapai kenyamanan jangka panjang dalam jenis kelamin
mereka. Dengan peluang realistis untuk sukses dalam diri mereka hubungan,
pendidikan, dan pekerjaan. Terapi keluarga untuk klien transisi mungkin juga
mereka sukai. Ada beberapa pilihan pengobatan, dan individu dapat mengejar satu,
beberapa, atau semua perawatan yang tersedia tergantung pada tujuan mereka. Medis
dan pilihan psikologis termasuk terapi hormon untuk kewanitaan atau maskulinisasi
tubuh, berbagai jenis operasi untuk mengubah karakteristik seks primer dan sekunder
15
(misalnya, payudara, alat kelamin, fitur wajah), dan psikoterapi untuk membantu
dengan aspek-aspek sosial dari perubahan jenis kelamin, seperti sebagai membantu
dan perawatan laser untuk hair removal, dan terapi suara untuk bantuan dengan
BAB III
KESIMPULAN
Identitas gender adalah keyakinan diri sebagai laki-laki atau perempuan, yang
tertanam sejak awal masa kanak-kanak. Pada kondisi normal, identitas gender sesuai
dengan anatomi gender. Identitas gender dan anatomi gender merupakan ciri utama
dari perkembangan identitas masa remaja. Angka kejadian transgender di dunia tidak
dapat diukur secara pasti karena belum ada perhitungan berbasis penelitian yang
gangguan identitas gender, dan pasien yang mengunjungi klinik gender yang ada.
Faktor penyebab gangguan identitas gender meliputi menjadi dua faktor saja
yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi psikologis (diri sendiri)
mereka sukai. Ada beberapa pilihan pengobatan, dan individu dapat mengejar satu,
beberapa, atau semua perawatan yang tersedia tergantung pada tujuan mereka. Medis
dan pilihan psikologis termasuk terapi hormon untuk kewanitaan atau maskulinisasi
16
tubuh, berbagai jenis operasi untuk mengubah karakteristik seks primer dan sekunder
(misalnya, payudara, alat kelamin, fitur wajah), dan psikoterapi untuk membantu
dengan aspek-aspek sosial dari perubahan jenis kelamin, seperti sebagai membantu
keluarga mereka.
17
REFERENSI
1758.
kesetaraannya.pdf
18
8. Hume, M.C. (2011) ‘Sex, Lies, and Surgery: The Ethics of Gender
11. Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Cetakan
19
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nama : Ny. S
Agama : Islam
Alamat : Luwu
20
A. Keluhan Utama:
Gelisah
sejak kurang lebih 2 minggu terakhir, diantar oleh Ibu dan tante pasien.
itu terbangun dengan kaget. Memberat 2 hari yang lalu, Pasien suka
( via vallen ) dan jika dia berkata istriku via vallen, seperti ada yang
Pasien susah tidur, dan kadang tiba-tiba bangun terkaget. nafsu makan
kemudian terbangun lalu menangis dan tidak bisa tidur kembali karena
ketakutan, keesokan harinya pasien mengamuk dan mau keluar dari rumah.
21
Sehingga diikat oleh keluarganya. Pasien mempunyai riwayat minum pil
Hendaya Fungsi
2018
22
Riwayart NAPZA : Tidak Ada
pada tanggal 1 juli 1999. Kelahiran pasien dibantu oleh dukun. Tidak
Di usia ini, pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Sejak pasien
dilahirkan pasien mendapat ASI. Pada saat bayi, pasien tidak pernah
keterlambatan Berbicara.
Saat ini, pasien masih diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien mulai
23
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)
kelas XII SMA. Selama disekolah hubungan pasien dengan guru dan
pemalu.
Belum menikah Saat ini pasien tinggal bersama orang tuanya dan
keluarga pasien.
24
Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki / : Meninggal
: Perempuan
: Pasien
F. Situasi Sekarang :
25
Pasien tinggal dengan orangtuanya dan Ketiga adiknya . Pasien selalu
dia harapkan
26
4. Pembicaraan: Spontan, lancar, intonasi biasa, cerewet, dan tidak
nyambung
5. Sikap terhadap pemeriksa: Cukup Kooperatif
b. Keadaan afektif
1. Mood : eutimia
2. Afek : tumpul
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
c. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan:
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan
tingkat pendidikannya
2. Orientasi
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
3. Daya ingat
a. Jangka panjang : Baik
b. Jangka pendek : Baik
c. Jangka segera : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Cukup
5. Pikiran abstrak : tidak ada
6. Bakat Kreatif : tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
d. Gangguan Persepsi
Halusinasi :
- Visual : Tidak Ada
27
- Auditorik : ada ada (Selalu ada mebisikkan ketika pasien
mengatakan “ Istriku Via Vallen jawabnya Iya suamiku
(Suara perempuan))
e. Proses berfikir
1. Produktivitas : cukup
Kontuinitas : cukup
Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
Preokupasi : tidak ada
Gangguan isi pikir : Waham Kebesaran : Pasien merasa dia
28
Pasien Gelisah, Sering berbicara sendiri, kadang pasien
mengamuk, dan mengganggap dirinya suami artis
Awal perubahan perilaku pada 2019, pasien bermimpi ayahnya
meninggal dan bangun terkaget dan menangis.
Pasien seering mengkonsumsi pil kianpi
Pada tahun 2019 sempat dirawat di RS Belopa selama 1 minggu
Pasien mengkonsumsi obat haloperidol dan clozapin
Pasien melanjutkan pengobatannya namun tidak rutin minum obat.
29
menurut PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non
Organik.
Pada pemeriksaan autoanamnesis ditemukan beberapa hal yang
bermakna yaitu adanya waham kebesaran yaitu pasien berfikir dirinya
adalah suami via vallen, Halusinasi auditorik yang menonjol pasien
mendengar suara bisikan-bisikan yang aneh, seperti pasien sering
mendengar suara perempuan mengatakan iya suamiku. Pasien juga
mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk menusuk dirinya
sendiri sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat digolongkan ke
diagnosis Skizofrenia paranoid (F20.0)
Aksis II
Tidak memenuhi kriteria salah satu ciri kepribadian tertentu
sehingga pada pasien ini dikatakan belum mengarah ke salah satu ciri
kepribadian.
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Stressor tidak jelas
Aksis V
GAF Scale sekarang 50-41 (gejala berat, disabilitas berat)
VII. DAFTAR MASALAH
Organobiologik:
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka memerlukan
psikofarmaka.
30
Psikologik:
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan
psikoterapi.
Sosiologi:
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang, sehingga memerlukan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS :
Dubia
Faktor pendukung :
Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
Faktor penghambat :
Keluarga bersifat tidak cukup kooperatif dan tidak punya waktu
untuk mengawasi pasien
IX. RENCANA TERAPI
Haloperidol 5mg 3x1
Clozapin 25 mg 0-0-1
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan
penyakitnya, selain itu menilai efektifitas terapi dan kemungkinan efek
sampingnya.
XI. DISKUSI
31
Berdasarkan PPDGJ III, harus ada sedikitnya satu gejala berikut
ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-
gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): 1
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari
luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umumnya mengetahuinya.
b. - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatantertentu dari luar atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya=
secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau
kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik
dan mukjizat.
c. Halusional Auditorik ;
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap prilaku pasien .
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
32
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang
mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu
atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk
asing atau dunia lain) Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini
yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
33
pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.1
Farmakokinetik:
Puncak haloperidol tingkat plasma terjadi dalam waktu 2 sampai 6 jam
pemberian dosis oral dan sekitar 20 menit setelah im administrasi. Mean
plasma (terminal tereliminasi) paruh telah ditetapkan sebagai 20,7 ± 4.6 (SD)
34
jam, dan meskipun ekskresi dimulai dengan cepat, hanya 24 sampai 60%
dari obat radioaktif tertelan diekskresikan (terutama sebagai metabolit dalam
urin, beberapa di tinja) pada akhir minggu pertama, dan sangat kecil tetapi
tingkat radioaktivitas dideteksi terus berada di dalam darah dan dikeluarkan
selama beberapa minggu setelah pemberian dosis. Sekitar 1% dari dosis
yang tertelan kembali berubah dalam urin.
Kontra-Indikasi:
Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena alkohol atau
obat depresan lainnya. Hal ini juga kontraindikasi pada pasien dengan
depresi berat negara, penyakit kejang sebelumnya, lesi ganglia basal, dan
dalam sindrom Parkinson, kecuali dalam kasus dyskinesias akibat
pengobatan levodopa. Tidak boleh digunakan pada pasien yang diketahui
sensitif terhadap obat, atau di pikun pasien dengan Parkinson yang sudah
ada gejala seperti. Anak-anak: Keamanan dan efektivitas pada anak-anak
belum ditetapkan, karena itu, haloperidol adalah kontraindikasi pada
kelompok usia ini.3
35
potensial melahirkan atau ibu menyusui kecuali, menurut pendapat para
dokter
Tua atau lemah pasien yang menerima obat itu harus diamati dengan hati-
hati untuk kelesuan dan penurunan sensasi rasa haus karena hambatan
utama yang dapat menyebabkan dehidrasi dan berkurangnya ventilasi paru-
paru dan bisa mengakibatkan komplikasi, seperti terminal bronkopneumonia.
Haloperidol dapat memperpanjang aksi hipnotis barbiturates dan mungkin
memberi kekuasaan pengaruh alkohol dan obat-obatan depresan SSP
lainnya seperti obat bius dan narkotika; hati-hati karenanya harus
dilaksanakan bila digunakan dengan agen jenis ini dan penyesuaian dalam
dosis yang mungkin diperlukan.3
Pencegahan:
Administrasi untuk pasien dengan keterlibatan jantung berat harus dijaga,
terlepas dari kenyataan bahwa baik haloperidol ditoleransi oleh pasien
dengan insufisiensi jantung dan itu telah digunakan dengan hasil yang baik
untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular pasien dengan excitive krisis.
Dalam kasus yang sangat jarang, telah merasa bahwa sumbangan untuk
haloperidol adalah presipitasi serangan di angina-pasien rawan. Moderat
hipotensi dapat terjadi dengan administrasi atau berlebihan parenteral dosis
haloperidol oral, namun, vertigo dan sinkop terjadi hanya jarang. 4
Interaksi Obat:
Haloperidol dilaporkan dapat mengganggu sifat antikoagulan
phenindione dalam kasus yang terisolasi, dan kemungkinan harus
diingat efek yang serupa terjadi ketika haloperidol digunakan dengan
antikoagulan lain.
36
Dalam studi farmakokinetik, ringan sampai sedang meningkat tingkat
haloperidol telah dilaporkan ketika haloperidol diberikan secara
bersamaan dengan obat-obatan berikut: quinidine, busipirone,
fluoxetine. Mungkin perlu untuk mengurangi dosis haloperidol. 3,5
Overdosage:
Gejala: Secara umum, gejala akan overdosage berlebihan efek farmakologi
yang sudah diketahui dan reaksi yang merugikan, yang paling menonjol dari
daerah yang akan 1) reaksi ekstrapiramidal berat, 2) hipotensi, atau 3)
sedasi. Pasien akan muncul pingsan dengan depresi pernapasan dan
hipotensi yang dapat cukup parah untuk menghasilkan shock-seperti negara.
Reaksi yang ekstrapiramidal akan terwujud oleh kelemahan otot atau
kekakuan dan getaran umum atau lokal seperti yang ditunjukkan oleh akinetic
atau agitans masing-masing jenis.3
37
atau 3-5 mg, 2-3 kali sehari pada kasus berat atau resisten.
2. Pada skizofrenia resisten
sampai 100 mg (jarang sampai 120 mg) per hari mungkin
diperlukan.
Sesuaikan dengan respons, dosis pemeliharaan efektif
serendah mungkin (sampai serendah 5-10 mg/hari).
LANSIA (atau debil) dosis awal setengah dosis dewasa. 3
38