Anda di halaman 1dari 21

TUGAS SITOLOGI DARAH

ANEMIA
DOSEN PENGAMPU: dr.Yuni Kusuma,M.Sc Sp.Pk

DISUSUN OLEH KELOMPOK

1. ANJARINI HARFINA CAHYANINGSIH ( 1813453054 )


2. MUHAMMAD ZIDAN BAYU AJI ( 1813453074)
3. SHERLY MONICA ( 1813453050)
4. SITI HUSNIA ( 1813453056)
5. MONICHA KESUMA DEWI ( 1813453066)
6. DEA AZZAHRA ( 1813453086)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG

TAHUN PENDIDIKAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-nya kami telah
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini mengenai “Anemia” Ini diselesaikan oleh
anggota kelompok dan dibantu oleh pihak lainnya yang turut berkoordinasi sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih atas segala
koordinasi dalam pembuatan makalah ini, baik pikiran,waktu, materi, dan lain – lain.
Mudah – mudahan dapat bermanfaat bagi kehidupan kita semua yang berkoordinasi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari keterbatasan kami dalam pembuatan makalah ini, baik materi
pembahasan dan penguasaan materi sehingga dapat menimbulkan kesalahan ataupun
kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, mohon kiranya pembaca dapat
memaklumi atau memberi saran dan pembenaran jika terdapat kesalahan atau kekurangan
di dalam materi kami ini.
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

B a n d a r l a m p u n g , 2 4 M a r e t 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2

Bab II Pembahasan 3

2.1 Definisi Anemia 3


2.2 Jenis - Jenis anemia 4
2.3 Penyebab Anemia 6
2.4 Manifestasi Klinis 8
2.5 Pencegahan Anemia 9
2.5.1 Pencegahan Primer pada Anemia 9
2.5.2 Pencegahan Sekunder pada Anemia 10
2.5.3 Pencegahan Tersier pada Anemia 12
2.6 Pemeriksaan Penunjang 13
2.7 Pengobatan Anemia 13

Bab 3. Penutup 16

3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

ii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal.
Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang
dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan
status kesehatan. Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang
melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara berkembang
adalah keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan orang tua dan
penghasilan yang rendah serta kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk.
Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai faktor, namun lebih dari 50 %
kasus anemia yang terbanyak diseluruh dunia secara langsung disebabkan
oleh kurangnya masukan zat gizi besi.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa.
Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas
kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan
mengakibatkan mudah terkena infeksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Anemia?
2. Apa saja jenis-jenis Anemia?
3. Apa penyebab dari Anemia?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis pada Anemia?
5. Bagaimana Mencegah Anemia?
6. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Anemia?
7. Bagaimana Cara Pengobatan Anemia?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi anemia.
2. Mengetahui jenis-jenis Anemia
3. Mengetahui penyebab dari Anemia
4. Mengetahu Manifestasi Klinis Pada Anemia
5. Mengetaui Pencegahan Anemi mengetahui Pemeriksaan Penunjang
Anemia
6. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anemia
7. Mengetahui Pengobatan Anemia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anemia


Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002
: 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan
suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang
mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah
yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit)
lebih rendah dibandingkan normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl
dan eritrosit kurang dari 41% pada pria , maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita , wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang
dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37% , maka wanita itu dikatakan
anemia.Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.
 Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
 Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
 Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan
pembentukan sel darah merah , baik ukuran maupun jumlahnya , dapat
menyebabkan terjadinya anemia.ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’
pembentukan sel (sumsum tulang)maupun ganguan karena kekurangan
komponen penting seperti zat besi , asam folat maupun vitamin B 12.
(Soebroto Ikhsan,Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia,Cetakan 1,
Yogyakarta 2009)

3
2.2 Jenis-jenis Anemia
a) Anemia Defisiensi zat besi
Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat
kurangnya zat besi . Zat besi merupakan bagian dari molekul
hemoglobin.Oleh sebab itu , ketika tubuh kekurangan zat besi , produksi
hemoglobin akan menurun. Meskipun demikian , penurunan hemoglobin
sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh
sudah benar-benar habis .Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa
disebabkan banyak hal .Kekurangan zat besi pada bayi mungkin
disebabkan prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang
menderita kekurangan zat besi.Pada anak-anak mungkin disebabkan oleh
asupan makanan yang kurang mengandung zat besi . Sedabgkan pada
orang dewasa , kurangnya zat besi pada prinsipnya hampir selalu
disebabkan oleh pendaraah menahun atau berulang-ulang yang bisa
berasal dari semua bagian tubuh.
Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar pada
perempuan di bandingkan kaum pria .cadangan besi dalam tubuh
perempuan lebih sedikit daripada pria ,sedangkan kebutuhan perharinya
justru lebih tinggin .setiap harinya seorang wanita akan kehilangan
sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal .pada saat
mentruasi ,kehilangan zat besi bisa bartambah hingga 1 mg lagi.
Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil
dan melahirkan .ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi
kebutuhan zat besi untuk dirinya,tetapi juga harus memenuhi kebutuhan
zat besi untuk pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat
melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat
besi.

b)Anemia Defisiensi Vitamin C


Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang
jarang terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat

4
dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya
adalah kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari hari.
Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat
besi,sehingga jika terjadi kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat besi
yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa
penyakit ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada
anemia jenis ini sum-sum tulang menghasilkan sel darah merah
berukuran kecil.

c)Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12
atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang
normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean
Corpuscular Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah.
Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa.
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan
vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita anemia
ini akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan
tangan seolah mati rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain yang dapat
terlihat diantaranya adalah buta warna tertentu,termasuk warna kuning
dan biru,luka terbuka dilidah atau lidah seperti terbakar,penurunan berat
badan,warna kulit menjadi lebih gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi
intelektual.
Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah
rutin untuk anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah
mikroskop ,tampak selah merah berukuran besar .juga dapat dilihat
perubahan sel darah putih dan trombosit,terutama jika penderita anemia
dalam jangka waktu yang lama.jiika diduga terjadi kekurangan ,maka
dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam darah.

5
d) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh
lebih cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada
anemia hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum
tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
akan sel darah merah.

e) Anemia Sel Sabit


Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit
keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit
,kaku ,dan anemia hemolitik kronik.pada penyakit sel sabit,sel darah
merah memiliki hemoglobin(prootein pengangkut oksigen) yang
bentuknya abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan
menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.sel yang berbentuk sabit
akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa
,ginjal,otak,tulang,dan organ lainnya ,dan menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah
pada saat melewati pembuluh darah,kerusakan organ ,bahkan sampai
pada kematian.

f) Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam
jiwa. Anemia aplastik terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan
darah merah terganggu .Pada anemia aplastik ,terjadi penurunan produksi
sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit).Anemia aplastik disebabkan
oleh bahan kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan penyakit-
penyakit yang lain.

2.3 Penyebab Anemia


Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang
buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat

6
menyebabkan seseorang mengal;ami kekurangan darah. Demikian juga
pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat besi berkurang, besar
kemungkinan akan terjadi anemia. Pendarahan saluran pencernaan,
kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang berlerbihan,
serta para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik
dapat mjemiliki resiko anemia.
Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada
saat terjadi pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum
tampak transfusi darah merupakan tindakan penanganan terutama jika
terjadi pendarahan akut. Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari.
Pengeluaran darah biasanya berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam
waktu yang lama.Berikut ini tiga kemungkinan dasar penyebab anemia :
1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah dihancurkan
lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120
hari).Sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
2. Kehilangan darah.
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan
berlebihan,pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan
darah.Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapat menyebabkan anemia.Semua faktor ini akan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi ,karena zat besi dibutuhkan
untuk membuat sel darah merah baru.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal.
Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merah
dalam jumpah cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia
beracun atau obat-obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker).

7
2.4 Manifestasi Klinis
a. Tanda-tanda umum anemia:
 Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.
 Wajah tampak pucat.
 Mata berkunang-kunang.
 Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
 Sering sakit.
 Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit
pucat atau berkurangnya warna merah muda pada bibir dan
bawah kuku.Perubahan ini dapat terjadi perlahan-lahan
sehingga sulit disadari.
 Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel
darah merah ,makaterdapat gejala lain seperyi
jaundice,warna kuning pada bagian putih mata ,pembesaran
limpa dan warna urin seperti teh.
b. Manifestasi khusus pada anemia:
 Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral,
infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
 Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl),
telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia,
takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,
kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak
tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat,
sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada
mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku.
Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang
fungsional.
 Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI,
1985)

8
2.5 Pencegahan Anemia
2.5.1 Pencegahan Primer pada Anemia
a. Pendidikan
Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan
asupan zat besi melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat
menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang
cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus
diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang
mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa
salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat
besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui tiga cara :
a. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung
kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi.
b. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan,
yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat
memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi
penyerapan zat besi.
c. peningkatan gizi berupa makan makanan yang mengandung
vitamin zat bezi, seperti sayur-sayuran (bayam, kangkung,
jagung), telur, kismis.
b. Pola istirahat
Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh
mengalami/beresiko terkena anemia.menghindari kondisi dimana
tubuh mengalami gangguan pembentukan sel darah merah.dan
istirahat yang dianjurkan adalah minimal 8 jam per hari.
c. Pola Hidup
menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit.
Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah
mengikat oksigen berkurang.

9
d. Pola Aktifitas
Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12
dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi
seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan
obat, dan sebagainya. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau
aktivitas yang membutuhkan oksigen. Melakukan tes darah secara
rutin untuk melihat profil darah dan mencegah terjadinya anemia.
e. Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa
membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila
ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan
pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.

2.5.2 Pencegahan Sekunder pada Anemia


a. Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi
dampak gizi yang tidak diingini. Meskipun, jumlah episode
penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat
telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi.
Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit
berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara
makan yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit
infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan air bersih,
perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Jika
terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing
tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang
menjadi penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain
terbukti sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa parasit
parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai
zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin.

10
Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi
dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi
sehingga memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu
sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan parasit, tetapi
manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat
besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun
fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun
parasitnya sendiri belum tereliminasi.

b. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi


Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses
secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai
negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh
dalam pencegahan defisiensi zat besi. Di negara industri, produk
makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti
makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara
sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk
memfortifikasi garam, gula, beras dan saus ikan.

c. Tranfusi Darah
Suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah
pasien. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan
ke dalam tubuh melalui selang infus.

d. Pemberian tablet atau suntikan zat besi


Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama
suplementasi selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar
hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3
bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari,
maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh
memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap

11
zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka
suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting
dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi
yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi.
Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian
besar disebabkan karena kekurangan
zat besi.

e. Melakukan tes laboratorium


Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa
membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila
ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan
pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.

f. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel


darah merah.

2.5.3 Pencegahan Tersier pada Anemia


a. pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan
b. pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan seperti
vitmin B12 atau B kompleks.
c. Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asam
folat, vitamin B6, dan vitamin B12 seperti daging dan sayuran
sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan.
d. Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12
dalam darah sehingga bisa membedakan antara anemia biasa
dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12
normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan
dosis 0,1-1,0 mg/hari.
e. Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang
pembentukan sel darah merah.

12
f. Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12
dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam
kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik,
keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi
kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32%
(normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron
merendah, iron binding capacity meningkat.
2. Indeks eritrosit
3. jumlah leukosit dan trombosit
4. hitung retikulosit
5. sediaan apus darah
6. pameriksaan sumsum tulang
7. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan
total naik, urobilinuria.
c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia,
sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena
keganasan.
(Petit, 1997)

2.7 Pengobatan Anemia


Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
 Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan
suplemen zat besi, yang mungkin Anda harus minum selama
beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi

13
kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus
diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
 Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan
suntikan - yang seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12.
Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan suplemen
asam folat.
 Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk
anemia jenis ini. Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak
membantu jenis anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah,
transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang
biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang
produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.
 Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
transfusi darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda
mungkin memerlukan transplantasi sumsum tulang jika sumsum
tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah
sehat. Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk
mengurangi sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan
kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk
mulai berfungsi lagi.
 Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan
berbagai penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga
kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.
 Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk
menghindari obat-obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan
menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan Anda,
yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat
dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin
dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-
sel darah merah.

14
 Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup
pemberian oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan
cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah,
suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang
disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999)

.Berikut ini katagori tingkat keparahan pada anemia.:


• Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
• Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
• Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Kemungkinan dasar penyebab anemia:


1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
2. Kehilangan darah.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal.

3.2 SARAN
Sebaiknya harus menjaga kesehatan lingkungan dan makanan serta pola
makan agar memenuhi kecukupan akan Fe pada tubuh kita.Sehingga kita terjauh
dari penyakit terlebih anemia yang di sebabkan karena kurangnya zat besi untuk
memproduksi darah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta : EGC
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Setianingish, I. Anemia Defisiensi, Besi dan Prestasi. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI / RSCM.
Wilson P.S. LM. Patofisiologi Konsep Klining Proses-proses
Penyakit, 1995
.
 

17

Anda mungkin juga menyukai