Anda di halaman 1dari 6

KRITIK ARSITEKTUR

KRITIK DEPICTIF (DEPICTIVE CRITISICISM)


“MUSEUM BANK INDONESIA”

Dosen :

OCTAVIANUS H.A. ROGI, ST., M.Si

Disusun oleh :

NAMA : RIVANLI MNA’O

NIM : 14021102075

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
KRITIK DESKRIPTIF

Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.


Dimana pendekatan deskriptif ini lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jka kita tahu apa
yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih
memahami makna bangunan. Metode deskriptif ini tidak dipandang sebagai bentuk to
judge atau to interprete. Tetapi sekedar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa
adanya dan apa yang terjadi di dalamnya. Metoda kritik deskriptif memiliki 3 jenis, antara
lain:

 Depictive criticism (gambaran bangunan)

 Biographical criticism (riwayat hidup)

 Contextual critisim (peristiwa)

Contoh dari kritik arsitektur dengan pendekatan kritik deskriptif metoda depictive criticism
(gambaran bangunan), yaitu Dengan menjelaskan secara terstruktur bagian-bagian
bangunan yang mampu menggambarkan keseluruhan bangunan Museum Bank Indonesia.

Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta , Indonesia yang terletak di Jl.


Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan menempati area
bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De
Javasche Bank yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun
pertama kali pada tahun 1828.
1. FASAD

Museum Bank Indonesia memiliki gaya arsitektur neo-klasikal, sehingga nilai –


nilai historis dapat tercermin pada bangunan ini.

Meskipun bangunannya tua, bangunan tetap terlihat indah dan terawat. Kebersihan
pada fasad bangunan pun juga terjaga walaupun berada di lingkungan yang
memiliki tingkat polusi yang tinggi.

Ornamen – ornamen klasik dan warna bangunan yang putih membuat keindahan
dan kemegahan bangunan ini menjadi vokal point di lingkungan sekitarnya.
2. INTERIOR

 Seperti yang terlihat dari fasad bangunan, interior bangunan ini memiliki
gaya neo-klasikal atau kolonial.

 Penggunaan bahan marmer pada finishing lantai dan dinding membuat suhu
ruangan menjadi sejuk dan nyaman.

 Ventilasi dan jendela yang lebar membuat ruangan loby mendapatkan


pencahayaan alami yang cukup sehingga dapat mengurangi penggunaan
cahaya buatan dan menghemat energi.

 Interior terlihat menarik dan indah walaupun tanpa diberikan dekorasi atau
hiasan ruangan seperti lukisan, vas, dll.
3. RUANG DISPLAY

 pencahayaan pada barang – barang display diarahkan dengan tepat sehingga


pengunjung dapat melihat secara jelas barang dan informasi di ruang
display tersebut.

 Penyajian informasi di ruang display sangat menarik, tidak hanya berupa


tulisan tetapi juga berupa gambar, patung dan film-film
dokumenter/animasi.

 Keamanan barang – barang display sangat terjamin karena barang – barang


tersebut dilindungi oleh kotak kaca sehingga penonton dapat melihat tanpa
menyentuh. Dan juga ruang display diberikan pembatas ruang gerak untuk
pengunjung, alat deteksi dan fire protection.

 Ruang display lebih tertutup dibantingkan ruang lainnya untuk menjaga


kelembapan barang – barang display.
4. SIRKULASI & AKSES

 Pencapaian ke bangunan sangat mudah. walaupun memiliki pola


pencapaian secara tersamar, akses dari pintu gerbang tetap mudah dicapai
karenna jarak antara pintu gerbang dan pintu masuk museum sangat dekat.

 Berdasarkan denah di atas, pola sirkulasi di museum bank indonesia cukup


teratur, seluruh ruangan display dapat dilalui oleh pengunjung searah
dengan jalur sirkulasinya.

 Fasilitas toilet dan mushola letaknya terlalu jauh sehinga menyulitkan akses
pengunjung.

Anda mungkin juga menyukai