Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM


KEHIDUPAN

Disusun sebagai Tugas


Pada Mata Kuliah pendidikan agama

Oleh
Galuh Bratalida S (1803030006)
Wikan Dewanto (1803030022)
Rifqi Zain Prasojo (1803030043)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepercayaan merupakan hal terpenting dalam suatu agama termasuk agama


islam. Islam adalah agama yang benar, agama yang selalu mengajarkan kebaikan.
Maka, kepercayaan, keyakinan, atau keimanan adalah hal utama dalam agama
islam.

Aqidah dan keimanan adalah hal utama yang menentukan keselamatan


hidup seseorang. Iman artinya percaya, percaya bahwa Allah SWT. itu ada. Allah
lah yang telah menciptakan dunia ini dengan segala isinya. Keimanan berarti juga
percaya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT.

Sesungguhnya asas pertama kali yang tegak diatasnya masyarakat islam


adalah aqidah, itulah aqidah islam. Maka tugas masyarakat islam yang pertama
adalah memelihara aqidah, menjaga dan memperkuat serta memancarkan sinarnya
ke seluruh penjuru dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti keimanan?
2. Apa hubungan iman ilmu dan amal ?
3. Apa karakteristik dan sifat orang beriman?
4. Apa hal hal yang dapat merusak dan meniadakan iman?  
C. Tujuan
1. Mengetahui arti keimanan.
2. Mengetahui hubungan iman ilmu dan amal.
3. Mengetahui karakteristik dan sifat orang beriman.
4. Mengetahui hal hal yang dapat merusak dan meniadakan iman.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian keimanan

Secara bahasa, iman berarti membenarkan ( ‫) تصديق‬, sementara menurut


istilah adalah Mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan
mengamalkan
dalam perbuatannya.

Iman berarti meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan


mengamalkan dalam bentuk perbuatan, bahwa Allah itu ada dengan segala
kesempurnaannya, bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

B. Hubungan iman ilmu dan amal

Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya


sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan
demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Dalam bahasa Arab, Ilmu berasal dari kata, alima–ya’lamu yang
bermakna tahu atau mengetahui. Ilmu merupakan pengetahuan mengenai
segala sesuatu yang telah disusun secara runtut dan merupakan satu kesatuan
berdasarkan metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan
gejala-gejala dari objek (pengetahuan) itu.

Amal shaleh merupakan wujud dari keimanan seseorang berarti orang


yang beriman pasti akan beramal shaleh. Iman dan amal ibarat sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Iman tanpa amal shaleh juga diibaratkan sebagai
pohon tanpa buah. Dengan demikian seseorang mengaku beriman harus
menjalankan amalan keislamannya.

Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu
adalah pembimbing amal perbuatan. Kedua, jika orang itu berilmu maka
harus diiringi dengan amal.

Amal akan bernilai bila dilandasi dengan ilmu. Begitu pula dengan ilmu
akan bernilai jika diamalkan. Seperti yang seharusnya, apabila kita berilmu
lalu kita pun harus mengamalkannya

C. Karakteristik dan Sifat Orang Beriman


1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada
anak,isteri,harta benda dan segalanya “Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-
anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya
dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik.”(QS.9:24) 
2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad. Orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin
kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta
izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang
dalam keraguannya.(QS.9:44-45) 
3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil
mereka untuk melaksanakan suatu perbuatan. “Sesungguhnya jawaban orang-
orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar,
dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS.24:51)
4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/
permasalahannya. “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.”(QS.4:65) 
5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan
sedikitpun dan keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn
harta & jiwanya. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang yakin(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15) 
6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan
seluruh persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah
rasulullah. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-
Nya,dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS.4;59) 
7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar,
imannya bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat. “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa
derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rezki(nikmat) yang
mulia. (QS.8:2-4) 
8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan
tegas kepada kaum kafir. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di
antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54) 
9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh
Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. “(QS.33:36) 
 Sifat Orang yang Beriman
1. Orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, kuat
memegang teguh keyakinan agamanya, tidak mudah terpengaruh keadaan,
tidak lemah karena cobaan. 
2. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas
dalam mengambil sikap, tetapi berlapang dada mudah menerima nasehat,
pitutur pengarahan-pengarahan, tidak membela diri karena kawatir jatuh
mental, sak dermo, hatinya gampangan untuk diajak maju, breprestasi yang
lebih baik dan menuju kearah kesempurnaan. 
3. Imannya mantap yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan tidak ragu-
ragu dalam mewujudkan kebenaran, rela berkorban demi suksesnya cita-cita
kebenaran. 
4. Selalu mengharapkan bertambahnya ilmu sebagai modal pengetahuan
kebenaran. Tidak kenyang-kenyangnya mencari ilmu selama hayat masih di
kandung badan. 
5. Selalu kawatir dan takut jangan-jangan usaha amal sholih yang dikerjakan itu
belum cukup untuk bekal menghadap kehadirat Alloh, sehingga mempunyai
semangat yang tinggi untuk beramal lebih banyak, tetapi juga merasa
bahagia, tentram dan tenang, karena semua usahanya itu pasti berakhir
dengan kemenangan menerima keridhoan Alloh, selamat dari neraka Alloh. 
6. Tekun, telaten, tidak gampang putus asa dalam mencari ilmu sabar dan haris
hatinya menerima ilmu Qur’an Hadist sebagai satu-satunya kebenaran. 
7. Sederhana dalam hidup walaupun kaya raya, mengerti haknya harta sehingga
berani ngebosi (mendanai) kelancaran agamanya Alloh. 
8. Merias diri menjaga kebersihan walaupun papa sengsaran, selalu menjaga
harga diri sebagai orang iman. 
9. Hatinya tidak tamak, ngerangsang, ngoyo, bisa menerima pembagian Alloh
tetapi tidak menimbulkan malas usaha karena menyadari bahwa suksesnya
perjuangan agamanya Alloh itu ditunjang oleh harta kekayaan. 
10. Usahanya dari usahan yang halal. 
11. Tetap istiqomah dalam melakukan kebajikan. 
12. Terampil, trengginas dalam menangani perjuangan fi sabililah. 
13. Dapat mengendalikan diri, tidak selalu mengikuti syahwat dan keinginan. 
14. Kasih sayang terhadap orang-orang yang menderita, keberatan menghadapi
hidup dan kehidupan. 
15. Tidak menyimpang dari garis-garis kebenaran walaupun terhadap orang yang
paling sering membikin marah dan geram. 
16. Cintanya kepada seseorang tidak menimbulkan pelanggaran-pelanggaran
tidak menerjang larangan agama melakukan perbuatan dosa. 
17. Tidak menyia-nyiakan titipan kalau ada titipan maka segeralah di serahkan
kepada yang berhak menerima/bisa amanat. 
18. Tidak dengki, tidak suka menuduh jelek kepada sesama orang iman, tidak
suka saling melaknat. 
19. Mengakui kesalahan-kesalahan yang diperbuat walaupun tidak ada orang
yang menyaksikan perbuatannya. 
20. Tidak memanggil orang iman dengan julukan-julukan: ya kafir, ya fasik, ya
munafik. 
21. Khusu’ dalam sholat, cepat-cepat mengeluarkan zakat jika hartanya sudah
sampai nisab. 

22. Sabar, tabah, tahan uji dan tenang dalam menghadapi fitnah, cobaan gonjang
ganjing dan kegoncangan. 
23. Selalu menghidupkan syukur di waktu longgar, aman fiamanillah. 
24. Menerima yang jadi miliknya, nerimo ing peparing dan tidak mengaku barang
yang bukan miliknya. 
25. Tidak menanam dendam kesumat dan tidak menumpuk-numpuk dendam
yang membawa permusuhan. 
26. Jika dianiyaya tetap sabar, sehingga Alloh Tuhan pemurah memberi
pertolongan. 
27. Sifat kikir bakhilnya tidak mencegah untuk berbuat ma’ruf kebenaran. 
28. Mau bergaul dengan manusia pada umumnya walaupun terhadap yang
berbeda pendapat, faham agama, golongan, ras, suku, marga dan mau
berbicara, berdialog, bermusyawarah dengan mereka tetapi tidak
terpengaruh. 
D. Hal-Hal Yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman  
1. NIFAQ
a. Pengertian nifaq
Nifaq artinya berbeda antara hati dan perbuatan atau berbeda antara
lahirdan batin, di mulut mengatakan beriman sedang hakekatnya ia
ingkar. Nifaq yang dilakukan orang maka pelakunya disebut munafiq. 
Allah swt. berfirman : Artinya : “Diantara manusia ada yang mengatakan;
“Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. QS. Al Baqarah : 8

b. Beberapa perbuatan Nifaq

Contoh sifat dan perbuatan nifaq ialah berdusta, ingkar janji dan
melanggar amanat (khianat). Hal ini pernah disinggung oleh Rasulullah
saw. dalam hadits berikut : Artinya : “Tanda-tanda orang munafiq ada
tiga; apabila berkata ia bohong/dusta, apabila berjanji ia mengingkari dan
apabila dipercaya (mendapat amanat) ia berkhianat H.R. Bukhori Muslim.

c. Bahaya Nifaq

Nifaq bisa membahayakan pelakunya dan orang lain, antara lain:

1) Pelaku nifaq tidak lain pendusta yang akan mengibuli orang-orang


yang mau percaya kepadanya.
2) Orang munafiq akan rusak imannya karena pada saat ia nifaq maka
dalam dirinya lupa akan Allah swt. yang senantiasa
mengawasinya.Orang munafiq akan mengakibatkan hatinya sering
tidak tenang terhadap orang lain karena dianggap orang lain pun
mendustainya.
3) orang munafiq selalu tidak mantap dalam menghadapi berbagai
urusan.
4) Karena perbuatan nifaqnya, maka batinnya akan tersiksa.
5) Perbuatan nifaq akan disiksa oleh Allah berupa kesengsaraan dunia
dan akhirat. Firman Allah dalam surat An-Nisa’ 138 dan Al-Baqarah
ayat 9: Artinya : “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang
yang berimanpadahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidaksadar. QS. Al Baqarah : 9
2. FASIQ
a. Pengertian Fasiq

Fasiq berarti orang yang meninggalkan kewajiban yang


diperintahkan Allah swt. dan Rasulnya atau dengan kata lain suka
mengerjakan perintah tetapi senang melanggar larangan agama. Perbuatan
fasiq jelas akan merusak keimanannya, sebab Fasiq merupakan perbuatan
yang melanggar garis perintah dan larangan agama. Lebih dari itu orang
yang meninggalkan kewajiban dari Allah sama saja ia tidak mau patuh
berbakti kepadaNya. Dalam Al Qur’an disebutkan :

Artinya : “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa


kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka
sendiri. Merekaitulah orang-orang yang fasiq. QS. Al Hasyr : 19

b. Bentuk perbuatan fasiq

Contoh perbuatan fasiq sangat banyak, misalnya pada waktu sholat

mestinya ia melaksanakan sholat justru ia gunakan waktu itu untuk


hal-hal lain, Di bulan Romadlon ia tidak berpuasa padahal ia tahu puasa
itu wajib namun ia tinggalkan tanpa ada sebab yang diringankan syara’.
Begitu juga dalam pergaulan antara pria dan wanita. Islam telah
memberikan batasan tertentu, akan tetapi pergaulan dilakukannya tanpa
batas ala barat yang tidak Islami.

c. Bahaya fasiq
Fasiq sangat membahayakan, karena fasiq cenderung untuk
melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat bahkan menjurus pada
perbuatan jahat yang akan membuat orang lain mengalami kerugian.
Bahaya fasiq juga bisa berakibat ia lupa akan dirinya sebagai manusia
yang seharusnya mengabdikan diri kepada Allah. Fasiq juga berakibat
yang bersangkutan tidak mau lagi membedakan mana yang baik/benar
dan mana yang salah. Hal ini karena hidayah Allah telah hilang darinya
disebabkan kebencian Allah swt.terhadapNya. Firman Allah dalam surat
At Taubah 80 :Artinya : “Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
kaum yang fasiq.

3. PE RBUATAN DOSA
a. Pengertian perbuatan dosa

Dosa adalah segala perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. dan
RasulNya, berupa pelanggaran terhadap larangan serta tidak menjalankan
kewajiban yang telah ditetapkan baik dalam kaitannya dengan hubungan
antara manusia dengan Allah swt. maupun hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya atau sesama makhluq. Berbuat dosa berarti
menyalahi aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam Al Qur’an maupun
Al Hadits, sedang pengertian dosa secara lebih mendalam seperti tersurat
dalam hadis berikut :

Artinya : “Dosa itu adalah sesuatu yang membikin tidak tenang


didalam hatimu, dan kamu tidak senang bila sesuatu itu diketahui oleh
orang lain. HR. Muslim. Untuk mengetahui kenapa seseorang terjerumus
pada perbuatan dosa perhatikan hadis berikut :

Artinya : “Bekunya air mata karena banyaknya dosa, banyaknya


dosa karenalupa akan kematian, lupa akan kematian karena panjangnya
anganangan,panjangnya angan-angan karena senang pada dunia (terlalu)
sedangkan senang pada dunia merupakan sumber perbuatan dosa
(kerusakan)

b. Bentuk perbuatan dosa

Perbuatan dosa baik dalam kaitan hubungan antara manusia dengan


Allah swt. maupun antara manusia dengan manusia lainnya atau sesama
makhluq,minimal bisa terjadi dalam tiga cara yaitu :

1) Dilakukan dalam hati misalnya syirik, riya, takabur, iri hati, nifaq dan
lainlain.
2) Dilakukan dengan ucapan misalnya mencaci, berbohong, menghina
memfitnah, membicarakan aib orang lain, dan lain-lain.
3) Dilakukan dalam bentuk perbuatan misalnya tidak shalat, memukul
orang,berzina, mencuri, makan dan minum sesuatu yang haram dan
lain-lain.Perbuatan dosa sangat membahayakan diri dan orang lain,
oleh karena semua perintah maupun larangan Agama pada dasarnya
sangat terkait dengan eksistensi diri dan orang lain. Setiap perbuatan
dosa dalam bentuk apapun pasti akan membawa danpak negatif
secara individual maupun sosial. Pelanggaran terhadap perintah shalat
(kesalahan niat dalam shalat), akan membawa dampak sosial yang
luas, sebab shalat memiliki fungsi antara lain mencegah diri dari
perbuatan kotor dan tercela (dosa). Dengan demikian,maka bagi
mereka yang tidak menegakkan shalat maka secara otomatis akan
kesulitan untuk terhindar dari segala bentuk perbuatan dosa
tersebut.Berbuat dosa berarti merusak imannya kepada Allah swt. dan
RasulNya, menjadikan orang yang melakukannya selalu tidak tenang
dan khawatir serta dapat menghapus kebaikan-kebaikan yang telah
dilakukannya, disamping itu akan dibalas oleh Allah swt. dengan
siksaan yang pedih kelak di akhirat. Semua bentuk perbuatan dosa
baik yang dilakukan oleh hati, perkataan maupun perbuatan, di
kalangan Ahlus Sunnah digolongkan menjadi dua, yaitu
a) Dosa Kecil,

Yaitu segala bentuk dosa yang bisa hilang atau diampuni


dan dihapus dengan sebab melakukan perbuatan baik (ibadah)
yang sama nilainya atau bahkan lebih tinggi nilainya,Contoh :
puasa hari Arofah dapat menghapus dosa seperti disabdakan oleh
Nabi saw :

Artinya : “Dari Abi Qotadah, bersabda Nabi saw. puasa


hari Arofah itu menghapus dosa dua tahun, satu tahun yang telah
lalu dan satutahun yang akan datang” HR. Muslim .

b) Dosa Besar ,

Dosa besar adalah segala bentuk pelanggaran berupa tidak


menjalankan kewajiban yang telah ditetapkan serta pelanggaran
terhadap larangan baik dalam masalah hubungan antara manusia
dengan Allah swt. Maupun hubungan antara manusia dengan
manusia lainnya atau sesama makhluq yang diancam dengan
siksa atau diancam masuk neraka oleh Allah swt., cara
menghapusnya ( cara memohon ampun ) harus melalui Taubat
Nashuha. Berdasar keterangan Al Qur’an maupun Hadis ada
beberapa pelanggaran yang masuk dalam klasifikasi dosa besar,
diantaranya adalah syirik, takabbur, berani kepada kedua orang
tua, menjadi saksi palsu, minum khamr (mengkonsumsi narkoba),
berjudi, membunuh, zina, fitnah, tidak menegakkan shalat 5
waktu, tidak mengeluarkan zakat maal, menyalah gunakan harta
anak yatim, tidak menunaikan Haji ketika telah mampu dan lain-
lain. Dalam kaitan dengan dosa besar ini secara lebih kongkrit,
perhatikan ayat Al Qur’an dan hadis berikut :

Arttinya : “Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang


dilarang mengerjakannya, niscaya kami hapuskan kesalahan-
kesalahan kalian (yang kecil-kecil) dan Kami masukkan kalian ke
tempat yang mulia “ An Nisa 31

Artinya : “Inginkah kamu kuberitahukan tentang 3 dosa


yang terbesar? Yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua
orang tua, menjadi saksi palsu atau berdusta” HR. Muslim.

Secara sederhana syirik adalah suatu bentuk perbuatan,


perkataan serta sikap yang mengarah kepada kategori
menyekutukan Allah swt. dalam arti menganggap ada kekuatan
lain yang menandingi/menyamai kekuasaan Allah swt. atau
menganggap ada kekuatan lain yang mendukung kekuatan dan
kekuasaan Allah swt. Syirik pada dasarnya disamping merupakan
bentuk pengingkaran terhadap keberadaan Allah swt. juga
merupakan pelecehan kepada Allah swt. Karena menganggap ada
kekuatan lain yang menandingi/menyamai kekuatan Allah swt.
Oleh karenanya, maka dosa syirik termasuk dosa yang tidak
terampunan. Syirik juga merupakan bentuk pengingkaran terhada
surat Al Ikhlas sebagaiberikut :

Artinya :“1. Katakanlah : “Dialah Allah, yang Maha Esa”.


2. Allah swt. Adalah Tuhan yang kepadaNya bergantung
segalanya. 3. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. 4.
Dan tidak ada sesuatupun yang setara denganNya .

Bentuk-bentuk perbuatan syirik antara lain sebagai


berikut :

i. Percaya kepada kekuatan lain yang lepas dari pengaruh Allah


swt. Atau bahkan menandingi kekuatan dan kekuasaan Allah
swt. Contoh : percaya bahwa harta, pangkat (kekuasaan) serta
penguasaan iptek yang bisa menjadikan seseorang meraih
kebahagiaan.
ii. Menggantungkan nasib kepada selain Allah swt. lepas dari
kebergantungannya kepada Allah swt. Contoh : Ketika anak
sakit, orang tua bergantung kepada kecanggihan ilmu
kedokteran atau obat untuk kesembuhan anaknya, termasuk
juga bergantung kepada kesaktian paranormal dll.
4. Riya’

Riya’ adalah menampakkan kebaikan atau keutamaan diri sendiri


kepada orang lain melalui pembicaraan, tulisan, sikap dan perbuatan dengan
maksud mendapat perhatian atau pujian. Riya’ merupakan hal yang bisa
melunturkan keimanan kepada Allah swt., menghilangkan pahala dari
kebaikan-kebaikan yang dilakukan serta menjadi penghalang pertemuannya
dengan Allah swt kelak.

Artinya :“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,


maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya ” QS. Al
Kahfi : 110.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Addzahabi, diterangkan


bahwa suatu ketika Nabi saw. ditanya tentang sesuatu yang dapat
menyelamatkan kelak di akhirat. Nabi saw. menjawab : Janganlah kamu
menipu atau memppermainkan Allah swt.Kemudian ketika Nabi saw. ditanya
tentang maksud menipu atau memppermainkan Allah swt. maka Beliau
menjawab : yaitu kamu mengerjakan perintah Allah swt. dan RasulNya bukan
bertujuan untuk meraih keridhaan Allah swt. akan tetapi untuk kepentingan
selain Allah swt. Kemudian ditegaskan oleh Nabi saw. :

Artinya : “Jauhilah (berhati-hatilah) akan riya’ karena sesungguhnya


riya’ itu termasuk perbuatan syirik kepada Allah swt.” Dalam hadis lain, Nabi
saw. menegaskan bahwa riya termasuk syirik kecil(samar).
 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara bahasa, iman berarti membenarkan ( ‫) تصديق‬, sementara menurut


istilah adalah Mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan
mengamalkan. Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal.
Pertama, ilmu adalah pembimbing amal perbuatan. Kedua, jika orang itu
berilmu maka harus diiringi dengan amal.

Karakteristik dan Sifat Orang Beriman yaitu dapat dilihat dari pribadi
atau amal perilaku sehari hari

B.   Saran
Harapan bagi penulis dapat dijadikan refrensi bagi mahasiswa atau
masyarakat bila mendapatkan tugas dengan tema yang sama

Anda mungkin juga menyukai