Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sinta Norhayati

NIM : 18.11.401.01.0790
Mata Kuliah : Kesehatan Perempuan dan KB
Dosen Pengampu : Nana Maryana., SST.M.Keb

Resuman
1. Pencegahan risiko penularan Hepatitis B dan HIV/AIDS
2. Persyaratan pelayanan Kb yang bermutu
Materi
1. Pencegahan risiko penularan Hepatitis B dan HIV/AIDS
A. Pengertian Hepatitis B
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “hepa” berarti berkaitan
dengan hati, sementara “itis” berarti radang (seperti di atritis, dermatitis, dan
pankreas).
B. Penyebab hepatitis
 Racun dan zat kimia seperti lakohol yang berlebihan,
 Penyakit yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat
dalam tubuh, yang disebut sebagai penyakit autoimun, dan
 Mikroorganisme, termasuk virus
C. Upaya pencegahan dan pengobatan hepatitis
 Primary prevention
Primary prevention atau upaya pencegahan primer merupakan upaya pencegahan
yang dilakukan sebelum suatu penyakit terjadi. Upaya ini umumnya bertujuan
mencegah terjadinya penyakit dan sasarannya adalah faktor penyebab, faktor
penjamu, seeta lingkungannya.
Primary prevention dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
 Health promotion (romosi kesehatan), merupakan salah satu upaya preventif yang
dapat dilakukan untuk mecegha penyakit hepatitris. Adapun bentuk-bentuk
penceghannya adalah sebagai berikut :
1) Pendidikan atau peneyuluhan kesehatan
2) Mengubah perilaku
3) Mengubah gaya hidup
4) Meningkatkan kesadaran
 General & spesific protection
General & spesific protection atau perlindungan khusus terhadap penularan hepatitis
dapat dilakukan dengan dua cara :
1) Perbaikan kondisi dan sanitasi lingkungan
2) Vaksinasi
 Secondary prevention
Secondary prevention atau uoaya pencegahan sekunder merupakan upaya
pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung tetapi
belum timbul tanda atau gejala sakit. Pada pencegahan sekunder termasuk
upaya bersifat diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment)
 Tertiary prevention
Upaya pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan yang dilakukan saat
proses penyakit sudah lanjut. Tujuannya adalah untuk pencegahan cacat dan
komplikasi , bertambahnya penyakit, dan kematian. Sedangkan sasarannya
adalah penderita penyakit itu sendiri. Untuk meminimalisir kondisi cacat dan
karier ketika pasca-patogenesis, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Disability limitation, pembatasan kecacatan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan berpikir dan bekerja yang diakibatkan
oleh penyakit hepatitis. Yang termasuk dalam disability limitation adalah
:pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan, pengadaaan dan
peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan pemeriksaan lanjut yang
lebih akurat, peneympurnaan pengobatan agar tidak terjadio komplikasi
2) Rehabilitation
Adalah usaha untukmencegah terjainya akibat samping dari penyembuhan
penyakit dan pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial. Dalam
peneyembuhan penyakit hepatitis, proses rehabilitasi meliputi :
Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan sosial serta memuasakan.
Rehabitasi sosial vokasional, yaitu agara bekas penderita menepati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang maksimal
sesuai dengan kemampuannya.
Rehabilatasi aesthetis, perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan.
2. Pencegahan resiko penularan HIV/AIDS
A. Pengertian HIV/AIDS
Adalah suatu penyakit yang harus daiwaspadai karena Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) sangat berakibat pada penderitanya. AIDS merupakan
sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem
kekebalan tubuh dirusak oleh virus HIV(Human Immunodeficiency Virus).
B. Pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS
Cara mengurangi resiko penularan HIV/AIDS
 Hindari sentuhan dengan cairan tubuh penderita yang membawa virus, darah,
muntahan, tinja, dan air seni
 Jangan memakai alat apapun yang terkena darah penderita atau kemungkinan
bisa terkena darah poenderita, silet cukur, gunting kuku, jarum, sikat gigi, dll.
 Selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih setiap setelah
beraktivitas
 Selalu berhubungan seks dengan menggunakan kondom terutama pada saat
subur
 Praktikkan seks yang aman ketika sedang tidak subur
 Jangan berhubungan seks bila ada tanda-tanda penyakit yang menular lewat
hubungan seks
C. 4 pilar pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi menurut WHO
Prog 1 : mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduktif
Prog 2 : mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
Prog 3 : mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya
Prog 4 : memberikan dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kepada ibu HIV
positif beserta bayi dan keluarga
D. Penanggulangan HIV/AIDS
1. Upaya promotif
 Pelayanan promotif : meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
tentang HIV/AIDS
 Promosi perilaku seksual yang aman
 Norma sehat di tempat kerja (tidak merokok, tidak mengonsumsi Napza)
 Menggunakan alat suntik yang aman
2. Upaya preventif
 Untuk mencegah HIV/AIDS, konseling merupakan satu-satunya cara untuk
mempromosikan bebrbagai perubahan perilaku masyarakat. Untuk jangka
panjang diharapkan masyarakat akan mau mengadopsi perubahan perilaku
yang berisiko.
3. Upaya kuratif
 Mencegah dan mengobati IMS (infeksi menular seksual)
 Meneydiakan dan transfusi darah yang aman
 Mencegah komplikasi dan penularan terhadap keluarga dan teman
 Dukungan sosial ekonomi ODHA
E. Persalinan yang Aman bgai Ibu Hamil HIV Positif
Untuk terlaksanya persalinan yang aman perlu rekomendasi kondisi-kondisi berikut :
 Ibu hamil yang HIV positif perlu mendapatkan konseling sehubungan dengan
keputusannya sendiri melahirkan bayi secara operasi sc ataupun dengan
persalinan normal
 Pelaksanaan persalinan, baik secara sc maupun persalinan normal harus
memperhatikan kondisi fisik dari ibu hamil HIV positif
 Tindakan menolong persalinan ibu hamil HIV positif, baik sc maupun persalinan
normal, harus mengikuti standar kewaspadaan universal.
2. Persyaratan pelayanan Kb yang bermutu
Akses terhadap pelayanan keluarga berencana yang bermutu merupakan suatu unsur penting
dalam upaya mencapai pelayanan kesehatan reproduksi sebagaimana tercantum dalam
program aksi dari Internasional Conference On Population and Development, Kairo 1994.
Pelayanan keluarga berencana yang bermutu meliputi hal-hal berikut :
a. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
b. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan
c. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
d. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
e. Petugas harus memberikan informasi tentang pemilihan kontrasepsi yang tersedia
f. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan dalam
melayani berbagai pilihan kontrasepsi
g. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditrentukan
h. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman bagi klien
i. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
j. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu menyelesaikan
masalah yang mungkin timbul dalam pelayanan
k. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien

Anda mungkin juga menyukai