TM8. Evidence
TM8. Evidence
AUDIT I
7
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA
Marsyaf, SE. Ak. M. Ak
Abstract Kompetensi
Pada pokok bahasan ini akan Mahasiswa diharapkan mampu
dijelaskan : menjelaskan :
Dapat memahamI tentang menjelaskan 1. Tujuan audit umum dan terkait
bagaimana tujuan audit umum, bukti transaksi dan saldo.
2. Bukti-bukti audit dan
audit dan kepemilikannya kegunaanya.
3. Memperoleh bukti audit dan
kepemilikannya.
PENGERTIAN BUKTI AUDIT
Terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Contoh;
Faktor-faktor Ekonomis
Kompetensi Bukti
Kompetensi (atau keandalan) bukti yang berupa data akuntansi maupun informasi
penguat merupakan aspek penting dari standar pekerjaan lapangan
ketiga.Keandalan data akuntansi berhubungan langsung dengan efektifitas
pengendalian intern klien.
Pengendalian intern yang kuat akan menciptakan ketelitian dan keandalan catatan-
catatan keuangan, sebaliknya pengendalian intern yang lemah seringkali tidak
Kompetensi informasi penguat tergantung pada banyak faktor. Beberapa faktor yang
berpengaruh atas kompetensi bukti adalah;
Relevansi
Faktor ini mengandung arti bahwa bukti haruslah berkaitan dengan tujuan audit,
Oleh karena itu, apabila tujuan audit adalah menentukan keberadaan
persediaan, maka auditor dapat memperoleh bukti dengan mengobservasi
perhitungan fisik persediaan.
Sumber
Berbagai hal yang berkaitan dengan sumber bukti bisa mempengaruhi
kompetensi bukti.
Obyektivitas
Bukti yang bersifat obyektif biasanya dipandang lebih bisa diandalkan dari pada
yang bersifat subyektif.
Konfirmasi
Merupakan bukti dokumen yang termasuk dalam kelompok khusus yang tidak lain
adalah suatu jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga yang dipandang mengetahui
atas permintaan tertentu untuk memberikan informasi yang sesungguhnya.
Berikut ini adalah hal-hal yang seringkali dimintakan konfirmasi dari pihak ketiga;
Bukti Perhitungan
Yaitu Hasil perhitungan kembali yang dilakukan oleh auditor untuk kemudian
dibandingkan dengan hasil perhitungan klien.
Bukti Lisan
Yaitu selama audit berlangsung, auditor menerima berbagai lisan ats pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan kepada pejabat dan karyawan perusahaan klien dan
pihak-pihak lainnya.
Bukti Fisik
Yaitu diperoleh dari tulis pemeriksaan fisik atau inspeksi atas aktiva berujud.
Bukti Elektronik.
Yaitu menyangkut semua informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan
elektronik yang digunakan auditor untuk merumuskan suatu pendapat mengenai
suatu asersi.
BUKTI AUDIT
Bukti audit top-down (top-down audit evidence) berfokus pada upaya auditor dalam
memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemeni
bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran,
keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang
dihasilkan. Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang
dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup
Ketika merencanakan audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang
lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit (audit procedures) adalah metode atau teknik yang digunakan
oleh para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan
kompeten. Prosedur ini dapat digunakan untuk mendukung pendekatan audit top- down
ataupun pendekatan audit bottom-Up. Auditor akan mempertimbangkan bagaimana setiap
prosedur ini akan digunakan ketika merencanakan audit dan mengembangkan program
audit.
Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas :
• Inspeksi (inspecting)
• Konfirmasi (confirming)
• Penghitungan (counting)
• Penelusuran (tracing)
• Pengamatan (observing)
Prosedur Analitis
Prosedur analitis (analytical procedures) terdiri dan penelitian dan perbandingan hubungan
di antara data. Prosedur ml meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana,
analisis vertikal atau laporan persentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan
data histories atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti
analisis regresi. Analisis regresi ini dapat melibatkan penggunaan data non keuangan
(seperti data jumlah karyawan) maupun data keuangan. Prosedur analitis seringkali meliputi
juga pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari operasi serta membandingkan ukuran-
ukuran kunci ekonomi yang menggerakkan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur
analitis umumnya digunakan dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan
atas akun laporan keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks
tersebut.
Inspeksi
Konfirmasi
Permintaan Keterangan
Dua aplikasi yang paling umum dan penghitungan (counting) adalah (1) penghitungan fisik
sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan (2) akuntansi
seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered). Yang pertama
menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sementara yang
kedua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal
perusahaan melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik
penghitungan ini menyediakan bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong
untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dan
prosedur penghitungan.
Penelusuran
Dalam penelusuran (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2)
menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan
benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur mi berawal
dan dokumen menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran
data melalui sistem akuntansi. Karena prosedur ini memberikan keyakinan bahwa data yang
berasal dan dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka secara khusus
data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji berupa penyajian yang lebih
rendah dan yang seharusnya (understatement) dalam catatan akuntansi. Dengan demikian,
prosedur ini merupakan prosedur yang penting untuk memperoleh bukti yang berkaitan
dengan asersi kelengkapan. Efektivitas prosedur ini dapat ditingkatkan apabila klien
menggunakan dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered). Prosedur
penelusuran ini memberikan bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai
dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi.
Dalam melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam
tracing. Prosedur vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji
berupa penyajian yang lebih tinggi dan yang seharusnya (over-statement) dalam catatan
akuntansi. Dengan demikian, prosedur ini merupakan prosedur yang penting untuk
memperolehbukti yang berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian. Prosedur
vouching menyediakan bukti audit bottom-up, sedangkan pada prosedur penelusuran dan
penghitungan, biasanya auditor melaksanakan prosedur top-down terlebth dahulu guna
memperoleh konteks ekonomi untuk prosedur pemeriksaan bukti pendukung.
Pengamatan
pengetahuan pribadi langsung yang berkaitan dengan tujuan audit. Biasanya pengamatan
memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih
dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jumal,
beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas
dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung
dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan
transaksi tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan
pengendalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh auditor dapat melaksanakan
ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk menentukan
bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi tersebut
diproses. Pelaksanaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti
bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk
pengujian audit tersebut.
• Mencari sebuahfile dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang
berurutan telah dipertanggungjawabkan.
• Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti
harga yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang telah
disahkan).
• Memasukkan data uji dalam program Mien untuk menentukan apakah aspek komputer dan
pengendalian intern telah berfungsi.