Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEJARAH FISIKA

TENTANG

SEJARAH PERKEMBANGAN OPTIK

OLEH:

FEBRI ISKANDAR (1630107010)

VIENA ANGELIA MULYADI (1830107031)

DOSEN PEMBIMBING

SRI MAYENA, S.Pd, M.Sc

JURUSAN TADRIS FISIKA

FALKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM(IAIN ) BATUSANGKAR

2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Komunikasi
Pendidikan. Shalawat dan salam tak lupa kami ucapkan kepada Nabi Muhammad
Saw, beserta segenap keluarga dan parasahabat-nya.

Dalamkesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen


Pembimbing matakuliah Sejarah Fisika ,serta teman-teman yang telah memberikan
dukungan demi selesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena
itu, penulis akan menerima saran-saran perbaikan untuk kesempurnaan makalah
ini.Mudah-mudahan makalah ini bias dipahami oleh pembaca,sekiranya makalah
yang disusun ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Akhirulkalam,semoga Allah SWT menyertai dan memahami setiapperbuatan


kecil yang kita laksanakan dalam mengabdi kepada bangsa dan Negara melalui
bidang pendidikan dan pengajaran.

Wassalamualaikum,wr wb.

Batusangkar,29 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN OPTIK
A. Periode I
B. Periode II
C. Periode III
D. Periode IV
E. Periode V
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

(PENDAHULUAN)

A. Latar belakang
Pada zaman prasejarah ternyata optik telah dikenal, buktinya adalah
ditemukannya sebuah kanta optik yang berumur sekitar 2.200 tahun yang lalu
di Baghdad, Irak. Kanta purba yang berukuran kira-kira satu ibu jari tersebut
ditemukan dengan sedikit retak di bagian kacanya. Penemuan ini
menunjukkan bahwa sejak zaman purbakala orang-orang telah mengetahui
cara membuat kanta dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari. Optik
dipelajari secara ilmiah di periode I ini dimulai pada tahun 300 SM. Pada
zaman prasejarah dikenal dengan zaman yang hanya mengemukakan teori-
teori para ahli saja tanpa dilakukan pembuktian dengan eksperimen sehingga
ada beberapa teori tentang optik yang bermunculan, misalnya Teori Tactile
dan Teori Emisi.
Para ilmuwan yang hidup di zaman prasejarah mengemukakan
pendapat bahwa kita dapat melihat suatu benda karena terdapat cahaya dari
mata kita yang dipancarkan ke benda tersebut. seperti halnya senter yang
disorotkan ke sebuah benda sehingga kita dapat melihat benda tersebut. Teori
ini dipelopori oleh Aristoteles dan Ptolomeus. Di masa sebelum masehi ini,
Euclid (275 SM-330 SM) menemukan bahwa cahaya bergerak dalam garis
lurus.dan dia mempelajari juga tentang pemantulan cahaya.
Satu abad berselang dengan tempat yang sama yaitu di Belanda,
tepatnya pada abad ke-17 atau sekitar tahun 1608 M untuk pertama kalinya
seseorang mengklaim bahwa dia adalah orang yang pertama menemukan
teleskop. Orang tersebut adalah Hans Lippershey. Teleskop yang ditemukan
Hans Lippershey ini hanya bisa memperbesar tiga kali lipat ukuraan semula.
Awalnya Lippershey ini memegang sebuah lensa di depan lensa lain dan
meletakkannya di sebuah tabung kayu dan teleskop Hns Lippershey pun
tercipta.
B. Rumusan masalah
Menjelaskan perkembangan optik
C. Tujuan
Mengetahui perkembangan optik

4
BAB II

(PEMBAHASAN)

A. Periode I (Zaman Prasejarah s.d. 1500 M)

Pada zaman prasejarah ternyata optik telah dikenal, buktinya adalah


ditemukannya sebuah kanta optik yang berumur sekitar 2.200 tahun yang lalu
di Baghdad, Irak. Kanta purba yang berukuran kira-kira satu ibu jari tersebut
ditemukan dengan sedikit retak di bagian kacanya. Penemuan ini
menunjukkan bahwa sejak zaman purbakala orang-orang telah mengetahui
cara membuat kanta dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari. Optik
dipelajari secara ilmiah di periode I ini dimulai pada tahun 300 SM. Pada
zaman prasejarah dikenal dengan zaman yang hanya mengemukakan teori-
teori para ahli saja tanpa dilakukan pembuktian dengan eksperimen sehingga
ada beberapa teori tentang optik yang bermunculan, misalnya Teori Tactile
dan Teori Emisi.
Para ilmuwan yang hidup di zaman prasejarah mengemukakan pendapat
bahwa kita dapat melihat suatu benda karena terdapat cahaya dari mata kita
yang dipancarkan ke benda tersebut. seperti halnya senter yang disorotkan ke
sebuah benda sehingga kita dapat melihat benda tersebut. Teori ini dipelopori
oleh Aristoteles dan Ptolomeus. Di masa sebelum masehi ini, Euclid (275
SM-330 SM) menemukan bahwa cahaya bergerak dalam garis lurus.dan dia
mempelajari juga tentang pemantulan cahaya. Pada abad ke-10 M, muncul
teori yang menentang Teori Tactile yaitu Teori Emisi. Teori Emisi ini
dikatakan merubah drastis cara pandang terhadap konsep cahaya. Pada Teori
Emisi dikatakan bahwa kita dapat melihat benda bukan karena mata kita yang
memancarkan cahaya ke benda tersebut (Teori Tactile), tetapi karena terdapat
cahaya yang dipantulkan oleh beda yang kita lihat menuju mata kita. Teori ini
pertama kali dicetuskan oleh Ibnu Al-Haitsam (965M – 1040 M) seorang
Ilmuwan muslim yang sangat populer dan dikenal juga sebagai ‘Bapak optik
dunia’. Akhirnya, teori emisi ini benar-benar menggugurkan Teori Tactile dan
dipercaya kebenarannya sampai sekarang.
1. Aristoteles Lahir: Stagira, Macedonia 384 SM Sekolah: Akademi
Plato (di Athena) pada umur 7 tahun, dan menetap di Athena selama
20 Tahun Pada tahun 324 SM ia kembali ke Macedonia enjadi seorang
guruAlexander yang Agung (raja yang berumur 13 tahun) Meninggal:
Pada tahun 322 SM, tepatnya pada umur 62 tahun.Pada umur 17 tahun
Aristoteles pergi ke Athena belajar di akademi Plato dan menetap di
sana sampai ayahnya meninggal.Peranan Aristoteles dalam bidang
optikyakni dia menyatakan tetang cahayan mempunyai rambat yang
lurus dan cahaya dapat dipantulkan yang mana sudut dating sma
dengan sudut pantul.

5
2. Archimedes Lahir: Pada tahun 287 SM, di Syracuse (Yunani)
Keponakan dari raja Heiro II Meninggal: Pada tahun 212 SM, karena
dibunuh Prajurit Romawi. Ia Menemukan atau membuat cermin
cekung. Dari cermin cekung ini bangsa Yunani dapat membakar
kapal-kapal bangsa Romawi yang akan memerangi dan
manghancurkan bangsa Yunani.
3. Mozi (cina, lahir di 476 SM - 486 SM), seorang ideolog besar dan
politisi dan ilmuwan alam. Dalam pembacaan mo nya, film
dokumenter pertama tentang optik di dunia, menggambarkan
pengetahuan optik dasar, termasuk definisi dan menciptakan visi ,
propagasi cahaya dalam garis lurus, lubang jarum pencitraan,
hubungan antara objek dan gambar di pesawat cermin, cermin
cembung dan cermin cekung.
4. Euclid (Yunani, 275 SM - 330 SM) Dalam Optica, ia mencatat bahwa
perjalanan cahaya dalam garis lurus dan menjelaskan hukum refleksi.
Dia percaya bahwa visi melibatkan sinar pergi dari mata ke obyek
yang dilihat dan dia mempelajari hubungan antara ukuran nyata dari
objek dan sudut bahwa mereka subtend di mata.
5. Claudius Ptolemy (Yunani, 90 M - 168 M). Dalam terjemahan Latin
dari abad kedua belas dari bahasa Arab yang ditugaskan untuk
Ptolemy, sebuah studi refraksi, termasuk refraksi atmosfer. Disarankan
bahwa sudut bias sebanding dengan sudut insiden.
6. Al kindi Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya
untuk mengkaji ilmu optik adalah Al-Kindi (801 M – 873 M). Hasil
kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang refleksi
cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi
tentang optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku
yang ditulisnya itu sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti
Robert Grosseteste dan Roger Bacon. Tak heran, bila teori-teori yang
dicetuskan Al-Kindi tentang ilmu optik telah menjadi hukum-hukum
perspektif di era Renaisans Eropa. Secara lugas, Al-Kindi menolak
konsep tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles. Dalam
pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang
diterima mata dari obyek yang sedang dilihat. Namun, menurut Al-
Kindi penglihatan justru ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan
dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.
7. Ibnu Sahl Seabad kemudian, sarjana Muslim lainnya yang
menggembangkan ilmu optik adalah Ibnu Sahl (940 M – 1000 M).
Sejatinya, Ibnu Sahl adalah seorang matematikus yang mendedikasikan
dirinya di Istana Baghdad. Pada tahun 984 M, dia menulis risalah yang
berjudul On Burning Mirrors and Lenses (pembakaran dan cermin dan
lensa). Dalam risalah itu, Ibnu Sahl mempelajari cermin membengkok
dan lensa membengkok serta titik api cahaya. Ibnu Sahl pun menemukan

6
hukum refraksi (pembiasan) yang secara matematis setara dengan hukum
Snell. Dia menggunakan hukum tentang pembiasan cahaya untuk
memperhitungkan bentuk-bentuk lensa dan cermin yang titik fokus
cahanya berada di sebuah titik di poros. Ibnu Al haitham Ilmuwan
Muslim yang paling populer di bidang optik adalah Ibnu Al-Haitham
(965 M – 1040 M). Menurut Turner, Al-Haitham adalah sarjana Muslim
yang mengkaji ilmu optik dengan kualitas riset yang tinggi dan
sistematis.“Pencapaian dan keberhasilannya begitu spektakuler,”. Al-
Haitham adalah sarjana pertama menemukan pelbagai data penting
mengenai cahaya. Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah
Kitab Al-Manazir (Buku Optik). Dalam kitab itu, ia menjelaskan beragam
fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia. Saking
fenomenalnya, kitab itu telah menjadi buku rujukan paling penting dalam
ilmu optik. Selama lebih dari 500 tahun buku dijadikan pegangan.
Pada tahun 1572 M, Kitab Al-Manadzir diterjemahkan kedalam bahasa
Latin Opticae Thesaurus. Dalam kitab itu, dia mengupas ide-idenya
tentang cahaya. Sang ilmuwan Muslim itu meyakini bahwa sinar cahaya
keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya.
Selain itu, Al-Haitham memecahkan misteri tentang lintasan cahaya
melalui berbagai media melalui serangkaian percobaan dengan tingkat
ketelitian yang tinggi. Keberhasilannya yang lain adalah ditemukannya
teori pembiasan cahaya. Al-Haitham pun sukses melakukan eksperimen
pertamanya tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.
Tak cuma itu, dalam kitab yang ditulisnya, Alhazen begitu dunia
Barat menyebutnya juga menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul
saat matahari terbenam. Ia pun mencetuskan teori tentang berbagai
macam fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Ia
juga melakukan percobaan untuk menjelaskan penglihatan binokular dan
memberikan penjelasan yang benar tentang peningkatan ukuran matahari
dan bulan ketika mendekati horison.
Keberhasilan lainnya yang terbilang fenomenal adalah
kemampuannya menggambarkan indra penglihatan manusia secara detail.
Tak heran, jika ‘Bapak Optik’ dunia itu mampu memecahkan rekor
sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil bagian indra
pengelihatan manusia. Hebatnya lagi, ia mampu menjelaskan secara
ilmiah proses bagaimana manusia bisa melihat.
Teori yang dilahirkannya juga mampu mematahkan teori
penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid.
Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena ada
cahaya keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan keduanya,
Ibnu Haytham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru
objek yang dilihatlah yang mengeluarkan cahaya yang kemudian
ditangkap mata sehingga bias terlihat. Secara detail, Al-Haitham pun
menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja syaraf di otak hingga

7
kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara detil bagian dan
fungsi mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa, dan menjelaskan
peranan masing-masing terhadap penglihatan manusia. Hasil penelitian
Al-Haitham itu lalu dikembangkan Ibnu Firnas di Spanyol dengan
membuat kacamata.
Dalam buku lainnya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris
berjudul Light dan On Twilight Phenomena Al-Haitham membahas
mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta
bayang-bayang dan gerhana. Menurut Al-Haitham, cahaya fajar bermula
apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk timur. Warna merah pada
senja akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat.
Ia pun menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan
pembalikan cahaya. Al-Haitham juga mencetuskan teori lensa pembesar.
Teori itu digunakan para saintis di Italia untuk menghasilkan kaca
pembesar pertama di dunia. Pada abad ke-13 M, fisikawan Muslim
lainnya yang banyak berkontribusi dalam bidang optik adalah
Kamaluddin Al-Farisi. Dia mampu menjelaskan fenomena pelangi.
Melalui penelitian yang dilakukannya, ia berhasil mengungkapkan
bagaimana cahaya matahari direfraksi melalui hujan serta terbentuknya
pelangi primer dan sekunder. Itulah peran sarjana Muslim di era
kekhalifahan dalam bidang optic
8. Kamal al-Din al-Farisi adalah seorang ahli fisika Muslim terkemuka dari
Persia. Ia dilahirkan di kota Tabriz, Persia sekarang Iran- pada 1267 M
dan meninggal pada 1319 M. Ilmuwan yang bernama lengkap Kamal al-
Din Abu'l-Hasan Muhammad Al-Farisi itu kesohor dengan kontribusinya
tentang optik serta teori angka. Ia merupakan murid seorang astronom
dan ahli matematika terkenal, Qutb al-Din al-Shirazi (1236-1311), yang
juga murid Nasiruddin al-Tusi. Dalam bidang optik, al-Farisi berhasil
merevisi teori pembiasan cahaya yang dicetuskan para ahli fisika
sebelumnya. Gurunya, Shirazi memberi saran agar al-Farisi membedah
teori pembiasan cahaya yang telah ditulis ahli fisika Muslim legendaris
Ibnu al-Haytham (965-1039).
Secara mendalam, al-Farisi melakukan studi secara mendala
mengenai risalah optik yang ditulis pendahuluannya itu. Sang guru juga
menyarankannya agar melakukan revisi terhadap karya Ibnu Haytham.
Buku hasil revisi terhadap pemikiran al-Hacen – nama panggilan Ibnu
Haytham di Barat -- tersebut kemudian jadi sebuah adikarya, yakni Kitab
Tanqih al-Manazir (Revisi tentang Optik).
Kitab Tanqih merupakan pendapat dan pandangan al-Farisi
terhadap buah karya Ibnu Haytham. Dalam pandangannya, tak semua
teori optik yang diajukan Ibnu Haytham menemukan kebenaran. Guna
menutupi kelemahan teori Ibnu Haytham, al-Farisi Al-Farisi lalu
mengusulkan teori alternatif. Sehingga, kelemahan dalam teori optik Ibnu
Haytham dapat disempurnakan.

8
Salah satu bagian yang paling penting dalam karya al-Farisi adalah
komentarnya tentang teori pelangi. Ibnu Haytham sesungguhnya
mengusulkan sebuah teori, tapi al-Farisi mempertimbangkan dua teori
yakni teori Ibnu Haytham dan teori Ibnu Sina (Avicenna) sebelum
mencetuskan teori baru. Teori yang diusulkan al-Farisi sungguh luar
biasa. Ia mampu menjelaskan fenomena alam bernama pelangi
menggunakan matematika.
9. Roger Bacon (Inggris, 1214-1292). Seorang pengikut Grosseteste di
Oxford, Bacon diperpanjang bekerja Grosseteste pada optik. Ia
menganggap bahwa kecepatan cahaya yang terbatas dan itu disebarkan
melalui media dengan cara yang analog dengan propagasi suara.
Dalam karyanya Opus Maius, Bacon menggambarkan penelitian
tentang perbesaran benda kecil menggunakan lensa cembung dan
menyarankan bahwa mereka bisa menemukan aplikasi di koreksi
penglihatan yang cacat. Dia menghubungkan fenomena pelangi
dengan refleksi sinar matahari dari air hujan individu.

B. Periode II (1550 M-1800M)

Berbeda dengan Periode I, di Periode II ini sudah banyak dilakukan


eksperimen untuk mendukung kebenaran dari teori-teori yang telah
dikemukakan. Penemuan-penemuan di Periode II ini dimulai ketika orang-
orang mulai gemar mengamati pelangi, hingga akhirnya diketahui bahwa
pelangi disebabkan oleh pembiasan cahaya oleh air. selain itu, di abad ke-16
ini juga sudah mulai dibuat mikroskop yang menggunakan lensa gabungan
yaitu lensa objektif dan lensa okuler oleh Antony van Leuwenhoek (1632-
1723) dari Belanda.
Satu abad berselang dengan tempat yang sama yaitu di Belanda,
tepatnya pada abad ke-17 atau sekitar tahun 1608 M untuk pertama kalinya
seseorang mengklaim bahwa dia adalah orang yang pertama menemukan
teleskop. Orang tersebut adalah Hans Lippershey. Teleskop yang ditemukan
Hans Lippershey ini hanya bisa memperbesar tiga kali lipat ukuraan semula.
Awalnya Lippershey ini memegang sebuah lensa di depan lensa lain dan
meletakkannya di sebuah tabung kayu dan teleskop Hns Lippershey pun
tercipta.
Namun, satu tahun kemudian Galileo Galilei yaitu tahun 1609 M,
Galileo mendengar bahwa seseorang telah menemukan teleskop di Belanda.
Namun, berita itu masih samar-samar di telinganya. Akhirnya, berkat
kecerdasannya, ia mampu mempelajarai perangkat teleskop Lippershey dan
berhasil membuat teleskopnya sendiri yang lebih canggih pada masa itu
karena dapat melakukan perbesaran hingga 20 kali lipat. Teropong yang
ditemukan Galileo ini sekarang disebut teleskop panggung. Baik Lippershey
maupun Galileo sama-sama mengkombinasikan lensa cekung dan lensa

9
cembung. Kemudian pada tahun 1611, Keppler menyempurnakan desain
teleskop Galileo yaitu dengan menggunakan dua buah lensa cembung
sehingga gambar yang dihasilkan terbalik. Desain Keppler ini masih menjadi
desain utama refraktor masa kini hanya saja mungkin ada perbaikan dalam
lensa dan kaca.
Selama abad ke-15 sampai abad ke-16, para ilmuwan berlomba-lomba
untuk menghitung kecepatan cahaya dengan berbagai cara. Ada yang
menggunakan cara yang hampir sama ketika menghitung kecepatan suara,
yaitu dengan menyuruh seseorang berdiri di atas bukit yang sangat jauh
kemudian menyalakan sebuah lentera. Selang waktu ketika cahaya lentera
dinyalakan dengan cahaya yang dilihat oleh pengamat di bawah bukit itulah
yang menjadi dasar perhitungan kecepatan cahaya. Ilmuwan yang
menggunakan metode ini adalah Galileo Galilei. Namun Galileo tidak
menemukan selang waktu tersebut, sehingga Galileo nenyatakan bahwa
kecepatan cahaya sangat cepat bahkan tak berhingga.
Pada tahun 1670-an, Ole Romer (1644-1710), mengamati bulan-bulan
di Planet Jupiter. Dia mengamati berapa lama waktu yang dibutuhkan bulan-
bulan itu untuk bergerak ke belakang Jupiter. Namun, dia heran karena
mendapati waktu bulan muncul dan menghilang berbeda-beda, terkadang
lebih cepat dan terkadang lebih lambat dari waktu yang telah dihitung. Romer
pun mengambil kesimpulan bahwa kecepatan cahaya mempunyai batas. Itu
mengacu dari posisi Bumi saat dia melakukan pengamatan. Dan jeda waktu
tadi diketemukan sebesar 16,7 menit. Romer menganggap bahwa jarak Bumi-
Jupiter sebesar 2 AU. Dapat disimpulkan bahwa C = 2 AU/16,7 menit =
300,000 km/s.
Walaupun saat itu tetapan AU (Satuan Astronomi) masih belum
ditetapkan, tetapi dari hasil pengamatan Romer tersebut membuktikan bahwa
kecepatan cahaya sangat besar. Pantas saja Galileo gagal mengukurnya karena
mungkin jarak pengamatan yang dilakukan Galileo kurang jauh.
Pada tahun 1675, Sir Isaac Newton dalam Hypothesis of Light menyatakan
bahwa cahaya terdiri dari partikel halus yang memancar ke segala arah dari
sumbernya. Jika partikel diamggap tidak bermassa, maka suatu benda bersinar
tidak akan kehilangan massanya hanya karena memancarkan cahaya, dan
cahaya itu sendiri tidak dipengaruhi oleh gravitasi. Teori Newton ini dikenal
dengan nama Teori Emisi.
Pada tahun 1678, Christian Huygens mengatakan teori bahwa cahaya
dipancarkan ke segala arah sebagai gelombang seperti bumi. Sehingga
jikademikian cahaya akan memiliki frekuensi dan panjang gelombang. Pada
zaman Newton dan Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa cahaya
selalu memerlukan energi dalam perambatannya. Namun, ruang antara
bintang maupun planet di antariksa merupakan ruang hampa udara. Inilah
yang membuat kebingungan, jika cahaya seperti yang dikatakan oleh Huygens
maka medium apakah yang menghantarkan cahaya di ruang angkasa?

10
Sehingga Huygens menjawab kritik ini dengan berhipotesis bahwa ada zat
yang bernama eter sebagai perantara di ruang hampa. Zat ini sangat ringan,
tembus pandang, dan memenuhi seluruh alam semesta. Eterlah yang
‘mengantarkan cahaya dari bintang-bintang sampai ke Bumi.
Newton menjelaskan cahaya bagaikan peluru yang melaju mengikuti
lintasan lurus. Anehnya dilain tempat Newton malah mengusulkan teori
getaran eter untuk menjelaskan sifat cahaya. Ini memperlihatkan
ketidakkonsistenan Newton. Tapi Newton percaya bahwa eter terdiri dari
partikel yang sangat halus yang membuatnya bersifat sangat renggang dan
lenting. Alam tanpa eter tidak mungkin menghantar gelombang. Newton
bersikukuh menolak ide Huygens bahwa cahaya bersifat gelombang. Menurut
Newton gelombang akan melebar dan mengisi seluruh ruang seperti
gelombang air mengisi ceruk kolam, padahal dalam praktik cahaya mengikuti
garis lurus dan tidak mengisi ruang bayangan. Pada kesempatan lain Newton
menyatakan lebih suka langit tetap kosong daripada diisi eter. Bagaimanapun
juga sekiranya ruang angkasa diisi eter maka perjalanan benda langit
terhambat. Implikasi ini tidak teramati, ia tetap lebih suka alam tanpa eter,
persis seperti ajaran atonomi yunani. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
Newton masih bimbang perihal cahaya, ia tidak dapat memilih antara model
peluru dan getaran eter meski condong pada yang pertama. Dalam edisi kedua
‘Principia’ (1713) Newton kembali menutup segala spekulasi dan menulis
“saya tidak mengakali hipotesa”. Sampai pertengahan abad ke-18, tidak ada
percobaan-percobaan yang mendukung kebenaran bahwa cahaya
diumpamakan sebagai peluru di atas.

1. Galileo Galilei (1564 M - 1642 M) adalah seorang astronom, filsuf,


dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah.
Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan
teleskop (dengan 32x pembesaran) dan berbagai observasi astronomi
seperti menemukan satelit alami Jupiter -Io, Europa, Ganymede, dan
Callisto- pada 7 Januari 1610. Buku karangannya adalah Dialogo
sopra i due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di
Florence pada 1632, dan Discorsi e dimostrazioni matematiche,
intorno à due nuove scienze diterbitkan di Leiden pada 1638.
2. Johannes Kepler (Jerman ,1571-1630). Dalam bukunya Iklan
Vitellionem Paralipomena, Kepler menyatakan bahwa intensitas
cahaya dari sumber titik berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari
sumbernya, cahaya yang dapat diperbanyak melalui jarak jauh tanpa

11
batas dan bahwa kecepatan propagasi adalah tak terbatas. Dia
menjelaskan visi sebagai konsekuensi dari pembentukan gambar pada
retina oleh lensa pada mata dan benar menggambarkan penyebab
panjang-sightedness dan kecupetan. Dalam Dioptrice, Kepler disajikan
penjelasan tentang prinsip-prinsip yang terlibat dalam mikroskop lensa
konvergen / divergen dan teleskop. Dalam risalah yang sama, ia
menyarankan agar teleskop dapat dibangun menggunakan tujuan
konvergen dan lensa mata konvergen dan menggambarkan kombinasi
lensa yang kemudian akan menjadi dikenal sebagai lensa tele. Ia
menemukan refleksi internal total, tetapi tidak dapat menemukan
hubungan yang memuaskan antara sudut datang dan sudut bias.
3. Rene Descartes Para matematikawan dan filsuf Rene Descartes
(Perancis, 1596-1650) menerbitkan karya Snell pada tahun 1637 di
Dioptrique La nya. Descartes menentukan sudut refraksi dan
menunjukkan hukum sinus dari refraksi optik yang Willebrord Snell
sebelumnya berasal.
4. Francesco Maria Grimaldi (Italia, 1618-1663). Dalam Physico-
mathesis nya lumine de, coloribus et Iride, diterbitkan pada 1655,
menggambarkan pengamatan difraksi ketika ia melewati cahaya putih
melalui lubang kecil. Grimaldi menyimpulkan bahwa cahaya adalah
cairan yang menunjukkan gelombang-seperti gerakan.
5. Robert Hooke (Inggris, 1635-1703) tertarik pada eksperimen
Grimaldi, dia mengulangi hal itu. Pada 1655, Hooke diterbitkan
risalahnya, Micrographia. Dalam buku itu, dijelaskan Hooke
pengamatan dengan mikroskop senyawa yang memiliki lensa objektif
dan lensa konvergen mata konvergen. Dalam buku yang sama, ia
menggambarkan pengamatannya dari warna yang dihasilkan dalam
serpihan dari mika, gelembung sabun dan film minyak di atas air. Dia
mengakui bahwa warna diproduksi di mika serpih ini terkait dengan
ketebalan mereka tetapi tidak mampu untuk membangun hubungan
yang pasti antara ketebalan dan warna. Hooke diajukan sebuah teori
gelombang untuk propagasi cahaya.
6. Isaac Newton (Inggris, 1642-1727) telah melolong sukses di optik.
Pada 1666, ketika ia berlibur di rumah, ia menemukan pemecahan atas
cahaya putih menjadi warna komponennya ketika melewati sebuah
prisma. Pada 1668, sebagai solusi untuk masalah chromatic aberration
dipamerkan oleh teleskop pembiasan, Newton dibangun teleskop

12
refleksi pertama. Pada 1672, pengamatan sebelumnya Newton pada
dispersi sinar matahari saat melewati sebuah prisma dilaporkan ke
Royal Society. Newton menyimpulkan bahwa sinar matahari terdiri
dari cahaya warna yang berbeda yang dibiaskan oleh kaca untuk
luasan yang berbeda. Ini adalah awal dari optik fisik. Newton 's
Opticks diterbitkan pada 1704. Dalam buku itu, Newton
mengemukakan pandangannya bahwa cahaya adalah partikel tetapi
bahwa partikel dapat merangsang gelombang di aether. Kepatuhan-
Nya kepada sifat partikel cahaya didasarkan terutama pada anggapan
bahwa perjalanan cahaya dalam garis lurus sedangkan gelombang bisa
menekuk ke daerah bayangan. Newton juga membangun teleskop
refraksi karena ia menduga bahwa cahaya putih terdiri dari spektrum
cahaya. Dia bereksperimene dengan menembakan cahaya putih
menjadi warna pelangidi sekitar cerah objek astronoomi.
7. Christiaan Huygens (Belanda, 1629-1695), seorang ilmuwan fisik dan
astronom dan ahli matematika. Dalam de Traité nya Lumiere pada
tahun 1690, Huygens mengemukakan teori gelombang cahaya nya.
Dia dianggap ringan yang ditularkan melalui eter meresapi segala yang
dibuat dari partikel-partikel kecil yang elastis, yang masing-masing
dapat bertindak sebagai sumber sekunder wavelet. Atas dasar ini,
Huygens menjelaskan banyak karakteristik propagasi cahaya
diketahui, termasuk refraksi ganda di kalsit ditemukan oleh
Bartholinus pada 1669. Dia memecah monopoli teori partikel Newton
cahaya.Huygens mengatakan bahwa cahaya pada dasarnya sama
dengan bunyi dan berupa gelombang.
C. Perkembangan Optik Periode III (Periode singkat, 1800 M s.d. 1890 M)
Periode III ini merupakan periode tersingkat dalam sejarah
perkembangan optik. Periode III dimulai ketika ketika sekitar tahun 1801,
Thomas Young dan Agustin Fresnell membuktikan bahwa cahaya dapat
melentur (difraksi) dan dapat mengalami interferensi ketika dilewatkan pada
dua celah sempit. Ternyata peristiwa ini tidak dapat diterangkan oleh teori
emisi Newton. Selain tidak dapat menjelaskan peristiwa difraksi dan
interferensi, teori emisi Newton pun tidak dapat menjelaskan bahwa
kecepatan cahaya di dalam air lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya di
udara. Sehingga anggapan bahwa cahaya merupakan gelombang semakin
kuat.
Selanjutnya Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya
bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan
sehingga tergolong gelombang elektomagnetik. Sesuatu yang yang berbeda

13
dengan gelombang bunyi yang tergolong gelombang mekanik. Gelombang
elekromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium dan kecepatan
rambatnyapun amat tinggi bila dibandingkan dengan gelombang bunyi.
Gelombang elekromagnetik merambat dengan kecepatan 300.000 km/s,
kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan gelombang cahaya. Sehingga
dapat dikatakan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Dua
prediksi Maxwell diuji secara terpisah oleh Heinrich Rudolf Hertz ( 1857-
1894 ) dan Hendrik Antoon Lorentz ( 1853-1928 ). Maxwell meramalkan
bahwa gangguan di dalam medan magnetik dan listrik harus merambat
secepat cahaya. Tapi gelombang elektromagnetik seperti itu belum pernah
teramati.
Pada tahun 1887, Heartz menguji prediksi itu sampai dengan
memercikkan bunga api listrik di antara dua kutub. Ia mengamati bahwa di
antara dua kutub di tempat lain di dalam laboratoriumnya terjadi juga percikan
bunga api yang sama.Tak pelak lagi, pengaruh bunga api yang petama harus
dibawa sebagai gelombang melalui udara sehingga menimbulkan bunga api
yang kedua. Ia membuktikan secara eksperimental bahwa gelombang mirip
seperti cahaya, karena menunjukkan gejala pemantulan, pembiasan, difraksi,
dan polarisasi
1. Thomas Young (Inggris, 1773-1829). Dilakukan percobaan yang
sangat infered sifat gelombang cahaya. Karena ia percaya bahwa
cahaya terdiri dari gelombang, muda beralasan bahwa beberapa jenis
interaksi akan terjadi ketika dua gelombang cahaya bertemu. Tutorial
interaktif ini mengeksplorasi bagaimana gelombang cahaya koheren
berinteraksi ketika melewati dua celah berjarak dekat. Pada tahun
1793 , ia berhasil menjelaskan proses akomodasi pada mata manusia.
Ia mengatakan bahwa lensa mata berubah bentuknya, sesuai jarak
benda yang dilihatnya. Tahun 1801 ia menemukan penyebab
astigmatisma yaitu keadaan mata yang menyebabkan benda yang
dilihat Nampak kabur. Hal ini disebabkan oleh lengkung mata yang
tidak normal. Pada tahun ini juga ia menemukan hokum interferensi
cahaya. Ia membuktikan bahwa cahaya adalah gelombang. Selain itu
young beranggapan bahwa suatu zat memiliki batas ketegangan . Sifat
ketegangan inni dinamakan ‘ Modulus Young ‘ pada suatu zat..
Thomas menggunkan sebuah berkas cahaya tunggal ( monokromatis )
dan celah sempit yang memancar menuju dua celah sempit atau sejajar
dan jaraknya berdekatan, celah-celah Young dapat digunakan untuk
menentukan pola interferasi. Dalam percobaannya, Young .
menjelaskan bahwa difraksi merupakan gejala penyebaran cahaya

14
yang dialami oleh seberkas gelombang cahaya ketika melalui suatu
celah sempit dibandingkan dengan ukuran panjang gelombangnya.
Young mengatakan bahwa manusia dapat melihat warna karena
didalam retina mata manusia terdapat tiga reseptor warna yang
masing-masing peka terhadap warna merah, hijau. Biru.
2. Augustin Jean Fresnel (Prancis ,1788-1827). Independen menemukan
kembali interferensi dan mulai mempelajari teori gelombang cahaya.
Difraksi efek, seperti tepi samar bayangan dan bayangan pinggiran,
diketahui telah diamati pada awal abad ke-17. Namun, sebelum
penemuan gangguan pada tahun 1801, baik teori gelombang maupun
teori partikel bisa menawarkan penjelasan yang cocok untuk efek. Di
tahun 1816, Fresnel menunjukkan bahwa fenomena difraksi berbagai
sepenuhnya dijelaskan oleh interferensi gelombang cahaya. Sebagai
hasil dari penyelidikan oleh Arago Fresnel dan pada gangguan cahaya
terpolarisasi dan interpretasi selanjutnya mereka dengan Thomas
Young, disimpulkan bahwa gelombang cahaya yang transversal dan
tidak, seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, longitudinal.
Fresnel menemukan lensa Fresnel yaitu bentuk lensa cembung yang
bentuknya berbeda dengan lensa cembung pada umumnya.Fresnel
menemukan persamaan Fresnel untuk mengamati perilaku gelombang
cahaya ketika merambat antar medium yang mempunyai indeks bias
berbeda namun indeks bias tersebut bernilai real. Fresnel berpendapat
bahwa gelombang cahaya mengalami refraksi dan refraksi beraturan.
3. James Clerk Maxwell (Skotlandia, 1831-1879). Pada tahun 1865 dari
studi tentang persamaan menggambarkan medan listrik dan magnetik,
ditemukan bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik harus, dalam
kesalahan eksperimental, menjadi sama dengan kecepatan cahaya.
Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya adalah bentuk dari gelombang
elektromagnetik. Maxwell menyelidiki tentanghubungan antar warna
dengan cara bagaimana warna terseut tertangkap oleh mataHasil
penyelidikannya merupakan dasar dari fotografi berwarna dan
menuntun Maxwell untuk membuat potret berwarna. Maxwell
menyatakan bahwa cepat ranbat gelombang elektromagnetik sama
dengan cepat rambat cahaya yaitu dan berkesimpulan bahwa cahaya
merupakan gelombang elektromagnetik.
4. Pada tahun 1845, Faraday mulai meneliti tali-temali cahaya dengan
gejala elektromagnetik. Penelitian ini diusulkan oleh William

15
Thomson ( belakangan terkenal sebagai Lord Kelvin ). Seberkas
cahaya yang terpolarisasi oleh bidang ia lewatkan sejenis kaca berat
yang terletak di antara kedua kutub magnet. Bidang polarisasi cahaya
itu ternyata berputar. Faraday girang sekali. Kelihatannya bukan saja
listrik yang tekait dengan kemagnetan, tapi keduanya berhubungan
dengan cahaya. Ia menyimpulkan bahwa gaya magnetik dan gaya
cahaya berhubungan satu sama lain. Hal ini, menurut Faraday,
kemungkinan besar sangat penting pada penelitian susulan terhadap
kedua jenis gaya alamiah ini. Prediksinya tidak meleset. Kelak di
kemudian hari, maxwell merumuskan hubungan ini secara matematis.
D. Periode IV (1887 M s.d 1925) (1550-1800)
Optika modern ditandai dengan perkembagan ilmu dan rekayasa optik
yang menjadi sangat populer pada abad 20. Bidang optik ini meliputi
elektromagnetik atau sifat kuantum cahaya. Pada era optika modern ditandai
dengan penemuan besar yaitu mengenai efek foto listrik dan serat optik.
1. Efek fotolistrik
Efek fotolistrik berawal dari penemuan Heinrich Rudolf
Hertz pada tahun 1887. Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya
elektron yang dimiliki atom-atom logam akibat disinari oleh cahaya
yang memiliki frekuensi lebih besar daripada frekuensi ambang logam
tersebut. Peralatan eksperimen Hertz pada waktu terdiri dari dua buah
plat logam yang terhubung dengan sumber tegangan dan terletak
dalam ruang.
Sebuah logam ketika disinari akan melepaskan elektron, yang
akan menghasilkan arus listrik jika disambung ke rangkaian tertutup.
Jika cahaya adalah gelombang seperti yang telah diprediksikan oleh
Fisika klasik, maka seharusnya semakin tinggi intensitas cahaya yang
diberikan maka semakin besar arus yang terdeteksi. Namun hasil
eksperimen menunjukkan bahwa walaupun intensitas cahaya yang
diberikan maksimum, elektron tidak muncul juga dari plat logam.
Tetapi ketika diberikan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih
pendek (frekuensi lebih tinggi, ke arah warna ungu dari spektrum
cahaya) dari sebelumnya, tiba-tiba elektron lepas dari plat logam
sehingga terdeteksi arus listrik, padahal intensitas yang diberikan lebih
kecil dari intensitas sebelumnya. Berarti, energi yang dibutuhkan oleh
plat logam untuk melepaskan elektronnya tergantung pada panjang
gelombang. Hal inilah yang membuat banyak ilmuwan pada saat itu
menjadi kebingungan.
Misteri ini akhirnya dijawab oleh Albert Einstein, yang
menyatakan bahwa cahaya terkuantisasi dalam gumpalan partikel

16
cahaya yang disebut foton. Energi yang dibawa oleh foton sebanding
dengan frekuensi cahaya dan konstanta Planck. Dibutuhkan sebuah
foton dengan energi yang lebih tinggi dari energi ikatan elektron untuk
melepaskan elektron keluar dari plat logam. Ketika frekuensi cahaya
yang diberikan masih rendah, maka walaupun intensitas cahaya yang
diberikan maksimum, foton tidak memiliki cukup energi untuk
melepaskan electron dari ikatannya. Tapi ketika frekuensi cahaya yang
diberikan lebih tinggi, maka walaupun terdapat hanya satu foton saja
(intensitas rendah) dengan energi yang cukup, foton tersebut mampu
untuk melepaskan satu elektron dari ikatannya. Intensitas cahaya
dinaikkan berarti akan semakin banyak jumlah foton yang dilepaskan,
akibatnya semakin banyak elektron yang akan lepas
2. Serat optik
Serat optik adalah sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau
plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke
tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau
LED. Kabel ini berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya
yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca
lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai
spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat
tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.
Sekitar tahun 1930-an para ilmuwan di Jerman melakukan eksperimen
untuk mentransmisikan cahaya melalui media yang disebut serat optik.
Kemunculan serat optik sebenarnya didasari oleh penggunaan cahaya
sebagai pembawa informasi yang sudah lama dilakukan. Namun, hasil
percobaan tersebut tidak bisa langsung dimanfaatkan. Kemudian pada
tahun 1958 para ilmuwan di Inggris mengusulkan prototipe serat optik
yang modelnya masih digunakan sampai saat ini yaitu terdiri dari gelas
inti yang dibungkus oleh gelas lainnya. Lalu sekitar awal tahun 1960-
an perubahan fantastis terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan
Jepang berhasil membuat jenis serat optik yang mampu
mentransmisikan gambar.
Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang sangat bening
dan tidak menghantar listrik, sehingga konon, dengan pencahayaan
cukup mata normal akan dapat melihat lalu-lalangnya penghuni serat
tersebut. Sejak pertama kali dicetuskan, serat optik masih memerlukan
banyak perbaikan dan pengembangan karena masih sangat tidak
efektif. Hingga pada tahun 1968 atau berselang dua tahun setelah serat
optik pertama kali diramalkan akan menjadi pemandu cahaya, tingkat
atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km. Melalui pengembangan

17
dalam teknologi material, serat optik mengalami pemurnian, dehidran
dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai tingkat
di bawah 1 dB/km.
Serat optik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan media transmisi yang lain, antara lain sebagai berikut:
1. Mempunyai lebar bidang (bandwidth) yang sangat lebar
sehingga dapat mentransmisikan sinyal digital dengan
kecepatan data yang sangat tinggi (dari orde Mbit/s sampai
dengan Gbit/s) dan mampu membawa informasi yang sangat
besar.
2. Rugi transmisi (transmission loss) yang rendah sehingga
memperkecil jumlah sambungan dan jumlah pengulang
(repeater) yang pada gilirannya akan mengurangi kerumitan
dan biaya sistem.
3. Ukuran sangat kecil dan sangat ringan.
4. Serat optik terbebas dari derau (noise) elektrik maupun medan
magnetic karena menyediakan pemandu gelombang
(waveguide) yang kebal terhadap interferensi elektromagnetik
(Electromagnetic Interference, EMI), menjamin terbebas dari
efek pulsa elektromagnetik (Electromagnetic Pulse, EMP), dan
interferensi frekuensi radio (Radiofrequency Interference,
RFI).
5. Terisolasi dari efek elektrik karena terbuat dari kaca silika atau
polimer plastik yang bersifat sebagai bahan isolator (insulator)

E. Periode V (1925 –sekarang)


1. Michelso Pada tahun 1926, Michelson (Amerika ,1852-1931)
melakukan percobaan yang terakhir dan paling akurat untuk
menentukan kecepatan cahaya. Menggunakan jalan cahaya dengan
panjang 35 km dari Mount Wilson observatorium untuk teleskop di
Gunung San Antonio, ia menemukan nilai 299.796 km per detik.
Michelson melakukan eksperimennya dengan desain dan prinsip yang
sama seperti milik Young berupa percobaan celah ganda. Awalnya
percobaan interferometer Michelson digunakan untuk membuktikan
adanya eter, namun tidak terbukti, akhirnya interferometer Michelson
digunakan untuk menentukan panjang gelombang cahaya dan untuk
mengamati sifat medium optik interferensi cahaya
2. Walter geffcken, Pada tahun 1939, Walter Geffcken (Jerman, 1872-
1950), menggambarkan filter gangguan transmisi

18
3. Dennis gabor, Pada tahun 1948, Dennis Gabor (Hungaria, 1900-1979),
menggambarkan prinsip-prinsip rekonstruksi wavefront, kemudian
menjadi dikenal sebagai holografi
4. Arthur schawlow, Pada tahun 1958, Arthur Schawlow L (Amerika ,
1921-1999) dan Charles Townes H (Amerika, 1915 -) menerbitkan
sebuah makalah berjudul "Maser Infrared dan Optical" di mana ia
mengusulkan bahwa prinsip maser dapat diperluas ke daerah terlihat
dari spektrum memunculkan apa yang kemudian menjadi dikenal
sebagai 'laser

BAB III

19
(PENUTUP)

A. KESIMPULAN
Berbeda dengan Periode I, di Periode II ini sudah banyak dilakukan
eksperimen untuk mendukung kebenaran dari teori-teori yang telah
dikemukakan. Penemuan-penemuan di Periode II ini dimulai ketika orang-
orang mulai gemar mengamati pelangi, hingga akhirnya diketahui bahwa
pelangi disebabkan oleh pembiasan cahaya oleh air. selain itu, di abad ke-16
ini juga sudah mulai dibuat mikroskop yang menggunakan lensa gabungan
yaitu lensa objektif dan lensa okuler oleh Antony van Leuwenhoek (1632-
1723) dari Belanda. Periode III ini merupakan periode tersingkat dalam
sejarah perkembangan optik. Periode III dimulai ketika ketika sekitar tahun
1801, Thomas Young dan Agustin Fresnell membuktikan bahwa cahaya dapat
melentur (difraksi) dan dapat mengalami interferensi ketika dilewatkan pada
dua celah sempit. Ternyata peristiwa ini tidak dapat diterangkan oleh teori
emisi Newton. Selain tidak dapat menjelaskan peristiwa difraksi dan
interferensi, teori emisi Newton pun tidak dapat menjelaskan bahwa
kecepatan cahaya di dalam air lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya di
udara. Sehingga anggapan bahwa cahaya merupakan gelombang semakin
kuat. Optika modern ditandai dengan perkembagan ilmu dan rekayasa optik
yang menjadi sangat populer pada abad 20. Bidang optik ini meliputi
elektromagnetik atau sifat kuantum cahaya. Pada era optika modern ditandai
dengan penemuan besar yaitu mengenai efek foto listrik dan serat optik.

B. SARAN
Dalam makalah ini banyak halyang menarik terutama dalam
bagaimana diceritakan periode-periode perkembangan optik, namun
disarankan kepada pembaca untuk dapat lebih mengerti lagi materiini agar
dapat mencari usmberlain yang bersangkutan terutama sumber mengenai
gambar atau bisa langsung kemusium dimana terdapat peninggalan tersebut.
Karena dari berbagai buku yang pemakalah baca melihat akan lebih membuat
pemahaman lebih mantap.

DAFTAR PUSTAKA

20
Mayena,sri.2015.sejarah fisika.stain batusangkar: batusangkar

Sudarbi, muhammad hilal.2015. sejarah perkembangan fisika. Kupang

NS, Rochmah. Perencanaan Komunikasi Optik.Departemen Teknik Elektro


Universitas
Indonesia,2007.

21

Anda mungkin juga menyukai