ABSTRACT
PENDAHULUAN
Menurut Undang-undang nomor 10 tahun, (1998) tentang perubahan
Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkanya kembali dalam bentuk kredit atau dalam bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Salah satu lembaga keuangan berperan penting dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat disebut bank umum, bank umum yang ada di
Indonesia baik yang milik pemerintah, bank asing, campuran, maupun
swasta pada saat ini khususnya masyarakat yang tinggal di pedesaan
terutama dalam hal pemberian kredit ini belum dapat menjangkau seluruh
lapisan (Abdullah, 2009; Syaifuddin, 2008). Oleh karena itu adanya PT.
Bank Pembangunan Daerah yang didirikan oleh pemerintah yang hampir
di setiap kecamatan diharapkan dapat memberikan perlayanan perbankan
kepada masyarakat yang belum terjangkau oleh bank umum. Rendahnya
kualitas perbankan dapat dilihat dari lemahnya kondisi internal sektor
1
perbankan, lemahnya manajemen bank, sumber daya manusia (SDM),
serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia
(BI), kuantitas bank yang banyak menciptakan persaingan yang semakin
ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan
bersaing di pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat
atau bahkan tidak sehat secara financial.
Kredit menurut Undang-undang tentang perbankan (No. 10 tahun
1998) adalah penyediaan uang atau tagihan yang disamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunganya.
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah yang
dapat digunakan untuk mengukur seberapa llikuidnya suatu perusahaan.
Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan
tersebut likuid, sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajibannya berarti perusahaan tersebut ilikuid (Horne, 1986). Menurut
Marlius,(2018) Menyatakan kredit merupakan penyediaan tagihan atau
uang yang harus dibayar kembali beserta bunganya oleh nasabah sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati sedangkan menurut Anggraini &
Nasution, (2013) kredit merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan
suatu pembelian atau mengadakan pinjaman dengan janji pembayaran
akan dilakukan pada jangka waktu yang disepakati.
suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup lagi membayar sebagian
atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah disepakati
disebut dengan kredit bermasalah (NPL). Menurut Coppola (1998) Non
Perfoming Loan (NPL) merupakan kemampuan bank dalam mengelola
kredit bermasalah pada suatu bank. Resiko kredit merupakan salah satu
resiko usaha bank yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam
pengembaliannya atau tidak dilunasinya kredit kembali yang diberikan
oleh pihak bank kepada debitur. Cara perusahaan mengukur likuid atau
tidaknya, dapat dilakukan dengan cara membandingkan komponen yang
ada pada neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang
jangka pendek). Pengukuran ini dapat dilakukan untuk beberapa periode
sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke
waktu,Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur rasio liquiditas
adalah rasio Non Perfoming Loan (NPL). NPL atau kredit bermasalah
ialah salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah
satu tujuan bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank
Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah
sebesar 5% .
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya disebut rasio likuiditas.
Rasio liquiditas digunakan untuk mengukur likuidnya tidaknya suatu
2
perusahaan. Jika perusahaan memenuhi kewajibannya berarti perusahaan
tersebut likuid, sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajibannya berarti perusahaan tersebut tidak ilikuid (Weston, 1990).
Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas adalah
rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan rasio antara kredit
dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan
memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan. Hal ini dikarena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit semakin besar. Ketentuan Bank Indonesia mengenai
maksimal LDR adalah sebesar 110%.
Menurut (Agustiningrum, 2011; Fitria & Lidia, 2017) Loan to Deposit
Ratio(LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang
disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu
bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank
terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank
dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah
menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para
debiturnya.
Sedangkan menurut Afriyeni, A & Fernos, (2018) Loan To Deposit
Ratio (LDR) adalah jenis rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang bersifat jangka
pendek (Liquiditas) dengan cara membagi total jumlah kredit terhadap
total dana pihak ketiga (DPK). Menurut Rosyada, (2018) Bank
Pembangunan Daerah (BPD) merupakan bank pembangunan yang dimiliki
oleh pemerintah daerah. Sebagai bank yang berperan dalam pembangunan
daerah, dibandingkan dengan bank persero, bank swasta nasional, dan
bank asing, kontribusi BPD secara aggregate memang masih kecil bila
dilihat dari sisi asset dan kredit yang diberikan. Penyebaran besaran asset
masing-masing BPD pun juga tidak merata. Sebagai contoh Bank
Pembangunan Daerah Sumatera Barat yang kepemilikan sahamnya
dimiliki oleh Provinsi Sumatera Barat, disebut sebagai bank pembangunan
daerah karena bank pembangunan daerah di tunjuk sebagai mitra kerja
pemerintah untuk turut mendukung program kerja pemerintah provinsi
yang membutuhkan layanan jasa keuangan dan perbankan.
Seperti layaknya bank umum lainnya PT. Bank Pembangunan Daerah
Sumatera Barat Cabang Utama Padang memiliki berbagai produk dan
layanan untuk berbagai segmen masyarakat dan dunia usaha. Produk dana
pihak ketiga terdiri dari tabungan, giro, dan deposito. Sedangkan untuk
produk kredit dan pembiayaan beragam, mulai dari segmen konsumtif
sepertikredit tanpa anggunan, perumahan, serta segmen produktif seperti
modal usaha dan investasi. Secara umum, produk layanan bank
pembangunan daerah tidak kalah dengan bank umum lainnya.
Berikut adalah data perkembangan kredit yang diberikan, dana pihak
ketiga dan total kredit bermasalahpadaPT. BPD Sumatera Barat Cabang
Utama Padang periode 2013-2017 sebagai berikut:
3
Tabel 1
Kredit Yang Diberikan, Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bermasalah
PT. BPD Sumatera Barat Cabang Utama Padang
Tahun 2013-2017
Keterangan
Dana pihak Total kredit yang
Tahun
ketiga diberikan Kredit bermasalah
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
2013 11.885.765 12.207.716 248.276
2014 13.231.972 13.509.592 314.736
2015 14.748.936 13.409.097 366.583
2016 14.017.907 15.361.918 368.486
2017 15.047.868 16.231.513 448.336
Sumber:PT. BPD Sumatera Barat Cabang Utama Padang
Dari tabel 1. diatas dapat diketahui Total Kredit yang diberikan
mengalami peningkatan dari tahun 2013 hingga tahun 2017, peningkatan
DPKjuga diikuti dengan meningkatnyatotal kredit yang dibeikan dari tahun
2013 sampai dengan 2017. Begitupun dengan Total kredit bermasalah juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Besarnya dana pihak ketiga juga
berpengaruh terhadap penyaluran kredit hal ini dikarenakan semakin tinggi
dana yang dihimpun oleh bank maka, semakin meningkat kredit yang
disalurkan, jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang
terhimpun banyak, maka hal tersebut dapat menyebabkan bank rugi. Dengan
meningkatnya jumlah kredit, maka pihak bank juga harus mengelola kredit
yang disalurkannya agar tidak terjadi kerugian.Besarnya kredit yang
disalurkandapat menimbulkan resiko bagi bank, salah satu resikonya yaitu
ketidakpastian dalam pengembaliannya yang berujung terjadinya perubahan
status pada kredit tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui Analisis Loan To Deposit Ratio dan Non Perfoming Loan pada PT.
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat Cabang Utama Padang periode 2013-
2017.
METODE PENELITIAN
Dalam pengumpulan data dan bahan untuk melakukan penelitian ini
digunakan metode-metode pengumpulan data Studi Lapangan dan Peninjauan
Pustaka. Studi lapangan (Field Research) yaitu penulis melakukan langsung
kelapanganini dapat membantu penulis untuk melengkapi data yang
diperlukan, adapun cara riset lapangan ini adalah dengan mewawancarai
pihak-pihak tertetu yang berkepentingan dalam perusahaan atau instansi yang
bersangkutan. Meninjau ke perustakaan (Library Research) yaitu penelitian
yang dilakukan keperpustakaan, beberapa buku ilmiah, dan tulisan-tulisan
yang berhubungan dengan pembahasan yang dilakukan. Sedangkan dalam
4
analisis data, penulis menggunakan analisis data kuantitatif. Data kuantitatif
merupakan data informasi yang dinyatakan dalam bentuk angka hasil dari
perhitungan dan pengukuran Analisis Loan To Deposit Rasio dan Non
Performing Loan pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat
Cabang Utama Padang.
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
5
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
sangat tinggi sementara dana yg tersedia tidak mencukupi.
Loan To Deposit Rasio (LDR) dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat
Edaran Bank Indonesia No 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):
Dimana :
LDR = Loan To deposit Ratio
Total Kredit = Total kredit yang disalurkan
Total Deposit = Total dana pihak ketiga
Equity = Modal sendiri
Berdasarkan data yang diperoleh Loan To Deposit Ratio PT. BPD
Sumbar Cabang Utama Padang periode Desember 2013 sampai Desember
2017 ditunjukan pada tabel di bawah ini :
Table 3.
Perhitungan Loan To Deposit Rasio (LDR)
PT. BPAD Sumatera Barat Cabang Utama Padang
Periode 2013-2017
Jumlah kredit Dana pihak
Yang diberikan Ketiga LDR
Tahun
(juta) (Juta) (1:2) x 100%
(1) (2)
2013 11. 155.045 13.413.045 83
2014 12.314.785 15.031.126 82
2015 13.277.042 16.130.859 82
2016 14.069.788 17.238.770 82
2017 14.905.065 18.033.457 83
Sumber: PT. BPD Sumbar, Data Diolah
Tahun 2013
6
Dapat disumpulkan bahwa range LDR pada PT. BPD Sumatera
Barat dari tahun 2013-2017 berkisar antara 82%-83%. Hal ini menandakan
bahwa LDR pada PT. BPD Sumatera Barat tegolong sehat karena sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu ≤85% tergolong
sehat. Hal tersebut menandakan bahwa BPD Sumatera Barat tidak
menyalurkan seluruh dananya, sehingga bank masih memilikii dana untuk
memenuhi kewajiban segera yang harus dibayar. Non Perfoming Loan
(NPL) merupakan kredit bermasalah yang merupakan salah satu indikator
untuk menilai kualitas kinerja bank. Ini artinya Non Perfoming Loan
(NPL) merupakan indikasi adanya masalah dalam bank tersebut yang
mana jika tidak segera mendapatkan solusi maka akan berdampak buruk
bagi bank. Jika meningkatnyaNon Perfoming Loan (NPL) secara terus
menerus akan memberikan pengaruh negatif pada bank. Non Perfoming
Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci
untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai
lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana(Prayudi, 2010).
Resiko adalah ancaman atau kemungkinansuatu tindakan atau kejadian
yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin
dicapai, Resiko kredit (credit risk) didefinisikan sebagai resiko kerugian
sehubungan dengan pihak peminjam yang tidak dapat atau tidak mau
memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang
dipinjamkannya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan Bahwa rasio
Kredit Bermasalah Non Perfoming Loan (NPL) adalah sebesr 5%.
Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut:
Dimana:
NPL = Non Perfoming Loan
Total Kredit = total kredit yang disalurkan
Kredit bermasalah = Total Kredit yang bermasalah
7
Tabel 4.
Perhitungan Non Perfoming Loan (NPL)
PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat Cabang Utama Padang
Tahun 2013-2017
Jumlah NPL Jumlah Kredit
NPL%
Tahun (Juta Rupiah ) (Juta Rupiah)
(1:2x100)
(1) (2)
2013 248.276 12.155.045 3,1
2014 314.736 12.314.785 2,5
2015 366.853 13.277.042 2,7
2016 368.846 14.069.788 2,6
2017 448.336 14.905.065 3,2
Sumber: PT.Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat, Data Diolah
Tahun 2013
8
fator yang mempengaruhi naik turunnya total kredit diantaranya adalah
kemauan dari para debitur, kondisi perekonomian Indonesia dan juga
kebijakan dari pemerintah. Sebagaimana fungsi bank yaitu untuk
menghimpun dana dan menyalurkannya kembali. Untuk memaksimalkan
hal ini agar tetap terkoordinir dengan baik, maka pihak bank memang
harus membuat system manajemen pada berbagai aspek dan pihak yang
terlibat. Langkah ini merupakan upaya yang cukup bagus dalam
melakukan manajemen kegiatan operasional bank, diantaranya adalah
untuk mengurangi resiko gagal kreditatau kredit macet yang akhirnya bisa
menghasilkan tingkat atau total kredit yang terus meningkat dengan baik.
SIMPULAN
Loan To Deposit Ratio (LDR) Pada PT. Bank Pembangunan
Daerah Sumatera Barat Cabang utama padang selama periode penelitian
hasilnya sangat bagus karena tidak melampaui batas maksimal yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia 110%. Kredit yang disalurkan dan juga
dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh PT. Bank
Pembanguanan Daerah Sumatera Barat dimana dapat dilihat bahwaLoan
To Deposit Rasio (LDR) selama periode penelitian tahun 2013-2017
mengalami trend yang flukuatif cenderung mengalami peningkatan. Nilai
LDR tertinggi yaitu sebesar 83% yaitu pada tahun 2013 dan 2017 ini
membuktikan bahwa PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat
Cabang Utama Padang telah melaksanakan fungsi Intermediary kearah
yang lebihbaikdenganjalanmeningkatkanjumlahkredit yang disalurkan dari
tahun ketahun,besar nilai LDR tersebut memenuhi Standar Bank Indonesia
yaitu sebesar 75 % - 110%.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia bahwa tingkat Non
Perfoming Loan (NPL) yang baik itu dibawah 5%. Dimana dapat terlihat
bahwaNon Perfoming Loanpada PT. BPD Sumatera Barat yang cenderung
berflukuatif setiap tahunnya yang mana NPL berkisar antara range 3,2%
sampai 2,5%. meskipun masih dibawah Non Performing Loan (NPL) yang
ditentukan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Dengan demikian bank
harus tetap berhati-hati dan selektif dalam memilih debitur baru sehingga
dapat mengurangi kerugian yang dialami bank nantinya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Badria, M., & Marlius, D. (2019). Analisis Rasio Likuiditas Pada PT.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Lengayang.
https://doi.org/10.31219/osf.io/esvb7
Coppola, V., Gatta, D., Alfinito, M., Alfano, L., & D’Agostino, F. (1998).
Analisis Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL Terhadap Profitabilitas (
Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Yang Terdaftar Pada
10
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013). E-Jurnal S1 Ak.
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1
(Volume:3 No. 1 Tahun 2015), 96(5), 466–469.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10051870
Fitri, H. Y., & Marlius, D. (2019). Analisis Rasio Likuiditas Pada PT.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nagari Kasang.
https://doi.org/10.31219/osf.io/bcs73
Fitria, Nurul & Sari Lidia, R. (2017). Analisis Keijakan Pemberian Kredit
Dan Pengaruh Non Perfoming Loan Terhadap Loan To Deposit Ratio
Pada PT. Bank Rakyat Indonesian(Persero), TBK Cabang Rantau,
Aceh Tamiang Periode (2007-2011). Disease Notes, 101(1), 11–12.
https://doi.org/10.1094/PDIS-08-16-1092-PDN
11
Prayudi, A. (2010). Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non
Performing Loan, Net Interest Margin, BOPO dan Loan to Deposit
Ratio terhadap Return On Asset. Universitas Diponogoro, Semarang,
1–30. https://doi.org/10.1016/j.wasman.2011.01.003
Putri, Y. A., & Marlius, D. (2018). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada
PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Jorong Kampuang Tangah
Pariaman Cabang Padang. https://doi.org/10.31227/osf.io/r98pv
Sari, Y. P., & Marlius, D. (2019). Analisis Rasio Profitabilitas Pada PT.
Bank Negara Indonesia Syariah.
https://doi.org/10.31219/osf.io/94bwq
12
Weston, J. F. (1990). Manajemen Keuangan. In L. p Sirait (Ed.),
Manajemen Keuangan (Edisi kede, p. 658). Jakarta: Erlangga.
https://doi.org/10.1145/2505515.2507827
13