Anda di halaman 1dari 59

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan modul ilmu bahan bangunan dengan lancer dan tepat pada
waktunya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan


modul ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman dan Bapak/Ibu demi perbaikan dan kesempurnaan modul ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah


membantu proses penyelesain modul ini, terutama dosen pengampu mata
kuliah media pembelajaran Bapak Drs. Bambang Sugiyarto, M.T., dan Ibu
Retno Mayasari, S.Pd., yang telah membimbing serta memberikan tegas ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para
peserta didik.

Semarang, 14 Desember 2019

Penyusun

1
PETA KONSEP

TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI DAN MEDIA


PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGIATAN 1

KEGIATAN 2

KEGIATAN 3

TUGAS

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Peta Kedudukan Modul iii

Daftar isi iv

I. PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Pembelajaran 1 4

1. Tujuan 4

2. Uraian Materi 4

3. Tugas 23

B. Kegiatan Pembelajaran 2 26

1. Tujuan 26

2. Uraian Materi 26

3. Tugas 29

C. Kegiatan Pembelajaran 3 31

1. Tujuan 31

2. Uraian Materi 31

3. Tugas 56

DAFTAR PUSTAKA 58

3
KEGIATAN BELAJAR 1:
PLESTERAN DAN MENGACI PERMUKAAN PLESTERAN

TUJUAN:

siswa diharapkan mampu menghitung volume plesteran


dan bahan-bahan plesteran yang digunakan, mengetahui cara
menentukan ketebalan plesteran, membuat lajur plesteran sebagai
pedoman ketebalan plesteran, cara memplester dinding tembok
rata dan tepi tegak, dan mengetahui kegunaan plesteran pada
dinding tembok.
Menghitung volume plesteran hias dan bahan-bahan
plesteran hias yang digunakan. Mengetahui tentang cara-cara
bagaimana menentukan ketebalan plesteran hias. Mempraktekkan
cara memplester dengan plesteran hias sistem tempel tumpang-
tindih maupun sistem tempel keruk. Mengetahui kegunaan
plesteran hias.

A. URAIAN MATERI
Pekerjaan memplester tembok merupakan pekerjaan
menutup pasangan bata dengan plester adukan/spesi. Plesteran ini
dapat sebagai penutup bagian luar atau dalam atau kedua-duanya.
Fungsi plesteran adalah : (1) melindungi pasangan tembok dari
pengaruh cuaca, khususnya hujan dan terik panas matahari,
pengaruh-pengaruh mekanik, (2) memperhalus atau meratakan
permukaan pasangan tembok sehingga memudahkan pengecatan,
4
(3) memperindah penampilan.
Bahan adukan plesteran pada umumnya terdiri dari bahan
dasar berupa: semen atau kapur berfungsi sebagai bahan pengikat,
dan pasir, semen merah, tras berfungsi sebagai bahan pengisi.
Adukan yang terdiri dari campuran bahan- bahan seperti tersebut
di atas sebelum dibuat dan digunakan perlu dilakukan perhitungan
atas penggunaan bahanbahannya.
Perhitungan penggunaan bahan dasar dihitung
berdasarkan jumlah volume plesteran yang yang ada. Misalnya
perhitungan plesteran pada tembok bagian dalam sebuah kamar
dengan luas 3,00 x 3,00 m2, tinggi tembok 3 m dan terdapat 1 pintu
dengan luas 2,10 m2 Gambar detail seperti di bawah.

Gambar
1. Bidang Luasan Tembok yang akan di Plester.

Dasar perhitungannya adalah sebagai berikut :


Luas bidang yang diplester = luas bruto – luas pintu.
= 4.(3,00 x 3,00) m2 - 2,10 m2
= 33,90 m2
Tebal plesteran = 1 cm (0,01 m).

5
Volume plesteran = 33,90 m2 x (0,01 m) = 0,34 m3.

Jika digunakan plesteran dengan campuran


perbandingan volume 1 kp
: 2 sm : 3 ps, maka bahan dasar yang dibutuhkan adalah:
kp (kapur) = 1/6 x 0,34 m3 = 0,06 m3. sm
(semen merah) =: 2/6 x 0,34 m3= 0,11 m3. ps
(pasir) = 3/6 x 0,34 m3 = 0,17 m3 + Jumlah
= 0,34 m3.

Memplester Bidang Rata

Memplester bidang rata pada umumnya dibedakan


menjadi dua yaitu : (1) memplester bidang rata vertikal dan (2)
memplester bidang rata horizontal (datar). Kesulitan-kesulitan yang
terjadi dalam pekerjaan plesteran pada umumnya terletak pada
plesteran bidang vertikal. Plesteran bidang vertikal juga masih dibagi
menjadi dua yaitu (1) plesteran bidang rata dan (2) plesteran tepi
tegak.
Sebelum pekerjaan plesteran dimulai permukaan tembok
(bidang) yang akan diplester harus bersih. Di awal pekerjaan
plesteran pasangan tembok harus dibasahi dahulu, terutama pada
pasangan tembok yang bata-batanya mempunyai pengisapan tinggi.
Pembasahan sebaiknya dilakukan dengan memakai kuas/sikat.

Hal ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang menempel

6
dapat terlepas, sehingga lapisan plesteran dapat melekat dengan
baik pada tembok.
Retak-retak pada plesteran harus dihindarkan semaksimal
mungkin, untuk maksud ini campuran yang dipakai harus dipilih
sebaik mungkin. Retak-retak pada plesteran antara lain disebabkan
oleh campuran adukan tidak merata, adukan terlalu plastis, terlalu
banyak bahan yang halus, perbedaan ketebalan lapisan yang besar,
perbedaan penyerapan bata, pengeringan terlalu cepat, plesteran
terlalu kuat dari pasangan tembok. Lapisan plesteran biasanya
terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan pertama kamprot, lapisan kedua
bahan plesteran dan lapisan ketiga acian.
Setelah tembok dibasahi kemudian diberi lapisan pertama
(kamprotan) dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Untuk
memudahkan pekerjaan, maka dibuat lapisan kepala dalam arah
tegak dengan jarak lebih kurang 1,5-1,8 m. Komposisi lapisan kepala
sama dengan campuran badan plesteran dan ketebalan lebih kurang
10 mm. Untuk mendapatkan permukaan yang halus terakhir dibuat
lapisan acian dengan ketebalan lebih kurang 1 mm.

Pengaruh Plesteran Pendahuluan terhadap Lekatan Plester


Dalam pekerjaan plesteran umumnya diperlukan lapisan
plesteran pendahuluan. Maksud utamanya untuk mengurangi
pengisapan air oleh batanya. Lapisan pendahuluan ini ada 3 macam
: (1) Air semen dengan volume 5-20 % terhadap airnya, (2) adukan
encer, dengan campuran semen pasir 1 : 2-4, (3) sama seperti 2
7
dengan tambahan kapur dan pasir (komposisi campuran
diperkirakan 1 semen : 2 kapur : 4-6 pasir). Pada nomor 1 cara
pemakaiannya dengan dikuaskan, sedangkan nomor 2 dan 3 cara
pemakaiannya dapat langsung dikuaskan maupun dikamprotkan.
Dalam mengkamprot harus hati-hati, supaya seluruh
bagian permukaan pasangan jangan ada yang terlewatkan.
Sebelum pengerjaan lapisan pendahuluan plesteran ini permukaan
pasangan harus dibasahi/disiram air terlebih dahulu. Umumnya
kamprotan menambah ikatan antara plesteran dengan bidang yang
diplester, ini terutama bila dipakai kamprotan dengan adukan encer
nomor 2 di atas. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa lapisan
plesteran pendahuluan akan mengurangi retaknya plesteran.

Pemeliharaan Plesteran
Plesteran yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi
dari pengaruh terik matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar
pengeringan dan pengerasan tidak terlalu cepat yang dapat
mengakibatkan retak. Untuk melindungi plesteran dapat menyiram
atau menutup plesteran dengan plastik.

Latihan
Jika diketahui denah rumah tinggal berukuran 6 x 9 meter
dengan 3 kamar berukuran 3 x 3 meter, seperti gambar berikut.
Tentukan kebutuhan bahan dasar untuk plesteran. Tinggi plesteran

8
dari lantai sampai ke plafon = 3,00 m.

Gambar 2. Denah Rumah

Pekerjaan Memplester Bidang Rata


Sebelum pekerjaan plesteran dilaksanakan, adukan
plesteran harus dipersiapkan terlebih dahulu. Syarat-syarat adukan
plesteran: (1) Adukan untuk plesteran harus bersih dari kotoran-
kotoran, sisa tumbuh-tumbuhan, (2) Kapur yang digunakan untuk
bahan campuran harus benar-benar berupa bubuk halus. Tidak
boleh terdapat butir-butir kapur yang dalam plesteran dapat
mengakibatkan rusaknya plesteran, (3) Lajur tembok paling bawah
lebih kurang 20 cm diplester dengan adukan 1 sp : 2 ps, agar kedap
air dan diberi pasangan ubin plint tegak,
(4) Sebelum plester tembok dimulai, tembok harus disiram
dengan air bersih hingga basah dan jenuh.

Peralatan dan Bahan yang dipakai:

9
1. Alat
Alat-alat yang dipakai terdiri dari: Cetok, Alat lepa, Bilah
perata, Benang, Martil, Alat sipat datar, Unting-unting, Ember,
Cangkul, Sekop, Kotak adukan, Kotak angkut, dan Kotak aduk.
2. Bahan
Bahan yang diperlukan adalah: adukan dengan
perbandingan campuran 1 kapur + 1 semen protland + 2 pasir atau
½ kapur + 1 semen portland + 2 pasir dengan ayakan sedang; atau
1 semen portland + 2 sampai 3 pasir untuk bahan perapihan 1 kp +
1 sm + air dengan ayakan halus, atau 1 sp + ½ kp + air.
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan aman, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah mengenai:
Penggunaan pakaian dan perlengkapan kerja dengan lengkap dan
betul (sarung tangan, topi, sepatu dan lain-lain). Bersihkan tempat
pekerjaan dari kotoran atau benda-benda yang mengganggu
pekerjaan. Tempatkan bahan-bahan pada tempat yang tidak
mengganggu dalam melaksanakan pekerjaan. Tempatkan alat-alat
pada tempat yang aman tidak mudah jatuh dan mudah dijangkau.
Hindarkan pemakaian alat yang tidak sesuai dengan kegunaannya.
Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, hati-hati serta jangan
bersendau gurau. Perhatikan petunjuk dari pembimbing.
Perhatikan dan pelajari dengan seksama gambar tugas dan urut-
urutan kerja, bila terdapat materi yang kurang jelas segera tanyakan

10
pada pembimbing. Bekerjalah bersama-sama dengan teman
seregu, dengan saling membantu dan perhatikanlah teman-teman
agar tidak terjadi kecelakaan. Laporkan segera kepada
pembimbing, bila terjadi sesuatu yang merugikan (kecelakaan)
sewaktu bekerja.

4. Prosedur Kerja
Prosedur pelaksanaan pekerjaan mencakup tahapan mulai
dari awal sampai selesai. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Pasang benang-benang di bagian tepi dari bidang muka tembok.
Usahakan benang-benang tersebut menghasilkan bidang yang tegak
dan rata-rata untuk tebal plesteran lebih kurang 1 cm. Buatlah di
tempat-tempat tertentu di bawah benang-benang bulatan-bulatan
plesteran dengan sisi-sisi 5-10 cm. Jarak bulatan atau persegi lebih
kurang sama dengan panjang bilah perata. Buatlah kepala-kepala
plesteran (tanggul-tanggul) yang menghubungkan bulatan-bulatan
atau persegi tersebut. Plester bidang- bidang di antara kepala-
kepala tersebut hingga penuh ratakan dengan bilah perata hingga
plesteran tersebut rata. Gosoklah dengan alat lepa hingga rata dan
halus. Kerjakan terus-menerus sehingga satu bidang penuh selesai
diplester

C. Latihan 2
Dengan diberikan alat dan bahan yang dibutuhkan,
lakukanlah pekerjaan dengan urutan berikut. Pertama, memasang

11
benang pada bidang tampak. Kemudian membuat bulatan
plesteran (5-10) cm. Buat kepala plesteran yang menghubungkan
bulatan-bulatan. Memplester bidang plesteran, dan akhirnya
menggosok atau meratakan bidang yang diplester dengan alat
perata.

Memplester Dinding Tembok Tepi Tegak

Pekerjaan plesteran tepi tegak dapat dikerjakan, setelah


plesteran tembok dihaluskan atau sebelum plesteran tembok
dihaluskan. Apabila pekerjaan plesteran tepi tegak setelah
plesteran tembok dihaluskan, maka penghalusan plesteran tepi
tegak dapat dilaksanakan. Tetapi apabila plesteran tepi tegak
dikerjakan sebelum plesteran tembok dihaluskan, maka sebelum
penghalusan semua plesteran harus sudah diselesaikan sehingga
pekerjaan penghalusan tembok dapat dilaksanakan sekaligus.
Adukan untuk plesteran tepi tegak harus lebih baik dari pada
adukan untuk plesteran tembok. Misalnya (1) Adukan untuk
plesteran tembok : 1 kp : 1 sm : 1 ps, adukan plesteran tepi tegak : 1
kp : 1 sm : 2 ps + ½ sp diayak halus. (2) Adukan untuk plesteran
tembok : 1 sp : 2 ps a 3 ps, adukan untuk plesteran tepi tegak : 1 sp
: 2 ps diayak lebih halus.
Alat dan bahan yang dibutuhkan hampir sama dengan
pekerjaan plesteran dinding bidang rata seperti dikemukakan di
atas. Begitu juga keselamatan kerja tidak berbeda dengan apa yang

12
sudah disampaikan di atas. Sementara prosedur pelaksanaan
pekerjaan disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan memplester
dinding tembok tepi tegak, sebagai berikut.

Pertama, tentu saja mempersiapkan semua peralatan dan


bahan yang diperlukan yang diletakkan di tempat yang dekat
dengan pekerjaan. Kemudian langkah berikutnya adalah memasang
bilah perata pada sisi samping bidang tembok yang diplester.
Usahakan bilah perata tersebut rata dengan plesteran tembok yang
dimulai dari atas. Plester hingga terbentuk garis tepi (lingir) yang
lurus dan tegak. Geser bilah peratanya ke bawah dan plester lagi
hingga terdapat garis tepi yang lurus dan tegak. Geser bilah perata
vertikal lebih kurang 1 cm ke sebelahnya. Kerjakan plesteran dan
geser bilah peratanya ke bawah dan kerjakan sampai diperoleh
permukaan yang rata dan lurus.
C. Latihan 3
Dengan disediakan alat dan bahan yang dibutuhkan,
lakukanlah pekerjaan plesteran pada Pilaster dan pada dinding tepi
tegak tembok serta ujung tepi tegak tembok.

Mengaci (Melapisi dan Menghaluskan Permukaan Plesteran):


Persiapan Bahan Acian
Pekerjaan mengaci pada plesteran tembok merupakan
pekerjaan menutup pori-pori yang terdapat pada plesteran dengan
pasta adukan. Pekerjaan acian ini dapat sebagai penutup pori-pori
plesteraan bagian luar/dalam atau kedua - duanya. Fungsi acian

13
adalah : (1) menghaluskan permukaan plesteran agar kelihatan
lebih rapi, (2) menutup lubang poripori plesteran sehingga
permukaan plesteran mudah diplamir dan dicat, (3) memperindah
penampilan.
Pasta adukan acian pada umumnya terdiri dari bahandasar
berupa : semen, kapur, pasir, semen merah dan puzolan. Pasta
adukan acian yang terdiri dari campuran bahan-bahan seperti
tersebut di atas sebelum dibuat dan digunakan perlu dilakukan
penyaringan terlebih dahulu dengan saringan no. 30 (ASTM) atau
0,59 mm. Sebagai pedoman campuran untuk pasta adukan acian
dapat digunakan sebagai berikut:

Tabel: Tipe dan Komposisi Bahan Acian

Tipe Semen Kapur Pasir Puzolan Keterangan


1
1 1 Dinding dalam
1
2
2 2 Dinding dalam
2
2
1 1 1 Dinding dalam
3
4
1 Dinding dalam
4
5
1 2 4 Dinding luar
5
6 0,5 2 4 Dinding luar

7 1 1 Dinding luar

8 1 2 Dinding luar

14
Catatan:
Puzolan dapat diganti dengan semen merah

Mengaci plesteran bidang rata pada umumnya dibedakan


menjadi dua yaitu : (1) mengaci plesteran bidang rata vertikal dan (2)
mengaci plesteran bidang rata horizontal (datar). Kesulitan-
kesulitan yang terjadi dalam pekerjaan mengaci plesteran terletak
pada konsistensi hasil kehalusan bidang yang diaci. Hal ini
disebabkan butiran-bitiran plesteran kebanyakan tidak homogin
bahkan kadang - kadang terlalu besar. Sebelum pekerjaan mengaci
permukaan plesteran dimulai, permukaan plesteran yang akan diaci
harus bersih dari segala kotoran. Di awal pekerjaan acian plesteran
pasangan tembok harus dibasahi dahulu, terutama pada plesteran
pasangan tembok yang bata-batanya mempunyai pengisapan
tinggi. Pembasahan sebaiknya dilakukan dengan memakai
kuas/sikat. Hal ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang menempel
dapat terlepas, sehingga pasta adukan untuk acian dapat melekat
dengan baik pada plesteran.
Retak-retak pada permukaan plesteran yang diaci harus
dihindarkan semaksimal mungkin, untuk maksud ini campuran
untuk pasta yang dipakai harus dipilih sebaik mungkin. Retak-retak
pada permukaan acian pada plesteran antara lain disebabkan oleh
campuran pasta adukan tidak merata, adukan pasta terlalu plastis,
terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan ketebalan lapisan acian

15
yang besar, perbedaan penyerapan air oleh plesteran, pengeringan
terlalu cepat.
Setelah permukaan plesteran dibasahi kemudian diberi
lapisan dengan pasta adukan dengan ketebalan lebih kurang 2-3
mm. Kemudian digosok-gosok dengan arah memutar memakai
roskam disertai dengan tekanan yang kuat. Untuk memudahkan
pekerjaan, maka lapisan pasta adukan diulaskan pada permukaan
plesteran sedikit demi sedikit dengan tujuan agar tidak cepat kering
sewaktu dikerjakan (digosok). Untuk mendapatkan permukaan
yang halus terakhir pada lapisan acian disapu dengan kuas yang
dibasahi air.

Acian yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi dari


pengaruh terik matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar
pengeringan dan pengerasan tidak terlalu cepat yang dapat
mengakibatkan retak. Untuk melindungi acian dapat dilakukan
dengan menutup acian memakai plastik, atau kertas semen.
Prosedur pelaksanaan pekerjaan secara umum mengacu
pada prosedur pekerjaan plesteran dinding, baik yang menyangkut
dengan peralatan dan bahan dengan kekhususan seperti tertera
pada tabel di atas. Sementara langkah pengerjaan acian, antara lain
adalah mencakup persiapan bahan sesuai dengan takaran yang
ditentukan. Kemudian masing-masing bahan yang digunakan untuk
menbuat adukan pasta disaring dengan saringan 0,59 mm
secukupnya. Takar masing-masing bahan sesuai dengan campuran

16
yang direncanakan. 1 pc : 2 kp : 4 sm sebagai bahan isian pori-pori
dan 1 kp : 1 ps sebagai bahan untuk menutup lubang yang kasar-
kasar. Tempatkan bahan yang sudah ditakar secara berlapis- lapis
pada kotak pencampur yang telah disediakan. Campur dengan
menggunakan cetok sehingga menghasilkan campuran adukan
pasta kering yang mempunyai warna homogin. Simpan campuran
yang telah jadi dan siap digunakan.

Mengaci Permukaan Plesteran

Pekerjaan menghaluskan plesteran (acian) berupa


pekerjaan penyempurnaan plesteran tembok, yang sudah diplester
tetapi belum halus, warnanya belum rata, permukaannya masih
kasar dan berpori dengan butir-butir pasir masih kelihatan dengan
jelas. Untuk memperoleh tembok yang rapat padat serta halus ,
plesteran tembok harus dihaluskan. Untuk menghaluskan plesteran
tembok dilaksnakan pekerjaan mengaci.
Pertama, siapkan bahan acian untuk mengisi pori-pori
permukaan plesteran dinding yang belum rata atau masih kasar.
Komposisi adukan yang dapat dipakai misalnya adukan 1 kapur : 1
pasir sebagai bahan untuk menutup lubang yang kasar tadi.
Siramlah plester kasar ini dengan air bersih hingga basah. Siramkan
adukan encer tersebut pada tembok dengan menggunakan gayung
atau sikat, dimulai dari bagian atas plesteran tembok, dan gosok
dengan alat lepa hingga berbuih. Siram lagi dan gosok lagi hingga

17
buih tersebut rata dan menutup pori-pori plesteran serta butir pasir.
Kerjakan terus-menerus hingga muka tembok halus
seluruhnya. Ulangi lagi beberapa kali, bila tembok masih kurang
halus, sehingga muka tembok benar-benar halus dan rata.
Haluskan plesteran tepi tegak dengan campuran adukan 1 sp
: ½ kp, agar lebih kuat dari pada plesteran sisa muka tembok,
karena tepi tegak tembok sering kena sentuhan/benturan
hingga mudah rusak. Hindarkan penggunaan sisa adukan
(endapan adukan) untuk melapisi plesteran tembok, sebab
akan membuat tembok retak. Usahakan penggosokan
tembok secara sempurna, sebab bila kurang akan terjadi
retak-retak pada tembok. Setelah tembok kelihatan halus sikat
dengan adukan encer agar tembok lebih rata dan halus lagi
sebelum dilanjutkan dengan pekerjaan pengapuran atau
pengecatan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar cara mengaci.

Gambar. Cara Kerja Mengaci


18
Plesteran Hias:
Menghitung Bahan Plesteran Hias

Pekerjaan memplester hias pada tembok merupakan


pekerjaan seni sebagai tambahan nilai keindahan pada bidang yang
diplester, sehingga penampilannya akan kelihatan lebih artistik.
Plesteran hias ini dapat diaplikasikan pada bagian luar/dalam atau
kedua-duanya dari permukaan atau plesteran bagian tepi dari
tembok. Fungsi plesteran adalah : (1) Menambah nilai keindahan
dari bidang (bagian) yang diplester, (2) Melindungi bidang tepi dari
plesteran dari benturan benda keras sehingga tidah mudah rusak.
Bahan adukan plesteran pada umumnya terdiri dari bahan dasar
berupa : semen atau kapur berfungsi sebagaibahan pengikat, dan
pasir, semen merah, tras berfungsi sebagai bahan pengisi. Adukan
yang terdiri dari campuran bahan-bahan seperti tersebut di atas
sebelum dibuat dan digunakan perlu dilakukan perhitungan atas
penggunaan bahanbahannya. Perhitungan penggunaan bahan
dasar dihitung berdasarkan jumlah volume plesteran yang yang
ada.
Misalnya perhitungan plesteran hias pada tepi keliling dari
kusen sebuah pintu kamar dengan ukuran lebar 90 cm dan tinggi
210 cm. Sementara lebar dan tebal plester hias adalah 3 cm dan 1,5
cm. Dasar perhitungannya adalah sebagai berikut :
Volume plesteran hias = Luas pot. plesteran hias x panjang
plesteran hias.

19
= 2 (3x1,5) – (1x0,5) – (1x0,5) x
(210+210+90)
= 3570 cm3.
Jika digunakan plesteran hias dengan campuran
perbandingan volume 1 Pc : 4 Ps, maka bahan dasar yang
dibutuhkan adalah :
Pc (portland cemen) : 1/5 x 3570 cm3 = 714 cm3. Sm
(semen merah) : 4/5 x 3570 cm3 = 2856 cm3.
Jumlah = 3570 cm3.

Memplester untuk plesteran hias dapat digunakan untuk


memplester bidang rata vertikal dan memplester bidang rata
horizontal (datar). Kesulitan- kesulitan yang terjadi dalam
pekerjaan plesteran hias pada umumnya terletak pada plesteran
bidang vertikal. Plesteran hias pada bidang vertikal biasanya
digunakan pada plesteran hias untuk listplank, tepi tembok, tepi
keliling kusen pintu/jendela, atau pada lubanglubang yang terdapat
pada tembok yang berfungsi sebagai ornamen-ornamen untuk
keindahan dari permukaan tembok yang bersangkutan, seperti
pada lubang ventilasi udara.

Sebelum pekerjaan plesteran hias dimulai, permukaan


plesteran yang akan diplester hias harus bersih dari segala kotoran.
Di awal pekerjaan plesteran hias, plesteran pada tembok harus
dibasahi dahulu, terutama pada plesteran yang mempunyai

20
pengisapan tinggi. Pembasahan sebaiknya dilakukan dengan
memakai kuas/sikat. Hal ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang
menempel dapat terlepas, sehingga lapisan plesteran hias dapat
melekat dengan baik pada plesteran tembok. Retak-retak pada
plesteran hias harus dihindarkan semaksimal mungkin, untuk
maksud ini campuran yang dipakai harus dipilih sebaik mungkin.
Retak-retak pada plesteran antara lain disebabkan oleh campuran
adukan tidak merata, adukan terlalu plastis, terlalu banyak bahan
yang halus, perbedaan ketebalan lapisan yang besar, perbedaan
penyerapan plesteran dasar (tembok), pengeringan terlalu cepat,
plesteran hias terlalu kuat dari plesteran tembok.
Setelah tembok dibasahi kemudian diberi lapisan pertama
(kamprotan) dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Untuk
memudahkan pekerjaan, maka dibuat lapisan plesteran hias lapis
demi lapis. Untuk mendapatkan permukaan yang halus terakhir
dibuat lapisan acian dengan ketebalan lebih kurang 1 mm.
Sebelum pekerjaan plesteran hias dilaksanakan, adukan
plesteran hias harus dipersiapkan terlebih dahulu. Syarat-syarat
adukan plesteran : (1) Adukan untuk plesteran hias harus bersih dari
kotoran-kotoran, sisa tumbuh-tumbuhan, (2) Bahan pengikat yang
digunakan untuk bahan campuran harus benar-benar berupa
bubuk halus. Tidak boleh terdapat butir-butir bahan pengikat yang
dalam plesteran hias dapat mengakibatkan rusaknya plesteran hias,
(3) Sebelum plesteran hias dimulai, plesteran dasar harus disiram

21
dengan air bersih hingga basah dan jenuh.
Plesteran hias ini biasanya digunakan pada pekerjaan-
pekerjaan finishing yang banyak melibatkan unsur seni. Misalnya
pada pekerjaan perapian pada listplank, memberi bingkai pada
kusen pintu/jendela, atau lubang ventilasi pada suatu ruangan dan
lain sebagainya. Macam-macam bentuk serta potongan melintang
pada pekerjaan plesteran antara lain sebagai berikut :

Latihan:
Hitung volume plesteran hias, jika adukan digunakan
perbandingan 1 Pc : 4 Ps, untuk sebuah lisplank beton dengan
ukuran panjang 9 m, tinggi 0,5 m. Plesteran hias dibuat pada bidang
luar, keliling dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan disain yang
dibuat.

EVALUASI
Tes Tertulis

1. Sebutkan tiga fungsi utama plesteran!


2. Jelaskan mengapa plesteran yang baru saja selesai dikerjakan
perlu perawatan?
3. Sebutkan empat ketentuan adukan untuk plesteran?
4. Sebutkan fungsi utama acian!
5. Jelaskan mengapa bahan-bahan untuk membuat adukan acian
perlu disaring?
6. Jelaskan mengapa pada permukaan acian terjadi retak-retak?
7. Sebutkan dua fungsi utama plesteran hias!

22
8. Jelaskan mengapa plesteran hias pengerjaan lapisan hiasnya
bertahap?

Bobot Penilaian Proses dan Hasil Kerja


1. Cara menggunakan alat : 20 %.
2. Sistematika kerja : 20 %.
3. Perhatian terhadap keselamatan kerja : 10 %.
4. Sikap kerja : 10 %.
5. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan: 15 %.
6. Hasil pekerjaan meliputi 25 %, terdiri dari:

a. Ketegakan plesteran : 5 %.
b. Kelurusan plesteran : 5 %.
c. Homoginitas warna plesteran : 5 %.
d. Kepadatan plesteran : 5 %.
e. Kebersihan : 5 %.
Total : 100 %

LEMBAR KUNCI JAWABAN


Tes Tertulis

1. Fungsi plesteran adalah:


a. Melindungi pasangan tembok dari pengaruh cuaca,
khususnya hujan dan terik panas matahari, pengaruh-
pengaruh mekanik.
b. Memperhalus/meratakan permukaan pasangan

23
tembok sehingga memudahkan pengecatan.
c. Memperindah penampilan.
2. Plesteran yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi dari
pengaruh terik matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar
pengeringan dan pengerasan tidak terlalu cepat yang dapat
mengakibatkan retak. Untuk melindungi plesteran dapat
menyiram atau menutup plesteran dengan plastik.
3. Syarat-syarat adukan plesteran:
a. Adukan untuk plesteran harus bersih dari kotoran-kotoran,
sisa tumbuh- tumbuhan.
b. Kapur yang digunakan untuk bahan campuran harus benar-
benar berupa bubuk halus. Tidak boleh terdapat butir-butir
kapur yang dalam plesteran dapat mengakibatkan rusaknya
plesteran.
c. Lajur tembok paling bawah lebih kurang 20 cm diplester
dengan adukan 1 sp: 2 ps, agar kedap air dan diberi pasangan
ubin plint tegak.
d. Sebelum plester tembok dimulai, tembok harus disiram
dengan air bersih hingga basah dan jenuh.
4. Fungsi acian adalah : (1) menghaluskan permukaan plesteran agar
kelihatan lebih rapi, (2) menutup lubang pori-pori plesteran
sehingga plesteran mudah diplamir dan dicat, (3) memperindah
penampilan.
5. Sebab : jika bahan yang digunakan tidak disaring dalam pengerjaan

24
acian pada plesteran akan mengalami kesulitan karena butir-butir
adukan pasta acian tidak lembut (kasar). Di samping itu apabila
bahan pengikat tidak disaring misalnya kapur, dikawatirkan
setelah pekerjaan acian jadi, kapur akan mengembang sehingga
permukaan acian pecah-pecah.
6. Retak-retak pada permukaan acian pada plesteran disebabkan
antara lain oleh campuran pasta adukan tidak merata, adukan
pasta terlalu plastis, terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan
ketebalan lapisan acian yang besar, perbedaan penyerapan air
oleh plesteran, pengeringan terlalu cepat.
7. Fungsi plesteran adalah : (1) menambah keindahan pada bagian
bangunan terkait sehingga lebih artistik, (2) sebagai perkuatan
sehingga sisi-sisi plesteran tidak mudah rusak apabila terkena
benturan benda yang lain. Karena dengan cara pengerjaan yang
bertahap akan menghasilkan suatu pekerjaan plesteran hias yang
baik, rapi dan metode serta langkah kerja relatif mudah.

25
KEGIATAN BELAJAR 2:
PEMASANGAN KUSEN PADA DINDING

TUJUAN:

Setelah mengikuti seluruh kegiatan belajar diharapkan siswa


dapat mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan praktek dengan
benar. Memperguna- kan alat-alat untuk membuat pasangan kusen
dengan benar. Menjaga keselamatan kerja dengan benar.
Memasang kusen dengan benar. Memasang kusen pada ketinggian
yang telah ditentukan. Memasang kusen dengan tegak. Memasang
kusen pada as. Memasang kusen pada tempat yang telah
ditentukan. Menyelesaikan pasangan kusen pada tembok sesuai
dengan waktu yang tersedia.

URAIAN MATERI:
Pada umumnya kusen terbuat dari bahan kayu, walaupun
sekarang banyak dijumpai pula dari aluminium, baja maupun dari
plastik. Kayu yang baik untuk kusen umumnya dari kayu jati, karena
mempunyai umur dan kekuatan yang baik. Sifat kayu jati untuk
melengkung maupun terpuntir sangat kecil dibandingkan jenis kayu
yang lain. Disamping itu jika kusen tadi dipelitur, sehingga
permukaannya transparan akan terlihat indah. Untuk kayu
Kalimantan yang baik adalah kayu Kamper karena seratnya halus,
sedangkan kayu Bengkirai cukup kuat dan murah tetapi
pengerjaannya sulit karena keras, sehingga setelah jadi kusen
harganya tidak berbeda dengan kusen dari kayu Kamper.
26
Kusen bisa kita bedakan antara lain : Kusen pintu, Kusen
jendela, serta Kusen gabungan pintu dan jendela. Pada prinsipnya
pemasangan kusen pintu diusahakan mempunyai ketinggian yang
seragam terhadap kusen pintu yang lainnya. Demikian juga tinggi
jendela diusahakan mempunyai ketinggian yang sama dengan
kusen pintu, kecuali untuk hal-hal yang sifatnya khusus misalnya
kusen jendela untuk kamar mandi. Perlu diperhatikan pula kearah
mana nantinya pintu akan dibuka. Variasi bentuk kusen pintu
sebenarnya tidak banyak dan lebih banyak variasi pada bentuk daun
pintunya.
Dalam pekerjaan pemasangan kusen pada dinding
dibutuhkan alat dan bahan yang sesuai dengan karakteristik
pekerjaan. Peralatan yang biasa dipakai antara lain adalah: water
pass, unting-unting, meteran, sendok spesi, cangkul, bak spesi,
ember, sekop, benang, pensil, palu, catut, skur, dan patok atau
pasak.

Kemudian bahan yang dibutuhkan adalah: Batu bata, Spesi, Kusen


pintu, Paku, Kawat bendrat, dan Angker.
Selain alat dan bahan, yang perlu diperhatikan dalam
pemasangan kusen pada dinding adalah keselamatan kerja, yakni:
Memakai pakaian kerja dengan lengkap dan benar. Bersihkan
tempat kerja dari kotoran yang mengganggu. Tempatkan alat-alat
dan bahan-bahan di tempat yang mudah dijangkau dan aman.
Jagalah agar tempat kerja selalu bersih. Bekerjalah dengan teliti,

27
hati-hati dan penuh konsentrasi.
Selanjutnya dalam pemasangan kusen ini, prosedur kerja
diawali dengan menyiapkan alat dan bahan secukupnya di tempat
yang aman dan mudah dijangkau untuk memasang rolag.
Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal pasangan rolag
terhadap as pada bouwplank untuk menentukan kedudukan
pasangan rolag. Pasang rolag setinggi 3 cm di bawah tinggi
bouwplank. Posisi benang sedikit lebih rendah dari rencana lantai
Rolag pasangan batu kali. Rentangkan benang berjarak separuh dari
tebal kusen terhadap as bouwplank untuk menentukan kedudukan
kusen. Pasang angker pada kusen secukupnya. Dirikan kusen dan
tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter dari tinggi
bouwplank. Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak
dengan menggunakan unting-unting. Pasang skur sehingga
kedudukannya stabil dan kokoh. Pasang patok untuk diikat bersama
dengan skur sehingga kedudukan menjadi kokoh. Cek kembali
kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatnya,
ketinggian dan ketegakan dari kusen. Bersihkan tempat
sekelilingnya.

Latihan

1. Sebelum memasang kusen mengapa harus dipasang rolag


dulu ?
2. Mengapa untuk memasang kusen dipergunakan unting-unting,
bukan dengan water pass ?

28
3. Mengapa tinggi pasangan rolag dibuat agak lebih rendah dari
rencana lantai ?
4. Mengapa tinggi kusen jendela ditetapkan 2 meter.
5. Mengapa kusen jendela harus dipasang angker ?

EVALUASI

1. Adakah pengaruh pemasangan kusen yang kurang tegak ?


2. Mengapa pemasangan kusen dilaksanakan sebelum memasang
dinding ?

KUNCI JAWABAN LATIHAN

1. Rolag berfungsi untuk meratakan beban di atasnya, sehingga


tidak terjadi retak pada dinding, sedangkan rolag sendiri bisa
diganti dengan cara lain yaitu memasang sloof beton.
2. Penggunaan unting-unting akan lebih tepat dan teliti dari pada
menggunakan Water Pass.
3. Pasangan rolag dibuat lebih rendah dari pasangan lantai agar
dalam pemasangan ubin nantinya tidak harus membongkar
pasangan rolag. Hal ini penting diperhatikan karena pada
kenyataan di lapangan pasangan rolag biasanya diganti dengan
pasangan dari beton (slof beton).
4. Pada umumnya (standar) tinggi pintu adalah 2 meter, agar
tinggi kusen pintu dan kusen jendela seragam, ditetapkan 2
meter .
5. Agar kusen tertanam baik pada tembok maka kusen diberi
angker, sehingga kedudukannya menjadi kokoh dan kusen
29
tidak berubah bentuk (terpuntir, melengkung dan sebagainya).

KUNCI JAWABAN EVALUASI

1. Pemasangan kusen yang kurang tegak akan


menyebabkan berbagai persoalan antara lain :
a. Daun pintu dalam keadaan tertutup tidak bisa tertutup
rapat.
b. Untuk membuka daun pintu kemungkinan akan sulit
karena daun pintu akan terkena lantai.
c. Engsel tidak akan dapat bergerak bebas.
Pemasangan dinding dulu baru kusen dipasang kemudian
sebenarnya tidak menjadi masalah asal ukuran-ukuran yang
diperlukan harus diukur secara teliti, sehingga tidak ada bagian yang
harus dibongkar atau sebaliknya malah ada bagian yang terlalu
longgar.

30
KEGIATAN BELAJAR 3:
PEMBUATAN BATAKO DAN PAVING BLOK

TUJUAN:

1. Mengetahui ruang lingkup pekerjaan pembuatan produk


beton;
2. Mampu menentukan bahan yang sesuai untuk pembuatan
ubin, paving blok dan batako;
3. Mampu menentukan, menjelaskan, dan menjaga peralatan
kerja yang dibutuhkan;
4. Mampu mengayak dan membersihkan bahan sebelum
digunakan;
5. Mengetahui dan mampu menjelaskan perbandingan adukan
semen dan pasir dan mampu mengaduknya;
6. Mampu melaksanakan dan mengatur pekerjaan yang
berhubungan dengan pembuatan ubin, paving blok dan
batako dengan cara yang benar;
7. Mampu menghitung jumlah bahan yang diperlukan menurut
biaya produk;
8. Mengetahui bagaimana menguji mutu dan mampu
menentukan kualitas beton yang baik.

URAIAN MATERI:
Di bagian lain di dunia ini, akhir-akhir ini beton sangat umum
dan telah dibuktikan oleh waktu sebagai bahan dinding yang tahan
gempa. Beton dapat diproduksi dengan tangan dan mesin.
Penggunaan khusus beton ditentukan oleh ukuran dan mutunya.

31
Salah satu jenis beton adalah BATAKO. Batako mempunyai sifat-sifat
panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat.
Batako memiliki keuntungan tertentu dari pada batu bata, beratnya
hanya 1/3 dari bata untuk jumlah yang sama. Batako dapat disusun
4 kali lebih cepat dan cukup kuat untuk semua penggunaan yang
biasanya menggunakan batu bata. Dinding yang dibuat dari batako
mempunyai keunggulan dalam hal meredam panas dan suara.
Semakin banyak produksi beton semakin ramah lingkungan dari
pada produksi bata tanah liat karena tidak harus dibakar.
Ditinjau dari sisi lain, sekarang ini fungsi rumah tidak lagi
hanya sekedar melindungi dari hujan dan panas, melainkan juga
sebagai tempat yang bersih, sehat dan indah. Salah satu cara
membuat ruang yang bersih dan indah di dalam rumah, di halaman,
di tempat parkir adalah dengan menggunakan paving blok dan ubin.
Paving blok dan ubin dapat digunakan di sekitar lingkungan rumah
dan kantor. Fungsi utama bahan ini adalah untuk menutup lantai
dengan bersih dan dalam jangka waktu yang lama. Paving blok dan
ubin dapat dipasang tanpa menggunakan semen. Hal ini
membuatnya sebagai alternatif yang murah dan mudah untuk
penyerapan air dan tempat yang bebas lumpur. Dari segi keindahan,
bangunan yang sederhana akan lebih indah dengan lantai dan
tempat parkir yang bagus. Di pasaran dapat ditemukan berbagai
bentuk, motif dan pola sesuai dengan selera konsumen.
Batako terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Istilah
batako berhubungan dengan bentuk persegi panjang yang
32
digunakan untuk dinding beton. Batako digolongkan ke dalam dua
kelompok utama: Batako Padat Batako berlubang Batako berlubang
memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat
dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako
berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya
hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat
disusun empat kali lebih cepat lebih kuat untuk semua penggunaan
yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan
lain batako berlubang adalah kedap panas dan suara. Paving blok
memiliki berbagai bentuk, pola, dan warna.

Gambar . Batako dan Paving Blok

Bahan:
Pembuatan produk beton biasanya menggunakan bahan-
bahan seperti Semen, Pasir, Kerikil, dan Air. Jika menggunakan
cetakan, dibutuhkan juga

33
minyak/oli. Berikut ini terlebih dahulu akan diuraikan tentang
masalah bahan tersebut.

1. Semen

Semen adalah adukan 60 – 67% kapur, 25% silika, dan 3 –


8% alumina, yang kemudian diaduk bersama-sama dengan air ke
dalam bentuk slurry, yang dipanaskan, dikeringkan, dikeraskan dan
dibentuk menjadi tepung yang halus. Sedikit gipsum ditambahkan
sebelum digiling untuk mengatur tingkat kehalusan.

a. Pengaturan dan pengerasan

Istilah pengaturan dan pengerasan mempunyai beberapa


pengertian. Pengaturan adalah proses dimana perubahan beton
cair menjadi bentuk padat, tetapi dalam keadaan masih lembek.
Hardening adalah proses beton dalam keadaan lembek menjadi
padat.

b. Pemberian air (hidrasi) pada semen

Saat air ditambahkan pada semen atau proses pengairan


semen dan selama reaksi kimia yang terjadi pada saat pengaturan
semen terjadinya kenaikan suhu dan menghasilkan panas.

c. Berbagai jenis semen


Ada 5 jenis semen. Semen digolongkan berdasarkan sifat-
sifatnya dan komposisi kimia. Nama-nama ke-5 macam semen

34
adalah: Semen Portland biasa, Semen pembekuan cepat, Semen
pengaturan cepat, Semen Blast – Furnace Slag, dan Semen alumina
tinggi.

d. Jenis dan mutu semen

Untuk produk semen seperti batako dan paving blok/ubin


disarankan untuk menggunakan semen portland biasa. Merknya di
Aceh adalah Semen Andalas dan Semen Padang. Secara umum
untuk penggunaan batako, orang memilih untuk menggunakan
Semen Padang karena mutu merk ini dianggap jauh lebih baik dan
tentunya akan meningkatkan kekuatan batako. Untuk paving blok
Semen Andalas Kelas 1 juga digunakan (terdapat 3 kelas, 1 kelas
yang terbaik, dan 2 kelas lainnya bermutu rendah). Untuk
mencapai produk beton yang bagus dalam hal kekuatan dan daya
tahan perlu diketahui syarat penyimpanan semen. Semen dapat
disimpan dalam kantong dengan aman untuk beberapa bulan jika
disimpan ditempat yang kering. Kantong kertas lebih baik sebagai
tempat penyimpanan dari pada kantong dari rami dalam hal
menjaga kualitas akibat kelembaban. Selama musim hujan,
penyimpanan semen berperan penting karena kelembaban yang
tinggi mempercepat rusaknya semen.

35
Gambar . Cara Penyimpanan Semen yang Benar dan yang
Salah

Kantong semen sebaiknya disimpan ditempat rata yang agak


tinggi (seperti palet kayu) sekitar 15 – 20 cm dari lantai dan sekitar
30-50 cm dari dinding. Tumpukan semen tidak boleh lebih dari 10
tumpuk. Kantong semen sebaiknya ditempatkan berdekatan untuk
mengurangi sirkulasi udara. Kantong semen sebaiknya jangan
dibuka sebelum digunakan.
Semen portland biasa yang disimpan lebih dari enam bulan
sebaiknya tidak digunakan untuk pekerjaan pondasi. Pengurangan
kekuatan rata-rata pada adukan 1 : 2 : 4 sebagai akibat dari
penyimpanan adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan semen baru: 100%
2) Semen setelah 3 bulan, kekuatan berkurang 20%
3) Semen setelah 6 bulan, kekuatan berkurang 30%
4) Semen setelah 12 bulan, kekuatan berkurang 40%
5) Semen setelah 24 bulan, kekuatan berkurang 50%

36
e. Pengujian mutu semen

Tanda-tanda semen yang rusak dilihat dari adanya gumpalan


besar semen. Gumpalan semen sebaiknya tidak digunakan,
walaupun jika diayak. Barunya semen dapat diuji sebagai berikut:
1) Uji gumpalan. Periksa semen dari gumpalan kecil dan besar.
Pisahkan.
2) Uji gesek. Ketika semen digesek antara jari dan kuku seperti
terasa butiran halus seperti tepung.
3) Uji pengaturan. Jika tidak yakin dengan mutu semen dapat
dilakukan dengan uji pengaturan sederhana. Membuat
pasta yang kental dari semen murni dan air dan membentuk
lapisan dengan diameter kira-kira 75 mm dengan ketebalan
12 hingga 15 mm. Lapisan harus mulai diatur kira-kira 30
sampai 60 menit. Dalam 18 hingga 24 jam lapisan harus
sudah keras sehingga permukaannya tidak tergores dengan
kuku jempol.

f. Resiko dan bahaya bekerja dengan semen - ukuran keamanan

Semen selalu digunakan dalam konstruksi. Setiap orang


yang menggunakan semen (atau apapun yang berhubungan
dengan semen, seperti mortar, plaster dan beton) atau yang
bertanggung jawab untuk mengelola harus sadar tentang hal itu,
jika tidak ditangani dengan benar, akan membahayakan kesehatan
orang. Jika tidak ditangani dengan benar, semen dapat
37
menyebabkan berbagai penyakit melalui: sentuhan kulit, penghisap
debu dan penanganan tanpa alat.
Pertama, sentuhan kulit. Sentuhan dengan semen basah
dapat menyebabkan kulit terbakar dan peradangan kulit. Kedua,
dermatitis. Kulit yang terkena dermatitis terasa gatal, luka, dan
kelihatan memerah, bersisik, dan pecah- pecah. Dermatitis yang
diakibatkan oleh semen terjadi dari 2 cara, iritasi dan alergi.
Dermatitis iritasi disebabkan oleh sifat-sifat fisik semen. Dengan
pengobatan iritasi dapat dihilangkan, tetapi bila terkena terus-
menerus kondisi akan semakin bertambah parah. Dermatitis alergi
disebabkan oleh sensitif terhadap hexavalen chromium (chromatic)
yang ada pada semen. Riset menunjukkan 5-10% pekerja konstruksi
mungkin sensitif terhadap semen, plaster, dan batu bata. Semakin
lama terkena maka akan semakin besar resiko yang muncul. Jika
seseorang sensitive dengan hexavalent chromium, eksposur lebih
lanjut akan berakibat pada dermatitis. Beberapa penjual laki-laki
dan perempuan yang memiliki cukup ketrampilan bahkan terpaksa
harus mengganti penjualan karena sebab ini.
Jika semen yang tertinggal di kulit tidak langsung dicuci
resiko terkena kedua dermatitis akan semakin besar. Untuk
keamanan dan kesehatan, minimalisasi terkena dengan semen baik
secara langsung maupun tidak dari lingkungan kerja. Cara langsung
untuk mengatur dermatitis semen adalah dengan mencuci kulit
dengan air panas dan sabun dan mengeringkannya. Sarung tangan

38
dapat melindungi kulit dari semen.
Ketiga, terbakar semen. Semen basah dapat menyebabkan
kulit terbakar, penyebabnya karena sifat basa dari semen.
Diperlukan waktu sebulan untuk menyembuhkannya. Dalam kasus
yang berat dapat menyebabkan diamputasi. Percikan semen
dimata dapat juga menyebabkan terbakar.
Keempat, terhirup debu. Debu dalam intensitas tinggi
dihasilkan ketika menangani semen, misalnya saat mengosongkan
atau membuang kantong semen. Terkena debu harus dihilangkan
jika mungkin dengan memakai masker yang menutupi mulut dan
hidung.

g. Penanganan Secara Manual

Bekerja dengan melibatkan semen juga beresiko seperti


keseleo dan mengalami ketegangan pada punggung, tangan dan
bahu pada saat mengangkat dan memindahkan semen, pada saat
mengaduk semen dan lain-lain. Kerusakan pada punggung dapat
disebabkan dalam jangka waktu yang lama jika pekerja selalu
mengangkat beban yang berat. Hindari penanganan beban berat
secara manual. Semen sebaiknya disupply dalam kantong 25 kg, jika
tersedia. Jika penanganan secara manual harus diperhatikan cara
mengangkut yang benar.

2. Pasir dan Kerikil

Pasir dan kerikil bahan baku dasar yang paling penting dan
39
memerlukan perhatian khusus. Bahan sisa ayakan berukuran 4,75
mm disebut kerikil kasar, dan dibawah ukuran itu disebut sebagai
kerikil halus atau pasir. Hasil ayakan yang berukuran 75 mikron
biasanya disebut sebagai tanah liat, endapan halus atau debu halus
dalam kerikil. Pasir yang mengandung 90% partikel berukuran lebih
besar dari 0,006 mm dan kurang dari 0,2 mm adalah pasir halus.
Pasir yang mengandung 90% partikel berukuran lebih besar dari 0,6
mm dan kurang dari 2 mm disebut sebagai pasir kasar. Terdapat 3
sumber utama asal kerikil kasar, yaitu: Endapan alam, Batu yang
dihancurkan (splite), kerikil batu bata. Kemudian terdapat 4 jenis
utama pasir, yaitu: Pasir galian, Pasir laut, Pasir sungai, dan Pasir
yang dihancurkan.

a. Mutu pasir dan kerikil

Mutu beton secara langsung berhubungan dengan


karakteristik dan kondisi pasir. Pasir dan kerikil harus bersih dari
tanah liat tanaman dan bahan organik lainnya. Tanah liat atau
kotoran yang melapisi kerikil dapat menghalangi lengketnya semen
dengan kerikil, memperlambat proses pengaturan pembekuan dan
menurunkan kekuatan beton. Dengan demikin tanah liat dan
kotoran tidak boleh melebihi 10% jika tidak pasir harus dicuci.

b. Penyimpanan pasir

Pasir sebaiknya disimpan ditempat yang teduh. Pasir


40
sebaiknya terlindungi, seperti dari kotoran binatang, limbah
pertanian, anak-anak, pohon dan lain-lain jika memungkinkan.

c. Pengujian mutu pasir.

Ada tiga cara menguji mutu pasir. Pertama, uji visual/uji


penglihatan. Periksa pasir dari kotoran seperti bahan organik
(lumpur, dedaunan, akar-akaran dan lain-lain). Kedua, uji
kandungan pasir dan kotoran. Uji kandungan pasir dan kotoran
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes tangan dan tes botol.
Cara pengujian dengan tes tangan adalah sebagai berikut. Contoh
pasir digosokkan diantara dua telapak tangan pasir yang bersih
hanya akan meninggalkan sedikit bekas. Jika tangan tetap kotor itu
menunjukkan adanya terlalu banyak tanah. Kalau dengan tes botol,
caranya sebagai berikut. Ambil sebuah botol dan isi dengan pasir
hingga setengah penuh. Isi dengan air bersih hingga ¾ penuh. Kocok
dan biarkan hingga satu jam. Pasir yang bersih akan akan langsung
mengendap, kotoran dan tanah liat secara perlahan-lahan akan
turun di atas pasir. Ketebalan tanah liat dan kotoran tidak boleh
melebihi 1/10 atau 10% dari pasir di bawahnya. Pengujian ini juga
disebut Decantation test, pengujian ini tidak dapat diterapkan pada
pasir dari batu yang dipecahkan.
Ketiga adalah dengan cara tes kain atau pakaian. Hamparkan
pasir pada permukaan yang bersih. Gosok dengan kain putih diatas
pasir.Jika kain sangat kotor, pasir sebaiknya tidak digunakan untuk

41
membuat beton.
Pasir atau kerikil yang tidak bagus hendaknya tidak dipakai
untuk pembuatan batako dan paving blok. Misalnya Pasir yang
kotor sebaiknya tidak digunakan untuk pembuatan batako atau
paving blok sebab dapat mengurang daya rekat beton. Pasir laut
juga tidak cocok digunakan untuk adukan semen- pasir, karena
mengandung garam, yang menarik dan menyerap kelembaban.
Sebagai tambahan garam yang terkandung dalam mortar akan
menghasilkan serbuk yang keputih-putihan dan berkilauan, yang
akan menghilangkan warna pekerjaan batu bata atau pondasi.

3. Air

Tidak hanya mutu tapi sama jumlah air sama pentingnya


untuk menghasilkan produk beton yang baik. Hampir semua air
alami yang dapat diminum tidak mempunyai rasa dan bau dapat
digunakan sebagai air adukan untuk membuat produk beton. Air
yang cocok untuk membuat beton belum tentu cocok untuk
diminum. Air laut sebaiknya tidak digunakan sebagai air adukan
beton. Air hujan yang dikumpulkan dari atap dapat digunakan untuk
adukan beton. Berbagai jenis minyak biasanya ada dalam adukan
air. Air yang teraduk dengan segala jenis minyak tidak dapat
digunakan untuk adukan beton.
Air sebaiknya disimpan di tempat yang tidak terkontaminasi
jika memungkinkan. Air yang disimpan dalam drum yang bersih dan
tangki yang tertutup adalah lebih baik. Umur air atau lamanya
42
penyimpanan tidak berpengaruh pada produk beton.

Peralatan dan Perkakas

Sebelum memulai bekerja peralatan dan perkakas tangan


harus secara hati-hati dipilih. Peralatan biasanya digunakan hanya
untuk tujuan yang diinginkan Peralatan secara teratur dirawat,
dibersihkan dan ditempatkan di tempat yang

kering dan tahan lebih lama dan juga lebih nyaman untuk
digunakan. Peralatan/perkakas untuk pembuatan produk beton
adalah: cetakan batako, cetakan paving block, ayakan pasir (besar
dan kecil), kotak adukan, sendok semen, sekop, cangkul, ember
penyiram, plat kayu (triplek hanya untuk paving blok), dan plastik
(untuk melindungi produk dari kelembaban).

CARA PEMBUATAN

1. Persiapan
Siapkan perkakas, peralatan, dan bahan. Ayak pasir, Langkah
pertama dengan ayakan pasir 1 cm2 untuk memisahkan batu-batu
ang besar. Langkah kedua dengan ayakan yang lebih kecil (mis. 4,5
mm2) untuk mendapatkan pasir halus. Pasir harus bersih dari
kotoran, sampah dan lumpur.
2. Mengaduk Adonan
Mengaduk adonan biasanya dilakukan dengan tangan untuk
jumlah yang kecil atau dengan mesin untuk jumlah yang besar.

43
Mengaduk dengan tangan dilakukan jika adukan tidak terlalu
banyak atau ketika mesin pengaduk tidak tersedia. Pencampuan
dapat dilakukan ditempat yang kedap air untuk mencegah air
semen merembes keluar.

Langkah-langkah mengaduk dengan tangan yang benar


adalah sebagai berikut. Pertama, taburkan sejumlah pasir yang telah
diukur setebal 10 cm di kotak adukan, lalu tuang semen di atas pasir
dan aduk keduanya secara bersama-sama sampai warna keduanya
tercampur. Bentuk adukan menjadi gundukan, dan buat lubang
seperti cekungan di tengah. Siram dengan sedikit air secara
perlahan dan aduk sampai terbentuk pasta yang
merata. Jika menggunakan kerikil, sekarang tambahkan dalam
takaran yang sesuai kerikil dan aduk hingga setiap kerikil terlapisi
secara merata. Periksa adukan: ambil segenggam penuh adukan
dan bentuk seperti bola kecil. Jika bola tersebut tidak retak, dan
tangan sedikit basah, adukan siap untuk dicetak. Meratakan
campuran kering dengan sekop, jika sudah tercampur dengan
sempurna, akan kelihatan berwarna abu-abu. Tambahkan air sekali
saja warna abu-abu akan kelihatan.

44
Gbr . Mengaduk Adonan Dengan Tangan (Manual)

Mengaduk dengan mesin akan menguntungkan karena


dapat dilakukan dengan cepat dan lebih efektif. Adukan mesin
dibutuhkan untuk sejumlah besar pekerjaan beton dan bagus untuk
kemampuan kerja dengan menempatkan beton sebentar dan tanpa
buangan. Beton yang mempunyai kerikil kasar diaduk pada
pengaduk beton.
Langkah-langkah mengaduk dengan mesin adalah sebagai
berikut. Pertama, Ukur masing-masing jumlah bahan. Kemudian
masukkan kerikil dan sejumlah air, lalu semen, dan pasir. Aduk dan
tambahkan air secukupnya. Kosongkan pengaduk jika selesai.
Bersihkan mesin pengaduk setelah selesai digunakan.

3. Perbandingan Adukan

Berdasarkan kebutuhan pelanggan dan mutu produk yang


berbeda, perbandingan adukan untuk beton dapat bervariasi.
Secara umum, semakin banyak semen yang digunakan semakin
tinggi mutu yang diperoleh (tetapi juga lebih mahal biaya produk
yang akan dijual kepada konsumen).

45
a) Paving Blok

Untuk membuat paving blok berkualitas tinggi, yang akan


digunakan terus- menerus khususnya di tempat dengan beban
berat (mis. Tempat parkir), perbandingan adukan sebaiknya sebagai
berikut: 1 bagian semen bermutu baik + 2 bagian pasir sungai yang
bersih + 3 bagian kerikil kasar + air secukupnya. Untuk membuat
paving blok bermutu rendah, dapat digunakan lebih sedikit semen
dan lebih banyak pasir sungai yang bersih pada adukan beton
(misalnya 1 bagian

semen + 2 bagian pasir sungai yang bersih + 4 bagian kerikil kasar


dan air secukupnya; 1 bagian semen + 4 bagian pasir sungai yang
bersih). Paving blok bermutu rendah ini dapat digunakan di dalam
rumah, di halaman depan dan belakang rumah, di mana tidak ada
beban berat yang menekan lantai.

b) Batako Berlubang

Untuk membuat Batako berkualitas tinggi, yang akan


digunakan untuk dinding rumah, adukan sebaiknya sebagai berikut:
1 bagian semen bermutu baik + 2 bagian pasir sungai yang bersih + 3
bagian kerikil kualitas baik + air secukupnya Perlu diingat bahwa
untuk membangun rumah haruslah selalu menggunakan batako
bermutu terbaik untuk keamanan keluarga di dalam rumah. Jika
menjual batako bermutu rendah untuk bangunan rumah, resikonya
sangat tinggi dimana dinding baru yang dibangun akan runtuh dan
46
mengubur penghuni rumah di bawahnya. Jika anda menjual batako
bermutu rendah tanpa menerangkan bahaya dan resiko kepada
pelanggan, anda harus bertanggung jawab terhadap musibah
mereka jika rumahnya runtuh.

4. Mencetak Batako dan Paving Blok

Beton setelah diaduk harus ditempatkan pada posisi yang


ditentukan dan dipadatkan sebelum memulai pengaturan semen.
Sebelum pencetakan beton dimulai, harus dipastikan cetakan
dipancang dengan kokoh pada posisinya, diminyaki, dibersihkan,
dan dikeringkan dari air yang ada. Jika beton dicetak ditanah (mis.
Untuk beton batako), tanah haruslah rata, bersih dan mudah
menguap, tetapi tanpa adanya air ketika beton dicetak. Plastik
dapat digunakan untuk memastikan tanah bersih. Masukkan
adukan ke sudut dan sepanjang pinggir cetakan dengan
menggunakan sekop atau sendok semen.
Ada beberapa tahapan kerja yang dilalui untuk mencetak
paving blok, Pertama, Isi adukan beton ke dalam peralatan ukur
(mis. Ember dengan garis untuk pengukuran). Kemudian Buka
penutup cetakan. Atur cetakan pada posisi pengisian. Tuang jumlah
yang tepat adukan beton ke dalam cetakan (setiap kali
menggunakan jumlah adukan semen yang sama akan diperoleh
paving blok yang sama, baik ketebalan, kekuatan, maupun
kualitasnya). Tutup cetakan, dan Atur pegangan pada posisi

47
pemadatan. Jangan lupa menggunakan pengait. Angkat pegangan
ke posisi awal (kanan atas), kemudian buka pengunci kait.
Langkah berikutnya adalah membuka penutup cetakan, lalu
tekan pegangan ke bawah hingga paving blok secara penuh keluar
dari cetakan. Buka penutup cetakan, dan Lepaskan pegangan
perlahan dan biarkan di lantai. Secara perlahan, angkat paving blok
bersama-sama dengan plat logam keluar dari cetakan, tempatkan
tripleks di atas paving blok yang telah dicetak, secara perlahan
putar 180 derajat (atas bawah). Secara perlahan tempatkan produk
di tempat penyimpanan yang teduh (tanpa sinar matahari
langsung), dan biarkan selama 1 hari (setelah 1 hari perlu dilakukan
perawatan selama lebih kurang seminggu). Bersihkan cetakan
(termasuk plat logam) dari sisa cetakan dan debu. Kadang-kadang
cetakan perlu diberi minyak. Tempatkan plat logam ke dalam
tempat asalnya di dalam cetakan. Atur kembali cetakan pada posisi
pengisian dan ulangi langkah 3-12 untuk membuat paving blok
berikutnya. Ketika selesai bekerja, tutup cetakan dengan plastik
kering atau sejenisnya, dan simpan peralatan dan bahan di tempat
yang aman dan kering Untuk mencetak batako langkah-langkah
berikut dapat dipedomani. Pertama, Masukkan adukan beton ke
dalam peralatan ukur (mis. Ember dengan garis untuk pengukuran).
Tempatkan bagian bawah cetakan ke tempat yang benar (di bawah
atap atau tempat yang teduh). Beri minyak bagian bawah cetakan.
Tuang jumlah yang tepat adukan beton ke dalam cetakan (setiap

48
kali menggunakan jumlah adukan semen yang sama akan diperoleh
batako yang sama, baik ketebalan, kekuatan, maupun kualitasnya).
Letakkan alat tekan cetakan di atas bagian bawah cetakan. Tekan
alat tekan lurus ke bawah hingga “bagian kakinya” menyentuh
lantai pada ke dua sisi. Injak dengan kaki ke atas “kaki” alat tekan
cetakan, tekan cetakan, ambil pegangan bagian bawah cetakan, dan
secara perlahan angkat bagian atas cetakan. Perlahan-lahan
letakkan bagian bawah cetakan ke tanah. Keluarkan peralatan
tekan dari bagian bawah cetakan, dan pisahkan ke samping.
Perlahan-lahan angkat bagian bawah cetakan ke atas, dan
tempatkan di samping batako yang baru jadi. Biarkan batako yang
baru jadi selama 1 hari (jangan dipindahkan, tetapi pastikan tidak
terkena sinar matahari langsung). Setelah 1 hari, batako dapat
disusun bertumpuk, dan perlu dilakukan curing selama seminggu
(langkah-langkah yang benar lihat penjelasan di bawah).

Bersihkan cetakan dari sisa adukan dan debu. Beri minyak cetakan.
Ulangi langkah 2 – 14 untuk membuat batako berikutnya.

5. Pembersihan

Pada setiap akhir kerja anda harus membersihkan semua


peralatan dan perkakas dengan mencuci dan menggosoknya
dengan sikat kawat – kotoran dari adukan yang mengeras dapat
digosok dengan batu bata. Jika anda telah menggunakan adukan
beton, jalankan adukan selama lebih kurang 15 menit dengan

49
mengisi sedikit kerikil dan air, dan bersihkan kotoran keras yang
bertumpuk dengan pengikis dan sikat kawat. Bersihkan juga bagian
luar adukan. Pastikan tidak ada yang masuk ke dalam saluran
pembuangan. Setelah selesai membersihkan peralatan dan
perkakas, simpan cetakan batako dan juga peralatan dan bahan di
tempat yang aman dan kering.

6. Perawatan atau Pemeliharaan (Curing)

Curing adalah perlakuan atau perawatan terhadap beton


selama masa pembekuan. Pengukuran curing diperlukan untuk
menjaga kondisi kelembaban dan suhu yang diinginkan pada beton,
karena suhu dan kelembaban di dalam secara langsung
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Pengukuran curing
mencegah air hilang dari adukan dan membuat lebih banyak hidrasi
semen. Untuk memaksimalkan mutu beton perlu diterapkan
pengukuran curing sesegera mungkin setelah beton dicetak. Curing
merupakan hal yang kritis untuk membuat permukaan paving blok
yang tahan.

Curing harus dibuat pada setiap bahan bangunan, bagian


konstruksi atau produk yang menggunakan semen sebagai bahan
baku. Hal ini karena semen memerlukan air untuk memulai proses
hidrasi dan untuk menjaga suhu di dalam yang dihasilkan oleh
proses ini demi mengoptimalkan pembekuan dan kekuatan semen.
Pengaturan suhu di dalam dengan air disebut curing. Proses hidrasi

50
yang tidak terkontrol akan menyebabkan suhu semen kelebihan
panas dan kehilangan bahan-bahan dasar untuk pengerasan dan
kekuatan akhir produk semen seperti beton, mortar, dan lain-lain.
Curing yang baik berarti penguapan dapat dicegah atau dikurangi.
Secara umum ada 3 jenis utama curing yang digunakan pada sektor
konstruksi, yaitu: Curing air, Curing uap air, Curing uap panas.
Curing air adalah yang paling banyak digunakan. Ini merupakan
sistem dimana sangat cocok untuk konstruksi rumah dan tidak
memerlukan infrastruktur atau keahlian khusus. Bagaimanapun
curing air memerlukan banyak air yang mungkin tidak selalu mudah
dan bahkan mungkin mahal. Untuk mengekonomiskan penggunaan
air perlu dilakukan pengukuran untuk mencegah penguapan air
pada produk semen. Misalnya beton harus dilindungi dari sinar
matahari langsung dan angin untuk mencegah penguapan air yang
cepat. Cara seperti menutup beton dengan pasir, serbuk gergaji,
rumput dan dedaunan tidaklah mahal, tetapi masih cukup efektif.
Selanjutnya plastik, goni bisa juga digunakan sebagai bahan untuk
mencegah penguapan air dengan cepat. Sangat penting seluruh
produk semen (batako, paving blok, batu pondasi, bata pondasi,
pekerjaan plaster, pekerjaan lantai, dll) dijaga tetap basah dan
jangan pernah kering, jika tidak kekuatan akhir produk semen tidak
dapat dipenuhi. Jika proses hidrasi secara dini berakhir akibat
kelebihan panas (tanpa curing), air yang disiram pada produk
semen yang telah kering tidak akan mengaktifkan kembali proses

51
hidrasi, kehilangan kekuatan akan permanen. Pada curing air,
produk semen harus dijaga tetap basah (mis. dengan menutup
produk dengan plastik) untuk lebih kurang 7 hari.
Curing uap air dilakukan dimana air sulit diperoleh dan semen
berdasarkan unsur-unsur bahan setengah jadi seperti slop toilet,
ubin, tangga, jalusi dan lain- lain diproduksi masal. Curing uap air
menurunkan waktu curing dibandingkan dengan curing air biasa
lebih kurang sekitar 50 – 60%. Prinsip kerja curing air adalah dengan
menjaga produk semen pada lingkungan lembab dan panas yang
membolehkan semen mencapai kekuatan lebih cepat dari pada
curing air biasa. Untuk menghasilkan lingkungan lembab dan panas
ini perlu dibuat suatu ruang pemanasan sederhana dengan dinding
dan lantai penahan air yang ditutup dengan plastik untuk membuat
matahari memanaskan ruang pemanasan dan mencegah air
menguap. Tinggi permukaan air dari lantai sekitar 5 sampai 7 cm
dijaga setiap waktu agar prinsip kerja sistem penguapan dapat
bekerja.
Curing uap panas biasanya hanya digunakan pada pabrik
yang sudah canggih yang memproduksi produk semen secara
massal. Sistem curing uap panas mahal dan membutuhkan banyak
energi untuk membangkitkan panas yang dibutuhkan untuk uap
panas. Bagaimanapun, produk curing uap panas dapat digunakan
setelah kira-kira 24 – 36 jam setelah produksi, yang mempunyai
keunggulan dibandingkan curing sistem lainnya.

52
Pada dasarnya semua aturan dan regulasi untuk pembuatan
beton secara benar diikuti, kekuatan beton dapat diperoleh seiring
dengan waktu. Bagaimanapun, kenaikan kekuatan akan berkurang
dengan bertambahnya waktu. Beberapa hal yang perlu dilakukan
antara lain adalah menghitung kebutuhan bahan. Selalu
menghitung dengan tepat berapa banyak beton yang telah selesai
dibuat untuk pekerjaan yang harus dilakukan dan berapa banyak
semen, pasir, kerikil kasar, dan air yang dibutuhkan. Perkiraan yang
baik pun bisa saja salah. Saat memperkirakan jumlah bahan yang
dibutuhkan bisa saja terjadi anda memesan terlalu banyak, yang
menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu. Ini bisa juga terjadi
anda memesan terlalu sedikit dan mengatur kembali segera
kebutuhan material menjadi sulit atau bahkan mustahil, yang
menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu atau kehilangan mutu.
Selanjutnya selalulah menggunakan pasir dan kerikil yang
bersih untuk beton. Karena pasir dan kerikil yang terkontaminasi
(mis. akar, dedaunan, plastik, serbuk gergaji, kotoran binatang dan
manusia, dll tidak akan mengikat dengan semen, sehingga beton
tidak kuat. Pasir dan kerikil dengan persentase tanah liat dan
endapan juga akan melemahkan beton, karena tanah liat dan
endapan mengandung terlalu banyak rongga-rongga kecil yang
harus ditutup dengan semen agar mengikat dengan baik, dengan
demikian beton menjadi tidak kuat.
Sebaiknya selalu menggunakan semen baru dan tidak

53
bergumpal untuk beton. Karena semen yang telah lama kehilangan
sifat-sifat kekuatannya. Misalnya semen yang telah disimpan
sekitar 6 bulan akan berkurang kekuatan sekitar 30% dibandingkan
dengan semen baru. Untuk pekerjaan beton yang baik, kekuatan
sangat penting karena berpengaruh terhadap mutu bangunan
secara keseluruhan. Upayakan selalu aduk bahan-bahan kering
(pasir dan semen) bersama-sama sebelum ditambahkan air.
Partikel pasir yang basah cenderung untuk lengket bersama-sama
dan mencegah semen menutupinya. Hal ini menghasilkan adukan
yang tidak rata yang menurunkan mutu beton, karena setiap
partikel pasir dan kerikil idealnya ditutup secara penuh dengan
semen.
Selanjutnya, penambahan air bersama-sama dengan pasir,
kerikil, dan semen sekaligus membuat pengadukan beton menjadi
sangat sulit untuk pekerja.
Perlu selalu melindungi tempat adukan beton dari angin,
hujan, dan sinar matahari. Karena angin dan sinar matahari
menguapkan air dari beton dan mempercepat proses pembekuan
sebelum digunakan. Ini membuat beton tidak berguna untuk
apapun. Hujan akan menambah air dan menyebabkan beton
menjadi sangat basah, yang menghasilkan kekuatan akhir yang
lemah. Anjing dan kucing menyebabkan kontaminasi bahan baku
beton, sehingga perlindungan dengan benar diperlukan.
Gunakan adukan beton maksimum 1 jam setelah adukan

54
basah dan jangan mengaduk kembali dengan menambah adukan
dengan air. Untuk beton yang lebih dari 1 jam, proses hidrasi semen
telah dimulai dan pengadukan kembali akan menghilangkan daya
lengket antara semen dan pasir/kerikil. Ikatan ini tidak dapat
mencapai kekuatannya kembali dengan menambahkan air ke dalam
beton.
Di samping itu, perlu selalu menggunakan kotak pengukur
takaran. Menggunakan kantong semen kosong untuk maksud
apapun tidak selalu memastikan jumlah bahan baku yang
ditambahkan. Ketidaktepatan dapat menyebabkan adukan yang
kaya dari pada yang direncanakan, atau mengurangi mutu beton
atau menambah biaya.
Seterusnya beberapa hal yang perlu dihindarkan antara lain
adalah jangan membuat adukan beton di suhu di luar mencapai 40
derajat Celcius. Suhu sinar matahari langsung pada 40 derajat
Celcius adalah mendekati 50 derajat Celcius. Dengan demikian,
penguapan air dari beton yang baru diaduk akan secara cepat dan
serius akan menyusut, retak dan mencegah pembekuan yang
terkontrol dari beton. Hal ini akhirnya menyebabkan beton tidak
kuat dan menurunkan mutu kerja. Bagaimanapun jika tidak dapat
dihindari untuk menghentikan pekerjaan beton, langkah-langkah
pencegahan berikut dapat dilakukan adalah mendinginkan kerikil
dengan menyiramkan air. Buat tempat yang teduh di lokasi kerja.
Segera letakkan plastik di atas produk beton yang baru dicetak.

55
EVALUASI

1. Jelaskan fungsi batako dan paving blok dalam konstruksi


bangunan?
2. Jelaskan prosedur pembuatan batako dan paving blok?
3. Jelaskan jenis-jenis perawatan (curing) batako dan
paving blok, mana yang paling sering digunakan, dan
apa alasannya?

KUNCI JAWABAN EVALUASI

1. Dalam konstruksi bangunan batako berfungsi sebagai bahan


dinding yang dapat meredam panas dan suara. Batako
mempunyai sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih
baik dari pada beton padat. Batako memiliki keuntungan
tertentu dari pada batu bata, beratnya hanya 1/3 dari bata
untuk jumlah yang sama. Batako dapat disusun 4 kali lebih
cepat dan cukup kuat untuk semua penggunaan yang
biasanya menggunakan batu bata. Kemudian fungsi paving
blok adalah untuk menunjang citra bangunan sebagai tempat
yang bersih, sehat dan indah. Paving blok dipasang di
halaman atau di tempat parkir. Paving blok dan ubin dapat
digunakan di sekitar lingkungan rumah dan kantor. Fungsi
utama bahan ini adalah untuk menutup lantai dengan bersih
dan dalam jangka waktu yang lama. Di pasaran dapat
ditemukan berbagai bentuk, motif dan pola paving blok
56
sesuai dengan selera konsumen.
2. Prosedur pembuatan batako dan paving blok dimulai dari
persiapan, mengaduk adonan, mencetak, membersihkan,
dan merawat hasil cetakan batako dan paving blok.
Terdapat tiga jenis utama curing yang digunakan pada sektor konstruksi,
yaitu: Curing air, Curing uap air, Curing uap panas. Dari ketiga jenis ini
yang paling banyak digunakan adalah curing air. Ini merupakan sistem
dimana sangat cocok untuk konstruksi rumah dan tidak memerlukan
infrastruktur atau keahlian khusus. Akan tetapi curing jenis ini
memerlukan banyak air, tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah,
dan bahkan biayanya mungkin menjadi mahal. Untuk itu, agar tidak
boros maka penggunaan air perlu ditakar dan dilakukan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Ariestadi Dian, Teknik Struktur Bangunan Jilid 3, Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta, 2008.

Anonim, Daftar Profil Untuk Konstruksi Baja, Carya Remaja, Bandung, ----.

Departemen Pekerjaan Umum, Spesifikasi

Frick Heinz dan Koesmartadi Ch, Ilmu Bahan Bangunan, Kanisius,


Yogyakarta, 1999.

Frick Heinz, dkk, Teknologi Bahan, PPPGT / VEDC Malang, Malang, 1999.

Peraturan Beton Bertulang Indonesia (N.I.–2), Cetakan ke 7, Direktorat


Penyelidikan Masalah Bangunan Departemen Pekerjaan
Umum, Bandung, 1971.

Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (N.I.–5), Direktorat Penyelidikan


Masalah Bangunan Departemen Pekerjaan Umum,
Bandung, 1961.

Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Yayasan Penyelidikan


Masalah Bangunan, Bandung, 1982.

Standar Industri Indonesia nomor 0284-80.

Standar Industri Indonesia nomor 0285-80.

Standar Nasional Indonesia nomor 03-2847-2002

Standar Nasional Indonesia nomor 03–1729-2002

58
Sudarminto, Rumus-rumus dan Daftar-daftar untuk Perhitungan
Konstruksi Beton, Carya Remadja, Bandung, 1983.

Sunggono kh, Ir, Buku Teknik Sipil, Nova, Bandung, 1995.

Supribadi IK, Drs, Ilmu Bangunan Gedung Seri A, CV. Armico, Bandung,
1986.

Thamrin A.G., Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Jilid 1, Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta, 2008.

59

Anda mungkin juga menyukai