Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan modul ilmu bahan bangunan dengan lancer dan tepat pada
waktunya.
Penyusun
1
PETA KONSEP
TUJUAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN 1
KEGIATAN 2
KEGIATAN 3
TUGAS
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar isi iv
I. PEMBELAJARAN
A. Kegiatan Pembelajaran 1 4
1. Tujuan 4
2. Uraian Materi 4
3. Tugas 23
B. Kegiatan Pembelajaran 2 26
1. Tujuan 26
2. Uraian Materi 26
3. Tugas 29
C. Kegiatan Pembelajaran 3 31
1. Tujuan 31
2. Uraian Materi 31
3. Tugas 56
DAFTAR PUSTAKA 58
3
KEGIATAN BELAJAR 1:
PLESTERAN DAN MENGACI PERMUKAAN PLESTERAN
TUJUAN:
A. URAIAN MATERI
Pekerjaan memplester tembok merupakan pekerjaan
menutup pasangan bata dengan plester adukan/spesi. Plesteran ini
dapat sebagai penutup bagian luar atau dalam atau kedua-duanya.
Fungsi plesteran adalah : (1) melindungi pasangan tembok dari
pengaruh cuaca, khususnya hujan dan terik panas matahari,
pengaruh-pengaruh mekanik, (2) memperhalus atau meratakan
permukaan pasangan tembok sehingga memudahkan pengecatan,
4
(3) memperindah penampilan.
Bahan adukan plesteran pada umumnya terdiri dari bahan
dasar berupa: semen atau kapur berfungsi sebagai bahan pengikat,
dan pasir, semen merah, tras berfungsi sebagai bahan pengisi.
Adukan yang terdiri dari campuran bahan- bahan seperti tersebut
di atas sebelum dibuat dan digunakan perlu dilakukan perhitungan
atas penggunaan bahanbahannya.
Perhitungan penggunaan bahan dasar dihitung
berdasarkan jumlah volume plesteran yang yang ada. Misalnya
perhitungan plesteran pada tembok bagian dalam sebuah kamar
dengan luas 3,00 x 3,00 m2, tinggi tembok 3 m dan terdapat 1 pintu
dengan luas 2,10 m2 Gambar detail seperti di bawah.
Gambar
1. Bidang Luasan Tembok yang akan di Plester.
5
Volume plesteran = 33,90 m2 x (0,01 m) = 0,34 m3.
6
dapat terlepas, sehingga lapisan plesteran dapat melekat dengan
baik pada tembok.
Retak-retak pada plesteran harus dihindarkan semaksimal
mungkin, untuk maksud ini campuran yang dipakai harus dipilih
sebaik mungkin. Retak-retak pada plesteran antara lain disebabkan
oleh campuran adukan tidak merata, adukan terlalu plastis, terlalu
banyak bahan yang halus, perbedaan ketebalan lapisan yang besar,
perbedaan penyerapan bata, pengeringan terlalu cepat, plesteran
terlalu kuat dari pasangan tembok. Lapisan plesteran biasanya
terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan pertama kamprot, lapisan kedua
bahan plesteran dan lapisan ketiga acian.
Setelah tembok dibasahi kemudian diberi lapisan pertama
(kamprotan) dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Untuk
memudahkan pekerjaan, maka dibuat lapisan kepala dalam arah
tegak dengan jarak lebih kurang 1,5-1,8 m. Komposisi lapisan kepala
sama dengan campuran badan plesteran dan ketebalan lebih kurang
10 mm. Untuk mendapatkan permukaan yang halus terakhir dibuat
lapisan acian dengan ketebalan lebih kurang 1 mm.
Pemeliharaan Plesteran
Plesteran yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi
dari pengaruh terik matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar
pengeringan dan pengerasan tidak terlalu cepat yang dapat
mengakibatkan retak. Untuk melindungi plesteran dapat menyiram
atau menutup plesteran dengan plastik.
Latihan
Jika diketahui denah rumah tinggal berukuran 6 x 9 meter
dengan 3 kamar berukuran 3 x 3 meter, seperti gambar berikut.
Tentukan kebutuhan bahan dasar untuk plesteran. Tinggi plesteran
8
dari lantai sampai ke plafon = 3,00 m.
9
1. Alat
Alat-alat yang dipakai terdiri dari: Cetok, Alat lepa, Bilah
perata, Benang, Martil, Alat sipat datar, Unting-unting, Ember,
Cangkul, Sekop, Kotak adukan, Kotak angkut, dan Kotak aduk.
2. Bahan
Bahan yang diperlukan adalah: adukan dengan
perbandingan campuran 1 kapur + 1 semen protland + 2 pasir atau
½ kapur + 1 semen portland + 2 pasir dengan ayakan sedang; atau
1 semen portland + 2 sampai 3 pasir untuk bahan perapihan 1 kp +
1 sm + air dengan ayakan halus, atau 1 sp + ½ kp + air.
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Agar pekerjaan dapat terlaksana dengan aman, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah mengenai:
Penggunaan pakaian dan perlengkapan kerja dengan lengkap dan
betul (sarung tangan, topi, sepatu dan lain-lain). Bersihkan tempat
pekerjaan dari kotoran atau benda-benda yang mengganggu
pekerjaan. Tempatkan bahan-bahan pada tempat yang tidak
mengganggu dalam melaksanakan pekerjaan. Tempatkan alat-alat
pada tempat yang aman tidak mudah jatuh dan mudah dijangkau.
Hindarkan pemakaian alat yang tidak sesuai dengan kegunaannya.
Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, hati-hati serta jangan
bersendau gurau. Perhatikan petunjuk dari pembimbing.
Perhatikan dan pelajari dengan seksama gambar tugas dan urut-
urutan kerja, bila terdapat materi yang kurang jelas segera tanyakan
10
pada pembimbing. Bekerjalah bersama-sama dengan teman
seregu, dengan saling membantu dan perhatikanlah teman-teman
agar tidak terjadi kecelakaan. Laporkan segera kepada
pembimbing, bila terjadi sesuatu yang merugikan (kecelakaan)
sewaktu bekerja.
4. Prosedur Kerja
Prosedur pelaksanaan pekerjaan mencakup tahapan mulai
dari awal sampai selesai. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Pasang benang-benang di bagian tepi dari bidang muka tembok.
Usahakan benang-benang tersebut menghasilkan bidang yang tegak
dan rata-rata untuk tebal plesteran lebih kurang 1 cm. Buatlah di
tempat-tempat tertentu di bawah benang-benang bulatan-bulatan
plesteran dengan sisi-sisi 5-10 cm. Jarak bulatan atau persegi lebih
kurang sama dengan panjang bilah perata. Buatlah kepala-kepala
plesteran (tanggul-tanggul) yang menghubungkan bulatan-bulatan
atau persegi tersebut. Plester bidang- bidang di antara kepala-
kepala tersebut hingga penuh ratakan dengan bilah perata hingga
plesteran tersebut rata. Gosoklah dengan alat lepa hingga rata dan
halus. Kerjakan terus-menerus sehingga satu bidang penuh selesai
diplester
C. Latihan 2
Dengan diberikan alat dan bahan yang dibutuhkan,
lakukanlah pekerjaan dengan urutan berikut. Pertama, memasang
11
benang pada bidang tampak. Kemudian membuat bulatan
plesteran (5-10) cm. Buat kepala plesteran yang menghubungkan
bulatan-bulatan. Memplester bidang plesteran, dan akhirnya
menggosok atau meratakan bidang yang diplester dengan alat
perata.
12
sudah disampaikan di atas. Sementara prosedur pelaksanaan
pekerjaan disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan memplester
dinding tembok tepi tegak, sebagai berikut.
13
adalah : (1) menghaluskan permukaan plesteran agar kelihatan
lebih rapi, (2) menutup lubang poripori plesteran sehingga
permukaan plesteran mudah diplamir dan dicat, (3) memperindah
penampilan.
Pasta adukan acian pada umumnya terdiri dari bahandasar
berupa : semen, kapur, pasir, semen merah dan puzolan. Pasta
adukan acian yang terdiri dari campuran bahan-bahan seperti
tersebut di atas sebelum dibuat dan digunakan perlu dilakukan
penyaringan terlebih dahulu dengan saringan no. 30 (ASTM) atau
0,59 mm. Sebagai pedoman campuran untuk pasta adukan acian
dapat digunakan sebagai berikut:
7 1 1 Dinding luar
8 1 2 Dinding luar
14
Catatan:
Puzolan dapat diganti dengan semen merah
15
yang besar, perbedaan penyerapan air oleh plesteran, pengeringan
terlalu cepat.
Setelah permukaan plesteran dibasahi kemudian diberi
lapisan dengan pasta adukan dengan ketebalan lebih kurang 2-3
mm. Kemudian digosok-gosok dengan arah memutar memakai
roskam disertai dengan tekanan yang kuat. Untuk memudahkan
pekerjaan, maka lapisan pasta adukan diulaskan pada permukaan
plesteran sedikit demi sedikit dengan tujuan agar tidak cepat kering
sewaktu dikerjakan (digosok). Untuk mendapatkan permukaan
yang halus terakhir pada lapisan acian disapu dengan kuas yang
dibasahi air.
16
yang direncanakan. 1 pc : 2 kp : 4 sm sebagai bahan isian pori-pori
dan 1 kp : 1 ps sebagai bahan untuk menutup lubang yang kasar-
kasar. Tempatkan bahan yang sudah ditakar secara berlapis- lapis
pada kotak pencampur yang telah disediakan. Campur dengan
menggunakan cetok sehingga menghasilkan campuran adukan
pasta kering yang mempunyai warna homogin. Simpan campuran
yang telah jadi dan siap digunakan.
17
buih tersebut rata dan menutup pori-pori plesteran serta butir pasir.
Kerjakan terus-menerus hingga muka tembok halus
seluruhnya. Ulangi lagi beberapa kali, bila tembok masih kurang
halus, sehingga muka tembok benar-benar halus dan rata.
Haluskan plesteran tepi tegak dengan campuran adukan 1 sp
: ½ kp, agar lebih kuat dari pada plesteran sisa muka tembok,
karena tepi tegak tembok sering kena sentuhan/benturan
hingga mudah rusak. Hindarkan penggunaan sisa adukan
(endapan adukan) untuk melapisi plesteran tembok, sebab
akan membuat tembok retak. Usahakan penggosokan
tembok secara sempurna, sebab bila kurang akan terjadi
retak-retak pada tembok. Setelah tembok kelihatan halus sikat
dengan adukan encer agar tembok lebih rata dan halus lagi
sebelum dilanjutkan dengan pekerjaan pengapuran atau
pengecatan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar cara mengaci.
19
= 2 (3x1,5) – (1x0,5) – (1x0,5) x
(210+210+90)
= 3570 cm3.
Jika digunakan plesteran hias dengan campuran
perbandingan volume 1 Pc : 4 Ps, maka bahan dasar yang
dibutuhkan adalah :
Pc (portland cemen) : 1/5 x 3570 cm3 = 714 cm3. Sm
(semen merah) : 4/5 x 3570 cm3 = 2856 cm3.
Jumlah = 3570 cm3.
20
pengisapan tinggi. Pembasahan sebaiknya dilakukan dengan
memakai kuas/sikat. Hal ini dimaksudkan agar debu/kotoran yang
menempel dapat terlepas, sehingga lapisan plesteran hias dapat
melekat dengan baik pada plesteran tembok. Retak-retak pada
plesteran hias harus dihindarkan semaksimal mungkin, untuk
maksud ini campuran yang dipakai harus dipilih sebaik mungkin.
Retak-retak pada plesteran antara lain disebabkan oleh campuran
adukan tidak merata, adukan terlalu plastis, terlalu banyak bahan
yang halus, perbedaan ketebalan lapisan yang besar, perbedaan
penyerapan plesteran dasar (tembok), pengeringan terlalu cepat,
plesteran hias terlalu kuat dari plesteran tembok.
Setelah tembok dibasahi kemudian diberi lapisan pertama
(kamprotan) dengan ketebalan lebih kurang 2-3 mm. Untuk
memudahkan pekerjaan, maka dibuat lapisan plesteran hias lapis
demi lapis. Untuk mendapatkan permukaan yang halus terakhir
dibuat lapisan acian dengan ketebalan lebih kurang 1 mm.
Sebelum pekerjaan plesteran hias dilaksanakan, adukan
plesteran hias harus dipersiapkan terlebih dahulu. Syarat-syarat
adukan plesteran : (1) Adukan untuk plesteran hias harus bersih dari
kotoran-kotoran, sisa tumbuh-tumbuhan, (2) Bahan pengikat yang
digunakan untuk bahan campuran harus benar-benar berupa
bubuk halus. Tidak boleh terdapat butir-butir bahan pengikat yang
dalam plesteran hias dapat mengakibatkan rusaknya plesteran hias,
(3) Sebelum plesteran hias dimulai, plesteran dasar harus disiram
21
dengan air bersih hingga basah dan jenuh.
Plesteran hias ini biasanya digunakan pada pekerjaan-
pekerjaan finishing yang banyak melibatkan unsur seni. Misalnya
pada pekerjaan perapian pada listplank, memberi bingkai pada
kusen pintu/jendela, atau lubang ventilasi pada suatu ruangan dan
lain sebagainya. Macam-macam bentuk serta potongan melintang
pada pekerjaan plesteran antara lain sebagai berikut :
Latihan:
Hitung volume plesteran hias, jika adukan digunakan
perbandingan 1 Pc : 4 Ps, untuk sebuah lisplank beton dengan
ukuran panjang 9 m, tinggi 0,5 m. Plesteran hias dibuat pada bidang
luar, keliling dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan disain yang
dibuat.
EVALUASI
Tes Tertulis
22
8. Jelaskan mengapa plesteran hias pengerjaan lapisan hiasnya
bertahap?
a. Ketegakan plesteran : 5 %.
b. Kelurusan plesteran : 5 %.
c. Homoginitas warna plesteran : 5 %.
d. Kepadatan plesteran : 5 %.
e. Kebersihan : 5 %.
Total : 100 %
23
tembok sehingga memudahkan pengecatan.
c. Memperindah penampilan.
2. Plesteran yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi dari
pengaruh terik matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar
pengeringan dan pengerasan tidak terlalu cepat yang dapat
mengakibatkan retak. Untuk melindungi plesteran dapat
menyiram atau menutup plesteran dengan plastik.
3. Syarat-syarat adukan plesteran:
a. Adukan untuk plesteran harus bersih dari kotoran-kotoran,
sisa tumbuh- tumbuhan.
b. Kapur yang digunakan untuk bahan campuran harus benar-
benar berupa bubuk halus. Tidak boleh terdapat butir-butir
kapur yang dalam plesteran dapat mengakibatkan rusaknya
plesteran.
c. Lajur tembok paling bawah lebih kurang 20 cm diplester
dengan adukan 1 sp: 2 ps, agar kedap air dan diberi pasangan
ubin plint tegak.
d. Sebelum plester tembok dimulai, tembok harus disiram
dengan air bersih hingga basah dan jenuh.
4. Fungsi acian adalah : (1) menghaluskan permukaan plesteran agar
kelihatan lebih rapi, (2) menutup lubang pori-pori plesteran
sehingga plesteran mudah diplamir dan dicat, (3) memperindah
penampilan.
5. Sebab : jika bahan yang digunakan tidak disaring dalam pengerjaan
24
acian pada plesteran akan mengalami kesulitan karena butir-butir
adukan pasta acian tidak lembut (kasar). Di samping itu apabila
bahan pengikat tidak disaring misalnya kapur, dikawatirkan
setelah pekerjaan acian jadi, kapur akan mengembang sehingga
permukaan acian pecah-pecah.
6. Retak-retak pada permukaan acian pada plesteran disebabkan
antara lain oleh campuran pasta adukan tidak merata, adukan
pasta terlalu plastis, terlalu banyak bahan yang halus, perbedaan
ketebalan lapisan acian yang besar, perbedaan penyerapan air
oleh plesteran, pengeringan terlalu cepat.
7. Fungsi plesteran adalah : (1) menambah keindahan pada bagian
bangunan terkait sehingga lebih artistik, (2) sebagai perkuatan
sehingga sisi-sisi plesteran tidak mudah rusak apabila terkena
benturan benda yang lain. Karena dengan cara pengerjaan yang
bertahap akan menghasilkan suatu pekerjaan plesteran hias yang
baik, rapi dan metode serta langkah kerja relatif mudah.
25
KEGIATAN BELAJAR 2:
PEMASANGAN KUSEN PADA DINDING
TUJUAN:
URAIAN MATERI:
Pada umumnya kusen terbuat dari bahan kayu, walaupun
sekarang banyak dijumpai pula dari aluminium, baja maupun dari
plastik. Kayu yang baik untuk kusen umumnya dari kayu jati, karena
mempunyai umur dan kekuatan yang baik. Sifat kayu jati untuk
melengkung maupun terpuntir sangat kecil dibandingkan jenis kayu
yang lain. Disamping itu jika kusen tadi dipelitur, sehingga
permukaannya transparan akan terlihat indah. Untuk kayu
Kalimantan yang baik adalah kayu Kamper karena seratnya halus,
sedangkan kayu Bengkirai cukup kuat dan murah tetapi
pengerjaannya sulit karena keras, sehingga setelah jadi kusen
harganya tidak berbeda dengan kusen dari kayu Kamper.
26
Kusen bisa kita bedakan antara lain : Kusen pintu, Kusen
jendela, serta Kusen gabungan pintu dan jendela. Pada prinsipnya
pemasangan kusen pintu diusahakan mempunyai ketinggian yang
seragam terhadap kusen pintu yang lainnya. Demikian juga tinggi
jendela diusahakan mempunyai ketinggian yang sama dengan
kusen pintu, kecuali untuk hal-hal yang sifatnya khusus misalnya
kusen jendela untuk kamar mandi. Perlu diperhatikan pula kearah
mana nantinya pintu akan dibuka. Variasi bentuk kusen pintu
sebenarnya tidak banyak dan lebih banyak variasi pada bentuk daun
pintunya.
Dalam pekerjaan pemasangan kusen pada dinding
dibutuhkan alat dan bahan yang sesuai dengan karakteristik
pekerjaan. Peralatan yang biasa dipakai antara lain adalah: water
pass, unting-unting, meteran, sendok spesi, cangkul, bak spesi,
ember, sekop, benang, pensil, palu, catut, skur, dan patok atau
pasak.
27
hati-hati dan penuh konsentrasi.
Selanjutnya dalam pemasangan kusen ini, prosedur kerja
diawali dengan menyiapkan alat dan bahan secukupnya di tempat
yang aman dan mudah dijangkau untuk memasang rolag.
Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal pasangan rolag
terhadap as pada bouwplank untuk menentukan kedudukan
pasangan rolag. Pasang rolag setinggi 3 cm di bawah tinggi
bouwplank. Posisi benang sedikit lebih rendah dari rencana lantai
Rolag pasangan batu kali. Rentangkan benang berjarak separuh dari
tebal kusen terhadap as bouwplank untuk menentukan kedudukan
kusen. Pasang angker pada kusen secukupnya. Dirikan kusen dan
tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter dari tinggi
bouwplank. Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak
dengan menggunakan unting-unting. Pasang skur sehingga
kedudukannya stabil dan kokoh. Pasang patok untuk diikat bersama
dengan skur sehingga kedudukan menjadi kokoh. Cek kembali
kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatnya,
ketinggian dan ketegakan dari kusen. Bersihkan tempat
sekelilingnya.
Latihan
28
3. Mengapa tinggi pasangan rolag dibuat agak lebih rendah dari
rencana lantai ?
4. Mengapa tinggi kusen jendela ditetapkan 2 meter.
5. Mengapa kusen jendela harus dipasang angker ?
EVALUASI
30
KEGIATAN BELAJAR 3:
PEMBUATAN BATAKO DAN PAVING BLOK
TUJUAN:
URAIAN MATERI:
Di bagian lain di dunia ini, akhir-akhir ini beton sangat umum
dan telah dibuktikan oleh waktu sebagai bahan dinding yang tahan
gempa. Beton dapat diproduksi dengan tangan dan mesin.
Penggunaan khusus beton ditentukan oleh ukuran dan mutunya.
31
Salah satu jenis beton adalah BATAKO. Batako mempunyai sifat-sifat
panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat.
Batako memiliki keuntungan tertentu dari pada batu bata, beratnya
hanya 1/3 dari bata untuk jumlah yang sama. Batako dapat disusun
4 kali lebih cepat dan cukup kuat untuk semua penggunaan yang
biasanya menggunakan batu bata. Dinding yang dibuat dari batako
mempunyai keunggulan dalam hal meredam panas dan suara.
Semakin banyak produksi beton semakin ramah lingkungan dari
pada produksi bata tanah liat karena tidak harus dibakar.
Ditinjau dari sisi lain, sekarang ini fungsi rumah tidak lagi
hanya sekedar melindungi dari hujan dan panas, melainkan juga
sebagai tempat yang bersih, sehat dan indah. Salah satu cara
membuat ruang yang bersih dan indah di dalam rumah, di halaman,
di tempat parkir adalah dengan menggunakan paving blok dan ubin.
Paving blok dan ubin dapat digunakan di sekitar lingkungan rumah
dan kantor. Fungsi utama bahan ini adalah untuk menutup lantai
dengan bersih dan dalam jangka waktu yang lama. Paving blok dan
ubin dapat dipasang tanpa menggunakan semen. Hal ini
membuatnya sebagai alternatif yang murah dan mudah untuk
penyerapan air dan tempat yang bebas lumpur. Dari segi keindahan,
bangunan yang sederhana akan lebih indah dengan lantai dan
tempat parkir yang bagus. Di pasaran dapat ditemukan berbagai
bentuk, motif dan pola sesuai dengan selera konsumen.
Batako terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Istilah
batako berhubungan dengan bentuk persegi panjang yang
32
digunakan untuk dinding beton. Batako digolongkan ke dalam dua
kelompok utama: Batako Padat Batako berlubang Batako berlubang
memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat
dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako
berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya
hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat
disusun empat kali lebih cepat lebih kuat untuk semua penggunaan
yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan
lain batako berlubang adalah kedap panas dan suara. Paving blok
memiliki berbagai bentuk, pola, dan warna.
Bahan:
Pembuatan produk beton biasanya menggunakan bahan-
bahan seperti Semen, Pasir, Kerikil, dan Air. Jika menggunakan
cetakan, dibutuhkan juga
33
minyak/oli. Berikut ini terlebih dahulu akan diuraikan tentang
masalah bahan tersebut.
1. Semen
34
adalah: Semen Portland biasa, Semen pembekuan cepat, Semen
pengaturan cepat, Semen Blast – Furnace Slag, dan Semen alumina
tinggi.
35
Gambar . Cara Penyimpanan Semen yang Benar dan yang
Salah
36
e. Pengujian mutu semen
38
dapat melindungi kulit dari semen.
Ketiga, terbakar semen. Semen basah dapat menyebabkan
kulit terbakar, penyebabnya karena sifat basa dari semen.
Diperlukan waktu sebulan untuk menyembuhkannya. Dalam kasus
yang berat dapat menyebabkan diamputasi. Percikan semen
dimata dapat juga menyebabkan terbakar.
Keempat, terhirup debu. Debu dalam intensitas tinggi
dihasilkan ketika menangani semen, misalnya saat mengosongkan
atau membuang kantong semen. Terkena debu harus dihilangkan
jika mungkin dengan memakai masker yang menutupi mulut dan
hidung.
Pasir dan kerikil bahan baku dasar yang paling penting dan
39
memerlukan perhatian khusus. Bahan sisa ayakan berukuran 4,75
mm disebut kerikil kasar, dan dibawah ukuran itu disebut sebagai
kerikil halus atau pasir. Hasil ayakan yang berukuran 75 mikron
biasanya disebut sebagai tanah liat, endapan halus atau debu halus
dalam kerikil. Pasir yang mengandung 90% partikel berukuran lebih
besar dari 0,006 mm dan kurang dari 0,2 mm adalah pasir halus.
Pasir yang mengandung 90% partikel berukuran lebih besar dari 0,6
mm dan kurang dari 2 mm disebut sebagai pasir kasar. Terdapat 3
sumber utama asal kerikil kasar, yaitu: Endapan alam, Batu yang
dihancurkan (splite), kerikil batu bata. Kemudian terdapat 4 jenis
utama pasir, yaitu: Pasir galian, Pasir laut, Pasir sungai, dan Pasir
yang dihancurkan.
b. Penyimpanan pasir
41
membuat beton.
Pasir atau kerikil yang tidak bagus hendaknya tidak dipakai
untuk pembuatan batako dan paving blok. Misalnya Pasir yang
kotor sebaiknya tidak digunakan untuk pembuatan batako atau
paving blok sebab dapat mengurang daya rekat beton. Pasir laut
juga tidak cocok digunakan untuk adukan semen- pasir, karena
mengandung garam, yang menarik dan menyerap kelembaban.
Sebagai tambahan garam yang terkandung dalam mortar akan
menghasilkan serbuk yang keputih-putihan dan berkilauan, yang
akan menghilangkan warna pekerjaan batu bata atau pondasi.
3. Air
kering dan tahan lebih lama dan juga lebih nyaman untuk
digunakan. Peralatan/perkakas untuk pembuatan produk beton
adalah: cetakan batako, cetakan paving block, ayakan pasir (besar
dan kecil), kotak adukan, sendok semen, sekop, cangkul, ember
penyiram, plat kayu (triplek hanya untuk paving blok), dan plastik
(untuk melindungi produk dari kelembaban).
CARA PEMBUATAN
1. Persiapan
Siapkan perkakas, peralatan, dan bahan. Ayak pasir, Langkah
pertama dengan ayakan pasir 1 cm2 untuk memisahkan batu-batu
ang besar. Langkah kedua dengan ayakan yang lebih kecil (mis. 4,5
mm2) untuk mendapatkan pasir halus. Pasir harus bersih dari
kotoran, sampah dan lumpur.
2. Mengaduk Adonan
Mengaduk adonan biasanya dilakukan dengan tangan untuk
jumlah yang kecil atau dengan mesin untuk jumlah yang besar.
43
Mengaduk dengan tangan dilakukan jika adukan tidak terlalu
banyak atau ketika mesin pengaduk tidak tersedia. Pencampuan
dapat dilakukan ditempat yang kedap air untuk mencegah air
semen merembes keluar.
44
Gbr . Mengaduk Adonan Dengan Tangan (Manual)
3. Perbandingan Adukan
45
a) Paving Blok
b) Batako Berlubang
47
pemadatan. Jangan lupa menggunakan pengait. Angkat pegangan
ke posisi awal (kanan atas), kemudian buka pengunci kait.
Langkah berikutnya adalah membuka penutup cetakan, lalu
tekan pegangan ke bawah hingga paving blok secara penuh keluar
dari cetakan. Buka penutup cetakan, dan Lepaskan pegangan
perlahan dan biarkan di lantai. Secara perlahan, angkat paving blok
bersama-sama dengan plat logam keluar dari cetakan, tempatkan
tripleks di atas paving blok yang telah dicetak, secara perlahan
putar 180 derajat (atas bawah). Secara perlahan tempatkan produk
di tempat penyimpanan yang teduh (tanpa sinar matahari
langsung), dan biarkan selama 1 hari (setelah 1 hari perlu dilakukan
perawatan selama lebih kurang seminggu). Bersihkan cetakan
(termasuk plat logam) dari sisa cetakan dan debu. Kadang-kadang
cetakan perlu diberi minyak. Tempatkan plat logam ke dalam
tempat asalnya di dalam cetakan. Atur kembali cetakan pada posisi
pengisian dan ulangi langkah 3-12 untuk membuat paving blok
berikutnya. Ketika selesai bekerja, tutup cetakan dengan plastik
kering atau sejenisnya, dan simpan peralatan dan bahan di tempat
yang aman dan kering Untuk mencetak batako langkah-langkah
berikut dapat dipedomani. Pertama, Masukkan adukan beton ke
dalam peralatan ukur (mis. Ember dengan garis untuk pengukuran).
Tempatkan bagian bawah cetakan ke tempat yang benar (di bawah
atap atau tempat yang teduh). Beri minyak bagian bawah cetakan.
Tuang jumlah yang tepat adukan beton ke dalam cetakan (setiap
48
kali menggunakan jumlah adukan semen yang sama akan diperoleh
batako yang sama, baik ketebalan, kekuatan, maupun kualitasnya).
Letakkan alat tekan cetakan di atas bagian bawah cetakan. Tekan
alat tekan lurus ke bawah hingga “bagian kakinya” menyentuh
lantai pada ke dua sisi. Injak dengan kaki ke atas “kaki” alat tekan
cetakan, tekan cetakan, ambil pegangan bagian bawah cetakan, dan
secara perlahan angkat bagian atas cetakan. Perlahan-lahan
letakkan bagian bawah cetakan ke tanah. Keluarkan peralatan
tekan dari bagian bawah cetakan, dan pisahkan ke samping.
Perlahan-lahan angkat bagian bawah cetakan ke atas, dan
tempatkan di samping batako yang baru jadi. Biarkan batako yang
baru jadi selama 1 hari (jangan dipindahkan, tetapi pastikan tidak
terkena sinar matahari langsung). Setelah 1 hari, batako dapat
disusun bertumpuk, dan perlu dilakukan curing selama seminggu
(langkah-langkah yang benar lihat penjelasan di bawah).
Bersihkan cetakan dari sisa adukan dan debu. Beri minyak cetakan.
Ulangi langkah 2 – 14 untuk membuat batako berikutnya.
5. Pembersihan
49
mengisi sedikit kerikil dan air, dan bersihkan kotoran keras yang
bertumpuk dengan pengikis dan sikat kawat. Bersihkan juga bagian
luar adukan. Pastikan tidak ada yang masuk ke dalam saluran
pembuangan. Setelah selesai membersihkan peralatan dan
perkakas, simpan cetakan batako dan juga peralatan dan bahan di
tempat yang aman dan kering.
50
yang tidak terkontrol akan menyebabkan suhu semen kelebihan
panas dan kehilangan bahan-bahan dasar untuk pengerasan dan
kekuatan akhir produk semen seperti beton, mortar, dan lain-lain.
Curing yang baik berarti penguapan dapat dicegah atau dikurangi.
Secara umum ada 3 jenis utama curing yang digunakan pada sektor
konstruksi, yaitu: Curing air, Curing uap air, Curing uap panas.
Curing air adalah yang paling banyak digunakan. Ini merupakan
sistem dimana sangat cocok untuk konstruksi rumah dan tidak
memerlukan infrastruktur atau keahlian khusus. Bagaimanapun
curing air memerlukan banyak air yang mungkin tidak selalu mudah
dan bahkan mungkin mahal. Untuk mengekonomiskan penggunaan
air perlu dilakukan pengukuran untuk mencegah penguapan air
pada produk semen. Misalnya beton harus dilindungi dari sinar
matahari langsung dan angin untuk mencegah penguapan air yang
cepat. Cara seperti menutup beton dengan pasir, serbuk gergaji,
rumput dan dedaunan tidaklah mahal, tetapi masih cukup efektif.
Selanjutnya plastik, goni bisa juga digunakan sebagai bahan untuk
mencegah penguapan air dengan cepat. Sangat penting seluruh
produk semen (batako, paving blok, batu pondasi, bata pondasi,
pekerjaan plaster, pekerjaan lantai, dll) dijaga tetap basah dan
jangan pernah kering, jika tidak kekuatan akhir produk semen tidak
dapat dipenuhi. Jika proses hidrasi secara dini berakhir akibat
kelebihan panas (tanpa curing), air yang disiram pada produk
semen yang telah kering tidak akan mengaktifkan kembali proses
51
hidrasi, kehilangan kekuatan akan permanen. Pada curing air,
produk semen harus dijaga tetap basah (mis. dengan menutup
produk dengan plastik) untuk lebih kurang 7 hari.
Curing uap air dilakukan dimana air sulit diperoleh dan semen
berdasarkan unsur-unsur bahan setengah jadi seperti slop toilet,
ubin, tangga, jalusi dan lain- lain diproduksi masal. Curing uap air
menurunkan waktu curing dibandingkan dengan curing air biasa
lebih kurang sekitar 50 – 60%. Prinsip kerja curing air adalah dengan
menjaga produk semen pada lingkungan lembab dan panas yang
membolehkan semen mencapai kekuatan lebih cepat dari pada
curing air biasa. Untuk menghasilkan lingkungan lembab dan panas
ini perlu dibuat suatu ruang pemanasan sederhana dengan dinding
dan lantai penahan air yang ditutup dengan plastik untuk membuat
matahari memanaskan ruang pemanasan dan mencegah air
menguap. Tinggi permukaan air dari lantai sekitar 5 sampai 7 cm
dijaga setiap waktu agar prinsip kerja sistem penguapan dapat
bekerja.
Curing uap panas biasanya hanya digunakan pada pabrik
yang sudah canggih yang memproduksi produk semen secara
massal. Sistem curing uap panas mahal dan membutuhkan banyak
energi untuk membangkitkan panas yang dibutuhkan untuk uap
panas. Bagaimanapun, produk curing uap panas dapat digunakan
setelah kira-kira 24 – 36 jam setelah produksi, yang mempunyai
keunggulan dibandingkan curing sistem lainnya.
52
Pada dasarnya semua aturan dan regulasi untuk pembuatan
beton secara benar diikuti, kekuatan beton dapat diperoleh seiring
dengan waktu. Bagaimanapun, kenaikan kekuatan akan berkurang
dengan bertambahnya waktu. Beberapa hal yang perlu dilakukan
antara lain adalah menghitung kebutuhan bahan. Selalu
menghitung dengan tepat berapa banyak beton yang telah selesai
dibuat untuk pekerjaan yang harus dilakukan dan berapa banyak
semen, pasir, kerikil kasar, dan air yang dibutuhkan. Perkiraan yang
baik pun bisa saja salah. Saat memperkirakan jumlah bahan yang
dibutuhkan bisa saja terjadi anda memesan terlalu banyak, yang
menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu. Ini bisa juga terjadi
anda memesan terlalu sedikit dan mengatur kembali segera
kebutuhan material menjadi sulit atau bahkan mustahil, yang
menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu atau kehilangan mutu.
Selanjutnya selalulah menggunakan pasir dan kerikil yang
bersih untuk beton. Karena pasir dan kerikil yang terkontaminasi
(mis. akar, dedaunan, plastik, serbuk gergaji, kotoran binatang dan
manusia, dll tidak akan mengikat dengan semen, sehingga beton
tidak kuat. Pasir dan kerikil dengan persentase tanah liat dan
endapan juga akan melemahkan beton, karena tanah liat dan
endapan mengandung terlalu banyak rongga-rongga kecil yang
harus ditutup dengan semen agar mengikat dengan baik, dengan
demikian beton menjadi tidak kuat.
Sebaiknya selalu menggunakan semen baru dan tidak
53
bergumpal untuk beton. Karena semen yang telah lama kehilangan
sifat-sifat kekuatannya. Misalnya semen yang telah disimpan
sekitar 6 bulan akan berkurang kekuatan sekitar 30% dibandingkan
dengan semen baru. Untuk pekerjaan beton yang baik, kekuatan
sangat penting karena berpengaruh terhadap mutu bangunan
secara keseluruhan. Upayakan selalu aduk bahan-bahan kering
(pasir dan semen) bersama-sama sebelum ditambahkan air.
Partikel pasir yang basah cenderung untuk lengket bersama-sama
dan mencegah semen menutupinya. Hal ini menghasilkan adukan
yang tidak rata yang menurunkan mutu beton, karena setiap
partikel pasir dan kerikil idealnya ditutup secara penuh dengan
semen.
Selanjutnya, penambahan air bersama-sama dengan pasir,
kerikil, dan semen sekaligus membuat pengadukan beton menjadi
sangat sulit untuk pekerja.
Perlu selalu melindungi tempat adukan beton dari angin,
hujan, dan sinar matahari. Karena angin dan sinar matahari
menguapkan air dari beton dan mempercepat proses pembekuan
sebelum digunakan. Ini membuat beton tidak berguna untuk
apapun. Hujan akan menambah air dan menyebabkan beton
menjadi sangat basah, yang menghasilkan kekuatan akhir yang
lemah. Anjing dan kucing menyebabkan kontaminasi bahan baku
beton, sehingga perlindungan dengan benar diperlukan.
Gunakan adukan beton maksimum 1 jam setelah adukan
54
basah dan jangan mengaduk kembali dengan menambah adukan
dengan air. Untuk beton yang lebih dari 1 jam, proses hidrasi semen
telah dimulai dan pengadukan kembali akan menghilangkan daya
lengket antara semen dan pasir/kerikil. Ikatan ini tidak dapat
mencapai kekuatannya kembali dengan menambahkan air ke dalam
beton.
Di samping itu, perlu selalu menggunakan kotak pengukur
takaran. Menggunakan kantong semen kosong untuk maksud
apapun tidak selalu memastikan jumlah bahan baku yang
ditambahkan. Ketidaktepatan dapat menyebabkan adukan yang
kaya dari pada yang direncanakan, atau mengurangi mutu beton
atau menambah biaya.
Seterusnya beberapa hal yang perlu dihindarkan antara lain
adalah jangan membuat adukan beton di suhu di luar mencapai 40
derajat Celcius. Suhu sinar matahari langsung pada 40 derajat
Celcius adalah mendekati 50 derajat Celcius. Dengan demikian,
penguapan air dari beton yang baru diaduk akan secara cepat dan
serius akan menyusut, retak dan mencegah pembekuan yang
terkontrol dari beton. Hal ini akhirnya menyebabkan beton tidak
kuat dan menurunkan mutu kerja. Bagaimanapun jika tidak dapat
dihindari untuk menghentikan pekerjaan beton, langkah-langkah
pencegahan berikut dapat dilakukan adalah mendinginkan kerikil
dengan menyiramkan air. Buat tempat yang teduh di lokasi kerja.
Segera letakkan plastik di atas produk beton yang baru dicetak.
55
EVALUASI
57
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Daftar Profil Untuk Konstruksi Baja, Carya Remaja, Bandung, ----.
Frick Heinz, dkk, Teknologi Bahan, PPPGT / VEDC Malang, Malang, 1999.
58
Sudarminto, Rumus-rumus dan Daftar-daftar untuk Perhitungan
Konstruksi Beton, Carya Remadja, Bandung, 1983.
Supribadi IK, Drs, Ilmu Bangunan Gedung Seri A, CV. Armico, Bandung,
1986.
59