Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI FARMASI

“BRYOPHYTA DAN PTERIDOPHYTA”

Dosen Pengampu: Zuraida Sagala, S.Si, M.Si

Disusun Oleh:

Nurma Fitria (1943057052)

Fakultas Farmasi

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ilmu biologi telah diketahui bahwa hewan dan tumbuhan memiliki karakteristik
serta morfologi yang berbeda-beda .Oleh sebab itu , identifikasi dan klasifikasi merupakan
ilmu yang penting untuk membantu manusia menggolongkan atau mengkategorikan tumbuhan
satu dengan tumbuhan lain yang memiliki ciri morfologi dan fisiologi yang sama. Hal ini
tentunya sangat membantu para cendekia untuk mempermudah jalannya penelitian serta
meringankan kerja yang jarus dilakukan .
Seringkali terjadi pada suatu kasus dimana para peneliti tidak mengetahui nama dari
suatu jenis tanaman ,apakah tanaman ini sudah pernah ditemukan atau belum. Tentunya hal-hal
seperti ini akan menghambat kinerja para peneliti tetapi setelah berkembangnya ilmu
pengetahuan tentang kasifikasi dan identifikasi para peneliti dapat denga mudah mengetahui
spesies dari tanaman tersebut.
Identifikasi dan klasifikasi merupakan hal yang saling berkesinambunagn dan tidak
dapat dipisahkan ,klasifikasi hanya dapat dilakukan setelah melakukan proses identifikasi
karena proses klasifikasi juga membutuhkan data-data yang faktual guna mendapatkan hasil
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Taxonomi adalah ilmu pengetahuan yang mencakup identifikasi, tatanama dan klasifikasi
objek biologi. Klasifikasi adalah penataan organisme ke dalam suatu kelompok (takson)
berdasarkan kemiripan. Identifikasi adalah penentuan suatu organisme termasuk anggota
kelompok yang sudah dikenal atau merupakan spesies yang baru. Tatanama adalah tata cara
pemberian nama ilmiah suatu organisme berdasar aturan internasional. Urutan takson dalam
sistematika tumbuhan : Divisio = divisi , Classis = kelas , Ordo = bangsa, Familia = suku,
Genus = marga, Spesies = jenis. Pembagian taksonomi tumbuhan dimulai utk mengetahui
hubungan kekerabatan. Sistem klasifikasi terbagi menjadi klasifikasi klasik yaitu berdasar
struktur morfologi baik morfologi vegetatif & generatif serta klasifikasi modern yaitu yaitu
klasifikasi berdasar taksonomi molekuler melalui analisa data sekuens DNA dari gen kloroplas

Alam tumbuhan ditaksir meliputi 300.000 jenis tumbuhan yg klasifikasinya dibagi menjadi
sejumlah divisi. Tumbuhan dibagi menjadi 5 divisi berdasar sistem filogeni yaitu Tumbuhan
belah (Schizophyta) , Tumbuhan talus (Thallophyta), Tumbuhan lumut (Bryophyta) ,
Tumbuhan paku (Pterydophyta), dan Tumbuhan biji (Spermathophyta)

Mempelajari ilmu ini akan menjadi penting pada saatnya nanti ketika mahasiswa berada dalam
proses penelitian .Oleh karena itu dilakukan praktikum mengenai sistem filogeni khususnya
tumbuhan paku (Pterydophyta) dan tumbuhan lumut (bryophyta).

B. Tujuan
1. Mengenal ciri khas pada Divisio Bryophyta dan Pterydophyta

2. Mengenal pembagian klasifikasi pada Divisio Bryophyta dan Pterydophyta

3. Mengenal contoh tanaman pada Divisio Bryophyta dan Pterydophyta


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Bryophyta berasal dari bahasa Yunani bryon yang berarti “Tumbuhan


lumut”. Pada umumnya, lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan
plastida yang menghasilkan klorofil a dan klorofil b sehingga lumut bersifat
autotrof. Lumut merupakan tumbuhan peralihan antara thallus dan kormus.
Beberapa ahli botani yang menganggap lumut merupakan perkembangan dari alga
hijau yang berbentuk filamen.
Lumut melakukan dua adaptasi yang memungkinannya untuk tumbuh di
tanah, yaitu pertama, tubuhnya diselubungi oleh kutikula lilin sehingga dapat
mengurangi penguapan dari tubuhnya. Kedua, gamet-gametnya berkembang di
dalam suatu struktur yang disebut gametangium, sebagai hasilnya zigot hasil
fertilisasi berkembang di dalam jaket pelindung. Karena lumut belum mempunyai
jaringan pengangkut, maka air masuk ke tubuh lumut secara imbibisi. Setelah air
masuk ke dalam tubuh lumut, kemudian didistribusikan ke bagian-bagian
tumbuhan, baik secara difusi, kapilaritas, maupun aliran sitoplasma. Sistem
pengangkutan air yang seperti itu menyebabkan lumut hanya dapat hidup di rawa
dan tempat teduh (Pratiwi, dkk, 2006).
1. Ciri-ciri tumbuhan lumut yaitu:

a. Sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari
selulosa.
b. Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan
yang berbeda. Jika batangnya dilihat secara melintang tampak bagian
berikut :
1) Selapis sel kulit, beberapa sel di antaranya memanjang membentuk
rizoid-rizoid epidermis.
2) Lapisan kulit dalam tersusun atas lapisan korteks.

3) Silinder pusat, terdiri dari sel parenkim yang memanjang dan berguna
untuk mengangkut air dan garam mineral.
c. Daun lumut hanya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun. Sel
daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun
seperti jala. Di antaranya terdapat sel-sel mati dengan penebalan dinding
dalam berbentuk spiral. Sel-sel mati ini berguna untuk sebagai tempat
persediaan air dan cadangan makanan.
d. Pada lumut, hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada
pertumbuhan membesar. Ukuran sel yang terbatas mungkin disebabkan
tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan
penyokong.
2. Berdasarkan letak alat kelaminnya, lumut dibagi menjadi dua yaitu:

a. Lumut berumah satu, yaitu jika pada satu individu terdapat anteredium
dan arkegonium.

b. Lumut berumah dua, yaitu jika satu individu hanya terdapat anteredium
saja atau arkegonium saja, sehingga ada lumut jantan dan lumut betina).
3. Berdasar habitus (perawakan), lumut ada dua yaitu:

a. Lumut daun (musci), yaitu bentuk thallusnya seperti tumbuhan kecil


yang mempunyai batang semu tegak dan lembaran daun yang tersusun
spiral. Baik batang maupun daun belum memiliki jaringan pengangkut.
Pada bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang
halus dan berfungsi sebagai akar. Pada bagian pucuk terdapat alat
pembiakan seksual berupa anteredium dan arkegonium.
Contohnya: Spaghnum yang hidup di rawa dan merupakan komponen
pembentuk tanah gambut.
b. Lumut hati (Hepaticae), yaitu bentuk thallusnya pipih seperti lembaran
daun. Pada permukaan ventral terdapat rhizoid dan pada permukaan
dorsal terdapat kuncup. Anteredium memiliki tangkai yang disebut
anteridiofor dan tangkai arkegonium disebut arkegoniofor. Lumut hati
dapat dipakai sebagai indikator daerah lembab dan basah.
4. Peranan Tumbuhan Lumut dalam Kehidupan:

a. Dalam ekosistem yang masih alami, lumut merupakan tumbuhan perintis


karena dapat melapukkan batuan sehingga dapat ditempati oleh tumbuhan
yang lain.
b. Lumut dapat menyerap air yang berlebih, sehingga dapat mencegah
terjadinya banjir.
c. Lumut jenis Marchantia polymorpha dapat digunakan sebagai obat radang
hati.
d. Lumut Sphagnum dapat dijadikan sebagai bahan pengganti kapas.

e. Sebagai penyedia oksigen.

f. Sebagai ornamen tata ruang (Pratiwi, dkk, 2006).

B. Tumbuhan Paku (Pterydophyta)

Tumbuhan paku tergolong tumbuhan kormus berspora, yang disebut


Pteridophyta. Istilah ini berasal dari bahasa Greek, yaitu pteron = sayap, bulu.
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai
kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya,
yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan
biji. Seperti warga divisi–divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembang–
biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, sementara ahli
taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yang diberi nama
cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae (tumbuhan spora) meliputi yang
sekarang kita sebut dibawah nama schizophyta, thallophyta, bryophyta, dan
pteridophyta. Tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang lebih menonjol
dari pada lumut, walaupun kelompok tersebut jumlah jenisnya jauh lebih besar (sekitar
20.000 jenis). Diduga tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang menghuni daratan
bumi. Fosilnya dijumpai pada batu- batuan zaman Karbon, yaitu kira-kira 345 juta
tahun yang lalu (Gembong, 1989).

Spora pada tumbuhan paku berbeda-beda, baik bentuk, ukuran, maupun


sifatnya. Atas dasar ini, kita membedakannya ada tumbuhan paku homospora,
heterospora, dan tumbuhan paku peralihan yang memiliki sifat antara keduanya. Selain
itu susunan letak sporangium paku ada beberapa macam, ada yang tersusun dalam
sorus, strobilus, dan sporakarpium. Badan-badan penghasil sporangium tersebut ada
yang diketiak daun/cabang, di ujung cabang, atau di helaian daunnya. Hal inilah yang
menentukan dalam pembagian klasifikasinya (Yudianto, 1992)

Tumbuhan ini fase gametofitnya masih berbentuk thallus yang disebut


prothalium dan sangat kecil bentuknya sehingga tidak mudah terlihat. Adapun fase
sporofitnya jelas terlihat, yang dikenal sebagai tumbuhan paku. Daun tumbuhan paku
ada dua macam, yaitu tropofil yaitu steril (mandul) yang hanya digunakan untuk proses
fotosintesis dan sporofil yaitu pengjasil spora. Bentuk sporofil ini ada yang mirip
tropofi dan ada yang berbeda sama sekali dengannya dengan membentuk strobillus
juga penghasil spora dan berperan pada proses fotosintesis, ini disebut troposporofil .
Dengan demikian ini dibagi lagi menjadi paku homofolium dan paku heterofolium.
(Yudianto,1992)
Tumbuhan paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit pohon
(epifit), di tepi sungai di tempat-tempat yang lembap (higrofit), hidup di air (hidrofit),
atau di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit). Sebagian besar
tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah yang disebut rhizoma.
Akar pada tumbuhan paku bersifat seperti serabut yang ujungnya dilindungi oleh
kaliptra (tudung akar). Batang pada sebagian besar paku tidak terlihat karena berada di
dalam tanah dalam bentuk rimpang. Akan tetapi, ada pula tumbuah paku yang
memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti pada Cyathea.Pada akar
dan batang dijumpai berkas pengangkutan. Pteridophyta dapat tumbuh menjulang
keudara. Pada tumbuhan paku, yang biasa kita lihat adalah generasi sporofit. Pada awal
musim panas, akan nampak bercak-bercak kecoklatan pada bagian bawah anak daun
tumbuhan paku. Bercak-bercak tersebut disebut sorus dan berisi banyak sporangium.
Jika dilihat lebih dalam, didalam sporangium ini terjadi pembelahan meiosis dari satu
sel induk spora menghasilkan empat sel spora. Jika kelembaban menurun, sel-sel bibir
berdinding tipis dari masing-masing sporangium terpisah dan anulus terbuka dengan
perlahan-lahan, lalu dengan gerak yang cepat anulus meletik kedepan dan
mengeluarkan spora-sporanya. Jika spora-spora ini sampai pada habitat yang sesuai,
maka spora tersebut akan berkecambah membentuk benang-benang sel (Gembong,
1989). Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi
dan daerah kering (Budiyanto, 2013).
Banyak tumbuhan paku yang memiliki manfaat dan peranan penting dalam
kehidupan manusia, antara lain: sebagai tanaman hias, tanaman obat, bahan
sayuran, keseburan tanah, dan gulma pertanian (Yudianto, 1992).
Pteridophyta atau tumbuhan paku tergolong kormofita sejati, karena
sudah menyerupai tumbuhan tinggi, yaitu:
1. Batangnya bercabang-cabang dan ada yang berkayu;

2. Daunnya sudah memiliki urat-urat daun, tetapi ada yang tidak berdaun
dan berdaun serupa sisik;
3. Rhizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar;

4. Sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) tipe


radiair/menjari, atau tipe konsentris (Yudianto, 1992).
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
 Alat
1. Alat Tulis
2. Kamera Handphone
 Bahan
1. Marchantia polymorpha (Lumut hati)
2. Polytrichum commune (Lumut tanah)
3. Platycerum bifurcatum (Tanduk rusa)
4. Drymoglossum pilossediles (sisik naga)
5. Adiantum cuneatum (suplir)
6. Dryopteris rufecens (Paku-pakuan)
B. Metode Kerja

a. Mengambil herbarium dan mengamatinya menggunakan mata langsung


tanpa mikroskop .
b. Membuat klasifikasi ordo ditentukan berdasarkan bagian-bagian yang
dimiliki oleh spesimen
c. Informasi dicatat dalam buku catatan dan didokimentasikan
d. Hasil pengamatan dituangkan kedalam tabel karakteristik.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

1. Marchantia polymorpha (Lumut hati)

Kingdom : Plantae
Divisi : Marchantiophyta
Kelas : Marchantiopsida
Ordo : Marchantiales
Famili : Marchantiaceae
Genus : Marchantia L
Spesies : Marchantia polymorpha

 Ciri-ciri
 Filoid berupa lembaran menyerupai daun
 Thallus seperti pita
 Mempunyai kutikula pada permukaan atas thallus
 Berumah satu
 Kaliptra berbentuk bulat
 Khasiat/Manfaat: Mengobati radang hati
2. Bryopsida sp. (Lumut Daun)

Kingdom : Plantae
Divisi : Bryopsida
Kelas : Bryopceales
Ordo : Bryopceales
Famili : Bryopceae
Genus : Bryopsida
Spesies : Bryopsida sp.
 Ciri-Ciri
 Akarnya belum berupa akar, masih berupa rhizoid
 Fase dominannya adalah fase gametofit
 Spora terdiri dari 2 lapisan, yaitu endospore dan eksospora, habitatnya pada
tempat lembab
 Sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofisis, vaginula, kolumela, dan kaliptra
 Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek, dan hidup tergantung
pada gametofit
 Reproduksi vegetative dengan spora, generative dengan akegonium yang
menghasilkan ovum dan anteridium yang menghasilkan spermatozoid.
 Khasiat/ Manfaat
 Lumut daun memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen
 Bryopsida Sphanum dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kapas dan sebagai
bahan bakar.
 Lumut daun dapat menyerap air serta menjaga kelembaban tanah
 Bryopsida bisa digunakan sebagai ornament tata ruang
 Lumut gambut dirawa dapat dijadikan sebagai pupuk penyubur tanah
 Lumut sphagnum dikenal sebagai obat penyakit kulit dan mata
 Di hutan bantalan lumut berfungsi menyerap air hujan sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya banjir.

3. Platycerum bifurcatum (Tanduk Rusa)

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerum bifurcatum
 Ciri-ciri
 Tanaman ini hidup menempel pada pohon lain dengan tegak dan kokoh,
tetapi bukan sebagai parasite (epifit).
 Batang berupa rimpang lunak namun liat dan sulit dipotong dan tumbuh tidak
menjalar
 Terdapat 2 macam daun: tipe pertama selalu steril dan berbentuk posisi tegak
mongering pada kondisi kurang air, fungsinya mengumpulkan dedauanan
kering dan penangkap air, sehingga kelembapan rimpang terjaga. Tipe kedua
menjuntai dari pusat daun tipe pertama dengan menyerupai tanduk rusa
(walaupun ada beberapa jenis yang tidak demikian) fungsinya sebagai
pembawa spora yang terletak disisi bawah daun
 Khasiat/ Manfaat:
 Daun ini dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias yang biasa dipelihara orang di
pekarangan rumah, ditempel di pohon atau digantungkan untuk memberikan
kesan alami pad ataman. Beberapa jenisnya menghasilkan anakan yang dapat
dipisahkan dari induknya secara hati-hati dan ditempelkan pada tempat lain.
Selain itu, daun ini berkhasiat sebagai obat gondok, obat tetes telinga, dan
obat kudis.

4. Adiantum cunetatum (Suplir)

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Marginales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum cunetatum
 Ciri-Ciri
 Sorus terletak rapi pada permukaan bawah
  Daun bergerigi dan bergelombang
 Mempunyai urat daun yang bentuknya tidak teratu
 Daun tumbuh dari rizoma
 Tangkai ental berwarna  hitam mengkilap
 Akarnya serabut
 Batang hitam, mengkilap, berduri, tegak atau setengah tegak

 Khasiat/Manfaat
 Tanaman ini tidak memiliki nilai ekonomi penting. Fungsinya yang utama adalah
sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir
sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan
kadar nitrogen lebih tinggi  disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan
fosfor dan kalium.Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan
penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan
penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan
membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan memberi sedikit
media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul.
 Daun paku suplir mempunyai khasiat untuk pelancar air seni dan akarnya berkhasiat
sebagai obat cacing.
5. Dryomogiossum piloseloides (Sisik Naga)

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Drymogiossum
Spesies : Dryomogiossum piloseloides

 Ciri-Ciri
 merupakan tumbuhan epifit (tumbuhan yang menumpang pada pohon lain), tetapi
bukan benalu alasannya sanggup menciptakan masakan sendiri
 Akar rimpang tumbuhan paku sisik naga ini ukurannya memanjang dan
diamerternya kecil. 
 Tanaman paku sisik naga ini pertumbuhannya merayap, dengan panjang 5-22 cm.
 Daun tumbuhan paku sisik naga jarak antara daun yang satu dengan yang lain
dekat. Daun paku sisik naga ini bertangkai pendek,  dengan tekstur yang tebal
berdaging. Daun tumbuhan paku sisik naga berbentuk bulat, dengan ujung yang
tumpul atau membundar, pangkal daun meruncing, tepi daun rata. Permukaan
daun tumbuhan paku sisik naga yang muda terdapat rambut-rambut kecil pada
permukaan bawah sedangkan yang sudah bau tanah rambut pada permukaan
bawah daunnya akan menghilang. Daun tumbuhan paku sisik naga berwarna hijay
kecoklatan. Daun tumbuhan paku sisik naga ini terdapat spora namun terkadang
juga tidak ada.
 Daun tumbuhan paku sisik naga yang fertil bertangkai pendek atau duduk, oval
memanjang, dengan ukuran panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm
 Khasiat/ Manfaat:
 Tanaman paku sisik naga berguna untuk mengobati sakit sariawan.
 Tanaman paku sisik naga dipakai sebagai obat antiradang.
 Tanaman paku sisik naga dipakai sebagai obat antiradang.

6. Polytrichum commune (Lumut tanah)

Kingdom : Plantae
Divisi : Briophyta
Kelas : Polytrichopsida
Ordo : Polytrichales
Famili : Polytrichaceae
Genus : Polytrichum
Spesies : Polytrichum commune

 Ciri-Ciri
 Tangkai tegak dan bercabang-cabang
 Bentuk sporangium bulat lonjong
 Khasiat/Manfaat
 Mencegah erosi
 Sebagai penyerap dan menyerap air

7. Dryopteris rufecens (Paku-pakuan)

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Doryopteris
Spesies : Dryopteris rufecens

 Ciri-Ciri
 Bentuk/bangun daun dari Dryopteris adalah bentuk delta dengan tepi bersirip-
sirip (pinna), daunnya sporofil yakni terdapat spora di bagian ventral.
Ujungnya meruncing, tepi bercangap, ukuran daun terdiri dari 2 ukuran yaitu
satu lebih besar dan yang satu lebih kecil (anisofil). Warna daun Hijau
kecoklatan, tekstur daun berbentuk helaian, permukaan ventral daun ditutupi
spora, bagian dorsalnya halus. Termasuk daun majemuk menyirip, daun
dimorfisme yakni dalam 1 tangkai ada daun tropofil dan sporofil, di bagian
ventral sporofil dan dorsal tropofil.
 Batang Doryopteris sp. berwarna hijau berupa rimpang yang menjalar. Menurut
(Loveless, 1987) semua batang paku- pakuan kerap berupa rimpang karena
pada umumnya arah tumbuhnya menjalar atau memanjat sedangkan bentuk
batang Doryopteris sp. bulat beratur dan berusuk secara longitudinal beruas-
ruas panjang dan kaku.Permukaan batang paku Doryopteris sp. berupa ramenta
yakni bentukan seperti rambut atau sisik berwarna hitam. Ukuran dan diameter
batangnya pun bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa meter.
 Susunan sporofil pada Dryopteris ini rapat, berkelompok, dan berwarna coklat
kemerah-merahan. Kumpulan sorus (sori) terletak di tepi daun. Sporangium
bernentuk cincin (annulus), bertangkai dengan anulus vertikal, tidak sempurna;
jika masak, pecah dengan celah melintang, terdapat sel yang seperti cincin
terdiri dari sel-sel yang menonjol keluar dengan penebalan dinding radial dan
dinding dalam. Bagian sisi perut yang sel-selnya tidak menebal itu dinamakan
stomium. Annulus bekerja sebagai suatu mekanisme kohesi dan menyebabkan
terbukanya sporangium cincin. Dari spora ini akan dihasilkan spora yang akan
berperan dalam fase sporofit dan kemudian dari spora tersebut akan tumbuh
menjadi protalium dan kemudian akanmenghasilkan arkegonium dan
anteredium. dari kedua alat kelamin paku tersebut dihasilkan sel gamet jantan
dan betina yang akan berperan dalam fase gametofit.
 CONTOH SPESIES: Doryopteris filix-mas
Paku ini memiliki warna daun hjau muda berbentuk bipinnate dan memiliki
batang berwarna coklat yang bersisik.
 Khasiat/ Manfaat
 Digunakan sebagai obat cacingan
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Bryophyta berasal dari bahasa Yunani bryon yang berarti “Tumbuhan lumut”. Pada
umumnya, lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang
menghasilkan klorofil a dan klorofil b sehingga lumut bersifat autotrof. Tumbuhan paku
tergolong tumbuhan kormus berspora, yang disebut Pteridophyta. Istilah ini berasal dari
bahasa Greek, (yaitu pteron = sayap). Tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi
yang lebih menonjol dari pada lumut, walaupun kelompok tersebut jumlah jenisnya jauh
lebih besar (sekitar 20.000 jenis).

Tumbuhan yang termasuk kedalam kelompok ini antara lain Marchantia polymorpha
(Lumut hati), Polytrichum commune (Lumut tanah), Platycerum bifurcatum (Tanduk rusa),
Drymoglossum pilossediles (sisik naga), Adiantum cuneatum (suplir), Polytrichum
commune (Lumut tanah), dan Dryopteris rufecens (Paku-pakuan).
DAFTAR PUSTAKA

Sagala Z, Dewanti M. Pedoman Praktikum Botani Farmasi.Jakarta;Universitas 17 Agustus 1945.2016

Pratiwi, dkk. (2006). Biologi Jilid 1 untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Surakusumah, dkk. (2015). Penuntun praktikum botani cryptogamae. Bandung: Jurusan


Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Yudianto, S.A. (1992). Pengantar Cryptogamae (Sistematik Tumbuhan Rendah).

Bandung:Tarsito.
Budiyanto. 2009. Pteridophyta. Blog Budiyanto. http://budisma.web.id/materi/sma/
biologi-kelasx/ciri-tumbuhan-paku pteridophyta/html. (26 Desember 2013).
Gembong, Tjitrosoepomo. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1989.
https://deeyan43and23.wordpress.com/2011/04/30/doryopteris/ Diakses pada 8 April 2020

https://www.google.com/search?q=marchantia+polymorpha+ciri-
ciri&oq=marchantia+polymorpha+ciri-.
ciri&aqs=chrome..69i57j0l5.5799j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Diakses pada 8 April
2020

http://fadliqnoze.blogspot.com/2011/10/marchantia-polymorpha-lumut-hati.html Diakses pada 8


April 2020

https://usaha321.net/6-ciri-ciri-lumut-daun-bryopsida.html Diakses pada 8 April 2020

http://www.tanobat.com/paku-tanduk-rusa-ciri-ciri-tanaman-serta-khasiat-dan-manfaatnya.html
Diakses pada 8 April 2020

https://malekbio.blogspot.com/2016/08/adiantum-cuneatum.html Diakses pada 8 April 2020

http://rafikapucha.blogspot.com/2013/07/adiantum-cuneatum.html Diakses pada 8 April 2020

https://sometimesasmine.blogspot.com/2018/09/manfaat-dan-khasiat-flora-paku-sisik.html Diakses
pada 8 April 2020

http://fadliqnoze.blogspot.com/2011/10/polytrichum-commune.html Diakses pada 8 April 2020

Anda mungkin juga menyukai