S56708-Jemi Dwifatmi PDF
S56708-Jemi Dwifatmi PDF
Abstrak
Sebagai sebuah organisasi pemerintahan yang besar dan memiliki target-target pencapaian
kinerja yang tinggi, evaluasi atas kepuasan kerja pegawai harus terus dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan masukan terhadap pengelolaan SDM di
Direktorat Jendral Pajak, agar dapat meningkatkan produktivitas dan loyalitas pegawai.
Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh beragam
faktor, salah satunya adalah sistem reward. Oleh karena itu, berbagai teori tentang kepuasan
kerja menyarakan agar sistem reward yang diimplementasikan oleh satu organisasi harus
dirancang dengan tepat dan berhati-hati, termasuk jenis dan jumlahnya agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja pegawai. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh sistem reward terhadap kepuasan kerja pada pegawai pelaksana
Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota dan Kabupaten Bogor. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 103 responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diambil
terdiri dari alat ukur yang dikembangkan oleh Clifford (1985). Data dalam penelitian diolah
dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil
analisis data diketahui bahwa sistem reward yang terdiri dari dimensi intrinsik dan ekstrinsik
secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja pegawai
pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota dan Kabupaten Bogor. Demikian pula pada
saat dilakukan uji parsial, kedua variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa usia berperan sebagai moderator dalam hubungan
antara reward ekstrinsik dan kepuasan kerja. Sedangkan dalam hubungan antara reward
intrinsik dan kepuasan kerja, usia tidak berperan sebagai variabel moderator.
1. Pendahuluan
Organisasi pemerintahan yang berorientasi layanan publik pada saat ini kerap kali
menjadi sorotan masyarakat dan diperbandingkan kinerjanya dengan organisasi layanan
publik yang dimiliki pihak swasta. Iklim yang kompetitif di antara organisasi publik dan
swasta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tak bisa dipungkiri menuntut setiap
organisasi pemerintah untuk mampu bersaing dan terus-menerus melakukan perbaikan
1. Penulis
2. Pembimbing
1
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
2
terhadap kinerjanya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, kualitas para pegawai yang ada
dalam suatu organisasi pemerintahan dan kinerjanya menjadi kekuatan pendorong utama bagi
organisasi tersebut untuk mencapai visi dan misinya memberikan layanan yang terbaik bagi
seluruh masyarakat (Briyan,“Media Keuangan, No.62, Desember 2013, 30-32). Mengingat
pentingnya peran pegawai yang berkualitas dan memiliki kinerja baik tersebut, maka setiap
organisasi termasuk di dalamnya organisasi-organisasi pemerintahan yang bertugas
memberikan layanan publik bagi masyarakat, harus mampu melakukan aktivitas pengelolaan
atau manajemen SDM yang strategis
Untuk dapat mengelola kepuasan kerja pegawai dengan baik, maka setiap organisasi
harus dapat memahami faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
pegawai, mengidentifikasi tingkat kepuasan kerja pegawai dan pada akhirnya melakukan
strategi-strategi khusus terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya manusianya yang
dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Salah satu faktor yang memiliki peran cukup
signifikan dalam mempengaruhi kepuasan kerja adalah gaji dan imbalan atau balas jasa
(reward). Secara garis besar menurut Robbins (2013) Reward ini terdiri dari dua aspek yaitu
reward intrinsik dan reward ekstrinsik. Reward intrinsik adalah suatu nilai atau kesenangan
yang diterima oleh individu melalui konten atau isi dari pekerjaannya. Sedangkan reward
ekstrinsik adalah suatu nilai atau kesenangan yang diterima oleh individu di luar konten atau
isi pekerjaannya.
Terkait dengan DJP sebagai organisasi pemerintahan cukup tua dan sangat besar
yang mengelola 32.465 pegawai di seluruh Indonesia, adanya rentang usia pegawai yang
sangat beragam merupakan salah satu konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Dalam
penelitian ini juga akan diteliti peran usia sebagai moderator dalam hubungan antara reward
dengan kepuasan kerja.
2. Tinjauan Teoritis
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
3
Ahli lain yaitu Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi
karakteristiknya. Sementara itu, menurut Shiraz dan Rashid (2011) kepuasan kerja
menggambarkan bagaimana seorang pegawai menilai atau memposisikan dirinya terhadap
pekerjaannya. Seorang pegawai yang senang dengan pekerjaannya akan merasa lebih puas..
Robbins (1996) menjelaskan kepuasan kerja merupakan sikap umum terhadap
sebuah pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan suatu hasil perkiraan individu terhadap
pekerjaan atau pengalaman positif yang menyenangkan dirinya.
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
4
Hipotesis 2. Reward Intrinsik dan Ekstrinsik secara parsial Berpengaruh Positif terhadap
Kepuasan Kerja
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
5
tua menerima perubahan teknologi. Akan tetapi banyak pula hal-hal positif yang dibawa oleh
pekerja senior antara lain komitmen, etos kerja, serta pengalaman yang lebih banyak
(Robbins dan Judge, 2007).
Simpson, Sturges, Woods, dan Altman (2005) berpendapat perbedaan usia dapat
mempengaruhi persepsi pekerja terhadap hasil karir. Sebagai seorang pekerja mendekati
pensiun, ia mungkin tidak melihat pentingnya promosi dan kemajuan dalam perusahaan.
Pertama, para pekerja ini mungkin agak menghindari tambahan beban kerja, tanggung jawab,
dan stres yang berhubungan dengan promosi. Kedua, mereka mungkin tidak perlu
penghasilan tambahan. Ketiga, promosi dapat mengganggu hubungan interpersonal yang ada.
Membangun kembali hubungan ini akan memakan waktu dan usaha. Terakhir, mereka
mungkin merasa pekerja muda lebih layak promosi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rehman, Khanm & Lashari (2010)
ditemukan bahwa efek moderasi usia adalah bersifat negatif artinya semakin tua usia pegawai
akan memberikan efek mengurangi pengaruh Reward Intrinsik dan Ekstrinsik terhadap
Kepuasan Kerja. Peneliti sebelumnya yaitu Douglas (1991) juga menemukan bahwa bahwa
faktor usia berperan sebagai mediator dalam hubungan antara reward dengan kepuasan kerja.
Pada penelitian yang dilakukan Douglas (1991) ditemukan bahwa pegawai yang usianya
lebih tua memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi dengan diberikannya imbalan
intrinsik. Sebaliknya pada penelitian Rehman, Khanm & Lashari (2010) diperoleh hasil
bahwa pegawai yang usianya lebih tua memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi
dengan diberikannya imbalan ekstrinsik.
Hipotesis 3. Usia merupakan Faktor Moderasi terhadap Hubungan antara Reward dengan
Kepuasan Kerja
3. Metode Penelitian
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
6
pelayanan pajak pratama Kota dan Kabupaten Bogor. Rancangan penelitian ini adalah
confirmatory dimana penelitian ini ditujukan untuk melakukan evaluasi dan menkonfirmasi
model yang sudah dibangun dalam penelitian sebelumnya.
Penelitian ini juga bersifat asosiatif kausal, Menurut Umar (2003) penelitian
asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain
yaitu untuk melihat pengaruh sebab akibat antara imbalan yang diberikan terhadap kepuasan
kerja pegawai. Dengan penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja berdasarkan model yang dibuat oleh Rehman,
Khanm & Lashari (2010). Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna bagi para pemberi
kerja khususnya Direktorat Jenderal Pajak sebagai masukan dalam mengelola Sumber Daya
Manusia yang berada di bawahnya.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik survey kuesioner kepada responden. Kemudian
data yang diperoleh akan diolah dengan metode statistik menggunakan metode multiple
regression analysis pada program SPSS Statistik versi 20.0 dimana pertanyaan-pertanyaan
pada kuesioner untuk penelitian ini diambil dari penelitian sebelumnya
Work
Rewards
Intrinsic
Rewards
-‐Tas
Significance
-‐Task
Involvement
Extrinsic
Reward
-‐Social
Rewards
-‐Organizational
Reward
Age Differences
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
7
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
8
Lanjutan Tabel 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
9
Di dalam uji reliabilitas, penulis menggunakan program SPSS 20.0, sehingga dengan
SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
10
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
11
Berdasarkan hasil analisis, tidak ada variabel independen dalam penelitian ini yang
memiliki nilai variance inflation factor (VIF) lebih dari sepuluh. Dengan demikian, hasil
analisis menujukkan tidak adanya masalah multikolinier. Variabel Reward Intrinsik memiliki
nilai VIF sebesar 1,171. Variabel Reward Ekstrinsik memiliki nilai VIF sebesar 1,171. Maka
dapat disimpulkan bahwa diantara sesama variabel bebas tidak mempunyai hubungan
langsung.
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
12
Unstandardized Standardized
Variabel Coefficients Coefficients t Sig.
Berdasarkan hasil output SPSS 20.0 pada tabel diatas dapat dirumuskan sebuah
model persamaan sebagai berikut :
Y = -6.26 + 0.263 (X1) + 0.245 (X2) + e (4.1)
Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah:
• b1 = 0.263
jika variabel Reward Intrinsik (X1) ditingkatkan, maka akan menyebabkan kenaikan
Job Satisfaction (Y)
• b2 = 0.245
jika variabel Reward Ekstrinsik (X2) ditingkatkan, maka akan menyebabkan kenaikan
Job Satisfaction (Y)
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
13
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
14
5. Pembahasan
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
15
atau kelengkapan fasilitas yang diberikan kantor pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya memberikan kepuasan bagi masyarakat.
Tugas yang berat tentu saja diemban oleh para pegawai pada kantor pelayanan
pajak. Hal ini berdampak pada harapan yang besar atas reward yang akan diterima agar dapat
terus termotivasi menjalankan tugas dan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Imbalan yang
diberikan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada pegawai yang pada akhirnya dapat
menciptakan kepuasan kerja para pegawai. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal
yang bersifat individual, setiap individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda–beda
sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianutnya.
Dari jawaban pada pertanyaan kepuasan kerja hanya 8 responden yang menjawab
ketiga pertanyaan dengan skala 5. Jawaban lainnya bervariasi dengan rata-rata jawaban
paling rendah terdapat pada pertanyaan “Jika saya memiliki kesempatan untuk mencari
pekerjaan kembali, saya akan mencari pekerjaan seperti pekerjaan saya saat ini”. Jadi secara
umum responden pada kantor pelayanan pajak pratama di kota dan kabupaten bogor puas
dengan bekerja di DJP tetapi responden tidak terlalu puas dengan total reward dari
perusahaan dan beranggapan bahwa pada kantor lain memiliki manajemen yang lebih baik
daripada DJP sehingga apabila diminta mencari pekerjaan kembali mereka akan mencari
pekerjaan selain di DJP. Pada Fungsi pelayanan masyarakat yang dijalankan oleh DJP
memunculkan anggapan bahwa organisasi adalah pro masyarakat tapi tidak pro terhadap
SDM yang ada di dalamnya. Fenomena turnover mulai muncul ke permukaan dan harus
dipahami sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakan organisasi baik yang
berimplikasi langsung terhadap pegawai maupun kebijakan-kebijakan yang terkait dengan
pekerjaan.
Hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan uji F diketahui bahwa
secara serempak dimensi Reward Intrinsik dan Ekstrinsik berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan kerja pegawai. Selain itu berdasarkan persamaan regresi menunjukkan
bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang positif dari dimensi Reward Intrinsik dan
Ekstrinsik terhadap tingkat kepuasan kerja pegawai. Peningkatan pada dimensi Reward
Intrinsik dan Ekstrinsik akan serta merta meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Hasil
pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan uji t diketahui bahwa secara parsial reward
intrinsik dan ekstrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.
Berdasarkan hasil R Square yang hanya 27,4% dapat dikatakan bahwa masih banyak faktor
lain yang akan mempengaruhi kepuasan kerja pegawai di luar reward intrinsik dan ekstrinsik
yang dibahas dalam penelitian ini seperti permasalahan mutasi, stress kerja dan beban kerja.
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
16
Hal ini sejalan dengan pembahasan teori yang mengatakan bahwa kepuasan kerja memiliki
dimensi yang luas dan berbeda pada setiap pegawai.
Jika dilihat dari hasil masing-masing variabel, pada variabel reward intrinsik yang
menonjol adalah dimensi task significance dan terendah adalah task involvement. Artinya
pegawai mengetahui bahwa setiap bagian pekerjaan yang dilakukan akan memberikan
kontribusi dan penting bagi organisasi. Sikap ini memberikan dampak yang positif bagi
organisasi. Hal ini merupakan implikasi dari adanya Standard Operating Procedure (SOP)
yang jelas sehingga pegawai dapat mengukur kinerja dan kontribusinya. Rendahnya hasil
pada task involvement menandakan pekerjaan tersebut tidak menarik dan tidak memberikan
tantangan bagi pegawainya. Khusus pada pegawai pelaksana yang merupakan tingkat
terendah dalam organisasi kantor pelayanan pajak pratama, pekerjaan yang sifatnya fisik dan
monoton memang menjadi tantangan tersendiri. Bila disandingkan dengan tingkat
pendidikan, pelaksana dengan pendidikan yang lebih tinggi (D3 ke atas) adalah rata-rata
memberikan nilai yang rendah (cenderung tidak setuju). Jenjang kepangkatan yang pendek
membuat pegawai yang sudah memiliki kompetensi baik tidak serta merta mendapatkan
pekerjaan yang menantang dan lebih sesuai dengan kemampuannya.
Pada variabel reward ekstrinsik, dari enam pertanyaan yang diajukan diperoleh hasil
bahwa jawaban pada dimensi social reward mengenai supervisi dan rekan sekerja
menunjukkan hasil yang baik. Artinya para pegawai yang menjadi responden sudah merasa
nyaman dengan lingkungan tempat mereka bekerja. Ada hubungan yang baik antara atasan
dengan bawahan, serta hubungan yang harmonis dengan rekan sekerja. Akan tetapi jumlah
nilai yang lebih kecil diperoleh untuk dimensi organizational reward yaitu faktor-faktor yang
terkait dengan take home pay, promosi, serta tunjangan kesehatan, pensiun dan tunjangan
lainnya. Dibandingkan dengan Pegawai Negeri Lainnya, pegawai pada Direktorat Jenderal
Pajak mendapatkan take home pay yang paling besar dan merupakan Direktorat pertama yang
memperoleh renumerasi. Masih adanya ketidakpuasan dalam hal take home pay tentu
menjadi anomali tersendiri dan harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Bila disandingkan
dengan profil responden, usia menunjukkan hasil yang berbanding lurus dengan penilaian
responden terhadap organizational reward. Semakin tua usia responden, penilaiannya
terhadap item organizational reward cenderung setuju.
Sesuai dengan hasil statistik yang menunjukkan bahwa usia terbukti signifikan
sebagai variabel moderatoe dalam hubungan antara Reward terhadap Kepuasan Kerja secara
negative artinya semakin tua usia pegawai akan memberikan efek mengurangi pengaruh
Reward Ekstrinsik terhadap Kepuasan Kerja, DJP perlu menyikapi perbedaan usia
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
17
pegawainya dengan baik. Pembebanan kerja pada pegawai dengan usia muda dan gaji yang
rendah harus disesuaikan agar tidak menimbulkan kesenjangan dengan pegawai yang lebih
tua dengan gaji yang lebih besar tetapi sudah menurun produktivitasnya. Pegawai yang lebih
tua dapat diandalkan loyalitasnya kepada organisasi, namun pegawai dalam usia produktif
tentu menginginkan perkembangan yang signifikan pada karirnya sehingga reward berupa
promosi ataupun penghargaan kinerja lainnya lebih menarik untuk diberikan kepada mereka.
Sebaliknya terhadap hubungan Reward Intrinsik dan Kepuasan Kerja, usia tidak
menjadi variabel moderasi. Artinya baik pegawai dengan usia muda maupun pegawai yang
lebih senior, keduanya memiliki pandangan dan komitmen yang sama terhadap pekerjaan.
Pegawai yang ada di DJP saat ini pada dasarnya memiliki kecintaan terhadap pekerjaannya
dan mengetahui bahwa keberadaan mereka adalah penting bagi kelangsungan DJP. Sebagai
implikasi terhadap sikap pegawai tersebut, DJP harus melakukan peningkatan kompetensi
pegawainya dengan berbagai kegiatan seperti diklat, In House Training, maupun seminar.
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
18
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
19
Daftar Referensi
Allen, R.S., & Kilmann, R.H. (2001). The Role of the Reward System for a Total Quality
Management Based Strategy, Journal of Organizational Change Management, 14 (2), 110-
127.
Berger, L.A. & Berger, D.R. (2004). The Talent Management Handbook. United States: The
McGraw Hill
Danish, R.Q. & Usman, A. (2010). Impact of Reward and Recognition on Job Satisfaction
and Motivation : An Empirical Study from Pakistan, International Journal of Business
Management, 5(2), 159-167
Gazioglu, S. & Tansel, A. (2006). Job Satisfaction in Britain:Individual and Job Related
Factor. Applied Economics, 38(10), 1163-1171
Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasibuan, M.S.P. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Locke, E.A. (1976). The Nature and Causes of Job Satisfaction. Handbook of industrial and
Organizational Psychology. Chicago:Rand Mc Nally
Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk), Yogyakarta:
ANDI.
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
20
Mahaney, R.C., & Lederer, A.L. (2006). The Effect of Intrinsic and Extrinsic Rewards for
Developers on Information Systems Project Success, Project Management Journal, 37(4), 42-
54.
Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research: An Applied Orientation (4th ed). New Jersey:
Prentice-Hall.
Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk),Edisi Bahasa
Indonesia, Yogyakarta: ANDI.
Noe, R.M. et.al., (2003). Human Resources Management . America : Mc Graw- Hill
Nugroho, Y.A. (2011). It’s Easy Olah Data dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta.
Oriarewo, G.O., Zechariahs, K.C.A. (2013). Job Rewards as Correlates of Job Satisfaction:
Empirical Evidence from the Nigerian Banking Sector. The International Journal Of
Engineering And Science, 2(8), 2319-1805
Ozutku, H. (2012). The Influence of Intrinsic and Extrinsic Rewards on Employee Results:
An Empirical Analysis in Turkish Manufacturing Industry. Business and Economics Research
Journal, 3(3), p29
Pranoto, B.A. (2012). Reformasi
Birokrasi:
Upaya
Membentuk
SDM
Profesional.16
Oktober
2012
<
http://www.pajak.go.id/content/article/reformasi-‐birokrasi-‐
upaya-‐membentuk-‐sdm-‐profesional>
Rafiq, M., Javed, M., Khan, M. & Ahmed, M. (2012). Effect Of Rewards On Job
Satisfaction Evidence From Pakistan, Interdisciplinary Journal of Contemporary Research
In Business, 4(1), 337-347.
Rehman, Z.R., Khan, M.R., & Lashari, A.J. (2010), Effect of Job Rewards on Job
Satisfaction, Moderating Role of Age Differences: Emperical Evidence from Pakistan,
Social Science Research Network, Rochester.
Roelen, C.A.M, Koopmans, P.C., & Groothoff, J.W. (2008). Which Work Factors
Determine Job Satisfaction?, Work, 30, 433-439.
Sekaran, U. (2003). Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Jakarta: Salemba
Empat.
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014
21
Shiraz, N., Rashid, M, & Riaz, Adnan. (2011). The Impact of Reward and Recognition
Programs on Employee's Motivation and Satisfaction. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research In Business, 3(3), 1428-1434
Spector, E.P. (1997). Job Satisfaction, Application, Assesment, Cause, and Consequences.
London : SAGE
Wijono, Sutarto. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi dalam Suatu Bidang Gerak
Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Wiyono G. (2007). Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 dan Smart
PLS 2.0. Yogyakarta : STIM YKPN.
Pengaruh reward.…, Jemi Dwifatmi, FE UI, 2014