Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MANDIRI 2

PENGAPURAN DI TANAH MASAM DAN


DAMPAKNYA PADA TANAMAN

Disusun oleh :
Ananda Putri Dewantari Masailla (H0718018)
Kelas Pengelolaan Tanah dan Air- Agroteknologi D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNS
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Tanah merupakan sumber daya alam yang pokok karena melalui tanah
dapat dicukupi kebutuhan dasar manusia seperti bahan pangan, sandang,
serat, kayu, hingga bahan obat-obatan. Selain mempunyai fungsi produksi,
tanah juga berfungsi sebagai ruang hidup, sebagai penjaga kelestarian sumber
daya hutan, sumber daya air dan lingkungan hidup. Kesuburan tanah salah
satunya adalah kemampuan tanah dalam menyediakan hara bagi tanaman.
Kesuburan tanah merupakan suatu nilai kualitas dari kemampuan tanah untuk
menyediakan hara bagi pertumbuhan suatu jenis tanaman dalam jumlah yang
memadai dan seimbang. Kesuburan Tanah adalah kualitas tanah dalam hal
kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah
yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dalam lingkungan yang sesuai
untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah.
Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban
dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK,
kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan
ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain
meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan
pengikatan nitrogen udara. Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara
visual, analisa tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa
serapan hara makro primer (N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat
pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan
hara makro primer (N, P dan K) dalam tanah. Faktor-faktor penentu kesuburan
tanah salah satunya adalah BO yang berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Semakin tinggi kadar BO, maka semakin tinggi pula
kandungan N total (Kadarwati Tri, 2016).
Tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian dan media tumbuh
tanaman. Tanah mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pada
umumnya, hara tanah berasal dari pelapukan mineral anorganik dan hasil
biodegradasi bahan organik. Hara pada tanah saat ini tidak mencukupi kebutuhan
tanaman untuk dapat berproduksi tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya
gangguan keseimbangan hara dalam tanah. Kurangnya hara pada tanaman dapat
diakibatkan oleh: (1) sistem pertanian yang intensif tanpa pemberian pupuk dan
bahan organik yang cukup, (2) pemberian unsur hara yang tidak berimbang, (3)
terlalu tinggi atau rendahnya pH tanah, (4) pemberian unsur hara mikro tertentu
secara berlebihan yang mengakibatkan unsur mikro lainnya menjadi tertekan, dan
(5) kondisi tanah yang terlalu basah atau terlalu kering sehingga mengganggu
penyerapan unsur hara.
BAB II
ISI

Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam
(kedalaman yang sangat dalam melebihi 150 cm); strukturnya gembur; pH 6,0-
6,5; kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup; dan tidak
terdapat faktor pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman. Menurut
Hanafiah (2005), bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman, keadaan
tanah dan pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan.Hal ini disebabkan karena tanah
merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai gudang dan pensuplai unsur
hara. Tanah berdasarkan ukuran partikelnya merupakan campuran dari pasir,
debu, dan liat. Makin halusnya partikel akan menghasilkan luas permukaan
partikel per satuan bobot yang makin luas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah Sistem tanah yang dirajai
oleh ion-ion H+ akan bersuasana asam.Penyebab keasaman tanah adalah ion H+
dan Al3+ yang berada dalam larutan tanah unsur-unsur yang terkandung dalam
tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk.
Bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral
penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari
air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah, selain itu bahan
organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap
tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi
pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai
koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi.
tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi
masam.

1. Sifat dan ciri tanah masam


Kemasaman tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: bahan
induk tanah yang bereaksi masam, tingkat pelapukan, curah hujan, dan
intensitas pengunaan lahan. Makin tinggi tingkat pelapukan, makin tinggi
curah hujan dan makin intensif penggunaan lahan pertanian, maka makin
besar kemungkinan berkembangnya tanah-tanah masam. Curah hujan yang
melebihi evapotraanspirasi mempunyai kemampuan bagi terjadinya perkolasi
air ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga terjadi pencucian
kation-kation basa (alkali dan lakali tanah seperti kalium, natrium, kalsium,
dan magnesium). Tercucinya kation-kation basa dari kompleks jerapan
menyebabkan kation-kation H+ dan Al3+ menjadi dominan, sehingga tanah
menjadi masam. Dahulu orang beranggapan bahwa keamsaman tanah semata-
mata disebabkan oleh ion H+, kemudian terbukti selain ion H+ tersebut,
kemasaman tanah disebabkan oleh oleh aktivitas ion Al3+.
Ciri-ciri umum tanah masam adalah:
a. pH tanah rata-rata kurang dari 4
b. Kandungan hara bahan organik tanah (BOT) yang rendah
c. Ketersediaan P dan kapasitas tukar kation (KTK) rendah
d. Tingginya kandungan unsur Mn2+ dan alumunium reaktif (Al3+)
Untuk menetukan tingkat kemasaman tanah, maka alat yang bisa di
gunakan di antaranya adalah kertas lakmus dan Soil Tester/pH tester. Adapun
cara menggunakan alat-alat tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kertas lakmus
Untuk kertas lakmus ini, tahap pemakainnya adalah sebagai berikut:
1) Ambil tanah sample yang akan di ukur derajat kemasamannya
2) Larutkan tanah tersebut ke dalam aquadest (dalam wadah)
3) Biarkan tanah terendam sampai airnya bening kembali
4) Setelah airnya bening, pindahkah air yang bening ke wadah yang
lain.
5) Ambil sedikit kertas lakmus dan celupkan ke dalam air tersebut
6) Setelah beberapa saat, lihat perubahan warna pada kertas lakmus
tersebut dan cocokkan dengan warna skala pada pembungkus
kertas lakmus yang biasanya di lengkapi angka masing-masing pH.
b) Soil tester atau pH tester
Untuk alat ini pemakaiannya cukup mudah, yaitu tinggal menancapkan
alat yang mirip pasak ini kedalam tanah sesuai batas yang di anjurkan,
kemudian tinggal melihat angka-angka jarum skala yang ada pada bagian atas
alat tersebut.

2. Kendala tanah masam


Salah satu kendala tanah dalam penyediaan hara dan serapan hara oleh
tanaman adalah kadar pH tanah yang terlalu masam. pH tanah merupakan
faktor utama yang memengaruhi daya larut dan memengaruhi ketersediaan
hara tanaman. Hara tanah lebih tersedia pada pH 6-7. pH 5,5 menjadi batas
toleransi tanaman dalam pertumbuhan. Tanah asam memberikan pengaruh
yang buruk pada pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah
Tanah masam mempunyai kendala fisik maupun kimia yang menghambat
pertumbuhan tanaman.
Selanjutnya Suharjo (2019) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman
kedelai pada tanah masam menderita akibat cekaman biotik seperti :
a. Pertumbuhan vegetative terhambat sebagai akibat kekurangan
haramakrodan mikro
b. Keracunann Al atau Mn
c. Pembentukkan nodul terhambat
d. Tanaman mudah mendapat cekaman kekeringan
e. Pertumbuhan akarnya terhambat.
Gejala yang sangat jelas adalah pertumbuhan yang sangat kerdil,terbatas.
Bunga yang terbentuk minimal dan jumlah polong juga minimal, produktivitas
sangat rendah atau gagal menghasilkan biji.
Adapun pengaruh tingkatan pH tanah terhadap tanaman adalah sebagai
berikut:
a. pH dibawah 4.5 (terlalu asam), menyebabkan akar rusak sehingga kualitas
dan jumlah panen turun. Terlihat pada saat perubahan tanaman dari fase
vegetatif ke generatif.
b. pH 5.5 sampai 6 (rata-rata tanah di Indonesia), terdapat unsur hara yang
optimum untuk tanaman.
c. pH diatas 6, pada tingkatan ini, tanaman akan terlalu vegetatif. Hal ini
tidak berpengaruh pada kualitas buah karena berada di musim yang tidak
tepat.
d. Menaikan atau menurunkan pH tanah juga berguna untuk pengendalian
penyakit, pH tanah diubah agar tidak sesuai dengan kebutuhan pathogen,
biasanya untuk tanaman umbi-umbian seperti kentang.
Adapun pengaruh negatif dari kemasaman tanah terhadap tanaman, yaitu:
1) penurunan ketersediaan unsur hara bagi tanaman;
2) meningkatkan dampak unsur beracun;
3) penurunan hasil tanaman;
4) mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan
tanaman seperti fiksasi nitrogen oleh Rhizobium.
Pemupukan dan pengapuran merupakan penanganan tanah masam yang
dapat menjadikan tanah produktif.

3. Pengapuran
Menurut Winarso, (2005), pengapuran merupakan cara untuk
memperbaiki sifat tanah masam demi mendapatkan pH optimum sehingga
gangguan keseimbangan hara di dalam tanah dapat diperbaiki. Keefektifan
pengapuran ini dipengaruhi oleh jenis kapur, takaran, penempatan, distribusi,
kadar air tanah, dan tekstur tanah. Selain pemberian kapur untuk menyediakan
hara, dapat pula dilakukan penambahan pupuk anorganik yang mengandung
unsur N seperti urea, dan ZA, untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Hara
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman adalah nitrogen (N). Unsur nitrogen
sangat melimpah di atmosfer, tetapi kendala kekurangan N sering ditemui
dalam budidaya. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan unsur N yang tidak
diimbangi dengan efisiensi penyerapan hara oleh tanaman. Jenis pupuk ini
mudah larut, ion-ionnya tidak diikat oleh kompleks tanah liat sehingga mudah
mengalami pencucian lewat aliran permukaan (run off), menguap ke udara
atau berubah ke bentuk lain yang tidak dapat digunakan tanaman
Pada umumnya, pH tanah yang di kehendaki untuk pertumbuhan tanaman
agar optimal adalah pH tanah netral yaitu 6,5-7,0 karena pada kondisi pH
netral unsur hara dapat tersedia secara optimal dan mikroorganisme dapat
berkambang dengan maksimal.
Untuk tanah-tanah yang bersifat masam agar pH-nya meningkat mendekati
netral, maka di perlukan pengapuran. Besarnya pengapuran tergantung dari :
a. Angka pH tanah yang ingin di capai
b. Jenis kapur yang di berikan yang di nyatakan dengan kandungan setara
CaCO3
c. Besarnya ukuran partikel kapur. Semakin halus kapur, semakin sedikit
kapur yang di berikan.
d. Kelas tekstur tanah. Semakin tinggi kandungan liat tanah, semakin tinggi
kapur yang di berikan.
Dalam pelaksanaan pengapuran di lahan harus disertai pemberian bahan
organik tanah atau pengembalian sisa panen ke dalam tanah. Hal ini sangat
penting untuk menghindari pemadatan tanah dan pencucian, serta
meningkatkan efek pemupukan. Selain itu efek bahan organik terhadap pH
tanah menyebabkan reaksi pertukaran ligand antara asam-asam organik
dengan gugus hidroksil dari besi dan aluminium hidroksida yang
membebaskan ion OH–. Di samping itu, elekrton yang berasal dari
dekomposisi bahan organik dapat menetralkan sejumlah muatan positif yang
ada dalam sistem kolid sehingga pH tanag meningkat
Bahan kapur untuk pertanian umumnya berupa kalsium karbonat,beberapa
berupa kalsium magnesium karbonat,dan hanya sedikit yang berupa CaO.
Dalam Ilmu kimia kapur adalah CaO,tetapi dalam bidang pertanian kapur
umumnya berupa CaCO3.
Manfaat Pengapuran yaitu :
1) Menaikkan pH tanah
2) Menambah unsur – unsur Ca dan Mg  
3) Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo  
4) Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al.             
5) Memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan memperbaiki pembentukan
bintil- bintil akar
Pengapuran yang berlebihan menyebabkan beberapa hal yang merugikan,
antara lain :
a) Kekurangan besi, mangan, tembaga dan seng yang diperlukan dalam
proses fisiologis tanaman karena Fe, Mg, Cu, Zn terikat erat /bersenyawa
dengan unsur kapur tersebut, sehingga menjadi tidak dapat diserap oleh
akar tanaman lagi.
b) Tersedianya fosfat (P) menjadi berkurang kembali karena terbentuknya
kompleks kalsium fosfat tidak larut.
c) Absorpsi/penyerapan fosfor oleh tanaman  sangat sulit sehingga
menyebabkan  metabolisme tanaman menjadi  
d) Pengambilan dan penggunaan boron dapat terhambat.
e) Perubahan pH yang melonjak dapat merugikan terhadap aktivitas
mikroorganisme tanah, dan ketersediaan unsur hara yang tidak seimbang.
Cara untuk menghitung kebutuhan kapur  
Contoh Cara sederhana untuk menentukan kebutuhan kapur adalah dengan
menghitung selisih antara pH tanah yang dituju dengan pH tanah aktual yang
terukur sebelum pengolahan tanah.  Untuk menaikkan 1 point pH tanah
diperlukan 2 ton (2.000 kg) kapur pertanian per hektar.  Sebagai contoh, pH
tanah aktual suatu lahan menunjukkan angka 4,3, sedangkan pH tanah yang
diharapkan adalah 6,0.  Berikut jumlah kapur pertanian yang diperlukan untuk
menaikkan pH tanah dari 4,3 menjadi 6,0.
Jumlah kapur pertanian yang diperlukan   = (6,0-4,3) X 2.000 kg
= 3.400 kg kapur per hektar.

4. Respon tanaman terhadap pengapuran


Dolomit adalah pupuk yang memiliki kandungan hara Kalsium (CaO) dan
Magnesium (MgO) yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk pengapuran
tanah masam dan juga sebagai pupuk bagi tanah dan tanaman yang berfungsi
menyuplai unsur Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) untuk kebutuhan
tanaman.
Kapur dolomit mempunyai berbagai fungsi dalam tanah dan tanaman yaitu:
(1) Memperbaiki keasaman tanah agar sesuai dengan pH yang diperlukan
tanaman, khususnya pada tanah gambut.
(2) Kapur dapat menetralisir kejenuhan zat - zat yang meracuni tanah dan
tanaman bila zat tersebut berlebihan seperti zat Al (alumunium), Fe (zat
besi), Cu (Tembaga).
(3) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyerapan zat - zat hara yang
sudah ada dalam tanah baik yang berasal dari bahan organik maupun
pemberian pupuk lainnya seperti Urea, TSP dan KCl
(4) Menjaga tingkat ketersediaan unsur hara mikro sesuai kebutuhan
tanaman.
(5) Memperbaiki porositas tanah, struktur serta aerasi tanah sekaligus
bermanfaat bagi mikrobiologi dan kimiawi tanah sehingga tanah menjadi
gembur, sirkulasi udara dalam tanah lancar dan menjadikan akar bebas
bergerak menghisap unsur hara dari tanah.
Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah sehingga pemberian kapur pada
tanah masam akan merangsang pembentukan struktur remah, memengaruhi
pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus. Kapur pertanian
(CaCO3), dengan daya netralitasnya, 75-70% efektif mampu memperbaiki
sifat kimia tanah. Menurut penelitian Sulistiyanto (et al., 2007), pH tanah akan
meningkat dari 4,3 menjadi 4,5 seiring dengan peningkatan pemberian kapur.
Soepardi (1983) menyatakan bahwa pemberian kapur dapat menetralkan
senyawa beracun dan menekan penyakit tanaman. Aminisasi, amonifikasi, dan
oksidasi belerang nyata dipercepat oleh meningkatnya pH yang diakibatkan
oleh pengapuran. Dengan meningkatnya pH tanah, maka akan tersedialah
unsur N, P, dan S serta unsur mikro bagi tanaman. Menurut Sutarto (et al.,
1985), pemberian kapur yang mengandung kalsium dapat mencegah
kemasaman pada cairan sel, mengatur permeabilitas dinding sel, mempercepat
pembelahan sel, membantu pengembalian nitrat, dan mengatur enzim yang
akan memengaruhi pertumbuhan tanaman
BAB III
PENUTUP

Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam
(kedalaman yang sangat dalam melebihi 150 cm); strukturnya gembur; pH 6,0-
6,5; kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup; dan tidak
terdapat faktor pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman Kemasaman
tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: bahan induk tanah yang
bereaksi masam, tingkat pelapukan, curah hujan, dan intensitas pengunaan lahan.
Ciri-ciri umum tanah masam adalah: (a) pH tanah rata-rata kurang dari 4; (b)
Kandungan hara bahan organik tanah (BOT) yang rendah; (c) Ketersediaan P dan
kapasitas tukar kation (KTK) rendah; (c) Tingginya kandungan unsur Mn2+ dan
alumunium reaktif (Al3+). Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada
pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah Tanah masam
mempunyai kendala fisik maupun kimia yang menghambat pertumbuhan
tanaman. Pengapuran merupakan cara untuk memperbaiki sifat tanah masam demi
mendapatkan pH optimum sehingga gangguan keseimbangan hara di dalam tanah
dapat diperbaiki. Keefektifan pengapuran ini dipengaruhi oleh jenis kapur,
takaran, penempatan, distribusi, kadar air tanah, dan tekstur tanah. pemberian
kapur dapat menetralkan senyawa beracun dan menekan penyakit tanaman.
Aminisasi, amonifikasi, dan oksidasi belerang nyata dipercepat oleh
meningkatnya pH yang diakibatkan oleh pengapuran. Dengan meningkatnya pH
tanah, maka akan tersedialah unsur N, P, dan S serta unsur mikro bagi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Khoirul. 2019. Manfaat Pengapuran Dan Dampak Pengapuran


Berlebihan Bagi Tanah.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/73161/Manfaat-Pengapuran-
Dan-Dampak-Pengapuran-Berlebihan--Bagi-Tanah/. Diakses 14 Maret
2020
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Kadarwati Tri, Fitriningdiyah. 2016. Evaluasi Kesuburan Tanah Untuk
Pertanaman Tebu Di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Litri
Volume XXII nomor 2 : 53-62.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Suharjo. 2019. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Media Sahabat Cendekia.
Surabaya
Sulistiyanto, Y., Sustiyah, R. Miher, & A. Elia. 2007. Pelindian Beberapa Unsur
hara pada Tanah Gambut Pedalaman yang Telah diberi Kapur
Dolomit. Prosiding HITI. Solusi Miskelola Tanah dan Air untuk
Memaksimalkan Kesejahteraan Rakyat, Vol 2. Yogyakarta.
Sutarto, V, S. Hutami, & B. Soeherdy. 1985. Pengapuran dan Pemupukan
Molibdenum, Magnesium, dan Sulfur pada Kacang Tanah, dalam
Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan, Vol. 1 Palawija. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, hlm. 227: 146-155.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai