Anda di halaman 1dari 7

Tugas Corporate Governance

Dosen Pengampu:
Ibu Risa Nurmala Dewi

Disusun Oleh:
Muhammad Naufal Affan (023001700002)
Wisnu Suprapto (023001700015)
Faiz Abdurrafi W. (023001700020)
Muhammad Asasul Hakim (023001700053)
Deski Arivan (023001701039)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2020

A. Pembahasan CG Soft Structure


Implementasi tata kelola perusahaan yang baik pada umumnya terdiri dua aspek besar
yakni bagaimana Perusahaan beroperasi sesuai dengan peraturan-peraturan ataupun
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan bagaimana Perusahaan melaksanakan enforcement
(penekanan) terhadap karyawan-karyawan untuk dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dalam rangka kepatuhan Perusahaan.
Supaya implementasi tata kelola perusahaan berjalan dengan baik, perlu didukung pedoman-
pedoman atau aturan tertulis yang memuat tentang kebijakan tertentu, praktek dan
pengaturan-pengaturan lainnya yang mengatur perusahaan agar tetap sejalan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, prinsip-prinsip korporasi yang sehat dan etika
bisnis yang berlaku umum atau yang disebut sebagai soft structure GCG. Soft structure GCG
akan mengarahkan perusahaan dalam mengatur diri mereka sendiri atas dasar kepentingan
bersama antara pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

Soft structure GCG yang terdiri dari:

1. Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka


ACSET, sebagai perusahaan terbuka, juga mengimplementasikan prinsip dan
rekomendasi yang termuat dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 32/
SEOJK.04/2015 tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka.

2. Pedoman Dewan Komisaris


Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Piagam Dewan
Komisaris yang telah efektif berlaku sejak bulan Desember 2015.
Piagam Dewan Komisaris disusun dengan mengacu pada:
 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan
Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.

3. Pedoman Direksi
Direksi melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Piagam Direksi yang
telah efektif berlaku sejak bulan Desember 2015. Piagam Direksi disusun dengan mengacu
pada:
 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan
Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik.
 Anggaran Dasar Perseroan.
 Peraturan lain yang berlaku.

4. Pedoman Komite Audit


Komite Audit melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Piagam Komite
Audit yang telah efektif berlaku sejak tanggal 14 Agustus 2015. Piagam Komite Audit
tersebut khususnya mengacu kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 55
/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

5. Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi


Komite Nominasi dan Remunerasi melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan Piagam Komite Nominasi dan Remunerasi yang telah efektif berlaku sejak bulan
Desember 2015. Piagam Komite Nominasi dan Remunerasi tersebut khususnya mengacu
kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 34/POJK.04/2014 tentang Komite Nominasi
dan Remunerasi Emiten atau Perusahaan Publik.

6. Pedoman Sekretaris Perusahaan


Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Sekretaris Perusahaan mengacu
kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 35/POJK.04/2014 tentang Sekretaris
Perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik.

7. Pedoman Internal Audit


Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 56/POJK.04/2015 tanggal 23
Desember 2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal.

8. Pedoman Perilaku
Kode Etik ACSET merupakan pedoman perilaku bagi segenap insan Perseroan dalam
bersikap dan berperilaku secara pantas. Kode Etik tersebut mengacu kepada Astra Code of
Conduct yang berlandaskan pada filosofi Astra sebagai Entitas Induk Perseroan serta Catur
Dharma, khususnya nilai Catur Dharma yang pertama dan utama, yakni Menjadi Milik yang
Bermanfaat Bagi Bangsa dan Negara.

Manfaat dari penerapan CG Soft Structure untuk perusahaan antaralain:


1. Mengatur pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan nilai ekonomi jangka
panjang yang berkesinambungan bagi pemegang saham maupun pemangku
kepentingan.
2. Dapat meningkatkan nilai perusahaan, mutu Board of Directors yang lebih baik
dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja manajemen dan Board of
Directors.
3. Agar bisa menyusun seluruh kebijakan dan pengambilan keputusan perusahaan
yang terkait dengan pengendalian internal dalam mendukung kelancaran kegiatan
pengawasan dan pengelolaan perusahaan.
4. Meningkatkan kualitas kerja karyawan agar dapat meningkatkan juga kinerja
perusahaan sehingga memungkinkan untuk meminimalisir terjadinya kerugian.
5. Dapat melindungi hak para pemegang saham melalui kebijakan-kebijakan yang
sudah dibuat sesuai Standar Operasional Procedure (SOP) oleh perusahaan yang
bermanfaat bagi perusahaan dan karyawannya.

B. Hasil Evaluasi dan Diskusi CG Soft Structure PT. Acset Indonusa Tbk.
a. Dari Soft Structure yang berlaku pada PT. Acset Indonusa maka dapat
disimpulkan bahwa soft structure yang paling dibutuhkan di perusahaan
adalah:
1. Pedoman Tata Kelola Perusahaan Terbuka, pedoman ini diterapkan karena
pedoman tersebut merupakan serangkaian mekanisme yang mengendalikan
perusahaan agar operasionalnya berjalan dengan baik.
2. Pedoman Dewan Komisaris, pedoman ini diterapkan karena pedoman tersebut
merupakan pedoman untuk memberikan arahan bagi dewan komisaris dan
anggotanya dalam melaksanakan fungsi pengawasan.
3. Pedoman Direksi, pedoman ini diterapkan karena untuk memberikan arahan bagi
direksi untuk menyampaikan laporan tahunan perseroan yang disetujui dewan
komisaris saar RUPS.
4. Pedoman Komite Audit, diterapkan karena untuk membantu dewan komisaris
dalam menjalankan fungsi pengawasannya terhadap proses penyampaian laporan
keuangan, audit, manajemen resiko dan kepatuhan terhadap hokum serta peraturan
perundangan yang berlaku.
5. Pedoman Komite Nominasi dan Remunirasi, diterapkan karena untuk mmebantu
KNR dalam melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya kepada dewan
komisaris.
6. Pedoman Sekretaris Perusahaan , diterapkan karena untuk membantu direksi
dalam memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan
mengadministrasikan pengambilan keputusan didalam perseroan serta melakukan
komunikasi dengan otoritas pasar modal dan public.
7. Pedoman Internal Audit, diterapkan karena untuk melakukan perbaikan
operasional melalui pendekatan sistematis dengan cara mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas pengendalian internal.
8. Pedoman Perilaku, diterapkan karena untuk menerapkan standar perilaku yang
ideal bagi perusahaan.

b. Dari Soft Structure yang berlaku pada PT. Acset Indonusa Tbk. maka dapat
disimpulkan bahwa soft structure yang paling dibutuhkan di perusahaan
adalah:
Menurut analisa dari kelompok kami, soft structure yang ada pada PT. Acset Indonusa
sudah baik tetapi masih ada evaluasi yang perlu dilakukan pada pedoman berikut ini:

1. Pedoman Komite Nominasi dan Remunirasi, yaitu harus berkoordinasi dengan


baik agar tidak terjadi adanya keterlambatan proyek yang akan dilakukan oleh PT.
Acset Indonusa Tbk.
2. Pedoman Direksi, harus membuat SOP yang lebih efektif dan efisien agar tujuan
fungsi dan hubungan kerja yang akan dilaksanakan berjalan sebagaimana
semestinya dalam PT. Acset Indonusa Tbk.
3. Pedoman Perilaku, seharusnya lebih bertanggungjawab dalam penyelesaian
proyek yang sekiranya akan dipilih untuk dijalankan agar tidak terjadi
keterlambatan pada saat penyelesaian proyek tersebut kedepannya.

C. Analisa Pembahasan dan Tanggapan jika PT. Acset Indonusa tidak


memiliki/menerapkan CG Soft Structure.
Menurut kelompok kami untuk CG Soft Structure pada PT. Acset Indonusa sudah
cukup baik dan sudah cukup jelas isi dari setiap pedoman yang ada pada PT. Acset Indonusa.
Mengenai CG Soft Structure saran yang dapat kami berikan untuk kedepannya adalah
dengan melakukan evaluasi dan meningkatkan pengembangan terhadap pedoman yang ada
pada CG Soft Structure pada PT. Acset Indonusa.

Contoh Kasus:
PT Acset Indonusa Tbk. membukukan rugi bersih senilai Rp752,31 miliar pada akhir kuartal
III/2019. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian beberapa proyek contractor
pre-financing (CPF) dan struktur. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan
berkode saham ACST itu meraup laba bersih senilai Rp91,23 miliar. Dalam keterangan resmi
yang dirilis perseroan pada Kamis (31/10/2019), ACST mencatatkan perolehan pendapatan
senilai Rp3,07 triliun atau naik 12% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Maria Cesilia Hapsari, Corporate Secretary & Investor Relations Acset Indonusa,
memaparkan perolehan pendapatan pada periode 9 bulan pertama 2019 bersumber dari sektor
infrastruktur berkontribusi sebesar 72%, konstruksi sebesar 17%, fondasi sebesar 8%, dan
sektor lainnya sebesar 3%. Sektor lainnya menggambarkan aktivitas perdagangan yang
dilakukan oleh anak usaha. "Hal ini berdampak pada meningkatnya biaya pendanaan, biaya
overhead, dan biaya lainnya yang dialokasikan untuk percepatan penyelesaian proyek-proyek
tersebut. ACST juga mengalami penyesuaian nilai pekerjaan yang berimbas pada timbulnya
penurunan pendapatan dan laba proyek berjalan," tulisnya. ACST dipercaya untuk melakukan
konstruksi proyek yang dimiliki oleh Astra Property ini setelah melalui proses tender dalam
skema kerja sama operasi (KSO) dengan Woh Hup (Private) Ltd. Selain proyek ini, ACST
juga mendapatkan proyek fondasi Jakarta-Bandung High Speed Railway dan Jakarta 3 Data
Center yang terletak dalam kawasan industry MM2100, Cibitung. Perseroan masih optimis
untuk mendapatkan proyek baru hingga akhir 2019 dengan menerapkan perilaku selektif
untuk proyek-proyek yang dirasa sesuai dengan kompetensi ACST atau bahkan yang bisa
memberikan nilai tambah bagi pengembangan keahlian perseroan ke depannya. Strategi
perbaikan kinerja masih terus diupayakan di internal perusahaan, khususnya dalam aspek
finansial dan kualitas operasional. Strategi perbaikan berkelanjutan atau continuous
improvement ini juga dibarengi dengan upaya diversifikasi, yakni dalam bidang soil
improvement works guna memperkaya layanan konstruksi terintegrasinya. Sebagai bentuk
nyata upaya diversifikasi ini, ACST kini sedang berpartisipasi dalam pembangunan
Pelabuhan Patimban, Jawa Barat, spesifiknya dalam pekerjaan soil improvement.

Menurut kelompok kami, dari kasus tersebut PT. Acset Indonusa tidak menerapkan beberapa
CG Soft Structure yaitu:
1. Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi
 Adanya keterlambatan penyelesaian proyek.

2. Pedoman Direksi
 Direksi tidak membuat SOP untuk pengerjaan proyek tersebut dengan efektif dan
efisien.
 Tugas fungsi dan hubungan kerja yang diberikan tidak berjalan dengan efektif
dalam pelaksanaannya.
 Kurang mengupayakan perbaikan kinerja dalam internal perusahaan.
 Harus ada perbaikan berkelanjutan atau continuous improvement dibarengi
dengan adanya upaya diversifikasi hunya memperkaya layanan konstruksi
terintegrasi.
3. Pedoman Perilaku
 Kurangnya tanggung jawab dari pihak perusahaan dalam penyelesaian proyek.
 Terlalu optimis mendapatkan proyek baru sehingga terlalu selektif dalam memilih
proyek sehingga terjadinya keterlambatan penyelesaian.

Anda mungkin juga menyukai