Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KONFLIK KEBIJAKAN SOCIAL DISTANCING SEBAGAI

PENANGANAN COVID-19 DI INDONESIA TERHADAP


KESEJAHTERAAN MASYARAKAT JAWA BARAT

KU4281 KONTROVERSI ISU SOSIAL

Disusun oleh:

Nabila Puspa Kamila 13018040

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


Jalan Ganesha 10, Bandung 40132
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................................. 6
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................................... 8
2.1 Teori Konflik ............................................................................................................................... 8
2.2 Teori Kesejahteraan ............................................................................................................. 8
2.3 Teori Tindakan Sosial........................................................................................................... 8
2.4 Teori Evolusi.......................................................................................................................... 9
2.5 Teori Pranata Sosial ........................................................................................................... 10
2.6 Teori Harapan ..................................................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................................... 11
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................................. 11
3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................ 11
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................................................... 12
4.1 Masyarakat Bandung melakukan Panic Buying karena adanya Social Distancing ..... 12
4.2 Kebijakan Social Distancing di Jawa Barat ..................................................................... 12
4.3 Terdapat Daerah di Jawa Barat yang Tidak Serius Menerapkan Social Distancing ... 13
4.4 Sejumlah Masyarakat Mengeluh Penghasilan Menurun Akibat Social Distancing ..... 14
BAB V ANALISIS............................................................................................................................... 15
5.1 Analisis Rumusan Masalah 1 ............................................................................................. 15
5.2 Analisis Rumusan Masalah 2 ............................................................................................. 16
5.3 Analisis Rumusan Masalah 3 ............................................................................................. 16
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................. 18
6.1 Simpulan .................................................................................................................................... 18
6.2 Saran .......................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 19

2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coronavirus Disease (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus corona. COVID-19 merupakan virus yang masih termasuk satu keluarga dengan
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Virus ini pertama teridentifikasi di Wuhan,
China, setelah dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019 terdapat beberapa warga
Wuhan yang mengalami penyakit pneumonia tanpa diketahui penyebabnya. Penularan
virus ini sudah sangat meluas, menyerang berbagai negara di Asia, Eropa, Amerika,
Australia, dan Afrika, sampai pada tanggal 11 Maret 2020 WHO (World Health
Organization) mengumumkan bahwa penyebaran virus COVID-19 sebagai pandemic.
Munculnya COVID-19 ini cukup menantang negara-negara ASEAN, terutama
Indonesia, baik dari sisi ekonomi maupun dari sisi kesehatan. Awalnya, negara-negara
ASEAN terlihat sudah cukup baik dalam menangani penyebaran virus COVID-19
tersebut. Ketika negara Italia dan Korea Selatan sudah terserang COVID-19, negara-
negara di ASEAN masih sedikit, bahkan Indonesia belum tercatat satu kasus pun. Akan
tetapi, pada bulan Maret, mulai muncul kasus di Indonesia, dan tiap harinya selalu
bertambah secara drastic.
Indonesia sendiri sudah melakukan antisipasi saat dikabarkan mulai tersebarnya virus
COVID-19 dari Wuhan, China. Beberapa kebijakan seperti screening pendatang dari luar
negeri yang akan masuk ke Indonesia atau memberikan berbagai himbauan untuk
menjaga kesehatan diri telah dilakukan Indonesia. Namun, hal ini tidak cukup. Kasus
pertama di Indonesia dimulai setelah korban mengalami kontak dengan WNA asal Jepang
yang positif terjangkit COVID-19. Dari dua kasus pertama, Indonesia tiap harinya terus
mengalami pertambahan kasus. Sampai saat ini, Indonesia sudah memiliki 1000 lebih
kasus mengenai COVID-19 dan bahkan menurut penelitian beberapa ahli, kasus COVID-
19 di Indonesia akan terus bertambah hingga akhir bulan April. Banyaknya kasus ini tentu
mempengaruhi stabilitas negara, seperti anjloknya nilai Rupiah, turunnya perekonomian
Indonesia, atau kekurangan alat pelindung diri untuk para dokter dan suster yang
menangani kasus COVID-19.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia, termasuk dengan gubernur dan
walikota/bupati, membuat berbagai kebijakan yang diharapkan dapat membantu
masyarakat Indonesia, baik dari segi ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Kebijakan ini
dibuat dengan niat baik untuk masyarakat Indonesia, tetapi kebijakan ini tak luput dari

3
kontroversi yang muncul dari masyarakat yang merasa tidak puas dan dirugikan oleh
adanya kebijakan ini. Salah satu kebijakan yang diterapkan Indonesia adalah Social
Distancing, yaitu kebijakan untuk tidak berada di keramaian orang. Kebijakan ini dibuat
agar penyebaran virus COVID-19 tidak semakin parah, tetapi terdapat masyarakat yang
tidak mengacuhkan atau mengeluh mengenai kebijakan ini.
Dari latar belakang ini, dapat dirumuskan Das sollen dan Das Sein. Das sollen adalah
hukum yang berlaku yang merupakan perwujudan dari kebijakan yang diharapkan terjadi
pada kehidupan sehari-hari. Das Sein adalah kenyataan atau realita yang berlawanan
dengan Das sollen.
1.1.1 Das Sollen
1.1.1.1 Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
1.1.1.2 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H
Ayat 1
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
1.1.1.3 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Pasal 5 dan 6
(1) Upaya penanggulangan wabah meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;
g. upaya penanggulangan lainnya.
(2) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
(3) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 6
4
(1) Upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif.
(2) Tata cara dan syarat-syarat peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1.1.1.4 Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443 Tahun 2020 Ayat Empat
Dalam melaksanakan pelayanan sebagaimana dimaksud pada Diktum
KETIGA, Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar melaksanakan
teknis penanganan sebagaimana tercantum pada Lampiran II sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Keputusan Gubernur ini.
Isi dari Lampiran II:
1. Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar secara rutin
mengirimkan pesan berantai melalui aplikasi media sosial, tentang
potensi risiko infeksi Covid-19 apabila ditemukan lokasi yang perlu
dihindari dan/atau informasi baru yang perlu diketahui oleh masyarakat.
2. Menghimbau kepada masyarakat untuk tidak bepergian ke lokasi-lokasi
yang sudah dinyatakan sebagai tempat yang terjangkit Covid-19.
3. Menyediakan nomor telepon darurat (hot line) yang dapat dihubungi
oleh masyarakat dalam waktu 24 jam setiap hari.
4. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai upaya pencegahan
secara mandiri terhadap infeksi Covid-19.
5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai gejala infeksi
Covid-19 serta hal-hal yang perlu dilakukan oleh yang bersangkutan
apabila mengalami gejala infeksi Covid-19 atau mengetahui adanya
orang dengan gejala infeksi Covid-19, sehingga menghindari risiko
terjadinya penularan infeksi Covid-19.

1.1.2 Das Sein


1. Masyarakat tidak memperdulikan himbauan untuk melakukan social distancing.
2. Masyarakat tetap keluar rumah dan berada di keramaian dengan alasan tetap dapat
menjaga diri dari virus COVID-19.
3. Terdapat pasien yang sudah positif terjangkit COVID-19 tetapi tidak ikut
karantina dan isolasi dengan alasan untuk tetap bekerja.

5
1.2 Identifikasi Masalah
1. Setiap harinya, penularan virus COVID-19 di Indonesia bertambah dengan drastic.
2. Pemerintah mengeluarkan himbauan untuk melakukan social distancing dan
melakukan work from home, tetapi masyarakat tetap pergi keluar dari rumah dengan
berbagai alasan, mulai dari bekerja hingga hanya untuk bersenang-senang.
3. Ketakutan masyarakat akan kesejahteraan keluarganya akibat adanya kebijakan dari
pemerintah untuk social distancing.
4. Muncul isu lockdown dan larangan mudik di Jawa Barat yang mengakibatkan
kekhawatiran berlebih di masyarakat sehingga mulai melakukan panic buying.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja dampak dari terjadinya konflik antara masyarakat dengan pemerintah
mengenai kebijakan social distancing?
2. Mengapa kebijakan social distancing dapat mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat Jawa Barat?
3. Bagaimana tindakan sosial yang terjadi di masyarakat Jawa Barat akibat dari adanya
kebijakan social distancing?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui dampak konflik antara masyarakat dengan pemerintah mengenai
kebijakan social distancing.
2. Untuk mengetahui alasan kebijakan social distancing mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui tindakan sosial yang terjadi di masyarakat Jawa Barat akibat dari
adanya kebijakan social distancing.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Dengan mengetahui dampak konflik antara masyarakat dengan pemerintah mengenai
kebijakan social distancing, pemerintah dapat melakukan perbaikan baik dengan
mengeluarkan kebijakan yang dapat diterima masyarakat atau dengan mengadakan
sosialisasi kebijakan kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengerti.
2. Dengan mengetahui alasan kebijakan social distancing menjadi pengganggu
kesejahteraan masyarakat, pemerintah dapat mengetahui dampak negative dari
kebijakan yang dibuat dan memberi evaluasi untuk ke depannya.

6
3. Dengan mengetahui tindakan sosial yang terjadi di masyarakat Jawa Barat akibat dari
adanya kebijakan social distancing, dapat dijadikan informasi dan saran untuk
pemerintah dalam penanganan COVID-19.

7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori Konflik
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat
adanya konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Menurut Lewis A. Coser, konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental
dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat
menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan
kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar
tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Coser juga berpendapat bahwa konflik
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Konflik Realistis, yang berarti konflik yang berasal dari kekecewaan terhadap
tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan
keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap
mengecewakan.
2. Konflik Non-Realistis, yang berarti konflik yang berasal dari kebutuhan untuk
meredakan ketegangan dari salah satu pihak atau kedua pihak.

Coser juga mengatakan bahwa jika dalam suatu kelompok tidak terdapat konflik, hal ini
menunjukkan lemahnya integrasi kelompok tersebut dan tidak ada hubungan yang sehat
dalam kelompok tersebut.

2.2 Teori Kesejahteraan


Arthur Dunham mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang
terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui
pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam
beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial,
waktu senggang, standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan
kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-
kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan penduduk yang lebih luas. Pelayanan ini
mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.

2.3 Teori Tindakan Sosial


Tindakan sosial merupakan proses actor terlibat dalam pengambilan keputusan
subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih.

8
Tindakan tersebut mengenai semua jenis perilaku manusia yang ditujukan kepada
perilaku orang lain pada waktu yang lalu, sekarang, dan di waktu yang akan datang.
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah suatu tindakan individu, yang sepanjang
tindakan tersebut mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan
kepada tindakan orang lain.

Weber mengklasifikasi tindakan sosial menjadi empat tipe, yaitu:

1. Tindakan Rasionalitas Instrumental


Tindakan ini dilakukan seseorang yang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan
sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang
dipergunakan untuk mencapainya.
2. Tindakan Rasional Nilai
Tindakan ini memiliki sifat bahwa alat yang ada hanya merupakan suatu
pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuannya sudah ada di
hubungan dengan nilai individu yang absolut.
3. Tindakan Afektif
Tindakan ini didasari oleh perasaan atau emosi tanpa pemikiran secara intelektual
atau perencanaan secara sadar, sifatnya spontan dan tidak rasional.
4. Tindakan Tradisional
Tindakan ini memperlihatkan pelaku yang melakukan suatu perilaku yang menjadi
kebiasaan, diperoleh dari nenek moyang tanpa perencanaan secara sadar. Tindakan
ini mirip dengan tindakan afektif.

2.4 Teori Evolusi


Menurut James M. Henslin, terdapat dua tipe teori evolusi mengenai cara masyarakat
berubah, yaitu Teori Unilinier dan Teori Multilinier.

Pandangan teori unilinier mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti jalur


evolusi yang sama. Setiap masyarakat berasal dari bentuk yang sederhana ke bentuk
yang lebih kompleks (sempurna), dan masing-masing melewati proses perkembangan
yang seragam.

Pandangan teori multilinier menggantikan teori unilinier dengan tidak


mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti urutan yang sama, artinya
meskipun jalurnya mengarah ke industrialisasi, masyarakat tidak perlu melewati urutan
tahapan yang sama seperti masyarakat yang lain. Inti teori evolusi, baik yang unilinier

9
maupun multilinier, ialah asumsi mengenai kemajuan budaya, di mana kebudayaan Barat
dianggap sebagai tahap kebudayaan yang maju dan superior/sempurna.

2.5 Teori Pranata Sosial


Pranata sosial (social institution) adalah sistem norma yang bertujuan untuk mengatur
tindakan maupun kegiatan anggota masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan
pokok manusia. Menurut Harry M. Johnson, pranata sosial adalah seperangkat aturan
yang telah melembaga dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Diterima oleh sebagian anggota masyarakat


2. Diterima dan ditanggapi secara konsekuen
3. Diwajibkan dan terdapat sanksi bagi pelanggarnya

Setiap pranata sosial diciptakan untuk mengatur dan membatasi tingkah laku anggota
masyarakat agar dapat tertib, aman, dan damai. Tanpa pranata sosial, manusia tidak
dapat melakukan aktivitas hidupnya. Hal ini disebabkan karena melalui pranata sosial,
tercipta keamanan, ketertiban, dan keteraturan dalam masyarakat yang memudahkan
anggotanya melakukan berbagai aktivitas. Pranata sosial mewujudkan aturan main dalam
kehidupan manusia.

2.6 Teori Harapan


Menurut Snyder, harapan adalah kemampuan untuk merencanakan jalan keluar dalam
upaya mencapai tujuan walaupun adanya rintangan, dan menjadikan motivasi sebagai
suatu cara dalam mencapai tujuan. Harapan juga dapat dikatakan sebagai keadaan mental
positif pada seseorang dengan kemampuan yang dimilikinya dalam upaya mencapai
tujuan pada masa depan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan dari harapan dan perilaku yang terarah adalah:

1. Seberapa besar nilai dari hasil yang diusahakan.


2. Jalan keluar yang direncanakan dapat dipastikan terhadap hasil dan keinginan yang
sesuai tentang bagaimana keefektifan mereka akan berhasil pada sesuatu yang
dihasilkan.
3. Pemikiran diri sendiri dan seberapa efektif seseorang akan mengikuti jalannya dalam
upaya mencapai tujuan

10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Bandung, pada tanggal 28-29 Maret 2020.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah studi literature. Data-data yang diambil dari sumber media
resmi seperti berita akan dikaji dan dianalisis dengan teori sosiologi yang sudah
disebutkan dalam BAB II.

11
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Masyarakat Bandung melakukan Panic Buying karena adanya Social
Distancing
Sejak adanya pemberitaan mengenai adanya penyebaran virus COVID-19 di
Jawa Barat, muncul kekhawatiran berlebihan yang mengakibatkan masyarakat
melakukan tindakan panic buying atau pembelian secara berlebihan. Saat pemerintah
daerah Jawa Barat mengeluarkan surat edaran mengenai himbauan Social
Distancing, terpantau panic buying di beberapa pusat perbelanjaan. Peningkatan
jumlah konsumen ini menyebabkan lalu lintas di sekitar supermarket tersendat.
Ketika salah satu konsumen ditanya mengenai alasan melakukan
pembelanjaan berlebihan ini, ia mengaku bahwa dengan adanya himbauan Social
Distancing, ia ingin menyimpan berbagai jenis makanan agar tidak butuh keluar
rumah lagi dan kekhawatiran akan habisnya bahan makanan.
Karena kepanikan masyarakat, akhirnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Jawa Barat bersama dengan Asosiasi Perdagangan Ritel Indonesia Jawa Barat
melakukan kebijakan untuk membatasi pembelian kebutuhan pokok seperti minyak,
telur, dan gula dan hanya dapat membeli maksimal 3 kemasan.

4.2 Kebijakan Social Distancing di Jawa Barat


Adanya penyebaran virus COVID-19 di Indonesia membuat pemerintah Jawa
Barat serius dalam mengantisipasi dan mencegah penyebaran di Jawa Barat. Oleh
karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengeluarkan kebijakan pencegahan
virus COVID-19 dan membentuk Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19
(Pikobar). Setelah menetapkan Jawa Barat sebagai status siaga satu, Gubernur
Ridwan Kamil juga mengeluarkan beberapa surat edaran, instruksi gubernur, dan
keputusan gubernur.
Salah satu himbangan yang dikeluarkan Pemda Provinsi Jawa Barat adalah
social distancing atau pembatasan aktivitas sosial kepada seluruh warga sebagai
salah satu cara efektif dalam menghentikan atau setidaknya memperlambat
penyebaran virus COVID-19. Tujuan dari pembatasan aktivitas dan jarak sosial ini
untuk mengurangi kemungkinan kontak antara orang yang berpotensi sebagai
pembawa infeksi dengan orang lain yang masih sehat. Ini adalah upaya
meminimalisasi penularan, morbiditas atau peningkatan jumlah populasi yang

12
terdampak akibat penyebaran virus, hingga menekan angka kematian akibat COVID-
19.
Salah satu bentuk dari social distancing yang digalakkan Pemda Provinsi Jawa
Barat adalah penutupan beberapa tempat umum, seperti yang telah dicantumkan
dalam Surat Edaran nomor 400 tentang Penutupan Sementara Fasilitas Umum dan
Penundaan Sementara Kegiatan Tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat. Beberapa fasilitas umum yang dimaksud adalah penggunaan Gedung
Sate, Gedung Pakuan, Museum Gedung Sate, dan gedung di lingkungan Pemda
Provinsi Jawa Barat lainnya.
Selain penutupan fasilitas umum, masyarakat juga dihimbau untuk tidak
beraktivitas di luar rumah. Masyarakat hanya dimungkinkan keluar rumah untuk
alasan yang sangat penting. Telah dikeluarkan juga surat keputusan untuk siswa
sekolah agar melakukan kegiatan belajar mandiri di rumah. Kegiatan ini dilakukan
dengan memanfaatkan aplikasi pembelajaran daring yang telah disiapkan sekolah
ataupun direkomendasikan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Selain mengurangi kontak fisik, upaya paling maksimal dari social distancing
adalah kebijakan yang membuat batasan akses masyarakat dalam beraktivitas, seperti
karantina, isolasi, hingga melindungi populasi dengan melakukan lockdown.

4.3 Terdapat Daerah di Jawa Barat yang Tidak Serius Menerapkan Social
Distancing
Salah satu anggota DPRD Jawa Barat menyebutkan ada pemerintah kabupaten
dan kota di Jawa Barat yang tidak memperdulikan himbauan Pemda Provinsi Jawa
Barat tentang kebijakan social distancing, sehingga perlu dihimbau untuk lebih patuh
terhadap kebijakan penerapan social distancing dan menginstruksikan organisasi
perangkat daerah untuk tidak melakukan pertemuan dengan peserta yang jumlahnya
banyak. Kebijakan ini sendiri tidak hanya diinstruksikan Pemda Provinsi Jawa Barat,
tetapi oleh Pemerintah Pusat dengan tujuan memutus penyebaran virus COVID-19
yang telah menjadi pandemic global.
Sayangnya, kebijakan ini belum dijadikan suatu hukum yang memiliki sanksi,
sehingga kebijakan social distancing tidak memiliki konsekuensi bagi yang
melanggarnya. Selain itu, beberapa orang menganggap bahwa social distancing
dinilai kurang efektif dalam mengatasi penularan virus COVID-19. Untuk
menjalankannya, dibutuhkan kesadaran dari semua pihak agar himbauan ini

13
diterapkan untuk menjaga kesehatan dari masyarakat Jawa Barat. Social distancing
juga perlu disosialisasi agar tidak ada yang mengabaikan himbauan tersebut. Saat ini,
Pemda Provinsi Jawa Barat akan bekerjasama dengan Kapolda dan Pangdam III
Siliwangi untuk turut serta dalam menggalakkan himbauan social distancing.

4.4 Sejumlah Masyarakat Mengeluh Penghasilan Menurun Akibat Social


Distancing
Sebagai salah satu penanggulangan dari penyebaran virus COVID-19,
sejumlah wilayah meliburkan sekolah dan beberapa perusahaan meminta
karyawannya untuk kerja dari rumah (work from home) dan memberlakukan social
distancing atau jaga jarak sosial. Kebijakan ini membuat dampak negative pada
ekonomi masyarakat, terutama untuk orang-orang yang memanfaatkan keramaian
dalam mencari nafkah.
Salah satu masyarakat, seorang penjual minuman mengaku mengalami
penurunan omzet sebanyak 50 persen karena tidak dapat berdagang di sekolah atau
acara-acara besar. Penurunan ini menyebabkan penjualan barang yang dimilikinya
mengalami kerugian dan ia terpaksa memberikan penurunan harga agar masih dibeli
oleh konsumen.
Salah satu pengemudi ojek online pun mengeluh sepi dan jarang mendapatkan
penumpang, sehingga ia hanya menghabiskan bensin tanpa mendapatkan pelanggan.
Ia mengaku hanya mendapatkan satu penumpang dalam sehari.

14
BAB V ANALISIS
5.1 Analisis Rumusan Masalah 1
Kebijakan social distancing yang dikeluarkan oleh pemerintah memberikan suatu
konflik pada masyarakat. Masyarakat tidak mampu bekerja atau mendapatkan ilmu di
sekolah (bagi siswa) karena dihimbau untuk tidak keluar rumah kecuali alasan yang
sangat penting. Karena himbauan ini, masyarakat merasa dirugikan karena tidak akan
mampu memenuhi kebutuhan dan akhirnya terdapat beberapa orang yang tidak
mengacuhkan kebijakan ini, seperti yang tercantum pada artikel 4.3.

Berdasarkan teori konflik, konflik antara masyarakat dan pemerintah ini termasuk ke
dalam konflik realistis, ketika terdapat kekecewaan pada masyarakat akibat
terhambatnya kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dari konflik inilah, terjadi
suatu perubahan sosial, yaitu perusahaan dan sekolah menerapkan istilah belajar online
atau kerja di rumah (work from home). Hal ini sesuai dengan teori konflik, dimana ketika
terjadi suatu konflik, akan muncul suatu perubahan sosial yang menyatukan struktur
sosial. Ketika perubahan sosial ini terjadi, masyarakat tidak akan kecewa karena tetap
dapat memenuhi kebutuhannya meski tidak keluar rumah. Perubahan sosial inilah yang
menjadi dampak dari konflik masyarakat mengenai kebijakan social distancing.

Menurut teori evolusi, masyarakat akan mengalami suatu perubahan secara perlahan.
Adanya perubahan sosial yang terjadi akibat dari konflik yang ada di antara masyarakat
dan pemerintah terkait dengan kebijakan social distancing mengakibatkan terjadinya
perubahan sosial. Sebelum adanya kebijakan ini dan sebelum datangnya wabah virus
COVID-19 di Indonesia, masyarakat merasa bahwa kerja dari rumah atau belajar
mandiri di rumah merupakan suatu hal yang sulit dilakukan. Akan tetapi, karena
munculnya wabah COVID-19 di Indonesia, yang mengakibatkan munculnya kebijakan
social distancing, pemikiran awal bahwa kerja atau belajar di rumah itu sulit, akhirnya
harus dikerjakan. Lalu, masyarakat menjadi terbiasa dengan kegiatan work from home.
Saat masyarakat terbiasa, terjadi suatu perubahan sosial di masyarakat. Memang, tidak
semua masyarakat menerima hal tersebut, terdapat beberapa yang merasa kebijakan
social distancing ini tidak efektif, sehingga tidak mengikutinya. Ini membuktikan bahwa
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tidak berlangsung dari arah yang sama, atau
tidak semua masyarakat langsung mengikuti. Hal ini sesuai dengan teori multiliner
dalam teori evolusi, yang mendukung teori konflik di atas.

15
5.2 Analisis Rumusan Masalah 2
Ketika kebijakan social distancing dikeluarkan oleh pemerintah, masyarakat merasa
kebijakan ini akan menghambat kemampuan masyarakat untuk melakukan kegiatan
pemenuhan kebutuhan hidup. Ketika kebutuhan hidup tidak terpenuhi, kesejahteraan
masyarakat akan terhambat. Menurut teori kesejahteraan, kesejahteraan merupakan suatu
kegiatan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial. Karena adanya
kebijakan ini, masyarakat tidak mampu melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan
(bekerja atau bersekolah) yang mengakibatkan tidak tercapainya kesejahteraan. Seperti
yang telah dicantumkan dalam artikel 4.4, penghasilan masyarakat menjadi berkurang
karena adanya kebijakan social distancing.

Akan tetapi, kebijakan ini dapat menjadi suatu bentuk kegiatan kesejahteraan, karena
mempertahankan kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan. Selain itu, ketika
muncul kebijakan social distancing, perusahaan dan sekolah menerapkan sistem work
from home, yang akhirnya membantu kesejahteraan masyarakat tercapai kembali.
Berdasarkan teori harapan, adanya rintangan menjadikan harapan suatu jalan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Adanya wabah COVID-19 di Indonesia ini menjadi
suatu rintangan, dalam bidang kesehatan, bagi masyarakat untuk dapat beraktivitas
secara normal. Kebijakan work from home yang diterapkan oleh perusahaan dan sekolah
menjadi suatu harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan kembali,
meskipun terdapat rintangan virus COVID-19.

5.3 Analisis Rumusan Masalah 3


Munculnya kebijakan membuat masyarakat menjadi khawatir sehingga masyarakat
berbondong-bondong melakukan panic buying, beli berlebihan, yang mengakibatkan
kurangnya persediaan dan tidak terjadinya social distancing yang dihimbau pemerintah.
Menurut teori tindakan sosial, tindakan sosial adalah proses yang dilakukan pelaku
dalam mencapai keputusan subjektif untuk mencapai tujuan. Pada kasus ini, masyarakat
memiliki tujuan terpenuhinya kebutuhan hidup di saat kebijakan social distancing
berlangsung. Oleh karena itu, masyarakat melakukan tindakan rasionalitas instrumental,
dimana masyarakat melakukan tindakan belanja berlebihan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Tindakan ini memberikan efek kepada orang lain, dimana persediaan sembako
berkurang cukup banyak, dan akibatnya akan ada orang yang tidak mendapatkan
persediaan. Hal ini sesuai dengan arti dari teori tindakan sosial, dimana tindakan
rasionalitas instrumental adalah tindakan yang dilakukan seseorang didasarkan atas

16
pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan
ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.

Dalam artikel dijelaskan adanya pembatasan belanja agar persediaan tidak habis.
Pembatasan ini merupakan suatu pranata sosial, yang didasari agar tindakan panic
buying dapat dibatasi. Kebijakan social distancing sendiri merupakan suatu pranata
sosial yang dikeluarkan agar masyarakat tertib dalam munculnya wabah COVID-19 di
Indonesia dan tercipta keamanan dalam Jawa Barat, karena mencegah atau
memperlambat penularan penyakit COVID-19. Pranata sosial ini ditujukan agar
terpenuhi kebutuhan hidup masyarakat, yaitu kebutuhan akan kesehatan.

17
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diberikan pada setiap rumusan masalah adalah:

1. Dampak dari konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintah mengenai
kebijakan social distancing adalah sulitnya melakukan kegiatan bekerja dan belajar di
sekolah dan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup menurun sehingga terjadi
perubahan sosial untuk melakukan kegiatan bekerja atau belajar dengan sistem online
agar kebutuhan hidup tetap terpenuhi.
2. Ketika kebijakan social distancing dikeluarkan, kegiatan bekerja yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi terhambat, yang mengakibatkan tidak
tercapainya kesejahteraan masyarakat, karena kesejahteraan merupakan kegiatan
memenuhi kebutuhan hidup.
3. Tindakan sosial yang dilakukan masyarakat ketika terdapat kebijakan social
distancing adalah masyarakat melakukan tindakan kekhawatiran dan kepanikan
berlebih yang berlanjut kepada panic buying (belanja berlebihan) sebagai tindakan
yang dirasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup di saat kebijakan social
distancing berlangsung.

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:

1. Kebijakan social distancing membutuhkan sanksi tegas bagi yang tidak mematuhi,
agar dapat dilaksanakan oleh masyarakat dengan baik dan menjadi peraturan atau
pranata sosial yang tegas.
2. Masyarakat butuh sosialisasi lebih lanjut mengenai kebijakan social distancing agar
mengerti dan mematuhi kebijakan tersebut.
3. Pemerintah perlu membantu masyarakat yang kegiatan bekerjanya terhambat oleh
kebijakan tetapi pekerjaannya tidak bisa dilakukan secara online.
4. Pemerintah perlu memberi batasan lebih tegas kepada masyarakat dalam membeli
persediaan agar tidak membeli secara berlebihan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Tualeka, Wahid Nur. 2017. Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern. Surabaya:
Universitas Muhammadiyah Surabaya

http://digilib.unila.ac.id/11948/16/BAB%20II.pdf (diakses pada 28 Maret 2020)

http://digilib.uinsby.ac.id/5932/5/Bab%202.pdf (diakses pada 29 Maret 2020)

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-nur-djazifah-er-msi/ppm-modul-
sosiologi-perubahan-sosial.pdf (diakses pada 28 Maret 2020)

http://etheses.uin-malang.ac.id/1673/6/11410129_Bab_2.pdf (diakses pada 28 Maret 2020)

http://www.infobdg.com/v2/social-distancing-selama-14-hari-masyarakat-kota-bandung-
panic-buying/ (diakses pada 28 Maret 2020)

https://kumparan.com/westjavagov/social-distancing-upaya-mencegah-dan-mengantisipasi-
covid-19-1t2Q5GukcvX (diakses pada 28 Maret 2020)

https://tagar.id/dprd-jabar-keluhkan-ada-daerah-tak-serius-terapkan-social-distancing (diakses
pada 28 Maret 2020)

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/18/22555721/akibat-social-distancing-
sejumlah-masyarakat-keluhkan-penghasilan-menurun?page=2 (diakses pada 29 Maret 2020)

19

Anda mungkin juga menyukai