Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Adanya reformasi pajak bertujuan untuk lebih menegakkan kemandirian

kita dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan

segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cra

meningkatkan penerimaan negara melalui perpajakan dari sumber-sumber diluar

minyak bumi dan gas alam. Untuk membiayai dan menjamin berhasilnya kita

tidak akan sekedar mengandalkan kepada peningkatan penerimaan negara yang

berasal dari minyak bumi dan gas alam saja, melainkan juga dari usaha

pengingkatan penerimaan pajak/non minyak. Maka untuk meningkatkan

penerimaan tersebut dianggap perlu untuk mengadakan penyempurnaan sistem

perpajakan. (Aviliani, 2003)

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai salah satu institusi pemerintah di

bawah Kementerian Keuangan yang mengemban tugas untuk mengamankan

penerimaan pajak (negara) dituntut untuk selalu dapat memenuhi pencapaian

target penerimaan pajak yang senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Berikut

ini adalah data sumber penerimaan negara yang dilihat dari periode 5 tahun :

1
2

Tabel 1.1
Perkembangan Pendapatan Negara
Tahun 2007-2011 (Triliun Rupiah)

Penerimaan Penerimaan Negara


Hibah
Perpajakan Bukan Pajak
Tahun
Realisasi Realisasi Realisasi
% % %
APBN APBN APBN
2007 491,0 69,4% 215,1 30,4% 1,7 0,2%
2008 658,7 67,1% 320,6 32,7% 2,3 0,2%
2009 619,9 73,0% 227 ,2 26,8% 1,7 0,2%
2010 723,3 72,7% 268,9 27,0% 3,0 0,3%
2011 873,9 72,2% 331,5 27,4% 5,3 0,4%
JUMLAH 3.366,8 71,0% 1.363,3 28,7% 14 0,3%
Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN (Data Diolah Kembali)

Dalam tabel 1.1 terlihat bahwa penerimaan negara yang cenderung lebih

besar pada penerimaan pajak dibanding penerimaan bukan pajak. Ini bererti

menandakan kontribusi penerimaan pajak dari sektor pajak mempunyai peran

penting bagi negara khususnya dalam pembangunan karena merupakan sumber

pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.

Tanggung jawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban

kenegaraan berada pada setiap warga negara sebagai Wajib Pajak. Sistem

pemungutan pajak di Indonesia terjadi reformasi atau perubahan system mendasar

atas pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem

self assessment system dimana wajib pajak menghitung, membayar, serta

melaporkan sendiri jumlah kewajiban perpajakannya. Perubahan system ini

bertujuan untuk mengurangi kontak langsung antara Aparat Pajak dengan Wajib

Pajak yang sebelumnya dikhawatirkan dapat menimbulkan praktek-praktek illegal


3

untuk menghindari atau mengurangi kewajiban perpajakan para Wajib Pajak yang

bersangkutan. (Sari, 2013)

Melaporkan SPT merupakan salah satu kewajiban para Wajib Pajak

sebagaimana amanat Undang-undang Perpajakan Indonesia. Undang-undang No.

28 Tahun 2007 dalam pasal (3) menyatakan, Setiap Wajib Pajak wajib mengisi

Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia

dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan

menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak

tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan

oleh Direktur Jenderal Pajak. Undang-undang ini mengamanatkan bahwa

penyampaian pajak (SPT) merupakan suatu kewajiban pajak yang harus

dilaksanakan dengan benar oleh setiap Wajib Pajak.

Pada awalnya Surat Pemberitahuan pajak (SPT) disampaikan oleh Wajib

Pajak kepada Ditjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara manual.

Artinya SPT tersebut disampaikan dalam bentuk hardcopy (berbentuk kertas)

yang sudah disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak. Namun seiring dengan

perkembangan ilmu dan teknologi terutama dalam hal komputerisasi dan dunia

internet maka Direktorat Jenderal Pajak mengadopsi sebuah inovasi teknologi

baru yaitu teknologi internet yang dijadikan sebagai salah satu alat pelayanan

yang memudahkan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya.


4

Salah satu bentuk pelayanan pajak berbasis internet adalah penerapan

sistem electronic, yaitu pelayanan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa (SPT

Masa) dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) yang berbentuk formulir

elektronik dalam media komputer. SPT ini tidak berbentuk kertas, melainkan

berbentuk formulir elektronik yang ditransfer atau disampaikan ke Ditjen Pajak

melalui Kantor Pelayanan Pajak dengan proses yang terintegrasi dan real time.

Pengguna electronic ini dilakukan bertujuan agar wajib pajak memperoleh

kemudahan dalam memenuhi kewajibannya, sehingga pemenuhan kewajiban

pajak dapat lebih mudah dilaksanakan dan bertujuan untuk menciptakan

adminstrasi perpajakan yang lebih tertib dan transparan dapat dicapai.

Kepatuhan adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban pajaknya. Kepatuhan pajak akan menghasilkan banyak keuntungan

baik bagi fiskus maupun bagi wajib pajak itu sendiri. (Rahayu , 2010)

Ukuran tingkat kepatuhan wajib pajak paling utama diketahui dari apakah

wajib pajak telah menyampaikan SPTnya atau belum, baik SPT Tahunan maupun

SPT Masa. Hal ini menjadi ukuran paling penting karena dengan penyampaian

SPT oleh wajib pajak berarti wajib pajak telah melaksanakan pembayaran pajak

sesuai dengan Undang-Undang. (Devano, Sony dan Rahayu, 2006). Seperti

laporan pada tabel dibawah ini dimana jumlah wajib pajak yang melaporakan

menggunakan e-SPT dalam periode 5 tahun berikut :


5

Tabel 1.2
Tabel Jumlah Wajib Pajak yang Melaporkan dengan e-SPT

Tahun 2007-2011

Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Wajib pajak 6.645.060 10.212.067 15.964.392 19.532.627 22.354.559
terdaftar
Wajib pajak 4.231.117 6.341.828 9.996.620 14.101.933 17.694.317
terdaftar wajib
SPT
Wajib Pajak 29.301 43.897 58.880 61.651 120.790
melaporkan
dengan e-SPT
% Lapor/ 0,69 0,69 0,58 0,44 0,68
terdarftar
Sumber : Laporan Tahunan DJP Tahun 2011

Tabel 1.2 membuktikan bahwa kepatuhan wajib pajak yang melaporkan

SPT menggunakan e-SPT masih relative sangat kecil meskipun setiap tahunnya

cenderung meningkat jumlah wajib pajak yang melaporkan dengan e-SPT, tetapi

bisa dilihat dari jumlah wajib pajak yang terdaftar wajib SPT yang dibandingkan

dengan wajib pajak melaporkan dengan e-SPT.

Pada dasarnya penyampaian SPT secara electronic ini merupakan upaya

dari Dirjen Pajak untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi Wajib Pajak

dalam melaporkan jumlah pajak yang harus dibayarkannya. Karena Wajib Pajak

tidak perlu datang secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya dalam hal penyampaian SPT bagi aparat Pajak,

teknologi electronic ini mampu memudahkan mereka dalam pengelolaan database

karena penyimpanan dokumen-dokumen Wajib Pajak telah dilakukan dalam

bentuk digital. Pemerintah berharap dengan adanya teknologi electronic mampu

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Rahayu, 2009 ).


6

Dirjen Pajak ingin membenahi administrasi perpajakan khususnya

pelayanan administrasi pajak berbasis teknologi kepada pegawai pajak yang

selama ini telah memberikan manfaat langsung sesuai dengan reformasi

perpajakan secara umum yakni menciptakan administrasi pajak yang modern,

efisien, dan dipercaya masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

tertarik untuk membahas tema :

“Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Orang

Pribadi) Dalam Melaporkan SPT Tahunan”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh e-SPT terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

orang pribadi dalam melaporkan SPT Tahunan ?

1.3 Maksud dan Tujuan penelitian

1.3.1 Maksud penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud dapat memberikan gambaran

mengenai penerapan e-SPT untuk menciptakan kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi dalam melaporkan SPT Tahunan.


7

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui penerapan electronic SPT dalam penyampaian Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

b. Untuk mengetahui peningkatan jumlah wajib pajak setelah penerapan

electronic SPT.

1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini penulis mengharapkan agar hasilnya dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan, antara lain :

1. Bagi penulis

Penelitian ini sebagai persyaratan bagi penulis untuk menyelesaikan

program pendidikan strata satu.

2. Bagi Dirjen Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat

bagi Dirjen Pajak khususnya dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan

baru yang berkaitan perbaikan dalam hal pelayanan teknologi informasi.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian lebih lanjut dalam

masalah lainnya yang masih berkaitan dengan reformasi kebijakan yang

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.


8

1.5 Lokas dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung

Tegallega yang berlokasi di Jl. Soekarno – Hatta No. 216 Bandung. Waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai selesai.

Anda mungkin juga menyukai