Bab 19 20
Bab 19 20
Disusun oleh :
Telkom University
1. Kewajiban itu harus ada pada saat ini. Saat ini, yaitu yang dilihat muncul dari beberapa
transaksi atau kejadian masa lalu. Ini mungki berasal dari akuisisi barang atau jasa, dari
kerugian yang telah diderita di mana perusahaan berkewajiban untuk itu, atau dari
perkiraan kerugian di mana perusahaan mempunyai kewajiban untuk dirinya sendiri.
2. Kewajiban atau tugas yang setara atau konstruktif harus dimasukkan jika hal itu
didasarkan pada keperluan untuk membuat pembayaran masa depan guna
mempertahankan hubungan bisnis yang baik atau jika hal itu sesuai dengan praktik bisnis
yang normal.
3. Harus tidak ada atau sedikit kebebasan untuk menghindari pengorbanan masa depan.
Tidak perlu bahwa jumlah kewajiban itu diketahui secara pasti selama kewajiban masa
depan itu mungkin sekali.
4. Lazimnya, harus ada nilai jatuh tempo yang dapat ditentukan atau perkiraan untuk
pembayaran suatu jumlah yang ditentukan oleh estimasi layak akan diwajibkan pada
suatu waktu tertentu di masa depan, sekalipun ketentuan waktu yang tepat belum
diketahui saat ini. Waktu pembayaran dapat diperpanjang dengan menggantikannya
dengan kewajiban baru, atau kewajiban ini dapat diakhiri dengan mengkonversinya
menjadi ekuitas pemegang saham. Perpanjangan yang berulang atau konversi dari utang
tidak mengubah klasifikasi awalnya sebagai suatu kewajiban.
5. Biasanya, pihak yang dibayar harus diketahui atau dapat diidentifikasikan baik secara
spesifik atau sebagai suatu kelompok. Akan tetapi, selama yang dibayar akan menjadi
dapat diidentfikasikan pada tanggal penyelesaian, tidak perlu si pembayar mengetahui
identitas dari yang dibayar atau bahwa kreditor meneguhkan klaim itu atau mempunyai
pengetahuan tentang itu pada saat ini.
Satu perangkat timbul berkenaan dengan kewajiban yang berasal dari kontrak
masa berjalan untuk akuisisi barang dan jasa di masa depan. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan dapat menandatangani suatu perjanjian dengan pemasoknya agar
mengirimkan bahan baku dalam tiga bulan, pada saat itu pembayaran akan dilakukan.
Penandatanganan kontrak tersebut adalah suatu kejadian keuangan yang timbul dari
perjanjian bisnis. Itu menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran di masa
depan apabila barang dan jasa tersebut telah diterima. Akan tetapi, tidak ada “kinerja”
pada masing-masing pihak – pemasok belum mengirimkan, dan pembeli belum
membayar.
Secara tradisional, akuntan bertahan untuk tidak mencatat kontrak semacam ini, di
mana tidak ada pihak yang berkinerja, ini seringkali disebut kontrak melaksanakan
(executory kontrak). Alasannya adalah, sampai barang itu tersedia, kewajiban pembeli
diofset oleh hak pembeli untuk menerima barang. Sebelum barang itu nyata ada dan
terikat kontrak, ada suatu hak pengimbangan tanpa kondisi. Tetapi, ketika barang dan
jasa terikat didalam kontrak, pembeli mungkin tidak bisa membatalkan kontrak itu tanpa
membayar barang atau jasa yang terikat, sekalipun itu belum diterima.
Agar suatu kewajiban tampak di neraca, ia harus diakui dan diukur. Pengakuan
mengikuti aturan standar dari SFAC 5. Aturan ini menyatakan bahwa suatu kewajiban
harus diakui sebagai kewajiban apabila mematuhi empat kriteria umum.
Tujuan dari penilaian kewajiban serupa dengan tujuan penilaian aktiva. Secara
tradisional, yang paling penting dari tujuan-tujuan ini adalah keinginan untuk mencatat
beban dan kerugian dalam penentuan laba masa berjalan. Dewasa ini, disadari bahwa
tujuan yang sama pentingnya adalah bahwa pengukuran kewajiban harus memungkinkan
penyajian informasi kepada investor dan kreditor sebagai sarana untuk meramalkan arus
kas. Tujuan lain mencakup penilaian sebagai dasar untuk perbandingan laba antar periode
dan antar perusahaan, dan sebagai perbandingan dari klaim beberapa pemegang ekuitas.
Mengakui Kewajiban
Aktiva dan kewajiban harus dicatat, kecuali, tentu saja , pembayaran segera dilakukan.
Kewajiban tmbul bila hak untuk menggunakan barang dan jasa di peroleh.
Pengakuan kewajiban yang masih harus dibayar tidak berbeda dengan kewajiban
lain. Kewajiban yang masih harus dibayar timbul dari penggunaan jasa oleh perusahaan
dan kewajiban untuk membayar kepada mereka dengan syarat-syarat kontrak formal dan
informal. Karena jasa diterima secara bersinambung. Pencatatan beban dan akrual
biasanya dilakukan pada akhir periode akuntansi. Kelalaian untuk mencatat akrual akan
menetapkan salah saji laba masa berjalan dan jumlah kewajiban lancer di neraca. Akan
tetapi, jika suatu harga kontrak atau pasar tidak tersedia, suatu akrual adalah hasil dari
alokasi dan dengan demikian bersifat arbitrer.
Dalam kasus kewajiban jangka panjang, jumlah diskonto biasanya signifikan dan
karenanya penilaian masa berjalan harus berupa nilai yang didiskontokan dari semua
pembayaran masa depan yang akan dilakukan sesuai dengan kontrak itu. Dalam kasus
obligasi, pembayaran bunga kontrak, jumlah yang harus dibayarkan pada tahun jatuh
tempo, dan setiap pembayaran serial dari pokok semuanya harus didiskontokan ke saat
ini. Tingkat diskonto yang tepat pada saat utang itu terjadi adalah tingkat hasil masa
berjalan yang ditentukan oleh harga pasar untuk obligasi dengan risiko dan syarat yang
serupa.
Dalam kasus obligasi, jika suku bunga yang ditetapkan, yang juga disebut sebagai
tingkat kupon, lebih rendah dari tingkat diskonto, nilai sekarang dari diperdagangkan
pada diskon. Jika suku bunga yang ditetapkan sama dengan tingkat diskonto, nilai
sekarang dari obligasi itu akan sama dengan nilai nominalnya, dan obligasi itu dikatakan
diperdagangkan pada nilai pari. Jika suku bunga yang ditetapkan lebih tinggi dari suku
bunga tingkat diskonto, nilai sekarang dari obligasi itu lebih tinggi dari nilai nominal, dan
obligasi itu dikatakan di perdagangkan pada premi (agio).
Kewajiban lancer nonmoneter adalah kewajiban untuk memberikan barang atau jasa
dalam jumlah dan kualitas tertentu. Hal itu biasanya berasal dari pembayaran di muka
untuk jasa oleh pelanggan. Langganan untuk majalah dan karcis musiman merupakan
contoh-contoh yang baik. Kewajiban lain berasal dari uang muka pelanggan untuk barang
khusus. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua uang bersifat nonmoneter. Beberapa
uang muka merupakan suatu jumlah dolar tertentu yang dapat diterapkan terhadap
pembelian masa depan atau pembelian pada harga yang ada bila uang muka itu
dilikuidasi. Ini adalah uang muka moneter Karena hal itu merupakan kewajiban untuk
melunasi jumlah uang tertentu atau setaranya dalam barang atau jasa di masa depan.
Kewajiban nonmoneter dinyatakan dalam satuan harga yang ditentukan lebih dahulu atau
yang disepakati untuk barang atau jasa spesifik. Jadi, nilai moneter dari barang dan jasa
itu dapat berubah, tetapi kualitas dan kuantitasnya tidak.
Uang muka moneter seringkali, pembayaran uang muka untuk barang atau jasa
oleh pelanggan telah dipandang merupakan campuran dari kewajiban dan pendapatan.
Jika biaya merupakan unsur yang dominan, keseluruhan jumlah itu dapat dianggap
sebagai kewajiban; tetapi jika biaya hanya merupakan kewajiban kecil dari total,
dikemukakan bahwa keseluruhannya dapat dipertimbangkan sebagai kredit yang
ditangguhkan ke pendapatan (pendapatan kotor) dan bukan kewajiban lancer, dianggap
klasifikasi sebagai pendapatan yang belum dihasilkan dalam seksi ekuitas pemegang
saham di neraca. Jika pembayaran dimuka itu merupakan biaya dan pendapatan,
dikemukakan bahwa hal itu dapat dibagikan antara jumlah biaya prospektif yang harus
dimasukkan diantara kewajiban lancar dan jumlah yang merupakan pendapatan
prospektif, yang harus diklasifikasi sebagai pendapatan yang belum dihasilkan.
ARB 43, Bab 3A,seperti yang diubah, secara spesifik memasukkan di dalam
kewajiban lancar, uang muka untuk penyerahan barang atau pelaksanaan jasa dalam
kegiatan operasi yang normal. Perlakuan uang muka sebagai kewajiban lancar benar
karena dua alasan:
1. Uang muka itu adalah transaksi pendanaan masa berjalan dan bukan transaksi
penghasilan pendapatan. Meskipun alasan lain dapat mengakibatkan adanya uang muka
itu, seperti suatu upaya untuk menghindarkan kerugian piutang tak tertagih, hasilnya
adalah suatu bantuan dalam pendanaan operasi perusahaan bersangkutan.
2. Kewajiban untuk memberikan barang atau jasa umumnya merupakan bagian dari operasi
berjalan. Hanya dalam kasus transaksi incidental uang muka itu umumnya akan
merupakan kewajiban yang meluas di luar siklus operasi normal dari perusahaan itu.
Nilai ditambahkan pada perusahaan selama keseluruhan proses produksi, penjualan dan
penagihan, tetapi pendapatan umumnya dilaporkan pada satu titik waktu. Jika peristiwa
kritis dalam operasi itu adalah memberikan barang dan jasa, bukan penagihan kas, maka
tidak ada laba, baik yang ditangguhkan atau masa berjalan, yang harus dilaporkan pada
waktu penerimaan uang muka. Keseluruhan jumlah itu adalah kewajiban, tanpa
memperhatikan apakah itu harus dilunasi dengan kas atau dalam bentuk barang atau jasa.
Peristilahan akuntansi, karena itu akan ditingkatkan jika istilah uang muka dari
pelanggan digunakan sebagai pengganti pendapatan yang ditangguhkan.
Realisasi yang Tidak Pasti Dalam kasus ini, jasa telah diberikan dan operasi
menghasilkan pendapatan telah diselesaikan, tetapi pelaporan pendapatan ditangguhkan
karena ketidakpastian dalam penagihan piutang, atau karena ketidakpastian mengenai
beban tambahan. Satu contoh melibatkan penjualan realstat di mana deposito awal belum
mencapai jumlah minimum yang disyaratkan menurut SFAS 66. Pos yang disebut kredit
yang ditangguhkan ini bukan kewajiban, karena tidak ada kewajiban kepada pelanggan.
Hal itu harus dimasukkan dalam laba periode berjalan, dikurangi estimasi beban
tambahan dan piutang tak tertagih.
PENGAKHIRAN KEWAJIBAN
Dalam kasus yang paling sederhana, kejadian ini adalah peminjam membayar
kepada kreditor jumlah yang diutangnya. Debitor dengan demikian dibebaskan dari
semua kewajiban lebih lanjut. Ini dikenal sebagai pelunasan utang (Extinguisthing of
debt).
Pelunasan Utang
Nilai pasar dari obliges dan instrument utang lain naik dan turun sesuai dengan
suku bunga. Biasanya, dan sayangnya, perubahan ini tidak diakui oleh system akuntansi.
Pada saat itu, karenanya, apabila suatu utang dilunasi, karena alasan apapun, seringkali
perlu untuk memperhitungkan perbedaan antara nilai pasar utang dan nilai bukunya.
APB 26 menetapkan bahwa dalam semua kasus pelunasan utang, perbedaan itu
harus diperlakukan sebagai keuntungan atau kerugian periode tersebut. SFAS 4, sebagian
sebagai tanggapan pada keprihatinan bahwa perusahaan menarik utangnya dengan tujuan
semata mendapatkan kenaikan dalam laba bersih, menambahkan bahwa keuntunga
(kerugian) ini harus diperlakukan sebagai pos luar biasa. Sayangnya, ini bertentangan
dengan definisi pos luar biasa yaitu tidak biasa dan tidak sering terjadi. Jika perbedaan ini
diperlakuka sebagai keuntungan atau kerugian yang ditahan, dan diakui dalam periode di
mana hal itu terjadi, ada perlunya untuk melaksanakan pemasukannya ke klasifikasi yang
tidak benar.
Seperti dikemukakan sebelumnya, pembebasan sebagian atau seluruh utang oleh kreditor
merupakan cara lain untuk pelunasan utang. Dapat dibayangkan kasus di mana kreditor
dapat memperkenankan seorang debitor untuk melunasi utang dengan jumlah yang lebih
kecil dari nilai masa berjalannya yang dihitung pada nilai hasil masa berjalan. Kreditor
itu mungkin kekurangan kas dan bersedia menerima jumlah yang lebih kecil segera.
Keuntungan yang akan dihasilkan bagi debitor akan diperlakukan sesuai dengan aturan
biasa untuk pelunasan utang, yaitu akan merupakan keuntungan luar biasa. Apabila
debitor mengalami kesulitan keuangan dan kreditor menawarkan konsesi yang
dimaksudkan untuk mengembalikan uangnya sebanyak mungkin, maka ia memasuki
aspek tertentu dari pelunasan utang yang disebut restrukturisasi utang bermasalah.
Transfer aktiva atau penerbitan ekuitas untuk memenuhi utang ditangani tanpa
kontroversi dalam kaitan dengan debitor. Nilai wajar atau nilai pasar dari pos yang
ditransfer dibebankan kea kun kewajiban debitor. Debitor akan memperlakukan
perbedaan antara utang dan nilai wajar dari pos itu sebagai keuntungan luar biasa sejalan
dengan ketentuan umum dari pelunasan utang. Dalam kasus aktiva, perbedaan antara
nilai wajar aktiva yang diserahkan dan nilai tercatatnya diperlakukan sebagai keuntungan
(atau kerugian) luar biasa sebelum memasukannya k dalam perhitungan restrukturisasi.
SEKUIRITAS HIBRID
Dalam tahun-tahun terakhir ada ledakan jumlah dan jenis “kewajiban” di pasaran.
Pinjaman bank lama sudah dikenal oleh kebanyakan orang di mana suatu perusahaan
berjanji untuk membayar bunga bank pada suku bunga tetap dengan pelunasan akhir atas
modal tetap ada, tetapi sejumlah variasi sekarang ada. Sebagai contoh, banyak pinjaman
sekarang mengandung suatu ciri yang memungkinkan mereka yang meminjam uang
mengubahnya, dengan batasan-batasan tertentu, menjadi saham biasa. Pinjaman itu
sendiri dapat diperdagangkan dari satu bank ke bank yang lain. Sebenarnya, bagian-
bagiannya yang terpisah masing-masing dapat diperdagangkan. Misalnya, seorang dapat
membeli hak untuk menerima pembayaran bunga, sementara yang lain menerima hak
untuk melunasi pembayaran akhir dari modal. Perubahan lain mencakup membuat suku
bunga bervariasi dengan membiarkannya tergantung pada variable-variabel ekonomi
yang mendasarinya, seperti suku bunga utama dan tingkat inflasi.
Semua “kewajiban” baru ini dikenal secara generic sebagai instrument keuangan,
yang didefinisikan FASB sebagai: kas, bukti hak kepemilikan dalam suatu entitas, atau
suatu kontrak yang keduanya:
a. Menetapkan kewajiban kontraktual pada suatu entitas (1) untuk menyerahkan kas
atau instrument keuangan lain kepada entitas kedua atau (2) menukarkan instrument
keuangan dengan syarat-syarat yang secara potensial tidak menguntungkan bagi
entitas kedua.
b. Menetapkan kewajiban kontraktual pada entitas kedua (1) untuk menerima kas atau
instrument keuangan laindari entitas pertama atau (2) menukarkan instrument
keuangan dengan syarat-syarat yang secara potensial menguntungkan bagi entitas
pertana.
Utang Konveritbel
Sekuiritas utang seringkali diterbitkan bersama dengan ciri konvertibel. Ciri ini
memungkinkan pemegangnya untuk mengkonversi sertifikat obligasi itu menjadi
sejumlah saham biasa tertentu pada setiap waktu sebelum keistimewaan konversi
berakhir. Ciri konvertibel umumnya memungkinkan penerbitnya untuk menjual obligasi
semula pada harga yang cukup jauh di atas dari apa yang dapat diperoleh dari obligasi
konvertibel dengan suku bunga kontraktual yang sama. Kendati banyak kemungkinan ciri
dan hubungan alternative dapat ditemukan dalam kaita dengan obligasi konvertibel,
umumnya yang berikut berlaku:
1. Suku bunga kontraktual cukup jauh di bawah suku bunga pasar untuk obligasi non
konvertibel.
2. Harga konversi semula lebih besar daripada harga pasar saham biasa.
3. Harga konversi tidak menurun sepanjang waktu kecuali sejauh diperlukan untuk
melindungi pemegang obligasi dari dilusi hak saham biasa (seperti pemecahan saham
atau dividen saham).
Suatu obligasi yang diterbitkan dengan waran terpisah, yang dalam pengertian
ekonomi identic dengan obligasi konvertibel, yang mengandung waran yang tak dapat
dipisah. Masalahnya mungkin lebih mudah dipecahkan jika diperoleh definisi atas ekuitas
pemilik. Tetapi ekuitas pemilih, tidak, dan mungkin tidak dapat, didefinisikan secara
terpisah dari aktiva dan kewajiban Karena itu tidak lain dari nilai tersisa. Itu hanyalah
perbedaan antara aktiva dan kewajiban. Dalam perumusan yang lebih umum, ini adalah
perbedaan antara sumberdaya dan kewajiban.
Pendekatan lain, yang saat ini diambil FASB, adalah berusaha membagi
instrument-instrumen keuangan menjadi bagian-bagian komponennya, mirip dengan ahli
fisika yang berusaha memisahkan atom menjadi proton, neutron, dan electron. Mereka
sementara itu telah mengidentifikasikan enam instrument keuangan dasar: