Anda di halaman 1dari 13

Mencatat Kewajiban dan Pajak yang Ditangguhkan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Teori Akuntansi

Disusun Oleh :

Sella Oktriana Setyantika (1402140004)

Daniella Putri (1402140220)

Risdah Dwi Khairani (1402144118)

S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Telkom university

2017
Kewajiban selama bertahun-tahun telah menjadi anak tiri dalam akuntansi. Bila seseorang
membeli aktiva – apa yang tidak dibayarkan secara tunai akan dicatat sebagai kewajiban.
Seseorang meminjam uang – kas yang diterima dicatat sebagai utang. Bila beban upah
dimasukkan ke dalam laporan laba rugi – maka akan dihasilkan suatu kewajiban yang masih
harus dibayar. Kredit, dengan perkataan lain, akan diikuti dengan debet. Bila tidak ada debet,
berarti tidak ada kredit. Berbagai situasi telah memaksa terjadinya pergeseran besar dalam sikap
ini. Kewajiban saat ini berdiri sendiri sebagai ukuran langsung dari kewajiban perusahaan.

SIFAT DASAR KEWAJIBAN

FASB mendefinisikan kewajiban sebagai kemungkinan pengorbanan manfaat


ekonomi masa depan yang timbul dari kewajiban saat ini satuan usaha tertentu untuk
mantransfer aktiva dan jasa ke satuan usaha lain di masa depan sebagai hasil dari
transaksi dan kejadian masa lalu. Karakteristik-karakteristik spesifik dari kewajiban
mencakup sebagai berikut:

1. Kewajiban itu harus ada pada saat ini. Saat ini, yaitu yang dilihat muncul dari beberapa
transaksi atau kejadian masa lalu. Ini mungki berasal dari akuisisi barang atau jasa, dari
kerugian yang telah diderita di mana perusahaan berkewajiban untuk itu, atau dari
perkiraan kerugian di mana perusahaan mempunyai kewajiban untuk dirinya sendiri.
2. Kewajiban atau tugas yang setara atau konstruktif harus dimasukkan jika hal itu
didasarkan pada keperluan untuk membuat pembayaran masa depan guna
mempertahankan hubungan bisnis yang baik atau jika hal itu sesuai dengan praktik bisnis
yang normal.
3. Harus tidak ada atau sedikit kebebasan untuk menghindari pengorbanan masa depan.
Tidak perlu bahwa jumlah kewajiban itu diketahui secara pasti selama kewajiban masa
depan itu mungkin sekali.
4. Lazimnya, harus ada nilai jatuh tempo yang dapat ditentukan atau perkiraan untuk
pembayaran suatu jumlah yang ditentukan oleh estimasi layak akan diwajibkan pada
suatu waktu tertentu di masa depan, sekalipun ketentuan waktu yang tepat belum
diketahui saat ini. Waktu pembayaran dapat diperpanjang dengan menggantikannya
dengan kewajiban baru, atau kewajiban ini dapat diakhiri dengan mengkonversinya
menjadi ekuitas pemegang saham. Perpanjangan yang berulang atau konversi dari utang
tidak mengubah klasifikasi awalnya sebagai suatu kewajiban.
5. Biasanya, pihak yang dibayar harus diketahui atau dapat diidentifikasikan baik secara
spesifik atau sebagai suatu kelompok. Akan tetapi, selama yang dibayar akan menjadi
dapat diidentfikasikan pada tanggal penyelesaian, tidak perlu si pembayar mengetahui
identitas dari yang dibayar atau bahwa kreditor meneguhkan klaim itu atau mempunyai
pengetahuan tentang itu pada saat ini.

Kontrak Mengofset Tanpa Kondisi

Satu perangkat timbul berkenaan dengan kewajiban yang berasal dari kontrak
masa berjalan untuk akuisisi barang dan jasa di masa depan. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan dapat menandatangani suatu perjanjian dengan pemasoknya agar
mengirimkan bahan baku dalam tiga bulan, pada saat itu pembayaran akan dilakukan.
Penandatanganan kontrak tersebut adalah suatu kejadian keuangan yang timbul dari
perjanjian bisnis. Itu menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran di masa
depan apabila barang dan jasa tersebut telah diterima. Akan tetapi, tidak ada “kinerja”
pada masing-masing pihak – pemasok belum mengirimkan, dan pembeli belum
membayar.

Secara tradisional, akuntan bertahan untuk tidak mencatat kontrak semacam ini, di
mana tidak ada pihak yang berkinerja, ini seringkali disebut kontrak melaksanakan
(executory kontrak). Alasannya adalah, sampai barang itu tersedia, kewajiban pembeli
diofset oleh hak pembeli untuk menerima barang. Sebelum barang itu nyata ada dan
terikat kontrak, ada suatu hak pengimbangan tanpa kondisi. Tetapi, ketika barang dan
jasa terikat didalam kontrak, pembeli mungkin tidak bisa membatalkan kontrak itu tanpa
membayar barang atau jasa yang terikat, sekalipun itu belum diterima.

Pendanaan di Luar Neraca

Serangkaian kerumitan lain dalam menerapan definisi kewajiban timbul dari


keinginan sebagian manajemen untuk menjaga rasio utang-ekuitas perusahaan sejalan
dengan harapannya. Rasio kewajiban pada ekuitas pemilik, yang juga dikenal sebagai
leverage keuangan dari perusahaan itu, sudah ditelusuri oleh banyak analisis keuangan.
Signifikasi nyata dari rasio ini telah menjadi ajang perdebatan selama bertahun-tahun.
Terlepas dari banyak argument,banyak yang takut bahwa karena bunga adalah suatu
biaya tetap, rasio leverage keuangan yang terlalu tinggi dapat membawa perusahaan pada
risiko keuangan yang berlebihan; bila laba turun, dividen dapat diturunkan, tetapi bunga
tetap harus dibayar. Seringkali kreditorsuatu perusahaan akan berusaha untuk mencegah
rasio leverage keuangan yang tinggi dengan mensyaratkan suatu perjanjian utang
terhadap perusahaan itu. Perusahaan terikat dalam perjanjian ini untuk menjaga
leveragenya berada di bawah batas yang telah ditentukan. Untuk mencegah kenaikan
leverage keuangan yang berlebihan dan untuk menghindarkan pelanggaran atas
perjanjian utang mereka, banyak perusahaan berupaya untuk mendanai operasi mereka
dengan utang yang tidak tampak di neraca. Sewa guna usaha adalah contoh klasik dari
pendanaan di luar neraca.

PENGUKURAN DAN PENGAKUAN

Agar suatu kewajiban tampak di neraca, ia harus diakui dan diukur. Pengakuan
mengikuti aturan standar dari SFAC 5. Aturan ini menyatakan bahwa suatu kewajiban
harus diakui sebagai kewajiban apabila mematuhi empat kriteria umum.

1. Memenuhi definisi atau kewajiban


2. Dapat diukur
3. Relevan
4. Dapat diandalkan

Tujuan dari penilaian kewajiban serupa dengan tujuan penilaian aktiva. Secara
tradisional, yang paling penting dari tujuan-tujuan ini adalah keinginan untuk mencatat
beban dan kerugian dalam penentuan laba masa berjalan. Dewasa ini, disadari bahwa
tujuan yang sama pentingnya adalah bahwa pengukuran kewajiban harus memungkinkan
penyajian informasi kepada investor dan kreditor sebagai sarana untuk meramalkan arus
kas. Tujuan lain mencakup penilaian sebagai dasar untuk perbandingan laba antar periode
dan antar perusahaan, dan sebagai perbandingan dari klaim beberapa pemegang ekuitas.
Mengakui Kewajiban

Aktiva dan kewajiban harus dicatat, kecuali, tentu saja , pembayaran segera dilakukan.
Kewajiban tmbul bila hak untuk menggunakan barang dan jasa di peroleh.

Pengakuan kewajiban yang masih harus dibayar tidak berbeda dengan kewajiban
lain. Kewajiban yang masih harus dibayar timbul dari penggunaan jasa oleh perusahaan
dan kewajiban untuk membayar kepada mereka dengan syarat-syarat kontrak formal dan
informal. Karena jasa diterima secara bersinambung. Pencatatan beban dan akrual
biasanya dilakukan pada akhir periode akuntansi. Kelalaian untuk mencatat akrual akan
menetapkan salah saji laba masa berjalan dan jumlah kewajiban lancer di neraca. Akan
tetapi, jika suatu harga kontrak atau pasar tidak tersedia, suatu akrual adalah hasil dari
alokasi dan dengan demikian bersifat arbitrer.

Dalam kasus diatas, pengakuan kewajiban lancer tergantung pada pengakuan


serentak atas aktiva atau beban. Nyatanya, keperluan untuk mengakui aktiva atau beban
sering merupakan alasan yang mendorong untuk pengakuan kewajiban itu. Tetapi, dalam
suatu kerugian yang timbul dari klaim terhadap perusahaan tanpa manfaat masa berjalan
atau masa depan bagi perusahaan, focus dari pengakuan harus berasal dari kewajiban itu
sendiri. Jumlah kewajiban dan waktu pengakuan menentukan jumlah dan waktu dari
pengakuan kerugian. Segera setelah kewajiban menjadi pasti dan dapat diestimasi, maka
hal itu harus diakui, dan kerugian dicatat.

Mengukur Kewajiban Moneter

Kewajiban moneter adalah kewajiban yang dinyatakan dalam satuan nominal.


Dengan perkataan lain, hal itu biasanya melibatkan pembayaran sejumlah uang kas.
Dalam kebanyakan kasus, jumlah yang terutang ditentukan oleh kontrak atau perjanjian.
Dalam semua kasus, penilaian saat ini dari utang adalah nilai sekarang yang
didiskontokan dari jumlah yang terutang di masa depan. Karena kewajiban lancer pada
umumnya harus dibayarkan dalam jangka pendek, jumlah diskonto biasanya tidak
material dan jumlah kewajiban itu dapat disajikan padda nilai nominal (jumlah utang di
masa depan). Dalam kasus wesel, apa yang adakalanya disebut bunga dibayar di muka
harus dikurangkan dari nilai nominal wesel untuk menyajikan nilai sekarang yang
didiskontokan.

Jika utang itu dapat dilunasi oleh satu atau dua alternative, nilai diskonto dari
yang terendah adalah nilai sekarang dari kewajiban itu.

Dalam kasus kewajiban jangka panjang, jumlah diskonto biasanya signifikan dan
karenanya penilaian masa berjalan harus berupa nilai yang didiskontokan dari semua
pembayaran masa depan yang akan dilakukan sesuai dengan kontrak itu. Dalam kasus
obligasi, pembayaran bunga kontrak, jumlah yang harus dibayarkan pada tahun jatuh
tempo, dan setiap pembayaran serial dari pokok semuanya harus didiskontokan ke saat
ini. Tingkat diskonto yang tepat pada saat utang itu terjadi adalah tingkat hasil masa
berjalan yang ditentukan oleh harga pasar untuk obligasi dengan risiko dan syarat yang
serupa.

Dalam kasus obligasi, jika suku bunga yang ditetapkan, yang juga disebut sebagai
tingkat kupon, lebih rendah dari tingkat diskonto, nilai sekarang dari diperdagangkan
pada diskon. Jika suku bunga yang ditetapkan sama dengan tingkat diskonto, nilai
sekarang dari obligasi itu akan sama dengan nilai nominalnya, dan obligasi itu dikatakan
diperdagangkan pada nilai pari. Jika suku bunga yang ditetapkan lebih tinggi dari suku
bunga tingkat diskonto, nilai sekarang dari obligasi itu lebih tinggi dari nilai nominal, dan
obligasi itu dikatakan di perdagangkan pada premi (agio).

Mengukur kewajiban Lancar Nonmoneter

Kewajiban lancer nonmoneter adalah kewajiban untuk memberikan barang atau jasa
dalam jumlah dan kualitas tertentu. Hal itu biasanya berasal dari pembayaran di muka
untuk jasa oleh pelanggan. Langganan untuk majalah dan karcis musiman merupakan
contoh-contoh yang baik. Kewajiban lain berasal dari uang muka pelanggan untuk barang
khusus. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua uang bersifat nonmoneter. Beberapa
uang muka merupakan suatu jumlah dolar tertentu yang dapat diterapkan terhadap
pembelian masa depan atau pembelian pada harga yang ada bila uang muka itu
dilikuidasi. Ini adalah uang muka moneter Karena hal itu merupakan kewajiban untuk
melunasi jumlah uang tertentu atau setaranya dalam barang atau jasa di masa depan.
Kewajiban nonmoneter dinyatakan dalam satuan harga yang ditentukan lebih dahulu atau
yang disepakati untuk barang atau jasa spesifik. Jadi, nilai moneter dari barang dan jasa
itu dapat berubah, tetapi kualitas dan kuantitasnya tidak.

Pendapatan atau Kredit? Kewajiban nonmoneter ini seringkali diklarifikasi sebagai


pendapatan yang ditangguhkan atau kredit yang ditangguhkan. Secara teknis, pendapatan
yang ditangguhkan merupakan pos pendapatan yang diterima perusahaan, tetapi belum
dilaporkan sebagai pendapatan. Akan tetapi, itu juga digunakan untuk mengacu pada
pendapatan yang normalnya akan dimasukan dalam pendapatan, tetapi bila pengakuannya
ditangguhkan sampai beban-beban yang menyusul dapat ditandingkan dengannya-lebih
tepat kalua disebut sebagai pendapatan yang ditangguhkan. Istilah kredit yang
ditangguhkan seringkali digunakan secara sinonim dengan laba yang ditangguhkan dan
pendapatan yang ditangguhkan, tetapi itu juga digunakan dalam pengertian yang lebih
luas, termasuk uang muka moneter dari pelanggan.

Konsep pendapatan yang ditangguhkan tampaknya muncul dari gagasan bahwa


“realisasi” pendapatan berkaitan erat dengan penerimaan kas, tetapi bila jasa itu belum
dilaksanakan, atau bila jumlahnya cenderung berkurang karena beban atau kerugian
berikut yang berkaitan, pelaporan pendapatan itu harus ditangguhkan. Namun demikian,
klasifikasi terpisah dari pendapatan yang ditangguhkan tidak menunjukkan sifat dasar
dari pos-pos yang termasuk didalam klasifikasi itu dan itu dapat disalahgunakan, sama
seperti klasifikasi sebelumnya yang berupa cadangan.

Uang muka moneter seringkali, pembayaran uang muka untuk barang atau jasa
oleh pelanggan telah dipandang merupakan campuran dari kewajiban dan pendapatan.
Jika biaya merupakan unsur yang dominan, keseluruhan jumlah itu dapat dianggap
sebagai kewajiban; tetapi jika biaya hanya merupakan kewajiban kecil dari total,
dikemukakan bahwa keseluruhannya dapat dipertimbangkan sebagai kredit yang
ditangguhkan ke pendapatan (pendapatan kotor) dan bukan kewajiban lancer, dianggap
klasifikasi sebagai pendapatan yang belum dihasilkan dalam seksi ekuitas pemegang
saham di neraca. Jika pembayaran dimuka itu merupakan biaya dan pendapatan,
dikemukakan bahwa hal itu dapat dibagikan antara jumlah biaya prospektif yang harus
dimasukkan diantara kewajiban lancar dan jumlah yang merupakan pendapatan
prospektif, yang harus diklasifikasi sebagai pendapatan yang belum dihasilkan.

ARB 43, Bab 3A,seperti yang diubah, secara spesifik memasukkan di dalam
kewajiban lancar, uang muka untuk penyerahan barang atau pelaksanaan jasa dalam
kegiatan operasi yang normal. Perlakuan uang muka sebagai kewajiban lancar benar
karena dua alasan:

1. Uang muka itu adalah transaksi pendanaan masa berjalan dan bukan transaksi
penghasilan pendapatan. Meskipun alasan lain dapat mengakibatkan adanya uang muka
itu, seperti suatu upaya untuk menghindarkan kerugian piutang tak tertagih, hasilnya
adalah suatu bantuan dalam pendanaan operasi perusahaan bersangkutan.
2. Kewajiban untuk memberikan barang atau jasa umumnya merupakan bagian dari operasi
berjalan. Hanya dalam kasus transaksi incidental uang muka itu umumnya akan
merupakan kewajiban yang meluas di luar siklus operasi normal dari perusahaan itu.

Nilai ditambahkan pada perusahaan selama keseluruhan proses produksi, penjualan dan
penagihan, tetapi pendapatan umumnya dilaporkan pada satu titik waktu. Jika peristiwa
kritis dalam operasi itu adalah memberikan barang dan jasa, bukan penagihan kas, maka
tidak ada laba, baik yang ditangguhkan atau masa berjalan, yang harus dilaporkan pada
waktu penerimaan uang muka. Keseluruhan jumlah itu adalah kewajiban, tanpa
memperhatikan apakah itu harus dilunasi dengan kas atau dalam bentuk barang atau jasa.
Peristilahan akuntansi, karena itu akan ditingkatkan jika istilah uang muka dari
pelanggan digunakan sebagai pengganti pendapatan yang ditangguhkan.

Realisasi yang Tidak Pasti Dalam kasus ini, jasa telah diberikan dan operasi
menghasilkan pendapatan telah diselesaikan, tetapi pelaporan pendapatan ditangguhkan
karena ketidakpastian dalam penagihan piutang, atau karena ketidakpastian mengenai
beban tambahan. Satu contoh melibatkan penjualan realstat di mana deposito awal belum
mencapai jumlah minimum yang disyaratkan menurut SFAS 66. Pos yang disebut kredit
yang ditangguhkan ini bukan kewajiban, karena tidak ada kewajiban kepada pelanggan.
Hal itu harus dimasukkan dalam laba periode berjalan, dikurangi estimasi beban
tambahan dan piutang tak tertagih.
PENGAKHIRAN KEWAJIBAN

Dalam kasus yang paling sederhana, kejadian ini adalah peminjam membayar
kepada kreditor jumlah yang diutangnya. Debitor dengan demikian dibebaskan dari
semua kewajiban lebih lanjut. Ini dikenal sebagai pelunasan utang (Extinguisthing of
debt).

Pelunasan Utang

Nilai pasar dari obliges dan instrument utang lain naik dan turun sesuai dengan
suku bunga. Biasanya, dan sayangnya, perubahan ini tidak diakui oleh system akuntansi.
Pada saat itu, karenanya, apabila suatu utang dilunasi, karena alasan apapun, seringkali
perlu untuk memperhitungkan perbedaan antara nilai pasar utang dan nilai bukunya.

APB 26 menetapkan bahwa dalam semua kasus pelunasan utang, perbedaan itu
harus diperlakukan sebagai keuntungan atau kerugian periode tersebut. SFAS 4, sebagian
sebagai tanggapan pada keprihatinan bahwa perusahaan menarik utangnya dengan tujuan
semata mendapatkan kenaikan dalam laba bersih, menambahkan bahwa keuntunga
(kerugian) ini harus diperlakukan sebagai pos luar biasa. Sayangnya, ini bertentangan
dengan definisi pos luar biasa yaitu tidak biasa dan tidak sering terjadi. Jika perbedaan ini
diperlakuka sebagai keuntungan atau kerugian yang ditahan, dan diakui dalam periode di
mana hal itu terjadi, ada perlunya untuk melaksanakan pemasukannya ke klasifikasi yang
tidak benar.

Menarik Obligasi. Obligasi biasanya mengandung suatu ketentuan yang memungkinkan


perusahaan untuk menarik utang itu pada persentase yang ditetapkan lebih dahulu atas
nilai nominalnya. Perusahaan biasanya akan menggunakan ketentuan ini, dan bila nilai
pasar dari obligasi itu menjadi lebih besar dari harga penarikannya. Jika penarikan itu
hanya melibatkan kas, itu disebut pelunasan. Jika melibatkan obligasi baru untuk
mengganti yang lama, maka itu disebut pendanaan kembali. Dalam kasus manapun,
perbedaan antara nilai tercatat obligasi lama, termasuk setiap biaya penerbitan obligasi
yang belum diamortisasi, dengan harga penarikan di perlakukan sebagai keuntungan atau
kerugian luar biasa dalam periode di mana penarikan itu dilakukan.

Restrukturisasi Utang

Seperti dikemukakan sebelumnya, pembebasan sebagian atau seluruh utang oleh kreditor
merupakan cara lain untuk pelunasan utang. Dapat dibayangkan kasus di mana kreditor
dapat memperkenankan seorang debitor untuk melunasi utang dengan jumlah yang lebih
kecil dari nilai masa berjalannya yang dihitung pada nilai hasil masa berjalan. Kreditor
itu mungkin kekurangan kas dan bersedia menerima jumlah yang lebih kecil segera.
Keuntungan yang akan dihasilkan bagi debitor akan diperlakukan sesuai dengan aturan
biasa untuk pelunasan utang, yaitu akan merupakan keuntungan luar biasa. Apabila
debitor mengalami kesulitan keuangan dan kreditor menawarkan konsesi yang
dimaksudkan untuk mengembalikan uangnya sebanyak mungkin, maka ia memasuki
aspek tertentu dari pelunasan utang yang disebut restrukturisasi utang bermasalah.

Restrukturisasi utang bermasalah dapat terjadi dengan beberapa cara. Debitor


dapat menawarkan kas atau aktiva lain sebagai pembayaran sebagian utangnya. Debitor
dapat menawarkan ekuitas sebagai pertukaran untuk utang. Alternatifnya, kreditor dapat
mengubah syarat pinjaman dengan menurunkan suku bunga, memperpanjangan jadwal
pembayaran, atau menurunkan jumlah yang harus dilunasi. Lebih umum, restrukturisasi
utang terdiri dari gabungan pendekatan-pendekatan ini. Dalam suatu restrukturisasi
kombinasi, transfer kas, aktiva atau ekuitas diperlakukan pertama kali, dan sisa dari utang
itu tergantung pada pengubahan syarat-syarat.

Transfer aktiva atau penerbitan ekuitas untuk memenuhi utang ditangani tanpa
kontroversi dalam kaitan dengan debitor. Nilai wajar atau nilai pasar dari pos yang
ditransfer dibebankan kea kun kewajiban debitor. Debitor akan memperlakukan
perbedaan antara utang dan nilai wajar dari pos itu sebagai keuntungan luar biasa sejalan
dengan ketentuan umum dari pelunasan utang. Dalam kasus aktiva, perbedaan antara
nilai wajar aktiva yang diserahkan dan nilai tercatatnya diperlakukan sebagai keuntungan
(atau kerugian) luar biasa sebelum memasukannya k dalam perhitungan restrukturisasi.
SEKUIRITAS HIBRID

Dalam tahun-tahun terakhir ada ledakan jumlah dan jenis “kewajiban” di pasaran.
Pinjaman bank lama sudah dikenal oleh kebanyakan orang di mana suatu perusahaan
berjanji untuk membayar bunga bank pada suku bunga tetap dengan pelunasan akhir atas
modal tetap ada, tetapi sejumlah variasi sekarang ada. Sebagai contoh, banyak pinjaman
sekarang mengandung suatu ciri yang memungkinkan mereka yang meminjam uang
mengubahnya, dengan batasan-batasan tertentu, menjadi saham biasa. Pinjaman itu
sendiri dapat diperdagangkan dari satu bank ke bank yang lain. Sebenarnya, bagian-
bagiannya yang terpisah masing-masing dapat diperdagangkan. Misalnya, seorang dapat
membeli hak untuk menerima pembayaran bunga, sementara yang lain menerima hak
untuk melunasi pembayaran akhir dari modal. Perubahan lain mencakup membuat suku
bunga bervariasi dengan membiarkannya tergantung pada variable-variabel ekonomi
yang mendasarinya, seperti suku bunga utama dan tingkat inflasi.

Semua “kewajiban” baru ini dikenal secara generic sebagai instrument keuangan,
yang didefinisikan FASB sebagai: kas, bukti hak kepemilikan dalam suatu entitas, atau
suatu kontrak yang keduanya:

a. Menetapkan kewajiban kontraktual pada suatu entitas (1) untuk menyerahkan kas
atau instrument keuangan lain kepada entitas kedua atau (2) menukarkan instrument
keuangan dengan syarat-syarat yang secara potensial tidak menguntungkan bagi
entitas kedua.
b. Menetapkan kewajiban kontraktual pada entitas kedua (1) untuk menerima kas atau
instrument keuangan laindari entitas pertama atau (2) menukarkan instrument
keuangan dengan syarat-syarat yang secara potensial menguntungkan bagi entitas
pertana.

Utang Konveritbel

Sekuiritas utang seringkali diterbitkan bersama dengan ciri konvertibel. Ciri ini
memungkinkan pemegangnya untuk mengkonversi sertifikat obligasi itu menjadi
sejumlah saham biasa tertentu pada setiap waktu sebelum keistimewaan konversi
berakhir. Ciri konvertibel umumnya memungkinkan penerbitnya untuk menjual obligasi
semula pada harga yang cukup jauh di atas dari apa yang dapat diperoleh dari obligasi
konvertibel dengan suku bunga kontraktual yang sama. Kendati banyak kemungkinan ciri
dan hubungan alternative dapat ditemukan dalam kaita dengan obligasi konvertibel,
umumnya yang berikut berlaku:

1. Suku bunga kontraktual cukup jauh di bawah suku bunga pasar untuk obligasi non
konvertibel.
2. Harga konversi semula lebih besar daripada harga pasar saham biasa.
3. Harga konversi tidak menurun sepanjang waktu kecuali sejauh diperlukan untuk
melindungi pemegang obligasi dari dilusi hak saham biasa (seperti pemecahan saham
atau dividen saham).

Akuntansi untuk Sekuiritas Hibrid

Suatu obligasi yang diterbitkan dengan waran terpisah, yang dalam pengertian
ekonomi identic dengan obligasi konvertibel, yang mengandung waran yang tak dapat
dipisah. Masalahnya mungkin lebih mudah dipecahkan jika diperoleh definisi atas ekuitas
pemilik. Tetapi ekuitas pemilih, tidak, dan mungkin tidak dapat, didefinisikan secara
terpisah dari aktiva dan kewajiban Karena itu tidak lain dari nilai tersisa. Itu hanyalah
perbedaan antara aktiva dan kewajiban. Dalam perumusan yang lebih umum, ini adalah
perbedaan antara sumberdaya dan kewajiban.

Suatu pemecahan yang direkomendasikan buku ini adalah menghapuskan


perbedaan antara “ekuitas” dan “utang”. Perusahaan akan mengakui semua kewajiban
sebagai “ekuitas” dalam pengertian yang luas dari kata itu. Setiap kelas ekuitas, seperti
ekuitas yang diambil dari saham biasa, atau ekuitas yang diambil dari utang konvertibel,
atau ekuitas yang diambil dari utang langsung, akan dibedakan oleh berbagai hak yang
menyertainya.

Pendekatan lain, yang saat ini diambil FASB, adalah berusaha membagi
instrument-instrumen keuangan menjadi bagian-bagian komponennya, mirip dengan ahli
fisika yang berusaha memisahkan atom menjadi proton, neutron, dan electron. Mereka
sementara itu telah mengidentifikasikan enam instrument keuangan dasar:
1. Kontrak piutang-utang tanpa kondisi.
2. Kontrak piutang-utang terkondisi.
3. Kontrak opsi keuangan.
4. Jaminan keuangan atau kontrak pertukaran terkondisi lain.
5. Kontrak forward keuangan.
6. Intrumen ekuitas.

Anda mungkin juga menyukai