HASIL PENILAIAN
Program Peringkat Kinerja Perusahaan
Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
2010
Pollution
PROPER
environmental
Rating
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 01
1.2. Kriteria penilaian PROPER ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 02
BAB II HASIL PENILAIAN PROPER 2009‐2010
2.1. Peringkat Umum ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 04
2.2. Peringkat Kinerja Berdasarkan Sektor
2.2.1. Sektor Manufaktur ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 06
2.2.2. Sektor Agroindustri ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 08
2.2.3. Sektor Pertambangan, Energi dan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 09
Migas
2.2.4. Sektor Kawasan dan Jasa ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 10
BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PROPER
TAHUN 2009‐2010
3.1. Jumlah peserta PROPER ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 11
3.2. Kinerja Penaatan Perusahaan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 11
3.3. Perbandingan Penaatan Perusahaan Lama ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 13
untuk PROPER 2008‐2009 dengan
PROPER 2009‐2010
3.4. Analisis per peringkat
3.4.1 Peringkat Emas ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 14
3.4.2 Peringkat Hijau ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 15
3.4.3 Perusahaan Berpredikat Hitam 2 ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 20
(Dua) Kali Berturut turut.
3.5. Analisis berdasarkan Jenis Permodalan ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 21
BAB IV PENUTUP ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 24
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan YME, bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dapat kembali
mengumumkan peringkat kinerja perusahaan‐perusahan dari berbagai sektor industri.
Pengumuman ini sengaja dilaksanakan setiap tahun yang dikemas dalam suatu program tahunan
yang dinamakan PROPER (Program Peringkat Kinerja Perusahaan) dengan penambahan jumlah
perusahaan setiap tahunnya.
Program ini melibatkan 3 aspek penilaian yaitu limbah cair, emisi gas buang dan pengelolaan limbah
B3, disamping aspek lainnya seperti pelaksanaan AMDAL dll. Pada awal pelaksanaannya hanya
menyertakan 85 perusahaan, dan pada tahun periode penilaian saat ini (2009‐2010) telah
melibatkan 690 perusahaan yang berasal dari sektor agro industri, manufaktur, jasa, pertambangan,
energi dan migas dan direncanakan akan terus bertambah dari tahun ke tahun.
Pelaksanaan PROPER tahun ini telah menggunakan dasar acuan UU 32/2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan. Peringkat kinerja perusahaan yang akan diumumkan kepada
masyarakat meliputi kategori taat dan tidak taat terhadap peraturan‐peraturan yang berlaku juga
menyesuaikan dengan UU tersebut. Sehingga saat ini hanya terdapat lima warna dengan
menghilangkan warna Biru Minus dan Merah Minus sehingga terdiri dari Emas, Hijau, Biru, Merah
dan Hitam.
Dalam pelaksanaan PROPER periode 2009‐2010 kali ini seperti tahun‐tahun sebelumnya juga
melibatkan pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota, sedangkan dalam penilaian tahap
akhir telah dievaluasi oleh DEWAN PROPER yang beranggotakan dari berbagai kalangan masyarakat
seperti akademisi, LSM, wartawan, politikus dan juga unsur pemerintah. Sehingga prinsip
pelaksanaan PROPER seperti keadilan, transparansi, akuntabel dapat tetap terjaga.
Harapan dari diumumkannya hasil pelaksanaan PROPER periode 2009‐2010 kali ini adalah agar
masyarakat pada umumnya dan khususnya kalangan‐kalangan tertentu dapat menggunakan
informasi ini sebaik‐baiknya, demi kemajuan pembangunan bangsa dengan mengedepankan
pembangunan yang berkelanjutan.
Akhir kata, Kementerian Lingkungan Hidup mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mensukseskan pelaksanaan PROPER periode 2009‐
2010.
Jakarta , 26 Nopember 2010
Sekretariat PROPER
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2002 telah meluncurkan Pogram Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (PROPER) sebagai pengembangan dari PROPER
PROKASIH. Sejak dikembangkan, PROPER telah diadopsi menjadi instrumen penaatan di berbagai
negara seperti China, India, Filipina, dan Ghana, serta menjadi bahan pengkajian di berbagai
perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
Tujuan penerapan instrumen PROPER adalah untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan
dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan. Guna mencapai peningkatan kualitas lingkungan hidup. Peningkatan kinerja
penaatan dapat terjadi melalui efek insentif dan disinsentif reputasi yang timbul akibat pengumuman
peringkat kinerja PROPER kepada publik. Para pemangku kepentingan (stakeholders) akan
memberikan apresiasi kepada perusahaan yang berperingkat baik dan memberikan tekanan dan atau
dorongan kepada perusahaan yang belum berperingkat baik.
PROPER sebagai instrumen penaatan, untuk periode 2009‐2010 kali ini telah menerapkan dasar
hukum Undang‐undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
sehingga dalam pelaksanaannya termasuk kriteria saat ini disesuaikan dengan UU tersebut.
Pelaksanaan PROPER diharapkan dapat memperkuat berbagai instrument pengelolaan lingkungan
yang ada, seperti penegakan hukum lingkungan, dan instrumen ekonomi. Disamping itu penerapan
PROPER dapat menjawab kebutuhan akses informasi, transparansi dan partisipasi publik dalam
pengelolaan lingkungan1. Pelaksanaan PROPER saat ini dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 18 tahun 2010 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup2.
Mengingat keberhasilan PROPER sebagai instrumen penaatan sangat tergantung kepada sikap
proaktif dan kritis para pemangku pihak dalam mensikapi hasil kinerja penaatan yang telah dilakukan
oleh perusahaan, maka diharapkan para pemangku kepentingan agar dapat berpartisipasi secara aktif
dalam mensikapi hasil pengumuman peringkat kinerja penaatan perusahaan PROPER. Berbagai upaya
dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan untuk lebih meningkatkan kinerja pengelolaan
lingkungan oleh perusahaan terkait dengan pelaksanaan PROPER, antara lain memberikan
penghargaan kepada perusahaan yang berkinerja baik dan secara konsisten mendorong perusahaan
yang belum menunjukkan kinerja yang baik untuk lebih dapat meningkatkan kinerja pengelolaan
1
Pasal 65 ayat (2) dan (4) UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, “terkait
dengan akses dan peran setiap orang dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”
2
Pelaksanaan PROPER sejalan dengan penerapan pasal 42 dan pasal 43 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 43 (3), “Insentif dan/atau disinsentif ….. antara lain diterapkan dalam bentuk: (h).
sistem penghargaan kinerja dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 1
lingkungannya. Salah satu contoh adalah pihak perbankan dapat menjadikan kinerja PROPER sebagai
pertimbangan dalam penentuan kredit yang diajukan oleh perusahaan.
Pada saat ini pelaksanaan PROPER difokuskan kepada perusahaan yang memenuhi kriteria, antara
lain; perusahaan yang berdampak besar terhadap lingkungan hidup, perusahaan yang berorientasi
ekspor dan/atau produknya bersinggungan langsung dengan masyarakat, serta perusahaan publik.
Mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, pada saat ini baru sebagian kecil perusahaan dapat
dimasukkan dalam penilaian, yaitu 689 perusahaan. Jumlah ini naik 10% dibandingkan tahun lalu
yaitu 627 perusahaan. Namun jumlah ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total 8.000 ‐
10.000 perusahaan yang berpotensi untuk dijadikan peserta PROPER.
1.2. Kriteria penilaian PROPER
Penilaian kinerja penaatan perusahaan dalam PROPER dilakukan berdasarkan atas kinerja perusahaan
dalam memenuhi berbagai persyaratan ditetapkan dalam peraturan perundang‐undangan yang
berlaku dan kinerja perusahaan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang terkait dengan kegiatan
pengelolaan lingkungan yang belum menjadi persyaratan penaatan (beyond compliance).
Pada saat ini, penilaian kinerja penaatan difokuskan kepada penilaian penaatan perusahaan dalam
aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan pengelolaan limbah B3
serta berbagai kewajiban lainnya yang terkait dengan AMDAL. Untuk sektor pertambangan, belum
dilakukan penilaian kinerja perusahaan terkait dengan upaya pengendalian kerusakan lingkungan,
khususnya kerusakan lahan. Sedangan penilaian untuk aspek beyond compliance dilakukan terkait
dengan penilaian terhadap upaya‐upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam penerapan
Sistem Manajemen Lingkungan (SML), Konservasi dan Pemanfaatan Sumber daya, serta kegiatan
Corporate Social Responsibilty (CSR) termasuk kegiatan Community Development.
Mengingat hasil penilaian peringkat PROPER ini akan dipublikasikan secara terbuka kepada publik dan
stakeholder lainnya, maka kinerja penaatan perusahaan dikelompokkan ke dalam peringkat warna.
Melalui pemeringkatan warna ini diharapkan masyarakat dapat lebih mudah memahami kinerja
penaatan masing‐masing perusahaan. Sejauh ini dapat dikatakan bahwa PROPER merupakan sistem
pemeringkatan yang pertama kali menggunakan peringkat warna.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa pelaksanaan PROPER periode 2009‐2010 kali ini telah
menerapkan Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
sehingga dalam peringkat kinerja penaatan dikelompokkan dalam 5 (lima) peringkat warna, sehingga
tidak ada lagi peringkat Biru (‐) atau Biru minus dan Merah (‐) atau Merah Minus seperti pelaksanaan
PROPER tahun lalu. Masing‐masing peringkat warna mencerminkan kinerja perusahaan. Kinerja
penaatan terbaik adalah peringkat emas, dan hijau, selanjutnya biru, dan kinerja penaatan terburuk
adalah peringkat hitam.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.18 Tahun 2010 Tentang Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, kriteria yang digunakan
dalam pemeringkatan tersebut adalah sebagai berikut:
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 2
Tabel 1.1.
Kriteria Peringkat PROPER
PERINGKAT
DEFINISI
WARNA
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 3
BAB II
HASIL PENILAIAN PROPER 2009‐2010
2.1. Peringkat Umum
PROPER pada periode kali ini yaitu 2009‐2010 dilakukan terhadap 690 perusahaan, yang terdiri dari
258 perusahaan sektor manufaktur (37,4%), 215 perusahaan sektor agroindustri (31,2%), 201
perusahaan sektor pertambangan energi dan migas (29,0%), 16 perusahaan sektor kawasan/jasa
(2.3%).
Berdasarkan sektor‐sektor tersebut di atas perusahaan manufaktur adalah yang paling banyak, diikuti
dengan sektor agroindustri, lalu sektor pertambangan , energi dan migas, dan terakhir adalah
perusahaan sektor kawasan/jasa. Distribusi jumlah peserta PROPER periode 2009‐2010 berdasarkan
jenis sektor dalam tabel adalah seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Distribusi Peserta PROPER 2008‐2009 (Berdasarkan Sektor Industri)
No Sektor Jumlah
1 Manufaktur 258
2 Agroindustri 215
3 Pertambangan, Energi dan Migas 201
4 Kawasan industri & Jasa Pengolah Limbah 16
TOTAL 690
Dari jumlah tersebut di atas, terdapat perusahaan yang baru mengikuti program PROPER untuk
pertama kalinya. Adapun distribusi penyebaran industri lama dan baru untuk setiap sektor adalah
sebagaimana tercantum dalam grafik di bawah ini:
Gambar 2.1a. Jumlah Industri Peserta PROPER
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 4
Dari gambar di atas terlihat bahwa peserta PROPER baru terbanyak adalah dari sektor manufaktur 48
perusahaan sedangkan dari sektor PEM (pertambangan, energi, dan migas) 25 perusahaan.
Gambar 2.1b. Tingkat Penaatan untuk Perusahaan Secara Umum
Gambar 2.1 menunjukkan hasil penilaian PROPER 2009‐2010 secara umum, yaitu 71% taat,
sedangkan 29% tidak taat. Tingkat penaatan 71% menunjukkan bahwa penaatan perusahaan cukup
baik karena sebagian besar perusahaan telah memenuhi persyaratan dalam pengelolaan
lingkungan.
Dari data secara umum tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut ke dalam peringkat warna seperti
tercantum dalam gambar di bawah ini.
Gambar 2.1c. Peringkat Warna Perusahaan secara umum.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 5
Terlihat dari gambar di atas bahwa 2 (dua) perusahaan mendapatkan peringkat Emas. Perusahaan
yang mendapat emas tersebut adalah Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Unit Panas Bumi Darajat
dan PT Holcim Indonesia Tbk‐Cilacap. Sedangkan Perusahaan yang mendapatkan Hijau sebanyak 54
perusahaan. Biru 435 perusahaan, Merah sebanyak 152 perusahaan, dan Hitam adalah 47
perusahaan.
2.2. Peringkat Kinerja Berdasarkan Sektor
Distribusi peringkat kinerja perusahaan untuk masing‐masing sektor industri dapat dilihat dalam
gambar di bawah ini:
Gambar 2.2.a Tingkat Penaatan PROPER Setiap Sektor
Secara garis besar tingkat penaatan sektor pertambangan, energi dan migas adalah paling tinggi yaitu
83%, kemudian manufaktur 72%, kawasan dan jasa 69% dan agro adalah terendah 59%. Secara detil
persektor dapat dijabar dalam uraian berikut.
Sektor Manufaktur
Sebagaimana dijelaskan di atas, sektor industri manufaktur mempunyai jumlah peserta PROPER
terbanyak yaitu 258 perusahan meningkat dibanding tahun lalu yaitu 220 perusahaan.. Kinerja
penaatan PROPER ke 258 perusahaan tersebut selama periode 2009‐2010 ini adalah sebagaimana
terlihat dalam gambar dibawah ini.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 6
Gambar 2.2.a. Tingkat Penaatan untuk Sektor Industri Manufaktur
Dari keseluruhan perusahaan sektor manufaktur sebanyak 258, yang dievaluasi melalui PROPER
tahun ini, sejumlah 72% taat (186 perusahaan). Penjabaran peringkat dari hasil penaatan sektor
manufaktur dapat dilihat gambar di bawah ini.
Gambar 2.2.b Prnjabaran Tingkat Penaatan untuk Sektor Manufaktur
Pada periode penilaian ini terdapat 1 (satu) perusahaan sektor manufaktur dengan peringkat emas
yaitu PT Holcim Indonesia Tbk‐Cilacap. Sedangkan persentase perusahaan berdasarkan pada
peringkat sebagai berikut Hijau 6,2% (16 perusahaan), Biru 66% (169 perusahaan), Merah 24,% (63
perusahaan), dan Hitam 4% (10 perusahaan)
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 7
Dari penilaian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dari 258 perusahaan manufaktur yang
dilakukan evaluasi melalui PROPER tahun ini sejumlah 185 perusahaan telah taat dalam aspek
penaatan pengendalian pencemaran air, udara dan pengelolaan limbah Berbahaya dan Beracun
sedangkan sisanya sejumlah 73 perusahaan belum taat.
Sektor Agroindustri
Berdasarkan jumlah perusahaan peserta PROPER dari sektor Agroindustri mencapai 215 perusahaan,
meningkat dari tahun lalu 209 perusahaan. Jumlah ini merupakan nomor dua setelah sektor
manufaktur. Distribusi peringkat kinerja perusahaan sektor Agroindustri dapat dilihat pada Gambar
2.3. di bawah ini.
Gambar 2.3.a Tingkat Penaatan Sektor Agroindustri
Dari gambar di atas terlihat bahwa 59% perusahaan dari sektor ini dalam kondisi taat dan sisanya
tidak taat. Penjabaran lebih lanjut dalam peringkat warna dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.3.b. Penjabaran Tingkat Penaatan untuk Sektor Industri Agroindustri
Sebagaimana tergambarkan di atas, pada penilaian PROPER periode ini terdapat 3 perusahaan (2%)
mendapat peringkat Hijau, 123 perusahaan (57%) mendapat peringkat Biru, 56 perusahaan (26%)
mendapat peringkat Merah, 33 perusahaan (15%) mendapat peringkat Hitam.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 8
Dari penilaian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dari 215 perusahaan Agroindustri yang
mengikuti PROPER, mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam hal penaatan dari 59%
dibanding tahun lalu yang hanya 20% tingkat ketaatan.
Dari 129 perusahaan (59%) perusahaan yang sudah taat tersebut telah memenuhi aspek penaatan
pengendalian pencemaran air, pegendalian pencemaran udara dan pengelolaan limbah bahan,
berbahaya dan beracun, sedangkan sisanya yaitu 89 perusahaan (49%) dikategorikan belum taat.
Sektor Pertambangan, Energi dan Migas (PEM)
Jumlah perusahaan dari sektor Pertambangan, Energi dan Migas yang dinilai kinerja peringkat
PROPER tahun 2009‐2010 sebanyak 201 meningkat dari tahun lalu 183 perusahaan. Tingkat kinerja
penaatan perusahaan PROPER 2009‐2010 dapat dilihat sebagaimana dalam gambar dibawah ini.
Gambar 2.4.a. Tingkat Penaatan untuk Sektor Pertambangan, Energi, Migas
Dari perusahaan yang taat dan tidak taat tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut dalam peringkat
warna sebagaimana tersebut dalam gambar di bawah ini.
Gambar 2.4.b Penjabaran Tingkat Penaatan untuk Sektor
Pertambangan, Energi dan Migas
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 9
Pada periode penilaian ini satu perusahaan mendapat peringkat emas yaitu Chevron Geothermal
Indonesia, Ltd. Unit Panas Bumi Darajat. Sedangkan 35 perusahaan (17%) mendapat peringkat Hijau,
131 perusahaan (65%) mendapat peringkat Biru, 29 perusahaan (14%) mendapat peringkat Merah, 5
perusahaan (4%) mendapat peringkat Hitam.
Dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 201 perusahaan untuk sektor Pertambangan,
Energi dan Migas yang mengikuti PROPER tahun ini, 167 perusahaan (83%) sudah taat dalam aspek
penaatan pengendalian pencemaran air, udara dan pengelolaan limbah Berbahaya dan Beracun,
sedangkan sisanya yaitu 34 perusahaan (17%) dikategorikan belum taat. Secara garis besar jumlah
perusahaan yang taat untuk sektor ini bertambah banyak dibanding tahun lalu dari 151 perusahaan
menjadi 165 perusahaan tahun ini.
Sektor Kawasan dan Jasa
Jumlah perusahaan dari sektor Kawasan dan Jasa yang dinilai tingkat penaatannya pada periode
2009‐2010 adalah sebanyak 16 perusahaan dengan tingkat penaatan sebagaimana dalam gambar 2.5
dibawah ini.
Gambar 2.5. Tingkat Penaatan untuk Sektor Industri Kawasan
Industri dan Jasa Pengolah Limbah
Penaatan untuk sektor ini mencapai 69% seperti terlihat di gambar atas. Adapun untuk penilaian
PROPER tahun ini sektor Kawasan dan Jasa tidak ada yang mendapatkan peringkat hijau, sedangkan
tahun lalu satu perusahaan. Dan juga tidak ada yang berperingkat hitam, kondisi ini sama dengan
tahun lalu.
Dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 16 perusahaan untuk sektor Kawasan dan
Jasa peserta PROPER, 11 perusahaan (69%) dikategorikan taat dalam aspek penaatan pengendalian
pencemaran air, udara dan pengelolaan limbah Berbahaya dan Beracun, sedangkan sisanya yaitu 5
perusahaan (31%) dikategorikan belum taat.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 10
BAB III
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN PROPER TAHUN 2009‐2010
3.1. Jumlah peserta PROPER
Jumlah perusahaan PROPER merupakan salah satu faktor kunci untuk menentukan keberhasilan
pelaksanaan PROPER. Semakin besar jumlah perusahaan PROPER maka dampak peningkatan kinerja
penaatan perusahaan PROPER terhadap peningkatan kualitas lingkungan akan signifikan. Pada saat ini
jumlah perusahaan PROPER memang masih kecil dibandingkan dengan dengan total jumlah
perusahaan yang berpotensi untuk dilakukan penilaian peringkatnya, yaitu 8.000 – 10.000
perusahaan. Untuk mencapai peningkatan kualitas lingkungan yang signifikan maka secara bertahap
jumlah perusahaan PROPER akan ditingkatkan. Pada periode penilaian PROPER 2009‐2010 jumlah
perusahaan PROPER mencapai 690 perusahaan. Jumlah ini meningkat 10% dari tahun sebelumnya
yaitu 627 perusahaan dan 22% dari pelaksanaan PROPER dari 2 tahun lalu yaitu 516 perusahaan. Hal
ini sesuai dengan target pelaksanaan PROPER bahwa akan ada kenaikan jumlah peserta PROPER
setiap tahunnya. Peningkatan perusahaan peserta PROPER selama tahun 2002‐2009 dan rencana
tahun depan 2010‐2011 dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1. Peningkatan Jumlah Perusahaan Peserta PROPER
3.2. Kinerja Penaatan Perusahaan
Sebagaimana dijelaskan pada Bab II, secara umum peringkat penaatan perusahaan pada tahun 2009‐
2010 adalah 71% yang berarti naik 1% dari tahun lalu dan jumlah perusahaannya pun meningkat.
Sehingga secara keseluruhan hal ini mengalami peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan terhadap
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 11
perusahaan pserta PROPER. Kinerja penaatan tertinggi pada sektor PEM (83%) dan Manufaktur
(72%), diikuti sektor kawasan dan jasa (69%) dan agro industri (59%).
Gambar 3.2.a. Perbandingan prosen penaatan antar sektor
Jika dilihat lebih jauh lagi sebaran penaatan untuk industri yang baru ikut PROPER pertama kalinya
(selanjutnya disebut industri baru) dibanding dengan industri yang telah lebih dari satu kali ikut
PROPER (selanjutnya disebut industri lama), juga menarik untuk dicermati. Beberapa hal dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Perbandingan penaatan perusahaan lama lebih baik dibanding dengan perusahaan baru, yaitu
73% untuk penaatan industri lama sedangkan industri baru adalah 56%. Hal ini menunjukkan
bahwa konsep pembinaan yang diterapkan dalam PROPER dari tahun ke tahun cukup berhasil.
Sehingga diharapkan industri lama yang semakin banyak jumlahnya dari waktu ke waktu akan
semakin mentaati peraturan yang berlaku. (lihat gambar di bawah)
Gambar 3.2.b Status penaatan Industri Lama dan Baru
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 12
b. Dari gambar di bawah ini, 56% perusahan baru yang taat tersebut ( total berjumlah 48
perusahaan) manufaktur memiliki jumlah terbanyak yaitu 26 perusahaaan, kemudian sektor
pertambangan, energi dan migas yaitu sejumlah 16 perusahaan, sektor agroindustri 5
perusahaan dan terakhir sektor jasa dan kawasan 1 perusahaan. Hal ini sesuai dengan
banyaknya perusahaan baru dari sektor masing‐masing yang ikut PROPER pertama kalinya.
(lihat gambar di BAB II tentang “Jumlah Industri Peserta PROPER”)
Secara keseluruhan tentang informasi perusahaan baru dan lama ini dapat dilihat seperti
tercantum di gambar berikut ini.
Gambar 3.2.c Status Penaatan Industri PROPER 2010 Berdasarkan Keikutsertaannya
3.3 Perbandingan Penaatan Perusahaan Lama untuk PROPER 2008‐2009 dengan PROPER 2009‐
2010
Seperti telah disebutkan di dalam Bab II jumlah perusahaan yang taat 71% (491 perusahaan)
sedangkan yang tidak taat adalah 29% (199 perusahaan). Dikarenakan jumlahnya dari tahun ke tahun
semakin meningkat maka untuk perbandingan dengan tahun lalu terkait dengan penaatan
perusahaan, maka berikut akan diambil analisis untuk perusahaan yang sama dengan tahun lalu. Hasil
yang didapat adalah seperti tercantum dalam gambar di bawah ini.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 13
Gambar 3.3 Perbandingan penaatan untuk perusahaan yang sama
Terlihat bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan (+/‐ 50%) untuk jumlah perusahaan yang
sama, naik peringkatnya dari tidak taat menjadi taat (302 perusahaan). Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan secara kontinyu melakukan perbaikan‐perbaikan terkait dengan pengelolaan
lingkungannya.
3.4 Analisis per peringkat
3.4.1 Peringkat Emas
Peringkat emas yang merupakan peringkat tertinggi, untuk PROPER tahun ini diraih oleh 2 (dua)
perusahaan , yaitu PT Holcim Indonesia Tbk‐Cilacap dari sektor manufaktur dan Chevron Geothermal
Indonesia, Ltd. Unit Panas Bumi Darajat dari sektor pertambangan, energi dan migas. Pertama kalinya
peringkat emas untuk PROPER 2009‐2010 kali ini dapat diraih oleh 2 perusahaan dimana pada dua
tahun sebelumnya hanya satu perusahaan. Peringkat emas dapat diraih oleh 2 perusahaan tersebut
karena mencapai ketaatan penuh terhadap peraturan perundang‐undangan sesuai dengan kriteria
penilaian dan memperoleh nilai tertinggi pada aspek lebih dari taat (beyond compliance) yang
meliputi 3 aspek pokok penilaian yaitu Sistem Manajemen Lingkungan, Pemanfaatan Sumberdaya
Alam dan Limbah serta Pengembangan Masyarakat.
Beberapa contoh kegiatan dari kegiatan keseluruhan yang berkontribusi terhadap pencapaian
peringkat Emas untuk 2 perusahan tersebut antara lain:
I. PT Holcim Indonesia Tbk‐Cilacap
a) perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya dalam hal ini limbah B3 dalam jumlah yang cukup
signifikan dan kontinyu. Misalnya fly ash dan bottom ash (abu batubara dari PLTU batubara)
sebanyak 3800 ton/bulan fly ash dan 4200 ton/perbulan. Disamping itu juga dapat
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 14
memanfaaatkan sludge IPAL (sludge hasil pengelolaan dari air limbah) sebanyak 29 ton/bulan
serta 217 ton/bulan oil sludge. Hal lain juga perusahaan ini memanfaatkan limbah non B3 seperti
sekam padi dll.
b) mereklamasi 17 ha lahan bekas galian bahan semen (quarry) dengan penanaman 26 jenis
tanaman lokal.
c) memiliki program pengembangan masyarakat yang dihubungkan dengan MDG’s melalui 4 aspek
pendidikan yaitu kesehatan, ekonomi, kesehatan dan lingkungan. Membentuk kelompok mikro
ekonomi dengan membentuk kelompok usaha bersama produk unggulan Cilacap seperti jamur
tiram, kepiting soka, ikan kerapu, minyak kayu putih dan kambing etawa. Sehingga konsep
community driven development berjalan dengan baik.
d) menyediakan beasiswa untuk anak‐anak yang berprestasi
e) Memiliki sistem manajemen lingkungan yang terstruktur secara konseptual dan tersistem dengan
baik. Sehingga pengelolaan lingkungan berjalan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
II. Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Unit Panas Bumi Darajat
a) Perusahaan berhasil mengembangkan program “Business Local Development” yang merupakan
penjabaran langsung dari konsep community driven development, sehingga masyarakat dapat
mandiri berkembang ikut menggerakkan roda ekonomi di tingkat lokal seiring dengan program
program yang digalakkan oleh pemerintah daerah setempat. Dalam program ini perusahaan
membina kelompok masyarakat untuk dapat berbisnis secara profesional. Seperti untuk pelatihan
kontrak tender, yang dengan pengembangan skill dan juga modal sampai kelompok masyarakat
itu dapat mandiri dan mengikuti tender di suatu perusahan.
b) Penerapan sistem manajemen lingkungan yang computerized yang dapat link langsung ke seluruh
departemen di dalam perusahaan. Sehingga dapat dimonitor progress, penyimpangan atau
pecapaian target secara seksama. Sistem ini dikemas dengan nama “Operational Excellence
Management System (OEMS)” yang disertifikasi oleh Lloyd’s Register Quality Assurance Amerika.
c) Berhasil mendapatkan proyek Clean Development Mechanism (CDM) penurunan emisi CO2
sebesar 90.804 ton.
d) Perusahaan ini dapat menerapkan efisiensi energi dengan baik terbukti dengan penggunaan uap
air dalam operasionalnya yaitu 5.8 ton/jam per MW di bawah rata rata penggunaan uap untuk
perusahaan yang sama (geothermal) di beberapa negara misalnya Jepang, Kenya, Filipina, Italia,
Islandia yaitu 6‐11 ton/jam per MW.
e) Perusahaan juga melakukan penghijauan seluas 450 Ha sejak tahun 1997.
3.4.2 Peringkat Hijau
Tabel di bawah ini menjelaskan gambaran perjalanan kinerja perusahaan dengan peringkat Hijau pada
tahun 2009‐2010, baik yang secara konsisten menjaga peringkat Hijau, maupun yang secara bertahap
meningkatkan kinerjanya dari peringkat Merah dan Biru menuju peringkat Hijau.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 15
Tabel 3.1 Gambaran Peringkat Hijau pada penilaian tahun 2002‐2010
2002‐ 2003‐ 2004‐ 2006‐ 2008‐ 2009‐
No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Pemodalan
2003 2004 2005 2007 2009 2010
Jawa
1 PT. Holcim Indonesia, Tbk ‐ Cilacap Plant Manufaktur Semen PMA ‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU HIJAU EMAS
Tengah
Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Unit Energi
2 PEM Jawa Barat PMA ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU HIJAU HIJAU EMAS
Panas Bumi Darajat Geothermal
Kalimantan
3 PT. Erna Djuliawati (Lyman Group) Agroindustri Plywood PMDN ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Barat ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
4 PT. Sari Aditya Loka I Agroindustri Sawit Jambi PMDN ‐‐‐‐‐‐‐ HITAM BIRU BIRU HIJAU HIJAU
5 PT. Nestle Indonesia ‐ Kejayan Factory Agroindustri Susu Jawa Timur PMA ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU
Consumer
6 PT. Unilever Indonesia, Tbk ‐ Pabrik Cikarang Manufaktur Jawa Barat PMA HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU BIRU HIJAU
Goods
Consumer
7 PT. Unilever Indonesia, Tbk ‐ Pabrik Rungkut Manufaktur Jawa Timur PMA HIJAU HIJAU HIJAU BIRU BIRU HIJAU
Goods
Lain‐lain (Al
8 PT. YKK AP Indonesia Manufaktur Banten PMA ‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐ MERAH MERAH ‐ BIRU ‐ HIJAU
profile)
Lain‐lain
9 PT. YKK Zipper Indonesia Manufaktur Jawa Barat PMA ‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐ MERAH HIJAU BIRU HIJAU
(Ritsluiting)
10 PT. Astra Daihatsu Motor ‐ Assy Plant Manufaktur Otomotif DKI Jakarta PMA ‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU
PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia ‐
11 Manufaktur Otomotif DKI Jakarta PMA ‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU BIRU BIRU HIJAU
Sunter I Plant
Pelapisan
12 PT. BlueScope Steel Indonesia Manufaktur Banten PMA ‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐ MERAH HIJAU BIRU ‐ HIJAU
logam
13 PT. Chandra Asri Manufaktur Petrokimia Banten PMA ‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU HIJAU BIRU HIJAU
14 PT. Nippon Shokubai Indonesia Manufaktur Petrokimia Banten PMA ‐‐‐‐‐ HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU
15 PT. TITAN Petrokimia Nusantara Manufaktur Petrokimia Banten PMA ‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU HIJAU
16 PT. Tri Polyta Indonesia, Tbk. Manufaktur Petrokimia Banten PMA ‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU BIRU BIRU HIJAU
Sumatera
17 PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Manufaktur Pulp PMDN ‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐ HIJAU HIJAU HIJAU
Utara
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 16
2002‐ 2003‐ 2004‐ 2006‐ 2008‐ 2009‐
No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Pemodalan
2003 2004 2005 2007 2009 2010
Pulp &
18 PT. Riau Andalan Pulp and Paper Mill Manufaktur Riau PMA MERAH BIRU HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU
paper
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. ‐
19 Manufaktur Semen Jawa Barat PMA HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU EMAS HIJAU
Pabrik Citeureup
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. ‐
20 Manufaktur Semen Jawa Barat PMA ‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU HIJAU
Pabrik Palimanan
PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. ‐ Pabrik
21 Manufaktur Semen Jawa Timur BUMN BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Tuban
Energi
22 Chevron Geothermal Salak, Ltd. PEM Jawa Barat PMA ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU
Geothermal
Energi
23 PT. Pertamina Geothermal Area Kamojang PEM Jawa Barat BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU
Geothermal
PT. Pertamina Geothermal Energy Area Energi Sulawesi
24 PEM BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ HIJAU HIJAU BIRU HIJAU
Lahendong Geothermal Utara
Energi
25 Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Ltd. PEM Jawa Barat PMA ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ HIJAU EMAS BIRU HIJAU
Geothermal
Energi Sulawesi
26 PT. Energy Sengkang PEM PMA ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU BIRU HIJAU
PLTGU Selatan
PT. Indonesia Power UBP Perak ‐ Grati PLTGU Energi
27 PEM Jawa Timur BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU BIRU HIJAU
Grati PLTGU
Energi
28 PT. Indonesia Power UBP Priok PEM DKI Jakarta BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
PLTGU
PT. Indonesia Power UBP Kamojang unit PLTP
29 PEM Energi PLTP Jawa Barat BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU
Gunung Salak
PT. Indonesia Power UBP Kamojang unit PLTP
30 PEM Energi PLTP Jawa Barat BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Kamojang
31 PT. Jawa Power PEM Energi PLTU Jawa Timur PMA BIRU HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU
Migas
32 PT. Pertamina DPPU Ngurah Rai PEM Bali BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU
Distribusi
Migas D.I.
33 PT. Pertamina S&D Reg II ‐ Rewulu PEM BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU BIRU HIJAU
Distribusi Yogjakarta
Migas Kalimantan
34 PT. Pertamina S&D Reg IV ‐ DPPU Sepinggan PEM BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU ‐ HIJAU
Distribusi Timur
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 17
2002‐ 2003‐ 2004‐ 2006‐ 2008‐ 2009‐
No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Pemodalan
2003 2004 2005 2007 2009 2010
Conocophillips (South Jambi), Ltd. ‐ PSC Gas
35 PEM Migas EP Jambi PMA ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU HIJAU
Operation.
36 Kodeco Energy Co. Ltd. PEM Migas EP Jawa Timur PMA ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU HIJAU
Kepulauan
37 Premier Oil Natuna Sea BV PEM Migas EP PMA ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Riau
PT. Medco E&P Indonesia ‐ Blok South Sumatera
38 PEM Migas EP PMDN ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU BIRU BIRU ‐ HIJAU
Sumatera Extension Selatan
Sumatera
39 PT. Medco E&P Indonesia ‐ Rimau Asset PEM Migas EP PMDN ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU
Selatan
40 PT. Medco E&P Indonesia Blok Kampar (Lirik) PEM Migas EP Riau PMDN ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU BIRU BIRU HIJAU
41 PT. Pertamina EP Region Jawa Field Subang PEM Migas EP Jawa Barat BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ MERAH BIRU HIJAU HIJAU
PT. Pertamina EP Unit Bisnis EP Jambi ‐ Area
42 PEM Migas EP Jambi BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU BIRU HIJAU
Selatan
TAC Pertamina ‐ PT. Semberah Persada Oil Kalimantan
43 PEM Migas EP BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU ‐ HIJAU
(EMP Semberah) Timur
Kalimantan
44 Total E&P Indonesia ‐ NPU PEM Migas EP PMA BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Timur
Kalimantan
45 Total E&P Indonesie ‐ CPA PEM Migas EP PMA BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Timur
Kalimantan
46 Vico Indonesia, LLC. ‐ Lapangan Badak PEM Migas EP PMA BIRU BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU
Timur
Kalimantan
47 Vico Indonesia, LLC. ‐ Lapangan Nilam PEM Migas EP PMA BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Timur
Migas
48 PT. Arun NGL PEM NAD BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ ‐‐‐‐‐‐‐ MERAH BIRU HIJAU
LNG/LPG
Migas Kalimantan
49 PT. Badak NGL PEM BUMN ‐‐‐‐‐‐‐ BIRU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
LNG/LPG Timur
Jawa
50 PT. Pertamina (Persero) RU IV ‐ Kilang Cilacap PEM Migas UP BUMN HITAM MERAH BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Tengah
Tambang Kalimantan
51 PT. Adaro Indonesia PEM PMDN BIRU BIRU MERAH HIJAU HIJAU HIJAU
Batubara Selatan
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 18
2002‐ 2003‐ 2004‐ 2006‐ 2008‐ 2009‐
No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Pemodalan
2003 2004 2005 2007 2009 2010
Tambang Kalimantan
52 PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin PEM PMDN BIRU BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU
Batubara Selatan
Tambang Kalimantan
53 PT. Berau Coal ‐ Site Binungan PEM PMDN ‐‐‐‐‐‐‐ MERAH BIRU BIRU BIRU HIJAU
Batubara Timur
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Unit Tambang Sumatera
54 PEM BUMN BIRU BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU
Pertambangan Tanjung Enim Batubara Selatan
PT. Aneka Tambang, Tbk. ‐ Unit Bisnis Tambang
55 PEM Jawa Barat BUMN BIRU BIRU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU
Pertambangan Emas Pongkor Mineral
Tambang
56 PT. Newmont Nusa Tenggara PEM NTB PMA HIJAU BIRU HIJAU HIJAU HIJAU HIJAU
Mineral
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 19
3.4.3 Perusahaan Berpredikat Hitam 2 (Dua) Kali Berturut turut.
Tabel di bawah ini akan menjabarkan nama‐nama perusahaan yang secara berturut‐turut mendapat
peringkat hitam yaitu pelaksanaan PROPER tahun lalu (2009‐2010) dan PROPER tahun ini (2009‐2010).
Perusahaan yang masuk dalam daftar ini keseluruhan berasal dari sektor agroindustri. Kaitannya
dengan perusahaan‐perusahaan tersebut Kementerian Lingkungan Hidup akan menindak‐lanjuti
dengan melakukan tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Karena perusahaan tersebut telah
secara sengaja dalam operasionalnya tidak melakukan kewajiban yang dipersyaratkan dalam
peraturan yang berlaku terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup. Khususnya dalam melakukan 3
(tiga) hal yaitu pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbah emisi gas buang, dan pengelolaan limbah
B3 nya.
Tabel 3.2 Daftar Peruahaan Berpredikat Hitam 2 (dua) kali berturut turut.
PT. Perkebunan Nusantara
2 Agroindustri Jawa HITAM HITAM
VIII Perkebunan Cikumpai
PT. Blambangan Raya
7 Agroindustri Jawa HITAM HITAM
Foodpackers Indonesia
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 20
PT. Sinar Pure Foods
12 Agroindustri Sumapapua HITAM HITAM
International
13 PT. Sumber Yalasamudera Agroindustri Jawa HITAM HITAM
PT. Inne Dong Wha
14 Agroindustri Kalimantan HITAM HITAM
Development
PT. Intracawood
15 Agroindustri Kalimantan HITAM HITAM
Manufacturing
16 PT. Kayu Lapis Asli Murni Agroindustri Kalimantan HITAM HITAM
17 PT. Sari Bumi Kusuma Agroindustri Kalimantan HITAM HITAM
18
PT. Agri Andalas ‐ PMKS
Agroindustri Sumatera HITAM HITAM
Sukaraja
19 PT. Bintang Harapan Desa Agroindustri Kalimantan HITAM HITAM
20 PT. Mitra Austral Sejahtera Agroindustri Kalimantan HITAM HITAM
PT. Perkebunan Nusantara VI
21 Agroindustri Sumatera HITAM HITAM
(Persero) PKS Bunut
22 PT. SIME Indo Agro Agroindustri Kalimantan HITAM HITAM
23 PT. Wana Sawit Subur Lestari Agroindustri Kalimantan HITAM HITAM
24 PT. Sumatera Telaga Tapioka Agroindustri Sumatera HITAM HITAM
3.5 Analisis berdasarkan Jenis Permodalan
Berdasarkan jenis permodalan, perusahaan PROPER dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penamanan Modal Dalam
Negeri (PMDN). Keikutsertaan perusahaan PROPER menurut jenis pemodalan adalah seperti terlihat
di gambar di bawah ini.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 21
Gambar 3.5.a Jumlah Peserta PROPER berdasar Status Pemodalan
Berdasarkan jumlah peserta PROPER, terbesar berasal dari perusahaan PMDN 261 perusahaan,
kemudian PMA 232 Perusahaan, dan terakhir BUMN 197 perusahaan. Dari sekian banyak perusahaan
tersebut distribusi penaatan berdasarkan pemodalan adalah seperti terlihat di dalam gambar di
bawah ini.
Status Pemodalan BUMN PMDN PMA Total
Emas 0 0 2 2
Hijau 18 9 27 54
Biru 132 160 143 435
Merah 38 65 49 152
Hitam 9 27 11 47
Total 197 261 232 690
Tabel 3.5.b Distribusi penatan PROPER berdasar Status Pemodalan
Berdasarkan data peringkat kinerja perusahaan PROPER, tingkat penaatan perusahaan PMDN paling
rendah yaitu 64%, dibandingkan dengan PMA 74% dan yang tertinggi adalah perusahaan BUMN yang
mencapai 76%. Hal ini berbeda dengan PROPER tahun lalu dimana PMA menduduki tempat teratas
dengan 80%, diikuti BUMN 68% dan terakhir PMDN 63%. Namun terkait dengan kinerja Beyond
Compliance untuk peringkat Hijau dan Emas, perusahaan PMA masih memimpin di urutan teratas
dengan memperoleh peringkat Hijau paling banyak yaitu 27 perusahaan dan yang mendapatkan
peringkat tertinggi yaitu emas terdapat 2 (dua) perusahaan. Sementara PMDN memperoleh peringkat
Hitam paling banyak yaitu mencapai 27 perusahaan.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 22
Tabel 3.5 Distribusi Peringkat PROPER berdasar Pemodalan .
Keadaan yang sama juga terjadi tahun lalu (24 perusahaan) dimana PMDN paling banyak berperingkat
hitam. Namun demikian, masih ada beberapa perusahaan PMA dan BUMN yang mendapatkan
peringkat Hitam, masing‐masing PMA 11 perusahaan dan BUMN 9 perusahaan.
Perusahaan PMDN yang memperoleh peringkat hitam antara lain berasal dari jenis industri
pengolahan ikan, karet, plywood, sawit, yang sebagian besar berasal dari sektor agroindustri.
Diharapkan pada periode penilaian berikutnya, perusahaan baru ini dapat meningkatkan kinerja
pengelolaan lingkungannya.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 23
BAB IV
PENUTUP
Penyampaian peringkat PROPER kepada publik ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara
menyeluruh sekaligus terinci mengenai tingkat kesadaran, kepedulian serta komitmen perusahaan
terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Di tengah kondisi makin meningkatnya pencemaran,
kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, sementara makin terbatasnya ketersediaan sumberdaya
alam dan masih tingginya tekanan dari krisis keuangan global, dorongan terhadap peningkatan
penaatan menjadi semakin penting.
Perusahaan‐perusahaan yang memperoleh peringkat taat (Biru, Hijau dan Emas) menunjukkan
kemampuan untuk terus berusaha dengan tetap menjaga lingkungan. Adanya peningkatan
perusahaan yang memperoleh peringkat Hijau dan Emas selama 3 tahun terakhir menunjukkan
konsistensi komitmen perusahaan mengintegrasikan aspek usahanya sebagai bagian dari masyarakat
dan pengelolaan lingkungan hidup dalam konteks tripple bottom line. Inovasi kegiatan pengembangan
masyarakat, penerapan sistem manajemen lingkungan secara lebih terukur dan pemanfaatan limbah
dan konservasi sumberdaya alam seperti energi dan air akan tetap didorong melalui pengembangan
pelaksanaan PROPER selanjutnya.
Adanya ketidaktaatan oleh perusahaan merupakan tantangan bagi perusahaan untuk melakukan
perbaikan internal, baik dari komitmen pimpinan puncak, aspek manajemen, teknologi dan
sebagainya. Bagi pemerintah, termasuk pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota,
ketidaktaatan ini menjadi masukan bagi penyediaan berbagai kebijakan dan peraturan serta
pengawasan yang teratur untuk mendukung peningkatan penaatan. Bagi masyarakat, baik sebagai
konsumen maupun sebagai masyarakat umum, diharapkan dapat lebih berperan dalam mendorong
perusahaan sebagai produsen yang lebih bertanggung‐jawab. Diharapkan penilaian penaatan melalui
PROPER yang dilakukan secara terus‐menerus dapat lebih mendorong perusahaan untuk lebih
berupaya dalam memenuhi seluruh peraturan lingkungan.
Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010 24
Lampiran Laporan Hasil Penilaian PROPER 2010
Peringkat Emas | 2 | Perusahaan
Pollution
PROP
environmental
Rating