Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Word Health Organization (WHO) menyebutkan diare dapat

menyebabkan kematian nomer dua di dunia (WHO, 2013). Salah satu target

MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak, termasuk

menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh diare. Jika pencegahan

diare tidak dilakukan dengan cepat dan berkelanjutan, maka kemungkinan

sebanyak 760.000 anak akan meninggal setiap tahunnya. Tetapi jika

penanganan diare dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah kematian

akan menurun setiap tahunnya (WHO, UNICEF, 2013).

Diare akut merupakan penyakit di Indonesia yang masih sangat tinggi.

Dengan penderita terbanyak adalah bayi dan balita. Dari hasil riset

kesehatan dasar yang dilakukan oleh kementrian kesehatan pada tahun

2017, diare akut merupakan penyebab kematian bayi (31,4%) balita (25,2%).

(Kemenkes RI, 2017). Penyebab utama diare atau disentri di Indonesia

adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan

Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella

dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri,

Salmonella dan Enteroinvasive E.coli.

Riskesdas (2013) menyatakan bahwa insiden diare (<2 minggu

terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran

provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran

1
2

provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan periode prevalance diare (>2 minggu – 1

bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7%). Pada

tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 provinsi, 8 kabupaten jumlah

penderita 646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Sedangkan

tahun 2014 terjadi 6 KLB diare yang tersebar di provinsi, jumlah penderita

yang berada di 6 kabupaten/kota yaitu 2.549 orang dengan kematian 29

orang (CFR 1,14%). Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB tahun

2014 sebesar 1,14% sedangkan target CFR pada KLB Diare diharapkan

<1%. Dengan demikian secara nasional, CFR KLB diare tidak mencapai

target program. (Riskesdas 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di

puskesmas Basirih Baru didapatkan data 10 penyakit terbanyak pada tahun

2016, 2017 dan 2018 yang dapat dilihat pada table berikut

Tabel 1.1 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Basirih Baru


Banjarmasin Tahun 2016
No Jenis Penyakit Jumlah kasus
1 ISPA 2176
2 Hipertensi Essential 1947
3 Gastritis 1155
4 Batuk 712
5 Myalgia 708
6 Sakit Kepala 694
7 Demam 567
8 Influenza 354
9 Diabetes Melitus 351
10 Diare dan GE 271
Jumlah 8935
Sumber : di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2016

Berdasarkan tabel 1.1 data yang diperoleh dari puskesmas Basirih Baru

Banjarmasin, jumlah penderita Diare untuk tahun 2016 menduduki peringkat

ke 10 dari 10 kasus terbanyak dari jumlah total 8935 orang.


3

Tabel 1.2 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Basirih Baru


Banjarmasin Tahun 2017
No Jenis Penyakit Jumlah kasus
1 ISPA 2176
2 Hipertensi Essential 1947
3 Gastritis 1155
4 Batuk 712
5 Myalgia 708
6 Sakit Kepala 694
7 Demam 567
8 Influenza 354
9 Diabetes Melitus 351
10 Diare dan GE 271
Jumlah 8935
Sumber : di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2017

Berdasarkan tabel 1.2 data yang diperoleh dari puskesmas Basirih Baru

Banjarmasin, jumlah penderita Diare untuk tahun 2017 menduduki peringkat

ke 10 dari 10 kasus terbanyak dari jumlah total 8935 orang

Tabel 1.3 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Basirih Baru


Banjarmasin Tahun 2018
No Jenis Penyakit Jumlah kasus
1 2 3
1 Hipertensi Essential 1871
2 ISPA 1808
3 Gastritis 1195
4 Myalgia 656
5 Batuk 452
6 Sakit Kepala 419
7 Dermatitis 357
8 Diare dan GE 345
9 Diabetes Melitus 302
10 Penyakit lain –lainnya 186
Jumlah 7591
Sumber : di Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2018

Berdasarkan tabel 1.3 data yang diperoleh dari puskesmas Basirih Baru

Banjarmasin, jumlah penderita Diare untuk tahun 2018 menduduki peringkat

ke 8 dari 10 kasus terbanyak dari jumlah total 7591 orang.

Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan. Cairan merupakan

komposisi terbesar dalam tubuh manusia. Cairan berperan dalam menjaga

proses metabolisme dalam tubuh. Untuk menjaga kelangsungan proses


4

tersebut adalah keseimbangan cairan. Cairan dalam tubuh manusia

normalnya adalah seimbang antara asupan (input) dan haluaran (output).

Jumlah asupan cairan harus sama dengan jumlah cairan yang dikeluarkan

dari tubuh. Perubahan sedikit pada keseimbangan cairan dan elektrolit tidak

akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan tetapi, jika terjadi ketidak

seimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya akan menimbulkan

dampak bagi tubuh manusia. Pengaturan keseimbangan cairan tubuh,

proses difusi melalui membran sel, dan tekanan osmotik yang dihasilkan oleh

elektrolit pada kedua kompartemen (Mubarak, 2015).

Diare sering menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih

lemah, sehingga mudah terkena bakteri penyebab diare. Jika diare disertai

muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan).

Inilah yang harus selalu diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan

dalam pertolongan dan mengakibatkan kematian. Dehidrasi yang terjadi pada

bayi ataupun anak akan cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena

seorang anak berat badannya lebih ringan daripada orang dewasa. Maka

cairan tubuhnya pun relatif sedikit, sehingga jika kehilangan sedikit saja

cairan dapat mengganggu organ-organ vitalnya. Dehidrasi akan semakin

parah jika ditambah dengan keluhan lain seperti mencret dan panas karena

hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus kematian balita karena

dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya terjadi karena

ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya ini (Cahyono,

2010).

Cairan dan elektrolit sangat penting mempertahankan keseimbangan

atau homeostosis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat


5

mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air

yang mengandung partikel - partikel bahan organik dan anorganik yang vital

untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen - komponen kimiawi

(FKUI, 2016).

WHO (2006) menyatakan bahwa oral rehidration teraphy (ORT)

merupakan langkah awal tepat dan efektif untuk melawan diare akut yang

mampu menurunkan angka kematian dari 4,5 juta menjadi 1,8 juta. Oralit

diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang

saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air

minum tidak mengandung garam dan elektrolit yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih

diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam

oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare (Ariadi, 2012).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Sayoeti (2015) bahwa

oralit dengan osmolaritas rendah tidak hanya mengembalikan keseimbangan

konsentrasi natrium dan kalium saja tetapi mempercepat penyembuhan diare

dan tepat diberikan pada pada penderita diare akut dehidrasi ringan-sedang.

Penelitian Spandofer, et al (2016) menyatakan bahwa pemberian

rehidrasi melalui oral membutuhkan pengobatan yang lebih singkat daripada

dengan rehidrasi melalui intrvena yaitu 72 jam lebih pendek daripada

intravena.

Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam

bentuk karya ilmiah dengan judul penyuluhan kesehatan tentang

pencegahan diare pada asuhan keperawatan keluarga di Wilayah Kerja

Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2019.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah

penelitian “Bagaimanakah penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare

pada asuhan keperawatan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Basirih

Baru Banjarmasin Tahun 2019”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare

pada asuhan keperawatan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Basirih

Baru Banjarmasin Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Bagaimanakah pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga klien

diare dengan intervensi utama penyuluhan kesehatan tentang

pencegahan diare di Wilayah Kerja Puskesmas Basirih Baru

Banjarmasin Tahun 2019.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada asuhan

keperawatan keluarga klien diare dengan intervensi utama

penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2019

c. Menentukan intervensi keperawatan keluarga pada asuhan

keperawatan keluarga klien diare dengan intervensi utama

penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2019


7

d. Melaksanakan implementasi keperawatan keluarga pada asuhan

keperawatan keluarga klien diare dengan intervensi utama

penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2019.

e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada asuhan

keperawatan keluarga klien diare dengan intervensi utama

penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2019

f. Melakukan pendokumentasian keperawatan keluarga pada asuhan

keperawatan keluarga klien diare dengan intervensi utama

penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Basirih Baru Banjarmasin Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Penelian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran akan pentingnya pemberian oralit pada klien yng mengalami

diaresebagai pertolongan pertama untuk mengatasi kehilangan cairan

yang berlebih.

2. Bagi Peneliti

Penulis berharap dengan studi kasus ini dapat memberikan asuhan

keperawatan, mengimplementasikan sesuai dengan intervensi yang

sudah direncakan dan dapat memberikan manfaat bagi penyakit diare

dan tidak menyebabkan komplikasi yang serius.


8

3. Peneliti lain

Dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. Dengan

menggunakan metode serta fariable lain dalam penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan diare.

Anda mungkin juga menyukai