Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ANALISIS

AKUNTANSI

PT AGUNG PODOMORO LAND TBK


Podomoro City – APL Tower Lt. 43-46
Jl. Let. Jend. S. Parman Kav. 28
Jakarta 11470
2

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Analisis Laporan Keuangan

Dosen : Hj. Prima Yusi Sari, S.E., M.E., Ak.

Disusun Oleh :
Jhulfah Hermawan 120110170013
Nurrizkyanti Rachmi F 120110170070
Enike Kris Monika Barus 120110170114

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat dan
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Analisis Akuntansi PT
Agung Podomoro Land Tbk”. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang diampu oleh Ibu Hj. Prima Yusi
Sari, S.E., M.E., Ak.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka memperluas
pengetahuan serta wawasan pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini dengan saran
yang membangun.

Jatinangor, 4 Maret 2020

Penyusun
4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................3
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................6
2.1Konsep Basis Akrual ...........................................................................................................6
2.2 Konsep Basis Kas................................................................................................................7
2.3 Perbandingan Kas dengan Akrual ..............................................................................10
2.4 Konsep Kualitas Laba .....................................................................................................10
2.5 Konsep Manajemen Laba .............................................................................................12
2.6 Motivasi dalam Manajemen Laba ..............................................................................13
2.7 Analisis Akuntansi ............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................25


5

Bab I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agung Podomoro Land adalah salah satu pengembang properti terintegrasi
terkemuka yang dikenal sebagai pelopor konsep superblok di Indonesia.
Perusahaan yang telah memperjualbelikan sahamnya di Bursa Efek Indonesia ini
secara rutin menerbitkan laporan tahunan kepada pihak eksternal dengan
tujuan sebagai bentuk keterbukaan informasi perusahaan.

Analisis akuntansi merupakan tahap penting bagi pihak yang berkepentingan


terhadap perusahaan untuk mengevaluasi kesesuaian pencatatan akuntansi
perusahaan terhadap realita bisnis yang dihadapi oleh perusahaan tersebut.
Untuk itu kami akan membahas proses analisis akuntansi PT Agung Podomoro
Land dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep akrual dan basis kas?
2. Bagaimana konsep kualitas laba dengan manajemen laba?
3. Bagaimana motivasi PT Agung Podomoro Land, Tbk dalam melakukan
manajemen laba?

4. Bagaimana langkah-langkah pada PT Agung Podomoro Land, Tbk


melakukan analisis akuntansi?

1.1 Tujuan
1. Untuk Bagaimana konsep akrual dan basis kas.
2. Untuk Bagaimana konsep kualitas laba dengan manajemen laba.

3. Bagaimana motivasi PT Agung Podomoro Land, Tbk dalam melakukan


manajemen laba.

4. Bagaimana langkah-langkah pada PT Agung Podomoro Land, Tbk


melakukan analisis akuntansi.
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP BASIS AKRUAL


Basis Akrual adalah proses pencatatan transaksi akuntansi dimana transaksi
dicatat pada saat terjadi, meskipun belum menerima ataupun mengeluarkan kas.
Pada metode ini, pendapatan dicatat pada saat terjadi penjualan meskipun kas
belum diterima, sedangkan biaya dicatat pada saat biaya tersebut dipakai atau
digunakan, meskipun belum mengeluarkan kas. Dengan demikian, pada metode
ini pendapatan dicatat pada saat terjadi penjualan, meskipun kas belum diterima.
Basis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau peristiwa
akuntansi diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan berdasarkan
pengaruh transaksi pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan
waktu kas diterima atau dibayarkan.
Dengan kata lain, basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban
dan ekuitas dana. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best
practice dalam pengelolaan keuangan modern yang sesuai dengan prinsip New
Public Management (NPM) yang mengedepankan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan.
Akrual basis mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
1. Pengakuan Pendapatan

Saat pengakuan pendapatan pada basis akrual adalah pada saat


perusahaan mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan
perusahaan. Dalam konsep basis akrual, mengenai kapan kas benar-benar
diterima menjadi hal yang kurang penting. Oleh karena itu, dalam basis akrual
kemudian muncul estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah
diakui padahal kas belum diterima.
2. Pengakuan Beban

Pengakuan beban dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah


terjadi. Dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi,
7

maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya
meskipun beban tersebut belum dibayar.

2.2. KONSEP BASIS KAS


Basis kas adalah proses pencatatan transaksi akuntansi dimana transaksi dicatat
pada saat menerima kas atau pada saat mengeluarkan kas. Pada metode ini,
pendapatan dicatat pada saat menerima kas, sedangkan biaya dicatat pada
saat mengeluarkan kas. Sebagai contoh, pada metode ini, pendapatan belum
dicatat meskipun barang atau jasa sudah diberikan kepada pembeli atau
pelanggan. Pendapatan baru akan dicatat pada saat pembeli atau pelanggan
membayar sejumlah uang atau kas kepada pembeli. Pada praktik akuntansi
dewasa ini, metode basis kas jarang digunakan.
Konsep dasar basis kas diterapkan dalam dua hal berikut ini:
1. Pengakuan Pendapatan

Hal ini diakui ketika perusahaan betul-betul telah menerima kas. Jika
transaksi penjualan, perusahaan tidak perlu melakukan penagihan akan hal ini
karena setiap transaksi dilakukan secara tunai.
2. Pengakuan Beban

Hal ini diakui ketika perusahaan betul-betul telah mengeluarkan kas.

2.3. PERBANDINGAN KAS DENGAN AKRUAL


Setiap basis akuntansi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut
ini rincian perbandingan basis kas dan basis akrual.

2.3.1 Basis Kas

Akuntansi berbasis kas ini tentu mempunyai kelebihan dan


kekurangan. Kelebihan-kelebihan akuntansi berbasis kas adalah:

• Relatif sederhana sehingga mudah untuk dimengerti dan


dijelaskan.
8

• Proses audit lebih mudah.


• Lebih mudah dalam pengendalian belanja.
• Laporan keuangan berbasis kas dapat memperlihatkan sumber
dana, alokasi dan penggunaan sumber-sumber kas.
• Mudah untuk dimengerti dan dijelaskan, pembuat laporan
keuangan tidak membutuhkan pengetahuan yang mendetail
tentang akuntansi, dan tidak memerlukan pertimbangan ketika
menentukan jumlah arus kas dalam suatu periode.

Sementara itu keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah :

• Hanya memfokuskan pada arus kas dalam periode pelaporan


berjalan, dan mengabaikan arus sumber daya lain yang mungkin
berpengaruh pada kemampuan perusahaan untuk menyediakan
barang-barang dan jasa-jasa saat sekarang dan saat mendatang
sehingga rentan manipulasi arus kas.
• Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan, karena
tidak terdapat pencatatan secara double entry sehingga tidak
pernah bisa mengetahui posisi dan risiko keuangan (blind spot
accounting).
• Tidak dapat menyediakan informasi mengenai biaya pelayanan
sebagai penetapan harga, kebijakan untuk kontrol dan evaluasi
kinerja.
• Mendorong kecenderungan belanja sampai anggaran habis.
• Tidak ada pengendalian aset non kas secara terkoordinasi melalui
akuntansi.
• Aset terabaikan atau tidak digunakan dengan efektif.
• Pembengkakan utang dan risiko kebangkrutan tidak terdeteksi
melalui akuntansi dan laporan keuangan.

2.3.2 Basis Akrual

Kelebihan dari basis akrual adalah:


9

• Menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik untuk tujuan


pengambilan keputusan.
• Pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih akurat.
• Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun pelaporan
karena penilaian kesehatan keuangan dikaitkan pada kinerja
perusahaan.
• Dapat menghasilkan nilai aset, kewajiban dan ekuitas yang lebih
baik.
• Pengukuran penilaian biaya suatu program/kegiatan yang lebih
baik.
• Menyelaraskan/meratakan belanja modal dengan akuntansi
penyusutan.
• Mengubah perilaku keuangan para penggunanya menjadi lebih
transparan dan akuntabel.
• Lebih efektifnya audit karena akuntansi akrual menyediakan
catatan yang jelas dan koheren.

Kelemahan basis akrual adalah:

• Relatif lebih kompleks dibanding basis akuntansi kas sehingga


membutuhkan SDM dengan kompetensi akuntansi yang memadai.
• Relevansi akuntansi akrual basis akan menjadi terbatas.
• Ada risiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat
membuat mengurangi pendapatan perusahaan.
• Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat
mengurangi pendapatan perusahaan.
• Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas
yang belum dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.

Untuk lebih memahami perbedaan antara uang tunai dan akrual,


mari kita lihat contoh di bawah ini.
10

2.4. KONSEP KUALITAS LABA

Tujuan utama pelaporan keuntungan adalah untuk mempersilahkan investor


memprediksikan arus kas di masa depan. Meskipun bukti bahwa laba akuntansi
merupakan indikator baik dari pengembalian saham, penggunaan pendekatan
transaksi terhadap penentuan laba sejalan dengan prinsip konservatisme dan
desakan materialitas telah menggiring analisis sekuritas kepada kesimpulan bahwa
laba ekonomi adalah indikator prediksi atas arus kas di masa depan daripada laba
akuntansi. Sebagai konsekuensinya, individu tersebut menyarankan menilai kualitas
laba untuk memperkirakan arus kas di masa depan. Kualitas laba diartikan sebagai
tingkat hubungan antara laba akuntansi perusahaan dengan laba ekonominya.
Beberapa teknik mungkin dapat digunakan untuk menilai kualitas laba, antara lain:
1. Bandingkan prinsip akuntansi yang diterapkan perusahaan dengan
prinsip yang digunakan secara umum dan perusahaan kompetitor.
Apakah prinsip yang digunakan oleh perusahaan melambungkan
laba?
2. Tinjau ulang perubahan terakhir atas prinsip akuntansi dan perubahan
dalam perkiraan-perkiraan untuk menentukan apakah hal ini
melambungkan laba?
3. Tentukan apakah beban diskresi seperti iklan telah ditangguhkan
dengan membandingkan nya terhadap beban yang sama pada
periode sebelumnya?
4. Coba untuk menilai apakah suatu beban seperti beban garansi tidak
tergambarkan pada laporan laba rugi?
5. Tentukan biaya penggantian terkait persediaan dan aset lainnya. Beri
penilaian apakah perusahaan mampu menyediakan arus kas yang
cukup untuk menggantikan asetnya?
6. Tinjau ulang catatan atas laporan keuangan untuk menentukan
apakah ada kontijensi kerugian yang mungkin akan mengurangi nilai
laba di masa depan dan arus kas.
11

7. Tinjau ulang hubungan antara penjualan dan piutang untuk


menentukan apakah piutang berkembang lebih cepat daripada
penjualan.
8. Tinjau ulang diskusi manajemen dan seksi analisis dalam laporan
tahunan dan opini auditor untuk menentukan opini manajemen atas
masa depan perusahaan dan untuk menandai isu akuntansi utama
yang ada.

Teknik tersebut dapat membantu menentukan apakah laporan keuangan


perusahaan belum secara cukup menggambarkan substansi ekonomi dalam
operasi perusahaan. Lev dan Thiagarajan menemukan bahwa kualitas laba yang
disesuaikan untuk penerimaan dan kerugian yang tidak berkelanjutan mendukung
penjelasan yang lebih baik atas perubahan harga saham daripada yang
dicantumkan dalam laporan laba rugi. Sebagai konsekuensinya, investor harus
mencoba menyesuaikan laporan keuangan untuk menggambarkan ralitas
ekonomi.
Terdapat bukti bahwa investor menjadi semakin tertarik dalam isu kualitas
laba. Pada akhir 1999, harga saham american express, Pitney Bowes dan Tyco
International mengalami dampak secara negatif setelah perusahaan melaporkan
penerimaan tidak berkelanjutan sebagai bagian dari laporan perempat
tahunannya yang secara nyata dianggap pasar sebagai usaha untuk mencapai
harapan laba. Pada tahun-tahun sebelumnya,investor seringkali mengacuhkan
komponen dari angka laba perempat tahunan sepanjang perkiraan laba dapat
terpenuhi. Bagaimanapun, saat ini nampak bahwa pasar sedang melihat
komponen angka laba lebih skeptis.
SEC juga telah menyampaikan ketertarikannya atas isu tersebut. Secara
spesifik, hal ini telah mengadopsi aturan yang akan memperbolehkan untuk
mempertimbangkan apa yang mungkin akan mendorong perusahaan untuk
membuat atau menggagalkan penyesuaian atas laporan keuangannya. Perhatian
atas hal ini muncul dari fakta bahwa gagalnya estimasi laba yang diharapkan
karena (bahkan) jumlah yang kecil kadangkala memberikan dampak yang luas
pada harga saham perusahaan. Konsekuensinya, panduan tersebut
12

mengindikasikan bahwa jika perusahaan memperkirakan bahwa sebuah hal kecil


akan memberikan dampak negatif yang signifikan , maka hal tersebut harus
dilaporkan.

2.5. KONSEP MANAJEMEN LABA


Aspek lainnya dari isu kualitas laba adalah manajemen laba. Secara umum
manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk
mengintervensi atau mempengaruhi informasi yang ada di dalam laporan
keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba terjadi ketika para manajer
menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan mengubah
transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder
yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk
memengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang
dilaporakan dalam laporan keuangan.
Adapaun pola manajemen laba adalah sebagai berikut :
1. Taking a Bath

Pada pola ini, manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan


membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada laporan saat ini.
Selain itu ia juga harus melakukan clear the desk atau menyembunyikan bukti
yang ada, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang
meningkat.
2. Income Minimization

Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi.


Gunanya agar tidak mendapat perhatian secara politis. Tindakan yang
dilakukan berupa penghapusan pada barang modal dan aktiva tak
berwujud, biaya iklan, serta pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan.
3. Income Maximization
13

Tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Selain untuk


mendapatkan bonus yang lebih besar, cara ini juga bisa melindungi
perusahaan saat melakukan pelanggaran perjanjian utang. Tindakan yang
dilakukan manajemen adalah dengan memanipulasi data akuntansi dalam
laporan.
4. Income Smoothing

Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan
pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor
lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.6. MOTIVASI DALAM MANAJEMEN LABA


PT. Agung Podomoro Land,Tbk melakukan beberapa earning management dan
terdorong dari beberapa motivasi yang menyebabkan manajer perusahaan
melakukan manipulasi data keuangan perusahaan. Berikut adalah beberapa
motivasi yang terjadinya manajemen data laba:
1. Bonus purposes

Manajer akan melakukan tindakan oportunistik dengan cara


memaksimalkan laba hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Karena
itulah manajemen laba ini sebaiknya tidak dilakukan karena hanya akan
berdampak negative pada perusahaan terkait.
2. Political motivation

Banyak perusahaan yang bermain politik, karena itulah beberapa


perusahaan melakukan earnings management hanya untuk mengurangi
visibilitas. Perusahaan yang melakukan hal seperti ini biasanya perusahaan
yang menaungi hajat hidup banyak orang seperti perusahaan minyak, gas
dan lain-lain.
3. Taxation motivation

Pajak pendapatan mungkin bisa menjadi motivasi paling nyata dari


manajemen laba yang satu ini, karena itulah otoritas perpajakan memaksakan
peraturan akuntansi untuk menghitung pajak pendapatan. Mengurangi ruang
14

lingkup perusahaan untuk melakukan manuver memang harus dilakukan agar


tidak terjadi kecurangan.
4. Perubahan CEO (Chief Executive Officer)

Motivasi lain yang menjadi penyebab perubahan data laba adalah


karena adanya pergantian CEO dalam suatu perusahaan. Hipotesis
perencanaan bonus memprediksi bahwa pengunduran diri CEO akan
memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus mereka.
5. IPO (Initial Public Offering)

Perusahaan yang akan melakukan IPO dan belum memiliki nilai pasar
yang sudah terbangun, dan memungkinkan manajer perusahaan tersebut
melakukan manajemen data laba hanya untuk menaikkan harga saham
mereka. Itulah beberapa jenis manipulasi data laba hingga motivasi yang bisa
menjadi alasan kenapa suatu perusahaan harus melakukan manajemen laba.

Sebaiknya anda melakukan manajemen laba hanya untuk menyelamatkan


perusahaan dan tidak merugikan banyak orang. Bersikap terbuka adalah ide yang
lebih bagus dari pada harus mendirikan perusahaan yang penuh manipulasi data
keuangan seperti laba, terima kasih.

2.7 Analisis Akuntansi


• Tahap pertama : mengidentifikasi kebijakan akuntansi utama perusahaan
Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan
Menurut Peraturan OJK No. 29 Tahun 2016 setiap emiten yang melakukan Go
Public di Bursa Efek Indonesia setiap tahunnya wajib menyampaikan laporan
keuangan dan Laporan Tahunan. Dokumen yang wajib disampaikan
berdasarkan Pasal 4 POJK No. 29 Tahun 2016.
Laporan Tahunan wajib paling sedikit memuat :
1. Ikhtisar data keuangan penting
2. Informasi saham (jika ada)
3. Laporan Direksi
4. Laporan Dewan Komisaris
15

5. Profil Emiten atau Perusahaan Publik


6. Analisis dan Pembahasan Manajemen
7. Tata Kelola Emiten atau Perusahaan Publik
8. Tanggung jawab sosial dan lingkungan Emiten atau Perusahaan Publik
9. Laporan Keuangan yang telah diaudit
10. Surat pernyataan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
tentang tanggung jawab atas Laporan Tahunan.
Berikut ini adalah hasil pengecekan kelengkapan konten dari Laporan PT
Agung Podomoro Land Tbk Tahun 2018 dengan POJK No. 29 Tahun 2016
No Konten Wajib Ada/Tidak
1 Ikhtisar data keuangan penting Ada
2 Informasi saham (jika ada) Ada
3 Laporan Direksi Ada
4 Laporan Dewan Komisaris Ada
5 Profil Emiten atau Perusahaan Publik Ada
6 Analisis dan Pembahasan Manajemen Ada
7 Tata Kelola Emiten atau Perusahaan Publik Ada
Tanggung jawab sosial dan lingkungan Emiten atau
8 Ada
Perusahaan Publik
9 Laporan Keuangan yang telah diaudit Ada
Surat pernyataan anggota Direksi dan anggota
10 Dewan Komisaris tentang tanggung jawab atas Ada
Laporan Tahunan.
Penyajian dalam Bahasa Indonesia dan/atau
11 Ada
Bahasa Inggris
Perusahaan menyampaikan beberapa laporan secara rutin :
▪ Laporan Tahunan
▪ Laporan Keuangan Tahunan ( Audited dan Unaudited)
▪ Laporan Keuangan Kuartal
Laporan Keuangan Konsolidasian dan Entitas Anak PT Agung Podomoro
Land Tbk tahun buku 2018 diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanubrata
16

Sutanto Fahmi Bambang & Rekan dengan memperoleh opini “Wajar


Tanpa Pengecualian”.
Pada Catatan Atas Laporan Arus Keuangan Perseroan Tahun 2018,
Perseroan menggunakan beberapa PSAK dalam penyajian laporan
keuangan :
Standar yang berlaku efektif pada tahun berjalan:

Sumber : Annual Report APLN 2018


Standar dan intepretasi telah diterbitkan tapi belum diterapkan:
17

a. Opini auditor : Unqualified


b. Pemakaian biaya historis kecuali instrumen keuangan tertentu yang
diukur pada nilai wajar pada setiap akhir periode pelaporan, yang
dijelaskan dalam kebijakan akuntansi.
c. Biaya historis umumnya didasarkan pada nilai wajar dari imbalan
yang diberikan dalam pertukaran barang dan jasa.
d. Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan
metode langsung dengan mengelompokka arus kas dalam
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
e. Akuisisi bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi
dengan nilai wajar.
f. Goodwill diukur sebagai selisih lebih dari nilai gabungan dari
imbalan yang dialihkan, jumlah setiap kepentingan non-
pengendali pada pihak diakuisisi dan nilai wajar.
g. Metode penyusutan asset tetap dihitung dengan menggunakan
metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran
masa manfaat ekonomis asset tetap seperti berikut :
a. Bangunan 10-30 tahun
b. Peralatan Kantor 4-8 tahun
c. Kendaraan 4-8 tahun
d. Perlengkapan proyek 4-8 tahun
e. Mesin dan peralatan 4-8 tahun
h. Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak
disusutkan.
i. Biaya yang terjadi sehubungan dengan pembangunan kantor
pemasaran, ruang pamer dan kantor operasional ditangguhkan
dan diamortisasi dengan metode garis lurus dengan masa manfaat
2 – 4 tahun.
j. Grup memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk semua
karyawan tetapnya sesuai dengan Undang Undang
18

Ketenagakerjaan No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang


disisihkan oleh Grup sehubungan dengan imbalan pasca kerja.
k. Pendapatan dari penjualan apartemen, perkantoran dan
bangunan sejenisnya, yang pembangunannya dilaksanakan lebih
dari satu tahun diakui dengan menggunakan metode persentase
penyelesaian (percentage of completion method).
l. Pendapatan dari penjualan rumah, rumah toko, apartemen,
perkantoran dan bangunan sejenis lainnya beserta tanah
kavlingnya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual
method).
m. Grup mengakui pendapatan dan beban pokok penjualan dari
proyek yang masih dalam progres pembangunan berdasarkan
metode persentase penyelesaian.
• Tahap kedua : menilai penggunaan fleksibilitas akuntansi perusahaan
Jika dilihat dari laporan keuangan maupun laporan tahunan, informasi
mengenai seberapa besar fleksibilitas manajer tidak ditunjukkan di laporan
manapun karena informasi ini bersifat internal dan hanya diketahui oleh
pihak internal perusahaan.
• Tahap ketiga : menilai strategi yang dijalankan perusahaan
Pada tahun 2017, PT Agung Podomoro Land Tbk melakukan perubahan
asumsi keuntungan dengan Pengukuran Kembali Keuntungan atau Kerugian
aktuarial yang timbul. Hal ini ditampilkan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan pada akun Liabilitas Imbalan Pasca Kerja sebagai berikut :
:

Perhitungan imbalan pascakerja dihitung oleh aktuaris independen PT


Pointera Aktuarial Strategis dan PT Ricky Leonard Jasatama pada tanggal 31
19

Desember 2018 dan 2017. Asumsi utama yang digunakan dalam menentukan
penilaian aktuarial adalah sebagai berikut:

Asumsi aktuarial yang signifikan untuk penentuan kewajiban imbalan pasti


adalah tingkat diskonto dan kenaikan gaji yang diharapkan. Sensitivitas
analisis di bawah ini ditentukan berdasarkan masing-masing perubahan
asumsi yang mungkin terjadi pada akhir periode pelaporan, dengan semua
asumsi lain konstan.
Selanjutnya, dalam menyajikan analisis sensitivitas di atas, nilai kini kewajiban
imbalan pasti dihitung dengan menggunakan metode projected unit credit
pada akhir periode pelaporan, yang sama dengan yang diterapkan dalam
menghitung liabilitas manfaat pasti yang diakui dalam laporan posisi
keuangan. Tidak ada perubahan dalam metode dan asumsi yang digunakan
dalam penyusunan analisis sensitivitas dari tahun sebelumnya.
• Tahap keempat : menilai kualitas pengungkapan perusahaan
Pada tahun 2018 Perseroan membukukan penjualan dan pendapatan usaha
yang turun 28,5% dibandingkan tahun 2017. Walaupun kondisi pasar properti
belum membaik di tahun 2018 tetapi tidak ada faktor material yang
berpotensi menghambat pertumbuhan pendapatan Perseroan.
Dilihat dari laporan keuangan di bagian laporan auditor independen,
informasi mengenai pertimbangan kebijaksanaan manajer dalam
mengungkapkan informasi akuntansi karena auditor beropini bahwa Informasi
Laporan Keuangan Induk disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, berkaitan dengan laporan keuangan konsolidasian terlampir secara
keseluruhan.
• Tahap kelima : mengidentifikasi adanya potensi red flag
Earnings Management Analysis
1. DSRI
20

Indeks jumlah Kari dalam penerimaan basil piutang atas penjuaIan (DSRI)
Rasio ini membandingkan piutang usaha terhadap penjualan yang
dihasilkan perusahaan pada suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t-1).
Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut

Days Receivables Index (DSRI) 2018 2017


Net Receivables Rp1.678.122.770 Rp1.535.306.130
Sales Rp5.035.325.429 Rp7.043.036.602
DSRI 2 Manipulators

Beneish menyatakan bahwa jika DSRI >1, maka hal ini menunjukksn adanya
peningkatan atas jumlah piutang usaha yang dimiliki. Kondisi tersebut
mengindikasikan terjadinya earning overstatement.
2. GMI
Rasio ini membandingkan perubahan laba kotor yang dihasilkan
perusahaan pada suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (T-1)

Gross Margin Index 2018 2017


Sales Rp5.035.325.429 Rp7.043.036.602
COGS Rp2.616.667.124 Rp3.620.910.976
GMI 1,49333E-19 Manipulators

Beneish (1999) menyatakan bahwa jika GMI >1, m aka hal ini
menunjukkanterja d in ya penu ru nan a tas l aba ko tor peru s ahaan
yang m erepres en tas ik an pros pe k perusahaan yang mengalami
penurunan. Kondisi ini mengindikasikan terjadinya earning overstatement.
3. Indeks atas kualitas aset (AQI)
Rasio ini membandingkan aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh
perusahaan selain aktiva tetap dengan total aktiva perusahaan pada
suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t-1).
Asset Quality Index 2018 2017
Total Current Assets Rp8.275.422.732 Rp9.432.973.701
Property and
equipment – net Rp29.453.833 Rp31.336.240
Total Assets Rp14.658.245.264 Rp14.673.898.201
AQI 1,220855254 Manipulators
21

Beneish menyatakan bahwa jika AQI > 1, maka hal ini menunjukkan
terjadinya penurunan atas kualitas aset. Dengan demikian terjadi
peningkatan atas jumlah aset tidak lancar yang dapat memberikan
manfaat di masa depan dan peningkatan jumlah beban yang
ditangguhkan. Beneish menyatakan bahwa kondisi ini mengindikasikan
terjadinya earning overstatement
4. Indeks atas pertumbuhan penjualan (SGI)
Rasio ini membandingkan penjualan pada suatu tahun (t) dan tahun
sebelumnya (t-1)
Sales Growth Index 2018 2017
Sales Growth Index Rp5.035.325.429 Rp7.043.036.602
SGI 0,714936712 Non Manipulatory

Jika SGI >I, maka hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan atas
penjualan, sedangkan penurunan atas rasio ini menunjukkan adanya
penurunan atas penjualan. Oleh karena itu, Beneish (1999) menyatakan
bahwa jika SGI >1, maka hal itu mengindikasikan terjadinya earning
overstatement.
5. Indeks atas beban penjualan, umum, dan administrasi (SGAI)
Rasio ini membandingkan beban penjualan, umum, dan administrasi
terhadap penjualan pada suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t-
1).
SG&A Expense Index 2018 2017
SG&A Expense Rp1.015.453.907 Rp1.130.489.822
Sales Rp5.035.325.429 Rp7.043.036.602
SGAI 1,256394307 Manipulators

SGAI menginterpretasikan bahwa peningkatan yang tidak proporsional


dalam penjualan sebagai suatu tanda negatif terhadap prospek
perusahaan di masa mendatang.Jika SGI > 1,m aka hal ini menunju kkan
terjad inya peningkatan atas penju al an. Beneis h m e n y a ta k a n
b a h w a j i k a S GI > 1 , m a k a h al i n i m e n g i nd i k a s i k an te r j a d i n y a
earning overstatement.

6. Indeks atas beban depresiasi (DEPI)


Rasio ini membandinglcan beban depresiasi terhadap aktiva tetap
sebelum depresiasi pada suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t-1)
22

Depreciation Index 2018 2017


Depreciation Expense Rp189.826.929 Rp165.577.988
Property and
equipment – net Rp1.359.742.703 Rp1.408.027.459
DEPI 1,08787035 Manipulator

Jika DEPI > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya penurunan atas
depresiasi aktivatetap sedangkan penurunan atas rasio ini menunjukkan
adanya peningkatan atas tingkat depresiasi aset tetap. Oleh karena itu,
Beneish menyatakan bahwa jika DEPI > 1, maka hal ini mengindikasikan
terjadinya earning overstatement.

7. Indeks atas tingkat hutang (LVGI)


Rasio ini membandinglcan jumlah hutang terhadap total aktiva pada
suatu tahun (t) dan tahun sebelumnya (t-1) Rasio ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana tingkat hutang yang dimiliki perusahaan
terhadap total aktivanya dart tahun ke tahun.
Leverage Index 2018 2017
Current Liabilities Rp3.287.626.572 Rp2.616.233.241
Long Term Debt Rp4.588.364.446 Rp5.538.523.597
Total Asset Rp14.658.245.264 Rp14.673.898.201
LVGI 4,49021E-21 Manipulators

Jika LVGI >1, maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan atas
komposisi hutang dari seluruh aktiva yang dimiliki oleh perusahaan,
sedangkan penurunan atas rasio ini menunjukkan adanya penurunan atas
jumlah hutang yang dunilild oleh perusahaan. Beneish menyatakan bahwa
jika LVGI >1, make hal int mengindikasikan kondisi perusahaan yang
potensial etas terjadinya earning overstatement untuk memenuhi
kewajibannya.
8. Indeks atas total akrual terhadap total aktiva (TATA)
TATA 2018 2017
Income From
Continuing Operations 0 0
Cash Flow from
Operations -806303905 -738623663
Total Asset 14658245264 14673898201
TATA 0,05500685 Manipulators

Total akrual yang tinggi menunjukkan tingginya jumlah laba akrual yang
dimiliki oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kas atas laba
yang dihasilkan ialah rendah. Beneish menyatakan bahwa nilai TATA yang
tinggi (positif) mengindikasikan kondisi perusahaan yang potensial atas
terjadinya earning overstatement melalui peningkatan atas transaksi akrual
dalam pengakuan pendapatan.
23

Selanjutnya, Beneish melakukan pengujian secara atas ke-8 rasio tersebut


dan mengklasifikasikannya di antara perusahaan yang melakukan
manipulasi dan tidak melakukan manipulasi. Dan basil pengujian tersebut
diperoleh suatu konstanta dan faktor pengali atas rasio perusahaan yang
melakukan manipulasi laba yang kemudian dirumuskan ke dalam fungsi
persamaan sebagai berikut:

yang mana, jika niLai M-Scored >-2,22, maka hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan diklasifikasikan berada dalam kriteria kondisi yang potensial
terhadap adanya earning overstatement. Berikut perhitungan nilai M-Scored
pada PT Agung Podomoro Land:

Nilai Faktor
Rasio Total
Skor Pengali
-
-4,84
4,84
Days sales in
2,00 0,92
receivable index
Gross margin index 1,5 0,528 0,79
Asset quality index 1,22 0,404 0,49
Sales growth index 0,71 0,892 0,63
Depreciation index 1,09 0,115 0,13
Sales GA expenses
1,26 -0,172 (0,22)
index
Leverage index 4,5 -0,327 (1,47)
Total accruals to total
0,06 5 0,28
asset
Beneish M-Score (4,20)

Karena nilai Beneish M-Score nya kurang dari -2,22 yaitu -4,20 maka bisa
dikatakan bahwa PT Agung Podomoro Land tidak berpotensi melakukan
earning overstatement.
• Tahap keenam :
Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan
pada laporankeuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Distorsi ini
timbul dari sifat akuntansi akrual-yang meliputi standar, kesalahan estimasi,
keseimbangan antara relevan, dan andal, sertakebebasan dalam
aplikasinya. Setidaknya ada empat sumber yang mempengaruhi terjadinya
24

distorsi akuntansi, yaitu Standar Akuntansi, Kesalahan Estimasi, Keseimbangan


Andal dan Relevan, serta Manajemen Laba.
Melihat beban hotel yang naik namun pendapatan dari sewa menurun itu
menimbulkan beberapa perkiraan bahwa terdapat kenaikan beban yang
cukup signifikan dan perlu dianalisis. Namun, sesuai dengan kesimpulan dari
Beneish M-Score, PT Agung Podomoro Land tidak melakukan Earnings
Management.

DAFTAR PUSTAKA

PT. Agung Podomoro Land. (2018). Annual Report.

Anda mungkin juga menyukai