Anda di halaman 1dari 30

PRINSIF DAN ASPEK PERKEMBANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu


Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen pengampu : ibu enung

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Yani nuryani 2108130014
Anna Denna Yuliana 2108130024
Susi Sakinah 2108130016
Umi Kulsum Ermayani

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2014

1
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah Subhanahu Kwa Ta’ala. Alhamdulillah penulis dapat


menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Prinsip Aspek Perkembangn ”.
Makalah ini membahas tentang aspek perkembangan fisik, aspek
perkembangan bahasa, aspek perkembangan kognitif dan implikasi terhadap
perkembangan peserta didik.
Makalah ini telah dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada se
mua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun bagi kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,
aminn.

Ciamis, Maret 2014


Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Pertumbuhan Fisik .................................................................... 3
B. Aspek Perkembangan Sosial ..................................................... 5
C. Aspek Perkembangan Bahasa ................................................... 6
D. Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini .................... 6
E. Implikasi Perkembangan Peserta Didik Terhadap
Pendidikan ................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 25
A. Kesimpulan ............................................................................... 25
B. Saran ......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam banyak buku, makna pertumbuhan sering diartikan sama
dengan perkembangan sehingga kedua istilah itu penggunaannya seringkali
dipertukarkan (interchange) untuk makna yang sama. Ada penulis yang suka
menggunakan istilah pertumbuhan saja dan ada yang suka menggunakan
istilah perkembangan saja. Dalam makalah ini istilah pertumbuhan diberi
makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik
yang secara kuantitatif semakin besar dan atau panjang, sedang istilah
perkembangan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan terjadinya
perubahan-perubahan aspek psikologis dan aspek sosial.  
Pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, oleh
karena itu urgen pertumbuhan dalam perkembangan anak menjadi perhatian
yang intens dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan individu.(Sarwono
Prawirohardjo, 2006:89)
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami
peristiwa perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi
seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisasi tersebut, baik
yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa
perkembangan itu khususnya perkembangan manusia tidak hanya tertuju
pada aspek psikologis saja, tetapi juga aspek biologis. Karena setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, , inteligensi maupun emosi, satu sama
lain saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif
diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya
mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami
kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya
kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional. 
Setiap individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan fisik
dan perkembangan nonfisik yang meliputi aspek-aspek pertumbuhan fisik,

1
intelek, dan emosi. Berikut ini diuraikan pokok-pokok pertumbuhan dan
perkembangan aspek-aspek tersebut.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang mengenai aspek perkembangan ,
terdapat beberapa macam masalah , kami telah memebaginya dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana Aspek Perkembangan Fisik ?
2. Bagaimana Aspek Perkembangan Bahasa ?
3. Bagaimana Aspek Perkembangan Kognitif ?
4. Apakah yang dimaksud Implikasi terhadap Perkembangan Peserta Didik ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan aspek perkembangan fisik
2. Untuk menjelaskan aspek perkembangan bahasa
3. Untuk menjelaskan aspek perkembangan kognitif
4. Menjelaskan implikasi terhadapa perkembangan peserta didik

D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan pembelajaran khususnya penulis dan pembaca.
Untuk menambah wawasan berfikir semua siswa baik kelompok maupun
individu.
2. Dalam pembuatan makalah ini mahasiswa juga mendapat ilmu di dalam
makalah ini.
3. Sebagai arsip bagi penulis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih
besar dan lebih panjang, dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir
hingga ia dewasa. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu
yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan
keseimbangan metabolic (M. Ali, 1988:78).
Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur
da fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut
adanya proses pematangan.sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-msing
dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil iteraksi dengan lingkungan (M. Ali, 1988: 79).
1. Pertumbuhan Sebelum Lahir
Manusia itu ada dimulai dari suatu proses pembuahan (pertemuan
sel telur dan sperma) yang membentuk suatu set kehidupan, yang disebut
embrio. Embrio manusia yang telah berumur satu bulan, berukuran
sekitar setengah sentimeter. Pada umur dua bulan ukuran embrio itu
membesar menjadi dua setengah sentimeter dan disebut janin atau
"fetus". Baru setelah satu bulan kemudian (jadi kandungan telah berumur
tiga bulan), janin atau fetus tersebut telah berbentuk menyerupai bayi
dalam ukuran kecil.
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan
manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan awal
terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang
membentuk sistem yang lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan janin
diakhiri saat kelahiran. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda

3
kematangan biologis dan jaringan saraf masing-masing komponen
biologis telah mampu berfungsi secara mandiri.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks
dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode
pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini
Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik
individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang sangat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) Otot-otot, yang
mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3)
Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah
laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk
aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan
jenis; dan (4) Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan
proporsi. (Hurlock, 1956: 76)
2. Petumbuhan Setelah Lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan
pertumbuhannya sebelum lahir. Proses pertumbuhan fisik manusia
berlangsung sampai masa dewasa. Selama tahun pertama dalam
pertumbuhannya, ukuran panjang badannya akan bertambah sekitar
sepertiga dari panjang badan semula dan berat badannya akan bertambah
menjadi sekitar tiga kalinya. Sejak lahir sampai dengan umur, 25 tahun,
perbandingan ukuran badan individu, dari pertumbuhan yang kurang
proporsional pada awal terbentuknya manusia (kehidupan sebelum lahir
atau pranatal) sampai dengan proporsi yang ideal di masa dewasa, dapat
dilihat pada gambar berikut.
Menurut Muhammad Syafi,I di kutip dari Prof. Dani Al Hafiz,
secara garis besar tumbuh kembang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Tumbuh kembang fisik; meliputi perumahan dalam ukuran besar dan
fungsi individu
2. Tumbuh kembang intelektual; meliputi kepandaian komunikasi,
bermain, berhitung dan membaca.

4
3. Tumbuh kembang emosional; meliputi kemampuan membentuk
ikatan batin, berkasih saying, menangani kegelisahan, mengelola sifat
agresif/marah.
(Muhammad Syafi,I, 2009: 24) Perlu diingat bahwa
pertumbuhan dan perkembangan setiap individu bersifat unik. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor genetik (faktor
bawaan), lingkungan (baik itu biologis ataupun psikologis) dan perilaku
(keadaan/perilaku pada keluarga).
Agar pertumbuhan dan perkembangan anak optimal, harus
diperhatikan :
1. Lingkungan; harus mendukung kesehatan biologis dan psikologis
anak
2. Gizi; harus cukup dan seimbang
3. Keteraturan ke pelayanan kesehatan; meliputi pemberian imunisasi
4. Istirahat dan tidur; harus cukup, hindari kelelahan. (Muhammad
Syafi,I, 2009: 26)

B. Aspek Perkembangan Sosial


Dalam proses pertumbuhan setiap orang tidak dapat berdiri sendiri.
Setiap manusia memerlukan lingkungannya, dan senantiasa akan
memerlukan manusia lainnya.
Sejalan dengan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak
dan seterusnya menjadi orang dewasa itu, akan mengenal lingkungan lebih
luas, mengenal manusia. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan
mengenal ibunya, kemudian mengenal ayah dan saudara-saudaranya, dan
akhrinya menenal manusia di luar keluarganya. Selanjutnya manusia yang
dikenalnya semakin banyak dan amat heterogen. Akhirnya manusia
mengenal kehidupan bersama, kehidupan bermasyarakat atau kehidupan
social. Dalam perkembangannya setiap orang akhirnya mengetahui bahwa
manusia itu saling memerlukan, membantu dan dibantu, memberi dan diberi.

5
C. Aspek Perkembangan Bahasa
Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Pengertian bahasa
sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara
untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.
Bicara adalah bahasa suara, bahasa lisan. Dalam perkembangan awal
berbahasa lisan, bayi menyampaikan isi pikiran atau perasaannya dengan
tangis dan/atau ocehan.

D. Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini


Dalam sub bab ini akan dibahas beberapa hal yang akan membantu
memudahkan dalam memahami definisi perkembangan kognitif anak usia
dini antara lain: definisi perkembangan, definisi kognitif, dan definisi anak
usia dini.
1. Definisi Perkembangan Kognitif
Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk , pengertian
perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna
dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk
pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Dalam
pertumbuhan, ahli psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan
pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan.
Sebenarnya, istilah pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan
bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik murni. Menurut banyak
ahli psikologi, istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang
khas mengenai gejala psikologis yang muncul.
Perkembangan menurut Berardo yang dikutip oleh Santrock ialah
pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari pembuatan dan terus
berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Kebanyakan perkembangan meliputi
pertumbuhan, walaupun perkembangan juga mencakup pembusukan
(seperti dalam kematian dan orang mati). Pola atau pernyataan-pernyataan
dari kelompok-kelompok penekan yang sangat vokal. Para pembuat
kebijakan sering terjebak dalam isu-isu ideologis dan moral yang
diperdebatkan secara panas, seperti keluarga berencana dan aborsi, atau

6
undang-undang perawatan anak dan cuti melahirkan. Pada poin ini, tidak
ada indikasi yang jelas bahwa perbedaan-perbedaan yang tajam tentang
peran keluarga dan pemerintah akan diselesaikan sesuai dengan solusi
yang rasional di masa depan yang dekat.
Maka perkembangan manusia dapat didefinisikan sebagai suatu
yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam
sepanjang siklus kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati,
tidak dapat berulang, tidak dapat diputar kembali, dan bersifat tetap.
Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan secara kuantitatif dan
perubahan secara kualitatif. Perubahan secara kuantitatif itu seperti
perubahan dalam tinggi badan, penguasaan jumlah kosakata, perubahan
berat badan, dan sebagainya. Sedangkan perubahan secara kualitatif,
seperti perubahan dalam struktur dan organisasi dalam kemampuan
berpikir, perubahan dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan
motorik kasar dan motorik halus, perubahan dalam mengelola emosi,
perubahan kemampuan sosial dan sebagainya.
Menurut pakar perkembangan masa hidup, Paul Baltes seperti yang
dikutip oleh Santrock bahwa perkembangan masa hidup manusia
mencakup tujuh kandungan dasar: perkembangan adalah seumur hidup,
multidimensional, multidireksional, plastis, melekat secara kesejarahan,
multidisiplin, dan kontekstual.
Perkembangan adalah seumur hidup (lifelong) yang dimaksud
adalah tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan. Para
peneliti semakin mempelajari penaglaman dan orientasi psikologis orang
dewasa pada saat yang berbeda dalam perkembangan mereka.
Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam
cara yang dinamis sepanang siklus kehidupan.
Perkembangan adalah multidimensional, maksudnya ada;ah
perkembangan terdiri atas dimensi-dimensi yang berupa dimensi biologis,
kognitif, dan sosial. Bahkan dalam satu dimensi seperti intelegensi, ada
banyak komponen, seperti intelegensi abstrak, intelegensi nonverbal,
intelegensi sosial, dan lain-lain.

7
Perkembangan adalah multidireksional. Beberapa atau komponen
dari suatu dimensi dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementara atau
komponen lain menurun. Misalnya, orang dewasa tua dapat semakin arif
karena mampu menjadikan pengalaman sebagai panduan bagi
pengambilan keputusan intelektual, tetapi melaksanakan secara lebih
buruk tugas-tugas yang menuntut kecepatan dalam memproses informasi.
Perkembangan adalah lentur (plastis), maksudnya ia bergantung pada
kondisi kehidupan individu, perkembangan dapat mengambil banyak
jalan. Suatu agenda penelitian perkembangan kunci ialah pencarian akan
kelenturan dan hambatan-hambatannya. Misalnya, para peneliti telah
mendemonstrasikan bahwa kemampuan penalaran orang dewasa dapat
ditingkatkan melalui pelatihan.
Perkembangan melekat secara kesejarahan (historically
embredded), yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejarahan.
Pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada masa
Depresi Berat (Great Depression) sangat berbeda dari pengalaman orang-
orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada akhir Perang Dunia II yang
optimistik. Orientasi karir kebanyakan perempatan berusia 30 tahun pada
tahun 1990-an sangat berbeda dari orientasi karir kebanyakan perempuan
berusia 30 tahun pada tahun 1950-an.
Perkembangan dipelajari oleh sejumlah disiplin. Para psikolog,
sosiologi, antorpologi, neurosains, peneliti kesehatan, dan dunia
pendidikan semuanya mempelajari perkembangan manusia dan berbagai
persoalan untuk membuka misteri perkembangan sepanjang masa hidup.
Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara tegrus menerus
merespons dan bertindak berdasarkan konteks, yang meliputi make up
biologis, lingkungan lingkungan fisik, serta konteks sosial, kesejarahan,
dan kebudayaan seseorang. Dalam pandangan kobtekstual, individu dilihat
sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang
berubah. Menurut Myrnawati , kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal didalam otak pada waktu manusia sedang berpikir atau proses
pengolahan informasi.

8
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi)
ialah perolehan, penataan,dan penggunaan pengetahuan . Kognitif adalah
proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada
waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang
secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf
yang berada di pusat susunan syaraf. Kognitif adalah suatu proses berpikir,
yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif
berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai
seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide
dan belajar .
Beberapa ahli yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
mendefenisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai pendapat.
Seperti halnya defenisi intelegensi menurut Gardner. Menurut Gardner
intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk
menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih.
Lebih lanjut Gardner mengajukan konsep pluralistis dari intelegensi dan
membedakannya kepada delapan jenis intelegensi. Dalam kehidupan
sehari-hari, intelegensi itu tidak berfungsi dalam bentuk murni, tetapi
setiap individu memiliki campuran yang unik dari sejumlah intelegensi
yaitu intelegensi linguistic, ligis,spasial, music, kinestetika, intrapribadi
dan antarpribadi, dan naturalistis.
Perkembangan Kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran
adalah bagian dari berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk
pemahaman, penalaran, pengetahuan, dan pengertian. Pikiran anak mulai
aktif sejak lahir, dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya.
Perkembangan pikirannya, seperti: (1) belajar tentang orang, (2) belajar
tentang sesuatu, (3) belajar tentang kemampun-kemampuan baru, (4)
memperoleh banyak ingatan, dan (5) menambah banyak pengalaman.
Sepanjang perkembangannya pikran anak, maka anak akan menjadi lebih
cerdas.

9
2. Definisi Anak Usia Dini
Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association
Educational Young Children) merupakan sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental
bagi kehidupan selanjutnya, berada pada rentang usia 0-8 tahun.
Sedangkan anak usia dini disarikan menurut Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
mereka adalah anak yang berada pada rentang usia sejak lahir sampai
dengan enam tahun. Dan jika disesuaikan dengan pendapat internasional,
maka anak usia dini di Indonesia adalah mereka yang sejak lahir ( usia 0
tahun) hingga memasuki jenjang SD awal.
Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak masa
konsepsi (dalam kandungan), janin telah berkembang dan terbukti telah
dapat dilakukan stimulasi yang dapat mengembangkan berbagai
kepekaan dan kemampuan dasarnya. Berdasarkan hal tersebut penulis
meyakini bahwa pendidikan atau stimulasi pendidikan sudah mulai dapat
dilakukan sejak dalam kandungan, karena itu yang lebih dini sebelum
kelahiran. Maka penulis sepakat bahwa anak usia dini adalah sosok
makhluk yang berkembangan dan bertumbuh dengan pesat serta
fundamental sejak masa konsepsi hingga usia 8 tahun setelah kelahiran.

3. Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini


Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik
suatu pengertian bahwa perkembangan kognitif anak usia dini adalah
sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan pada proses berpikir
sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia delapan
tahun.

E.  Implikasi Perkembangan Peserta Didik terhadap Pendidikan


Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-
tahapannya. Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga
akhir hayat. Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh

10
sampai dengan dua belas tahun, individu dimaksud sudah dapat disebut
sebagai peserta didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran
dalam suatu sistem pendidikan.
Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan per-
kembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)
programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan
perbedaan individual anak; (2) tidak dilakukan secara monoton, tetapi
disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas; dan (3) melibatkan
penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan
anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses
perkembangannya (Amin Budiamin, dkk., 2009:84).
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap
proses pendidikan akan diuraikan seperti di bawah ini.
1. Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual
Secara fisik, anak pada usia sekolah dasar memiliki karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya.
Karakteristik perkembangan fisik ini perlu dipelajari dan dipahami
karena akan memiliki implikasi tertentu bagi penyelenggaraan
pendidikan.
Menurut Budiamin, dkk. (2009:5) proses perkembangan biologis
atau perkembangan fisik mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh
individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang,
hormon, organ-organ inderawi, dan sejenisnya. Termasuk juga di
dalamnya perubahan dalam kemampuan fisik seperti perubahan dalam
penglihatan, kekuatan otot, dan lain-lain. Pemikiran tersebut menuntut
perlunya suatu penyelenggaraan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan fisik seperti yang telah diungkapkan.
Dalam hal ini, Budiamin, dkk. (2009:84) juga berpendapat
bahwa diperlukan suatu cara pembelajaran yang “hidup”, dalam arti
memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
memfungsikan unsur-unsur fisiknya. Dengan kata lain, diperlukan suatu
cara pembelajaran yang bersifat langsung. Cara pembelajaran seperti ini

11
tidak saja akan memunculkan kegemaran belajar, tetapi juga akan
memberikan banyak dampak positif.
Anak usia sekolah dasar sudah lebih mampu mengontrol
tubuhnya daripada anak usia sebelumnya. Kondisi demikian membuat
anak SD dapat memberikan perhatian yang lebih lama terhadap kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Namun, perlu diingat bahwa
kondisi fisik tersebut masih jauh dari matang dan masih terus
berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak gerak untuk
peningkatan keterampilan motorik dan memenuhi kesenangan. Oleh
karena itu, suatu prinsip praktek pendidikan yang penting bagi anak usia
sekolah dasar yaitu mereka harus terlibat dalam kegiatan aktif daripada
pasif.
Selanjutnya Budiamin, dkk. (2009:78) mengemukakan bahwa
perkembangan perseptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan
individu terhadap lingkungan. Semua informasi tentang lingkungan
sampai kepada individu melalui alat-alat indera yang kemudian
diteruskan melalui syaraf sensori ke bagian otak. Informasi tentang
objek penglihatan diterima melalui mata, informasi tentang objek
pendengaran diketahui melalui telinga, objek sentuhan melalui kulit, dan
objek penciuman melalui hidung. Tanpa adanya alat-alat indera tersebut,
otak manusia akan terasing dari dunia yang ada di sekitarnya.
Kondisi perkembangan perseptual pun masih mengalami
penajaman dan penghalusan. Aspek-aspek perseptual ini akan
berkembang dengan baik jika dirangsang dan difungsikan melalui
interaksi dengan lingkungan. Pemenuhan kebutuhan tersebut tentunya
tidak bisa dilakukan hanya melalui pelajaran penjaskes yang mungkin
hanya dilaksanakan seminggu sekali.
Seiring dengan perkembangan motorik anak terhadap kegiatan
pendidikan, Yusuf (2005:105) berpendapat bahwa pada anak sekolah
dasar kelas awal tepat sekali diajarkan tentang hal-hal berikut: (1) dasar-
dasar keterampilan menulis dan menggambar; (2) keterampilan
berolahraga; (3) gerakan-gerakan permainan seperti meloncat dan

12
berlari; (4) baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan
kedisiplinan; serta (5) gerakan-gerakan ibadah shalat.
Selanjutnya masih berkaitan dengan perkembangan biologis dan
perseptual anak usia sekolah dasar, Purwanto (2006:66) memaparkan
bahwa suatu keadaan yang berbeda akan menimbulkan reaksi yang
berbeda pula pada diri individu. Misalnya di dalam suatu kelas terdapat
seorang anak yang berambut pirang karena pembawaan dari orang
tuanya. Ada kalanya rambut pirang tersebut menimbulkan perasaan
tidak puas atau perasaan rendah diri pada anak itu karena merasa
berbeda dengan teman-temannya. Akan tetapi, mungkin juga rambut
pirang itu akan menjadi suatu kebanggaan karena anak tersebut merasa
unik.
Di sinilah kita melihat bahwa perkembangan fisik peserta didik
memegang peranan yang penting terhadap pendidikan. Dengan
demikian, jelaslah bahwa perbedaan perkembangan fisik harus dihadapi
dengan cara yang tepat oleh para pendidik.    
Meskipun tidak sepesat pada masa usia dini, perkembangan
biologis maupun perseptual anak terus berlangsung. Pemahaman tentang
karakteristik per-kembangan akhirnya membawa beberapa implikasi
bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar. Implikasi-imlikasi
dimaksud khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran
secara umum, pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan
jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan pembiasaan
berperilaku sehat.                                       
2. Implikasi Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual erat kaitannya dengan potensi otak
manusia. Menurut Widiasmadi (2010:55), potensi otak manusia hanya
tampak delapan persen sebagai pikiran sadar, sedangkan sisanya 92
persen disebut alam bawah sadar. Dari penjelasan tersebut dapat kita
ketahui bahwa potensi otak manusia yang berkaitan dengan
perkembangan intelektual hanya memuat delapan persen saja. Untuk itu,
perkembangan intelektual pada peserta didik perlu dikembangkan.

13
Proses perkembangan intelektual menurut pendapat Budiamin,
dkk. (2009:5) melibatkan perubahan dalam kemampuan dan pola
berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh
pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati
dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata
menjadi satu kalimat, menghapal doa, memecahkan soal-soal
matematika, dan menceritakan pengalaman kepada orang lain
merupakan peran proses intelektual dalam perkembangan anak.
Teori Piaget banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau
proses pembelajaran, meski teori ini bukanlah teori mengajar. Piaget
(Budiamin, dkk., 2009:108) berpandangan bahwa: (1) pembelajaran
tidak harus berpusat pada guru, tetapi berpusat pada peserta didik; (2)
materi yang dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar
peserta didik; (3) pendidik dan peserta didik harus sama-sama terlibat
dalam proses pembelajaran; (4) urutan bahan dan metode pembelajaran
harus menjadi perhatian utama, karena akan sulit dipahami oleh peserta
didik jika urutannya loncat-loncat; (5) guru harus memperhatikan
tahapan perkembangan kognitif peserta didik dalam melakukan
stimulasi pembelajaran; dan (6) pembelajaran hendaknya dibantu
dengan benda-benda konkret pada anak sekolah dasar kelas awal.   
Pendapat lain mengatakan bahwa model pendidikan yang aktif
adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri.
Sekolah yang sebaiknya mengatur lingkungan belajar sedemikan rupa
sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik
untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran. Dengan lingkungan yang
penuh rangsangan untuk belajar, proses pembelajaran aktif akan terjadi
sehingga mampu membawa peserta didik untuk maju ke tahap
berikutnya. Dalam hal ini, pendidik hendaknya menyadari bahwa
perkembangan intelektual anak berada di tangannya (Pristanto, 2011).
Perkembangan intelektual pada anak usia sekolah dasar sudah
cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat
mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Perkembangan

14
intelektual dan pengalaman belajar anak sangat erat kaitannya.
Perkembangan intelektual peserta didik akan memfasilitasi kemampuan
belajarnya. Peserta didik sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan,
seperti membaca, menulis, dan berhitung. Dalam mengembangkan daya
nalar, caranya dengan melatih peserta didik untuk mengungkapkan
pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal. Misalnya
yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, dan
sebagainya.
3. Implikasi Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Pada dasarnya bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa
bicara, melainkan juga dapat diwujudkan dengan tanda isyarat tangan
atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri.
Sangat luas sekali pengertian bahasa dalam menunjukkan suatu
perkem-bangan. Oleh karena itu, salah satu tokoh psikologi yaitu Wundt
(Baradja, 2005:179) mendasarkan teori bahasanya dengan aksioma
paralel, yaitu gerakan-gerakan fisik merupakan pernyataan gerakan-
gerakan psikis. Dengan demikian, terdapat hubungan yang paralel antara
gejala batin dengan gejala luar. Apa yang terlihat dalam raut wajah dan
tingkah laku akan menunjukkan suatu kebutuhan psikologis seseorang.
Menurut Yusuf (2005:118), bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkem-bangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu
tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk
pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Yusuf pun
menuturkan bahwa anak usia sekolah dasar merupakan masa
berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai
perbendaharaan kata. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan
berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau
mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang petualangan, riwayat
pahlawan, dan lain-lain). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih
maju. Dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Misalnya,
kata tanya yang semula digunakan hanya “apa”, sekarang sudah diikuti

15
dengan pertanyaan “di mana”, “mengapa”, “bagaimana”, dan
sebagainya. Oleh sebab itu, pelajaran bahasa yang sengaja diberikan di
sekolah dasar dapat menambah perbendaharaan kata peserta didik,
melatih peserta didik menyusun struktur kalimat, peribahasa,
kesusastraan, dan keterampilan mengarang.
Selanjutnya masih berkaitan dengan bahasa, Budiamin, dkk.
(2009:111) memperkirakan sekitar 50 bahasa isyarat digunakan di
seluruh dunia. Penggunaan bahasa isyarat ini diduga mempengaruhi
pemrosesan informasi dan belajar.Budiamin, dkk. (2009:117) kemudian
memaparkan implikasi perkembangan bahasa pada peserta didik. Lihat
pula Depdikbud (1999: 147).
1. Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif, maka
perkembangan bahasa peserta didik dapat berjalan secara optimal.
Sebaliknya apabila kegiatan pembelajaran berjalan kurang efektif,
maka dapat diprediksi bahwa perkembangan bahasa peserta didik
akan mengalami hambatan.
2. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan
sosial. Jika ingin menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk
mendapatkan hasil pendidikan yang optimal, maka sangat diperlukan
bahasa yang komunikatif dan memungkinkan peserta didik yang
terlibat dalam interaksi pembelajaran dapat berperan secara aktif dan
produktif.
3. Meskipun umumnya anak SD memiliki kemampuan potensial yang
berbeda-beda, namun pemberian lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan bahasa sejak dini sangat diperlukan.
4. Implikasi Perkembangan Kreativitas
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan
berpikir dan bersikap tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak
biasa guna menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai
persoalan.

16
Menurut pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88), kreativitas
merupakan suatu aktivitas otak yang terorganisasikan, komprehensif,
dan imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh
karena itu, kreativitas lebih dikatakan sebagai suatu yang lebih inovatif
daripada reproduktif.
Desmita dalam bukunya Psikologi Perkembangan (2008:176)
memaparkan tentang perhatian para psikolog dan kalangan dunia
pendidikan terhadap kreativitas sebagai salah satu aspek dari fungsi
kognitif yang berperan dalam prestasi anak di sekolah, yang bermula
dari pidato Guilford tahun 1950. Guilford dalam pidatonya menegaskan
bahwa kreativitas perlu dikembangkan melalui jalur pendidikan guna
mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan bagi kemajuan
ilmu pengetahuan dan seni.
Menyadari posisi strategis kreativitas dalam kehidupan peserta
didik, perlu dikemukakan berbagai upaya yang dapat mendukung
pengembangan kreativitas terhadap pendidikan. Namun dalam
kenyataannya, kreativitas bukanlah sesuatu yang diajarkan kepada
peserta didik, melainkan hanya memungkinkan untuk dapat
dimunculkan.
Oleh sebab itu, Treffinger (Depdikbud, 1999:105)
mengemukakan sejumlah pengalaman belajar yang dapat dikembangkan
oleh pendidik agar mampu mendorong kreativitas peserta didik,
khususnya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut antara lain guru
diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran, menyiapkan
berbagai media, menggunakan pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan posisi peserta didik sebagai subjek daripada objek
pembelajaran, serta mengadakan evaluasi yang tepat sehingga mampu
mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.
5. Implikasi Perkembangan Sosial
Manusia menurut pembawaannya adalah makhluk sosial. Sejak
dilahirkan, bayi sudah termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut
keluarga. Ketika kecil, mulanya anak-anak hanya mempunyai hak saja.

17
Di dalam rumah tangga ia mempunyai hak untuk dipelihara dan
dilindungi oleh orang tuanya. Namun, lama-kelamaan keadaan itu
berubah. Anak-anak yang pada mulanya hanya mempunyai hak saja,
berangsur-angsur mempunyai kewajiban.
Lingkungan sosial merupakan pengaruh luar yang datang dari
orang lain. Selain itu, yang termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pendidikan adalah pengaruh-
pengaruh yang disengaja dari anggota berbagai golongan tertentu,
seperti pengaruh ayah, nenek, paman, dan guru-guru.
Purwanto (2006:171) mengatakan bahwa tugas dan tujuan
pendidikan sosial adalah: (1) mengajar anak-anak yang hanya
mempunyai hak saja, menjadi manusia yang sadar akan kewajibannya
terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat; dan (2)
membiasakan anak-anak mematuhi dan memenuhi kewajiban sebagai
anggota masyarakat.
Dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial,
senantiasa selalu tumbuh dalam diri seorang anak yang dimaksud
dengan perkembangan sosial.
Budiamin, dkk. (2009:123) berpandangan bahwa perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial yang
erat kaitannya dengan pencapaian kemandirian. Sementara itu, Sunarto
dan Hartono (2006:143) berpendapat bahwa perkembangan sosial adalah
berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan
meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Senada dengan kedua pendapat di atas, Yusuf (2005:122)
mengemukakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral,
tradisi, atau meleburkan diri menjadi satu kesatuan yang saling
berkomunikasi dan bekerja sama. Anak dilahirkan belum memiliki
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai
kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan
diri dengan orang lain, termasuk dengan teman sebaya.

18
Berkat perkembangan social, seorang anak dapat menyesuaikan
diri dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitar. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan
perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik dengan
memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga
fisik maupun pikiran. Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan
kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya,
tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
melaksanakan tugas kelompok, peserta didik dapat belajar tentang
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, dan bertanggung
jawab.
Dilihat dari pemahaman terhadap aspek perkembangan sosial
pada peserta didik, terdapat beberapa implikasi menurut Budiamin, dkk.
(2009:128), yaitu: (1) untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam menyadari dan menghayati pengalaman sosialnya, dapat
dilakukan aktivitas-aktivitas bermain peran yang ditindaklanjuti dengan
pembahasan di antara mereka; (2) keberadaan teman sebaya bagi anak
usia sekolah dasar merupakan hal yang sangat berarti, bukan saja
sebagai sumber kesenangan bagi anak melainkan dapat membantu
mengembangkan banyak aspek perkembangan anak. Ini
mengimplikasikan perlunya aktivitas-aktivitas pendidikan yang
memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog
dengan sesamanya.
6. Implikasi Perkembangan Emosional
Emosi menurut Sarwono (Yusuf, 2005:115) merupakan keadaan
pada diri seseorang yang disertai warna afektif, baik pada tingkat lemah
maupun pada tingkat yang luas. Baradja (2005:221) kemudian
mengemukakan beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap
perilaku individu dalam pembelajaran, di antaranya: (1) memperkuat
dan melemahkan semangat apabila timbul rasa senang atau kecewa atas
hasil belajar yang dicapai; (2) menghambat konsentrasi belajar apabila
sedang mengalami ketegangan emosi; (3) menggangu penyesuaian

19
sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati; dan (4) suasana
emosional yang dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi
sikapnya di kemudian hari.
Demikian pula Hurlock (1978:211) mengungkapkan secara jelas
bahwa emosi mempengaruhi cara belajar anak, yaitu: (1) menyiapkan
tubuh untuk melakukan tindakan; (2) reaksi emosional apabila diulang-
ulang akan berkembang menjadi kebiasaan; (3) emosi merupakan suatu
bentuk komunikasi; (4) emosi mewarnai pandangan anak; dan (5) emosi
dapat menggangu aktivitas mental.   
Pendapat lain mengungkapkan bahwa emosi merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini
termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif seperti perasaan
senang, bersemangat, atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu
untuk berkonsentrasi terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan
penjelasan guru, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
sebagainya (Yusuf, 2005:181).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Yusuf, dapat diuraikan
bahwa jika yang menyertai proses belajar itu emosi negatif seperti
perasaan tidak senang dan kecewa, maka proses belajar akan mengalami
hambatan, dalam arti peserta didik tidak dapat memusatkan perhatiannya
untuk belajar sehingga kemungkinan besar akan mengalami kegagalan
dalam belajarnya.
Begitu pentingnya faktor perkembangan emosional dalam
menentukan keberhasilan belajar peserta didik, Desmita (2008:173)
mengutip pernyataan DePorter, Reardon, dan Singer-Nourie dalam buku
mereka yang sangat terkenalQuantum Teaching: Orchestrating Student
Success, yang menyarankan agar para pendidik memahami emosi para
siswa. Memperhatikan dan memahami emosi siswa dapat membantu
pendidik mempercepat proses pembelajaran yang lebih bermakna dan
permanen. Memperhatikan dan memahami emosi siswa berarti
membangun ikatan emosional dengan menciptakan kesenangan dalam
belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari

20
suasana belajar. Melalui kondisi belajar di maksud, para siswa akan
lebih ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan
bahan pelajaran.   
7. Implikasi Perkembangan Moral
Purwanto (2006:31) berpendapat, moral bukan hanya memiliki
arti bertingkah laku sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, dan
berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih luas lagi dari itu. Selalu
berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta bangsa dan
sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara, berkemauan
keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke dalam moral
yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari anak-
anak.
Adapun perkembangan moral menurut Santrock yaitu
perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang
lain (Desmita, 2008:149).
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa
cara, salah satunya melalui pendidikan langsung, seperti diungkapkan
oleh Yusuf (2005:134). Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman
pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau baik-buruk oleh
orang tua dan gurunya.
Selanjutnya masih menurut Yusuf (2005:182), pada usia sekolah
dasar anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak dapat memahami alasan
yang mendasari suatu bentuk perilaku dengan konsep baik-buruk.
Misalnya, dia memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak
hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan
perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua merupakan
suatu hal yang baik.
Selain pemaparan di atas, Piaget (Hurlock, 1980:163)
memaparkan bahwa usia antara lima sampai dengan dua belas tahun
konsep anak mengenai moral sudah berubah. Pengertian yang kaku dan

21
keras tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang tua, menjadi
berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di
sekitar pelanggaran moral. Misalnya bagi anak usia lima tahun,
berbohong selalu buruk. Sedangkan anak yang lebih besar sadar bahwa
dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan. Oleh karena itu,
berbohong tidak selalu buruk.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan juga menjadi
wahana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan moral
peserta didik. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai
kawasan yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam
pengembangan moral dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan
pendidikan moral di kelas hendaknya dihubungkan dengan kehidupan
yang ada di luar kelas. Dengan demikian, pembinaan perkembangan
moral peserta didik sangat penting karena percuma saja jika mendidik
anak-anak hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan, tetapi
jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina.
8. Implikasi Perkembangan Spiritual
Anak-anak sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan
spiritual yang dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan
kemampuan ini, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting.
Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia yang ber-SQ tinggi
dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada
perkembangan aspek IQ saja, melainkan EQ dan SQ juga.   
Zohar dan Marshall (Desmita, 2008:174) pertama kali meneliti
secara ilmiah tentang kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yang
menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya.
Purwanto (2006:9) mengemukakan bahwa pendidikan yang
dilakukan terhadap manusia berbeda dengan “pendidikan” yang
dilakukan terhadap binatang. Menurutnya, pendidikan pada manusia
tidak terletak pada perkem-bangan biologis saja, yaitu yang

22
berhubungan dengan perkembangan jasmani. Akan tetapi, pendidikan
pada manusia harus diperhitungkan pula perkembangan rohaninya.
Itulah kelebihan manusia yang diberikan oleh Allah Swt., yaitu
dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal
penciptanya, yang membedakan antara manusia dengan binatang. Fitrah
ini berkaitan dengan aspek spiritual.
Berkaitan dengan perkembangan spiritual yang membawa
banyak implikasi terhadap pendidikan, diharapkan muncul manusia yang
benar-benar utuh dari lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu,
pendidikan agama nampaknya harus tetap dipertahankan sebagai bagian
penting dari program-program pendidikan yang diberikan di sekolah
dasar. Tanpa melalui pendidikan agama, mustahil SQ dapat berkembang
baik dalam diri peserta didik.
9. Implikasi Perkembangan Karier
Salah satu aspek perkembangan anak usia sekolah dasar yang
perlu mendapat perhatian khusus adalah perkembangan karier. Menurut
Budiamin, dkk. (2009:154), karier adalah perjalanan hidup individu
yang bermakna melalui serangkaian kesuksesan. Disebutkan pula bahwa
sesuatu bisa disebut karier jika mengimplikasikan adanya: (1)
pendidikan yang diwujudkan dengan keahlian tertentu, (2) keberhasilan,
(3) dedikasi atau komitmen, dan (4) kebermaknaan personal dan
finansial.
Mengenai pengembangan karier pada anak usia SD, Parson
(Budiamin, dkk., 2009:154) mengemukakan dua langkah pengambilan
keputusan karier. (1) perolehan pemahaman diri, yaitu pemahaman
secara jelas tentang sikap, prestasi, kemampuan, minat, nilai-nilai, dan
kepribadian. Sejak dini anak usia SD dibimbing untuk memahami hal-
hal tersebut. Misalnya, anak usia SD sudah mulai diajak mendiskusikan
kelebihan dan kekurangan diri sendiri dilihat dari prestasi belajarnya,
diajak mendiskusikan minat-minatnya, dan berbagai hal lain yang terkait
dengan ciri-ciri dirinya; (2) memperoleh pengetahuan tentang dunia

23
kerja yang mencakup pengetahuan tentang informasi tipe lapangan
kerja.
Dalam memfasilitasi perkembangan karier anak usia sekolah
dasar, orang tua dan guru hendaknya mengenalkan bidang-bidang karier
yang ada, terutama yang dekat dengan lingkungan anak. Jika stimulasi
perkembangan karier dilakukan seperti ini, maka yang perlu ditekankan
adalah agar anak berpikir dan terdorong agar ingin menjadi orang yang
berkarier.
Guna menumbuhkan perasaan dan keyakinan mampu berkarya
atau berprestasi, sekolah perlu memberi peluang kepada peserta didik
untuk meraih sukses dalam pengalaman belajarnya, seperti memberikan
alternatif pilihan kegiatan yang memungkinkan anak untuk
menunjukkan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya (Depdikbud,
1999:192).

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat penulis simpulkan sebagai
berikut :
1. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa
diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan
metabolic. Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam
struktur da fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan
menyangkut adanya proses pematangan.sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa,
sehingga masing-msing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi,
dan intelektual.
2. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan
keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif.
3. Perkembangan kognitif ini menurut Piaget mengikuti tahap-tahap sebagai
berikut (Sarwono, 1991)
 Masa Sensori motor (0.00-2,50 th)
 Masa Pra-operasional (2.00-7.00 th)
 Masa konkrit-operasiona (7.00-11.00 th)
 Masa operasional (11.00-dewasa)
4. Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau
perilaku fisik. Seperti marah, senang, sedih, ceria dan sebagainya.
5. Bakat merupakan kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seorang
individu yang hanya dengan rangsangan atrau sedikit latihan, kemampuan
itu dapat berkembangan dengan baik.

25
B. Saran
Mengetahui makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu kami  sebagai penyusun makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini. Sehingga
diharapkan makalah ini dapat bermanfaat kedepannya sesuai dengan yang
kita harapkan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung. Cv Pustaka Setia.

Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung. Cv Pustaka Setia.

Effendi, Usman dan Juhaya.1989. Pengantar Psikologi. Bandung. Angkasa.

27

Anda mungkin juga menyukai