Anda di halaman 1dari 20

Contoh kasus berikut terkait dengan materi :

1. Konsistensi Tanah
Klasisifikasi Tanah
2. Analisa Ayakan
Contoh yang disajikan ini memberi gambaran tentang “bagaimana mengolah data hasil
uji lab untuk pengujian batas konsistensi dan pengujian analisa ayakan dengan tujuan
untuk mengklasifikasikan tanah”

Contoh 1. Konsistensi Tanah


Silahkan ditonton video pengujian Batas Plastis dan Batas Cair pada folder video
pembelajaran (kelas online pada aplikasi google classroom).

a. Uji Batas Cair (Liquid Limit / LL)


Dari pengujian yang dilakukan, memberikan data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengujian Batas Cair
Benda Uji 1 2 3 4
Jumlah Pukulan 12 17 23 28
Berat Tanah Basah + Cawan
28,15 23,22 23,20 23,18
(gram)
Berat Tanah Kering + Cawan
24,20 20,80 20,89 20,90
(gram)
Berat Cawan (gram) 15,30 15,10 15,20 15,00

Deskripsi hasil uji lab :


Data yang tertera pada tabel 1 di atas adalah data yang diperoleh dari hasil pengujian
“Batas Cair”. Sampel pengujian ada 4 (empat) sampel. Setiap sampel, dengan cara dan
langkah yang sama dilakukan pengujian batas cair menggunakan alat cassagrande.
Pukulan terhadap sampel yang berada pada alat cassagrande terus dilakukan sampai
bagian bawah sampel menyatu → pengujian berhenti, jumlah pukulan dicatat seperti
dibawah ini.
Misalnya dibutuhkan 4 sampel dengan range sebagai berikut :
Sampel 1 dengan range : 10 – 15 → diperoleh 12 pukulan
Sampel 2 dengan range : 15 – 20 → diperoleh 17 pukulan
Sampel 3 dengan range : 20 – 25 → diperoleh 23 pukulan
Sampel 4 dengan range : 25 – 30 → diperoleh 30 pukulan
Jumlah pukulan yang diperoleh tersebut harus terstruktur dari range 1 s/d range terakhir.
Untuk uji sampel 1:
Setelah dari hasil pengujian dengan alat cassagrande dengan perolehan jumlah pukulan
= 12, maka diambil sedikit tanah dari sampel tersebut dimasukkan di dalam cawan dan
ditimbang, disebut → berat tanah basah + cawan, dicatat beratnya.
Kemudian tanah basah dan cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
kemudian dikeluarkan dan ditimbang lagi, disebut → berat tanah kering + cawan, dicatat
beratnya.
Cawan kosong sebelumnya ditimbang, disebut → berat cawan , dicatat beratnya.
Demikian pengujian ini dilakuan dengan cara yang sama untuk sampel 2, 3 dan 4 dan
dicata seperti tabel 1 di atas.

Cat :
• Pengujian Batas Cair selalu berkaitan dengan Kadar Air
• Dari tabel 1 diatas, maka yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah menghitung
kadar air

Langkah 1. Menghitung Kadar Air


Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Uji Batas Cair
Benda Uji 1 2 3 4
Jumlah Pukulan 12 17 23 28
Berat Tanah Basah + Cawan
28,15 23,22 23,20 23,18
(gram)
Berat Tanah Kering + Cawan
24,20 20,80 20,89 20,90
(gram)
Berat Cawan (gram) 15,30 15,10 15,20 15,00
Berat Tanah Basah (𝑊) (gram) 12,85 8,12 8 8,18
Berat Tanah Kering(𝑊𝑠 ) (gram) 8,9 5,7 5,69 5,9
Kadar Air (%) 44,38 42,46 40,60 38,64

𝑊𝑤 𝑊−𝑊𝑠
Kadar air (𝑤) = = × 100
𝑊𝑠 𝑊𝑠

Dimana : 𝑊𝑤 = berat air ; 𝑊𝑠 = berat butiran padat


Langkah 2. Gambar grafik Hubungan Kadar Air dan Jumlah Pukulan
Data jumlah pukulan dan kadar air kita plot pada grafik seperti dibawah ini :

Gambar 1. Grafik Hubungan Jumlah Pukulan dan Kadar Air

Selanjutnya dari titik-titik yang di-plot pada grafik tersebut, kita buat garis trendline-nya
atau secara manual dibuat suatu garis lurus yang mewakili titik-titik tersebut dan ditarik
garis dari pukulan ke-25 menyentuh trendline-nya dan dibaca nilai LL-nya.

Gambar 2. Grafik Uji Batas Cair


Tujuan untuk “Uji Batas Cair” → mendapatkan nilai LL (Liquid Limit/ Batas Cair)
Perlu diingat bahwa :
Nilai LL adalah kadar air pada pukulan ke-25

Dari grafik kita dapat peroleh nilai LL = 39,8 %


atau = 0,398

Deskripsi Gambar 1 :
Untuk membuat grafik “Uji Batas Cair”, dapat dilakukan dengan memanfaatkan fitur
grafik pada excel atau dapat membuat grafik manual dengan sumbu (x) dalam skala
semi logaritma dan sumbu (y) pada skala normal. Sumbu (x) menyatakan jumlah
pukulan dan sumbu (y) menyatakan kadar air.

b. Uji Batas Plastis (Plastic Limit / PL)


Dari pengujian yang dilakukan, memberikan data sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Pengujian Batas Plastis


Benda Uji 1 2 3
Berat Cawan (gram) 11,96 12,58 12,85
Berat Tanah Basah + Cawan (gram) 12,73 12,93 13,15
Berat Tanah Kering + Cawan (gram) 12,6 12,86 13,11

Deskripsi Tabel 3 :
Data yang tertera pada tabel 3 di atas adalah data yang diperoleh dari hasil pengujian
“Batas Plastis”. Sampel pengujian ada 3 (tiga) sampel. Setiap sampel, dengan cara dan
langkah yang sama dilakukan pengujian batas plastis. Persentase kadar air diambil pada
saat sampel tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.

Untuk uji sampel 1:


Setelah dari hasil pengujian batas plastis, ketika sampel tanah dengan diameter silinder
3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung maka sampel tanah yang sudah retak tersebut
dengan diameter 3,2 mm dimasukkan di dalam cawan dan ditimbang, disebut → berat
tanah basah + cawan, dicatat beratnya.
Kemudian tanah basah dan cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
kemudian dikeluarkan dan ditimbang lagi, disebut → berat tanah kering + cawan, dicatat
beratnya.
Cawan kosong sebelumnya ditimbang, disebut → berat cawan , dicatat beratnya.
Demikian pengujian ini dilakuan dengan cara yang sama untuk sampel 2 dan 3 dan
dicatat seperti tabel 3 di atas.

Cat :
• Pengujian Batas Plastis juga selalu berkaitan dengan Kadar Air
• Dari tabel 3 diatas, maka yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah menghitung
kadar air

Langkah Selanjutnya → Menghitung Kadar Air

Tabel 4. Hasil Pengolahan Data Uji Batas Cair


Benda Uji 1 2 3
Berat Cawan (gram) 11,96 12,58 12,85
Berat Tanah Basah + Cawan (gram) 12,73 12,93 13,15
Berat Tanah Kering + Cawan (gram) 12,6 12,86 13,11
Berat Tanah Basah (𝑊) (gram) 0,77 0,35 0,30
Berat Tanah Kering (𝑊𝑠 ) (gram) 0,64 0,28 0,26
Kadar Air (%) 20,31 25 15,38
Kadar Air Rata-rata (%) 20,23

𝑊𝑤 𝑊−𝑊𝑠
Kadar air (𝑤) = = × 100
𝑊𝑠 𝑊𝑠

Dimana : 𝑊𝑤 = berat air ; 𝑊𝑠 = berat butiran padat

Tujuan untuk “Uji Batas Plastis” → mendapatkan nilai PL (Plastic Limit/ Batas Plastis)
Perlu diingat bahwa :
Nilai PL adalah kadar air rata-rata
Dari tabel kita dapat peroleh nilai PL = 20,23 %
atau = 0,2023
c. Indeks Plastisitas (Plasticity Index / PI)
Dari data LL dan PL, kita dapat menghitung nilai PI. Dari hasil yang diperoleh pada
poin (a) dan (b) maka :
PI = LL − PL
PI = (39,8 − 20,23)%
PI = 19,57 %

Nomor Diameter Ayakan Berat Ayakan Berat Ayakan + Tanah


Ayakan (mm) (gram) (gram)
4 4,75 412,85 568,19
10 2 423,75 660,76
20 0,85 411,38 631,06
40 0,425 410,94 652,08
60 0,25 401,35 461,62
100 0,15 381,75 403,38
200 0,075 398,21 400,76
PAN 440,9 503,52

d. Indeks Cair (Liquid Index / LI)


𝑤𝑁 − PL
LI =
PI
Jika diperoleh nilai 𝑤𝑁 (kadar air di lapangan) = 38 %, maka :
(38−20,23)%
LI =
19,57 %

LI = 0,91

Contoh 2. Analisa Saringan


Silahkan ditonton video pengujian Analisa Saringan pada folder video pembelajaran
(kelas online pada aplikasi google classroom).

Dari pengujian yang dilakukan, memberikan data sebagai berikut :


Tabel 5. Hasil Pengujian Analisa Saringan

Deskripsi hasil uji lab :


Data yang tertera pada tabel 5 di atas adalah data yang diperoleh dari hasil pengujian
“Analisa Saringan”. Sampel pengujian ada 1 (satu) sampel tanah seberat 1 kilogram
(1000 gram). Sampel tanah tersbeut dituang pada susunan ayakan yang telah disusun
dari nomor ayakan yang paling kecil ke nomor ayakan yang besar samapai pada PAN,
kemudian digetarkan dengan alat penggerak selama beberapa menit. Selanjutnya
masing-masing ayakan dan sampel tanah di dalamnya ditimbang beratnya, disebut →
Berat Ayakan + Tanah. Masing-masing ayakan kosong juga ditimbang beratnya, disebut
→ Berat Ayakan.
Cat :
• Dari tabel 5 diatas, maka yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah menghitung
persentase lolos saringan
• Menggambar kurva distribusi ukuran butiran

Langkah 1. Menghitung Persentase Material Lolos Ayakan


Untuk mencapai hasil akhir persentase tanah yang lolos ayakan, maka kita perlu
menghitung :
Berat material → Persentase material tertahan → Persentase material lolos ayakan
Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Uji Batas Cair

Berat Material Kumulatif


Persentase Persentase
Tertahan Persentase
Nomor Diameter Berat Ayakan + Material Material Lolos
Berat Ayakan
Ayakan Tanah Material
Ayakan Tertahan Ayakan
Tertahan
(mm) (gram) (gram) (gram) (%) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4 4,75 412,85 618,09 205,24 20,524 20,524 79,476
10 2 423,75 680,42 256,67 25,667 46,191 53,809
40 0,425 410,94 632,08 221,14 22,114 68,305 31,695
100 0,15 381,75 503,18 121,43 12,143 80,448 19,552
200 0,075 398,21 501,46 103,25 10,325 90,773 9,227
PAN 440,9 533,17 92,27 9,227 100 0
∑ =1000
Keterangan :
Kolom (1) : Nomor ayakan (masing-masing ayakan memiliki nomor ayakan sesuai US-standard)
Kolom (2) : Diameter ayakan (masing-masing nomor ayakan memberikan diameter lubang ayakan yang berbeda)
Kolom (3) : Berat ayakan (masing-masing ayakan ditimbang beratnya, satuan gram)
Kolom (4) : Berat ayakan + tanah (setelah dari mesin penggetar masing-masing ayakan beserta tanah di dalamnya ditimbang, gram)
Kolom (5) : Berat material tertahan = (berat ayakan + tanah) – berat ayakan → (5) = (4) – (3)
(Kolom (6) : Persentase tertahan = (berat material tertahan masing-masing ayakan / total material) * 100 → (6) = ((5)/1000)*100
Kolom (7) : Kumulatif persentase tertahan = jumlah persentase tertahan saringan + jumlah persentase saringan sebelumnya
(7)saringan nomor 10 = (7)saringan nomor 4 + (6)saringan nomor 10
Kolom (8) : Persentase lolos ayakan = 100 – kumulatif persentase tertahan, (8) = 100 – (7)
• Langkah 2. Menggambar Kurva Distribusi Ukuran Butiran

Gambar 2. Kurva Distribusi Ukuran Butiran (Grain Size Distribution Curve)

Batasan ukuran partikel yang dipakai pada gambar diatas adalah USCS :

Dari batasan ukuran partikel ini, pada gambar 2 kita dapat mengetahui bahwa dominan
sampel tanah terdiri dari 70,429 % pasir dan sisanya 20,524 kerikil dan 9,227 butiran
halus.
Tujuan untuk “Uji Analisa Saringan” → mendapatkan gradasi ukuran butiran tanah
yang dapat dilihat pada kurva distribusi ukuran butiran.
Dari kurva ini kita mendapatkan parameter :
• D10 : Diameter butiran dimana 10% dari total butiran lolos / lebih kecil
dari diameter tersebut
Dari kurva (gambar 2), diperoleh D10 = 0,08

• D30 : Diameter butiran dimana 30 % dari total butiran lolos / lebih kecil
dari diameter tersebut
Dari kurva (gambar 2), diperoleh D30 = 0,37

• D60 : Diameter butiran dimana 60% dari total butiran lolos / lebih kecil
dari diameter tersebut
Dari kurva (gambar 2), diperoleh D60 = 2,53

• Koefisien Keseragaman (Uniform Coeficient, C u)


𝐷60
𝐶𝑢 =
𝐷10
Dari nilai D10 dan D60 yang diperoleh dari kurva, maka :
0,53
𝐶𝑢 = = 31,625
0,08

• Koefisien Gradasi (Gradation Coeficient, Cc)


𝐷30 2
𝐶𝑐 =
𝐷60 × 𝐷10
Dari nilai D10, D30 dan D60 yang diperoleh dari kurva, maka :
0,372
𝐶𝑐 = = 0,676
0,53 × 0,08

• Dari nilai Cu dan Cc, kita dapat menentukan gradasi butiran tanah apakah termasuk
dalam kelompok Gap Graded, Well Graded atau Uniform Graded
Tanah termasuk gradasi baik (well graded) jika C c diantara 1 dan 3, dan Cu > 6
• Dari nilai Cu = 31,625 dan Cc = 0,676 maka gradasi butiran untuk sampel tanah
ini termasuk dalam gradasi buruk karena tidak memenuhi 2 kriteri diatas.
Deskripsi Gambar 2 :
Untuk membuat grafik “distribusi ukuran butiran”, dapat dilakukan dengan
memanfaatkan fitur grafik pada excel atau dapat membuat grafik manual dengan sumbu
(x) dalam skala semi logaritma dan sumbu (y) pada skala normal. Sumbu (x)
menyatakan diameter ayakan dan sumbu (y) menyatakan persentase material lolos
ayakan.

Link berikut dapat membantu anda untuk membuat grafik logaritma :


1. Cara membuat grafik logaritma (sumbu x) secara manual pada kertas biasa :
http://daly-engineering.blogspot.com/2015/01/membuat-grafik-semi-logaritmik-
manual.html
Atau dapat dilihat pada folder “slide presentasi” tentang Cara membuat grafik
logaritma secara manual”
2. Cara membuat grafik logaritma secara manual dengan excel :
https://www.youtube.com/watch?v=FXXAsrvtw14

Contoh 3. Klasifikasi Tanah


Silahkan dibaca materi terkait Klasifikasi Tanah pada folder “slide presentasi” (kelas
online pada aplikasi google classroom).

Tujuan kita klasifikasi tanah :


Mendapatkan gambaran umum mengenai perilaku tanah, dimana kita mengelompokkan
tanah yang berbeda-beda tapimempunyai sifat serupa kedalam groupgroup dan sub
group.

2 Metode klasifikasi :
1. Metode AASHTO
2. Metode USCS

Pengujian yang diperlukan dalam melakukan klasifikasi tanah :


1. Batas Cair
2. Batas Plastis
3. Analisa Saringan
Sehingga parameter tanah yang kita pakai untuk melakukan klasifikasi tanah :
1. Nilai LL, PL dan PI
2. Persentase material lolos ayakan no. 200, nilai Cu dan Cc

Dari parameter tanah yang telah kita hitung sebelumnya (lihat contoh 1a, 1b, 1c dan
contoh 2) maka kita akan melakukan klasifikasi tanah. Parameter tanah tersebut adalah:
LL = 39,8 % (lihat gambar 1)
PL = 20,23 % (lihat tabel 4)
PI = 19,57 % (lihat poin 1c)
Persentase lolos ayakan no. 4 = 79,476 %
Persentase lolos ayakan no. 10 = 53,809 %
Persentase lolos ayakan no. 40 = 31,695 %
Persentase lolos ayakan no. 200 = 9,227 %
Nilai Cu = 31,625
Nilai Cc = 0,676
a. Metode USCS (Unified Soil Classification System)

SELESAI
MULAI

Gambar 3. Cara Membaca Tabel Sistem Klasifikasi USCS


Cat :
Pada gambar 3 diatas merupakan sistem klasifikasi USCS.
Cara pembacaan dimulai dari bagian kiri sampai berturut-turut ke arah kanan
Tahapan klasifikasi menurut USCS

Tahap 1. Cek Pengelompokkan tanah


Ada 3 pengelompokkan tanah, yaitu :
a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils)
Jika tanah yang lolos saringan No. 200 kurang dari 50 % (F200 < 50 %)
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soils)
Jika tanah yang lolos saringan No. 200 lebih dari 50 % (F200 > 50 %)
c. Tanah organik (Gambut/Humus)

• Dari data :
F200 = 9,227 % berarti F200 < 50 %
Tanah digolongkan ” tanah berbutir kasar”

Cat :
Kita tandai tabel USCS untuk divisi utama dipilih ”tanah berbutir kasar”. Tabel bagian
bawah yg bertanda tidak perlu diperhatikan kecuali jika tanahnya tergolong
butiran halus.

Tahap 2. Cek material tertahan dan material lolos ayakan no. 4


a. Jika > 50 % tertahan ayakan no. 4 atau < 50 % lolos ayakan no. 4 → Kerikil
b. Jika > 50 % lolos ayakan no. 4 atau < 50 % tertahan ayakan no. 4 → Pasir
• Dari data :
Fraksi lolos ayakan no.4 = 79,476 % berarti > 50 % → Pasir
Tahap 3. Cek nilai Cu dan Cc
Pada tahap ini kita akan menggolongkan lebih lanjut untuk pilihan “pasir” → apakah
tanah tersebut masuk dalam tanah SW, SP, SM atau SC. Untuk itu kita cek data Cu, Cc,
PI.
Dari data hasil perhitungan sebelumnya :
Cu = 31,625
Cc tidak memenuhi kriteria sebagai tanah golongan SW
Cc = 0,676
• Cc tidak memenuhi kriteria sebagai tanah golongan SW
• Tidak masuk dalam tanah SP karena memiliki C u yang masuk kriteria (salah satu
parameter masuk kriteria)
Oleh karena tidak masuk golongan SW dan SP, kita beralih ke SM dan SC → Cek PI =
19,97 % > 7 → berarti tanah digolongkan tanah SC yaitu pasir berlempung →
Jadi dapat digambarkan secara utuh langkah tadi pada gambar dibawah ini :

Gambar 4. Klasifikasi Tanah Menurut USCS


b. Metode AASHTO (American Association Stated Highway Transportation
Official)

MULAI

SELESAI

Gambar 4. Cara Membaca Tabel Sistem Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO


Cat :
Pada gambar 4 diatas merupakan sistem klasifikasi tanah menurut AASHTO. Tahapan
penggolongan tanah dimulai dari bagian atas berturut-turut sampai ke bawah dari tabel
AASHTO tersebut.

Tahapan Klasifikasi Menurut AASHTO


Tahap 1. Cek material lolos ayakan no. 200
• Jika material lolos ayakan no. 200 < 35 % → Material Granuler
• Jika material lolos ayakan no. 200 > 35 % → Material Kohesif (Lanau dan Lempung)
• Dari data material lolos ayakan no. 200 = 9,227 % < 35 % → Material Granuler
Cat :
Kita tandai tabel AASHTO untuk klasifikasi kelompok dipilih ”material granuler”. Tabel
bagian kanan yg bertanda tidak perlu diperhatikan kecuali jika tanahnya tergolong
butiran halus.

Tahap 2. Cek apakah tanah termasuk dalam golongan A-1 atau A-2 atau A-3?
Persentase lolos ayakan no. 10 = 53,809 %
Persentase lolos ayakan no. 40 = 31,695 %
Persentase lolos ayakan no. 200 = 9,227 %
• Memenuhi kriteri A-1b, A-3 dan A-2

Tahap 3. Cek nilai LL dan PI


LL = 39,8 %
PI = 19,57 %
• Memenuhi kriteria A-2-6
Jadi dapat digambarkan secara utuh langkah tadi pada gambar dibawah ini :

Gambar 5. Klasifikasi Tanah Menurut Metode AASHTO


Tahap 4. Menghitung nilai GI (Group Index / GI)
• Sesuai kriteria A-2-6, GI → 4 maksimal
➔ Khusus untuk kriteria A-2-6 persamaan GI yang digunakan adalah :
𝐺𝐼 = 0,01(𝐹 − 15)(𝑃𝐼 − 10)
= 0,01 (9,227 − 15)(19,57 − 10)
𝐺𝐼 = - 0,6
Bila GI < 0, maka dianggap GI = 0 → memenuhi kriteria < 4

Kesimpulan :

Klasifikasi Tanah

Metode USCS Metode AASHTO

SC A-2-6
(Sand Clay)

Pasir berlempung

Gambar 6. Rekapitulasi hasil klasifikasi tanah dengan metode USCS dan AASHTO

Anda mungkin juga menyukai