Anda di halaman 1dari 15

Perencanaan dan Pengendalian Biaya Bahan Baku

Disusun oleh :

Muhammad Al Harits 170603074


Rahmad Rainadi 170603093

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Anggaran


Dosen Pembimbing : Ismuadi, S.E., S.Pd.I.,M.Si.

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
2.1 Perencanaan.........................................................................................................................2
2.2 Pengendalian........................................................................................................................3
2.3 Perencanaan dan Pengendalian Biaya Bahan Baku..........................................................3
2.3.1 Material Requirements Planning (MRP)...................................................................4
2.3.2 Rumus untuk menentukan titik pemesanan..............................................................5
2.3.3 Total Biaya Persediaan................................................................................................6
2.3.4 Pengendalian Bahan Baku..........................................................................................6
2.4 Metode Perhitungan Biaya Persediaan..............................................................................8
2.4.1 Perhitungan Biaya Menurut CASB..........................................................................10
2.4.2 Perhitungan berdasarkan MRP................................................................................10
2.4.3 Laporan Keuangan Interim Untuk Persediaan.......................................................12
BAB III PENUTUP...................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................13
1 BAB I
PENDAHULUAN

Suatu Perusahaan sering kali mengalami kesulitan dalam pengendalian bahan baku,
diantaranya adalah persediaan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Untuk menghindari
masalah tersebut maka perlu dibuat suatu pemecah masalah. Perencanaan kebutuhan material
menjadi efisien dan dimaksudkan agar dalam pelaksanaan pekerjaan, penggunaan material
menjadi efisien dan efektif sehingga tidak terjadi masalah baru akibat tidak tersedianya bahan
baku pada saat dibutuhkan. Keputusan mengenai kapan dan seberapa banyak pemesanan
bahan baku yang dilakukan merupakan suatu tantangan besar yang harus dihadapi bagi
seorang manajer sebuah perusahaan tersebut. Salah satu tantangan dari pembuatan keputusan
ini adalah banyaknya produk yang terlibat dan banyaknya batasan yang terdapat pada
perusahaan untuk menyimpan produk.

Dalam perencanaan kebutuhan material dibutuhkan informasi-informasi yang dapat


menunjang kegiatan produksi agar keterkaitan penyediaan dan penggunaan material terhadap
suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan keterlambatan jadwal pemesanan yang
dapat menyebabkan bertambahnya biaya pada produksi sebisa mungkin tidak terjadi.

Pada dasarnya semua produksi bisa berjalan lancar apabila manajemen perusahaan
dapat merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan baku yang tersedia dengan baik
dan benar, sehingga apabila semua persediaan yelah dilakukan perencanaan dan pengendalian
dengan benar maka kegiatan produksi pun akan berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan
terutama akibat kekurangan persediaan bahan baku.

1
2 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan
Perencanaan menurut Carter (2010,h.4) adalah “ Perencanaan ialah kontruksi dari suatu
program operasional terperinci, merupakan proses merasakan kesempatam maupun ancaman
eksternal, menentukan tujuan yang diinginkan dan menggunakan sumber daya untuk
mencapai tujuan tersebut”.

Menurut William (2009,h.9) jenis-jenis perencanaan terbagi atas tiga jenis, yaitu :

1) Rencana Strategik, adalah rencana yang diformulasikan ditingkat manajemen


tertinggi. Sangat diperlukan pandangan luas atas perusahaan dan lingkungannya.
2) Rencan Jangka Pendek, adalah rencana yang sering kali disebut dengan “anggaran”.
Cukup terperinci guna memungkinkan disusunnya laporan keuangan proforma bagi
entitas tersebut untuk suatu periode di masa depan.
3) Rencana Jangka Panjang, adalah rencana yang bersifat anggaran mencakup periode 3
hingga 5 tahun kedepan.

Fungsi Perencanaan menurut Siswanto (2009,h.48) terbagi atas dua jenis, yaitu :

1) Menetapkan tujuan yang akan dicapai pada hierarki yang lebih rendah.
2) Sebagai alat untuk mencapai perangkat tujuan pada hierarki yang lebih tinggi
berikutnya.

Merencanakan bahan baku berhubungan dengan dua faktor fundamental, yaitu jumlah
dan waktu pembelian. Penentuan berapa banyak yang akan dibeli dan kapan melibatkan dua
jenis yang saling berlawanan, yaitu biaya penyimpangan persediaan (cost of carrying
inventory) dan biaya karena tidak menyimpan cukup persediaan.

Berdasar penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan fungsi perencanaan adalah untuk
memberikan gambaran sekaligus petunjuk dan arahan kepada pemimpin dalam pengambilan
keputusan bagian persediaan yang lebih tepat.

2
2.2 Pengendalian
Menurut Herjanto (2008, h.226) pengendalian persediaan adalah “suatu rangkaian
kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan
pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus
diadakan”.

Pengendalian tersebut dapat juga disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu sistem
atau usaha untuk merencanakan masa depan untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Aminudin (2005, h.146) fungsi pengendalian terbagi atas dua macam, yaitu :

1) Siklus Persediaan (Inventory Cycle)


Siklus persediaan berkaitan dengan membeli atau menyediakan dalam jumlah lebih
besar dari yang dibutuhkan.
2) Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Mencegah terhadapat ketidaktentuan persediaan.

Menurut Assauri (2008) menyatakan bahwa pengendalian merupakan kegiatan yang


dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan, apabila terjadi penyimpangan maka dapat dikoreksi,
sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.

2.3 Perencanaan dan Pengendalian Biaya Bahan Baku


Model EOQ (Economic Order Quantity) merupakan salah satu teknik manajemen
persediaan. Asumsi dasar model EOQ adalah penjualan dapat diramalkan secara pasti. Dua
macam biaya yang dipertimbangkan dalam model EOQ adalah biaya penyimpanan dan biaya
pemesanan. Apabila total biaya dari kedua macam biaya ini diturunkan terhadap kuantitas
yang dipesan, akan diperoleh kuantitas pemesanan yang optimal. Lebih lanjut, model EOQ
menentukan kapan perusahaan harus melakukan pemesanan Kembali bilamana masa ada
masa tenggang dan persediaan pengaman. (Mardiyanto,2008).

Dalam melakukan perencanaan dan pengendalian bahan baku dapat diawali dengan
menentukan waktu pemesanan. Rumus EOQ membahas masalah kuantitas dalam
perencanaan persediaan, dalam menentukan waktu pemesanan dikendalikan oleh tiga faktor :

3
1. Waktu yang diperlukan untuk pengantaran,
2. Tingkat penggunaan persediaan,
3. Persediaan pengaman.

Menentukan titik pemesanan akan relative sederhana apabila prediksi yang tepat tersedia
atas tingkat penggunaan dan waktu tunggu (lead time), yaitu interval waktu antara saat
pemesanan dilakukan dan saat bahan baku tersedia di pabrik untuk diproduksi. Untuk
kebanyakan item persediaan, ada variasi di salah satu atau kedua faktor tersebut, seperti:

a) Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan di bawah perkiraan selama periode
pemesanan, bahan baku yang baru tiba sebelum persediaan yang ada habis digunakan,
sehingga menambah biaya penyimpangan bahan baku.
b) Jika waktu tunggu atau tingkat penggunaan diatas perkiraan, akan terjadi kehabisan
persediaan, biaya-biaya tambahan, serta kehilangan pelanggan.
c) Jika waktu tunggu dan tingkat penggunaan rata-rata atau normal digunakan untuk
menentukan titik pemesanan, kehabisan persediaan bisa diharapkan untuk terjadi
setiap pesanan.

2.3.1 Material Requirements Planning (MRP)


Perencanaan kebutuhan material (Material Requirements Planning=MRP) adalah
metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders.
Planned manufacturing orders kemudian diajukan untuk analisis lanjutan berkenaan dengan
ketersediaan kapasitas dan keseimbangan menggunakan perencanaan kebutuhan kapasitas
(Capacity Requirements Planning=CRP).

Menurut Michael Kelly (Jurnal PASTI Volume X No.3) metode MRP merupakan
metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventory untuk item-item dependent
demand, dimana permintaan cenderung discontinuous and lumpy, item-item termasuk dalam
dependent demand adalah : bahan baku, (raw materials), peralatan, subassemblies, dan
assemblies, semuanya disebut sebagai manufacturing inventories (persediaan manufaktur).
Teknik-teknik MRP dan CRP paling cocok diterapkan dalam lingkungan job shop
manufacturing, meskipun MRP dapat pula diadopsi dalam lingkungan repetitive
manufacturing.

4
Moto dari MRP adalah memperoleh material yang tepat, dari sumber yang tepat,
untuk penempatan yang tepat, pada waktu yang tepat. Berdasarkan MPS yang diturunkan dari
rencana produksi, suatu system MRP mengidentifikasi item apa yang harus dipesan, berapa
banyak kuantitas item yang harus dipesan, dan kapan terbaik untuk memesannya. Sebagai
suatu system, MRP membutuhkan lima input utama : (Gaspers, 1998)

1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule=MPS)


2. Daftar Komponen Barang (Bill Of Material=BOM)
3. Dokumen Item-item (Item Master)
4. Pesanan-pesanan (Orders)
5. Kebutuhan (needs)

2.3.2 Rumus untuk menentukan titik pemesanan


Titik pemesanan didasarkan pada penggunaan selama waktu yang diperlukan untuk
meminta pembelian, pemesanan, dan penerimaan bahan baku serta cadangan untuk
memproteksi dari kehabisan persediaan. Titik pemesanan dicapai jika jumlah yang tersedia
sama dengan kebutuhan yang diperkirakan, yaitu saat jumlah persediaan yang tersedia dan
jumlah apapun yang akan masuk ke persediaan sama dengan jumlah persediaan yang akan
digunakan selama waktu tunggu dan jumlah persediaan pengaman. Dalam bentuk persamaan,
titik pemesanan dapat dinyatakan sebagai berikut :

I + QD = LTQ + SSQ

Keterangan :
I = Saldo persediaan
QD = Jumlah yang akan masuk (sebelum deplesi dari 1) dari pemesanan yang sebelumnya sudah
dilakukan transfer bahan baku dan retur ke Gudang
LTQ = Jumlah yang akan digunakan selama waktu tunggu, yang sama dengan waktu tunggu
normal dalam bulan, minggu, atau hari, dikalikan dengan penggunaan normal selama sebulan,
seminggu, atau sehari
SSQ = Jumlah persediaan pengaman

5
2.3.3 Total Biaya Persediaan
Metode FOQ ( Fix Order Quantity) merupakan model persediaan yang akan
membantu perusahaan agar investasi yang ditanamkan dalam persediaan tidak berlebihan
tetapi perusahaannya juga tidak mengalami kekurangan persediaan.

Metode ini sering dipakai karena mudah untuk dilaksanakan dan mampu memberikan
solusi yang terbaik bagi perusahaan, karena dengan perhitungan menggunakan FOQ tidak
saja akan diketahui berapa jumlah persediaan yang paling efisien bagi perusahaan, tetapi akan
diketahui juga biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan persediaan bahan baku yang
dimilikinya (dihitung menggunakan TIC/Total Inventory Cost) dan waktu yang paling tepat
untuk mengadakan pemesanan Kembali. (Tersine dan Richard,1994)

2.3.4 Pengendalian Bahan Baku


Pengendalian dapat dicapai melalui pengaturan fungsional, pembebanan tanggung
jawab, dan bukti-bukti dokumenter. Hal tersebut dimulai dari persetujuan anggaran penjualan
dan produksi dengan penyelesaian produk yang siap untuk dijual dan dikirimkan ke gudang
atau pelanggan. Ada dua tingkat pengendalian produksi, diantaranya :

1) Pengendalian Unit

Manajer pembelian dan produksi yang menentukan jumlah pesanan bukan dalam
nilai uang. Sedangkan manajemen eksekutif paling berkepentingan pada pengendalian
finansial dari persediaan.

2) Pengendalian Uang

Pengendalian yang mencakup modal yang digunakan, yaitu nilai uang. Manajemen
eksekutif merupakan orang yang berpengaruh disini.

Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan saling berlawanan, yaitu:

1. Menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang mencukupi untuk operasi secara
efisien
2. Menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara finansial.

Tujuan dasar pengendalian bahan baku adalah kemampuan untuk melakukan pemesanan
pada waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk memperoleh jumlah yang tepat pada
harga dan kualitas tepat pula. Pengendalian persedian yang efektif sebaiknya :

6
1. Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien dan
tidak terganggu
2. Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan kecil dan
mengantisipasi perubahan harga
3. Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum dan
melindungi bahan baku tersebut dari kerugian (seperti:kebakaran, dll)
4. Meminimalkan item yang tidak aktif, kelebihan, using, yaitu dengan melaporkan
produk yang mempengaruhi bahan baku
5. Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan
6. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada di tingkat
yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen

Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan untuk pengendalian bahan baku
berdasarkan hal pemeliharaan dan biaya yang dikeluarkan. Item-item kritis dan memiliki nilai
tinggi memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan item yang nilainya
rendah. Misalnya untuk item yang lebih rendah, persediaan pengaman dan pesanan dalam
jumlah besar sehingga mencukupi untuk tiga sampai enam bulan kedepan adalah umum
terjadi, karena biaya penyimpanan biasanya rendah dan resiko keusangan dapat diabaikan.

Berikut adalah beberapa metode pengendalian bahan baku :

1. Metode Siklus Pesanan (order cycling method)

Memeriksa secara periodic status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap item
atau kelas. Perusahaan yang menggunakan periode waktu berbeda antar peninjauan
dan dapat menggunakan siklus yang berbeda untuk jenis bahan baku yang berbeda.
Item yang kritis biasanya memerlukan siklus peninjauan yang pendek. Untuk item
yang non-kritis dengan nilai rendah biasanya siklus peninjauannya lebih lama karena
jumlah pesanan besar dan kehabisan persediaan atas item tersebut tidak terlalu mahal
biayanya.

2. Metode Minimum-Maksimum (min-max method)

Didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada
pada kisaran batas tertentu. Maksimum jumlah untuk item ditetapkan. Tingkat
minimum sudah memasukkan margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali tingkat minimum

7
menjadi titik pemesanan dan jumlah pesanan adalah selisih antara tingkat minimum
dengan tingkat maksimum. Metode ini didasarkan pada observasi fisik atau dapat
dimasukkan kedalam system akuntansi. Titik pemesanan telah dicapai diilustrasikan
oleh metode dua tempat (two-bin method). Dalam metode ini, setiap item persediaan
yang mencukupi untuk memenuhi penggunaan yang terjadu dengan penempatan
pesanan berikutnya

3. Pengendalian Selektif

Disebut juga rencana ABC, signifikan biaya dari setiap item dievaluasi. Item
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai tinggi, nilai menengah, dan
nilai rendah.

Nilai Tinggi Nilai Menengah Nilai Rendah


Item A Item B Item C
Kualitas karyawan Yang terbaik dari Rata-rata sederhana Rendah tidak
yang ada terlalu penting
Catatan yang Lengkap Sederhana Tidak terlalu
dibutuhkan penting
Titik pemesanan dan Sebagai pedoman Peninjauan tidak Digunakan secara
EOQ yang seringkali ditinjau terlalu sering kaku
digunakan ulang dilakukan
Jumlah pesanan Biasanya tinggi Moderat Rendah
pertahun
Waktu penggantian Sesingkat mungkin Normal Mungkin lama
Jumlah persediaan Rendah Moderat Tinggi
pengaman
Perputaran Tinggi Moderat Rendah
persediaan

2.4 Metode Perhitungan Biaya Persediaan


Ketika biaya actual dicatat dalam system persediaan perpetual, setiap pengeluaran
bahan baku dibebankan sebagai bahan baku tidak langsung, atau beban pemasaran dan
administrasi sebagai perlengkapan. Metode yang paling umum untuk menghitung biaya
persediaan adalah:

a) Metode First In First Out (FIFO)

8
Ketika bahan baku dikeluarkan, metode FIFO membebankan biaya bahan baku
tersebut sesuai dengan harga persediaan tertua di gudang. Metode ini mudah apabila
hanya ada beberapa penerimaan bahan baku yang berbeda di catatan bahan baku pada
suatu saat, tetapi akan merepotkan pada pembelian dengan harga berbeda-beda dan
terdapat pembelian dengan waktu bersamaan.

b) Rata-Rata Tertimbang

Mengamsumsikan biaya setiap pengeluaran bahan baku merupakan campuran dari


semua biaya pengiriman yang ada di gudang pada saat pengeluaran. Logika dari
metode ini adalah semua bahan baku sejenis yang tersedia dikeluarkan secara random,
maka rata-rata tertimbang dari biaya semua unit yang ada dalam persediaan
merupakan ukuran yang memuaskan dari biaya bahan baku. Dilakukan dengan
membagi total biaya semua bahan baku dengan jumlah unit yang tersedia. Biaya
faktur baru dimasukkan ke kolom saldo dari bagian persediaan di kartu bahan baku,
jumlah unitnya ditambahkan ke jumlah yang ada, dan total biaya dibagi dengan total
jumlah yang menghasilkan biaya rata-rata baru.

c) Last In First Out (LIFO)

Metode ini membebankan biaya dari pembelian yang paling terakhir dalam persediaan
ke setiap bahan baku yang dikeluarkan ke produksi. Logika di balik metode ini adalah
biaya yang paling terakhirlah yang paling mendekati biaya penggantian unit yang
digunakan sehingga merupakan biaya yang paling berarti untuk dikaitkan dengan
pendapatan dalam menghitung laba

Metode LIFO pada umumnya tidak praktis digunakan oleh perusahaan yang memiliki
sejumlah besar jenis item persediaan dan yang merubah bauran persediaan secara berkala.
Penggunaan metode ini dapat memastikan likuidasi biaya dari lapisan dasar LIFO dan
kelebihan maupun kerugian LIFO. Akibatnya, banyak perusahaan yang menggunakan LIFI
nilai dolar untuk laporan keuangan dan pajak penghasilan. Metode ini mengurangi biaya
administrasi LIFO. Selain itu, penghematan pajak penghasilan dalam periode ini dimana
harga naik lebih tinggi.

2.4.1 Perhitungan Biaya Menurut CASB


Sesuai dengan peraturan Cost Accounting Standards Board (CASB), bahan baku
dapat dibebankan secara langsung ke suatu kontrak tersebut dapat diidentifikasi pada saat

9
dibeli atau diproduksi. Perhitungan harga disesuaikan jenis metode yang telah digunakan
secara konsisten untuk bahan baku serupa, dan kontraktor harus mendokumentasikan
prosedur untuk mengakumulasikan dan mengalokasikan biaya bahan baku.

2.4.2 Perhitungan berdasarkan MRP


Pada dasarnya perhitungan MRP menggunakan 3 metode, yaitu EOQ, LFL, dan POQ

a. Perhitungan MRP, metode Economic Order Quantity

Dalam metode ini, besarnya jumlah setiap kali pesan dihitung dengan rumus :

2 AD
EOQ=
√ H

Keterangan : D : demand

A : biaya pesan (order cost)

H : Biaya penyimpanan (Holding Cost)

Kebutuhan bahan baku paracetamol diketahui :

- Permintaan (D) : 3025 kg


- Biaya pesan (S) : Rp 1.545.000/pesan
- Biaya simpan (H) : Rp 944/kg

2 AD
EOQ=
√ H

2. ( 1545000 ) .(3025)
EOQ=
√ 944

EOQ=3147 kg / pesan

Biaya yang dikeluarkan :

Biaya pemesanan : Rp 1.545.000 x 12 = Rp 18.540.000

Biaya penyimpanan : Rp 944 x 13866 = Rp 13.089.504

Total : Rp 31.629.504

10
b. Perhitungan MRP, metode Lot-For-Lot (LFL)
Pada metode ini yang paling mudah dimengerti, besar ukuran pemesanan adalah sama
dengan kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan.

Periode Paracetamol
Kebutuhan bersih Rencana Pemasaran Persediaan
(kg) (kg) (kg)
January 2700 2700 0
February 2700 2700 0
Maret 3300 3300 0
Dst

Biaya yang dikeluarkan :


Biaya pemesanan : Rp 1.545.000 x 12 = Rp 18.540.000
Bisys Penyimpanan : Rp 944 x 0 = Rp 0
Total : Rp 18.540.000

c. Perhitungan MRP, metode Periodic Order Quantity (POQ)


Metode POQ ini, interval pemesanan ditentukan dengan suatu perhitungan yang
didasarkan pada perhitungan EOQ, sehingga dapat digunakan pada permintaan yang
berperiode diskrit. Interval pemesanan ditentukan dengan rumus :

2. S
POQ=
D.H
Keterangann :
D : Demand rata-rata periode
S : Biaya pesan (order cost)
H : Biaya penyimpanan / unit (holding cost)

Kebutuhan bahan baku paracetamol diketahui :


- Permintaan per periode (D) : 3025 (kg)
- Biaya Pesan (S) : Rp 1.545.000 / pesan
- Biaya Simpan (H) : Rp 944 / kg

11
Peraturan akuntansi Amerika Serikat mengharuskan bahwa persediaan bahan baku
dilaporkan sesuai dengan harga terendah antar biaya produksi dengan harga pasar.

2.4.3 Laporan Keuangan Interim Untuk Persediaan


Perusahaan diharuskan menggunakan metode perhitungan biaya persediaan yang sama dan
penyesuaian yang sama untuk harga terendah antara biaya dengan harga pasar, dalam pelaporan
interim digunakan laporan keuangan tahunan dengan pengecualian sebagai berikut :

1. Tingkat laba kotor dapat digunakan untuk mengestimasikan persediaan akhir dan harga
pokok penjualan untuk periode interim
2. Jika ada likuidasi dari dasar biaya LIFO di periode interim tetapi dasar ini diperkirakan
akan digantikan di akhir tahun
3. Jika penurunan harga pasar di tanggal interim diperkirakan secara wajar harga pasar
akan Kembali membaik di akhir tahun, maka penurunan tersebut tidak perlu diakui di
tanggal interim

12
3 BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari ketiga metode diatas, dapat disimpulkan bahwa metode yang paling baik di pergunakan
adalah metode Period Order Quantity (POQ) karena dari perhitungan metode POQ
didapatkan total biaya yang paling kecil bila dibandingkan dengan Lot For Lot (LFL) dan
perhitungan Economic Order Quantity. Karena dengan metode POQ dapat meminimalkan
biaya pesan dan biaya simpan sehingga total biaya yang dikeluarkan kecil dibandingkan
dengan metode EOQ dan L-F-L sedangkan biaya terbesar adalah metode (EOQ) , karena
penghitungan metode EOQ biaya pesan dan biaya simpan sangatlah besar.

13

Anda mungkin juga menyukai