Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PONDASI DALAM


PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat Pendidikan


Dosen Pengampu Ardian Renata Manuardi, M.Pd

Disusun Oleh :

Ajie Tazqiatul kaffiyyah (19010046)


Astuti Suciati (19010006)
Ayu Nawang Sari (19010030)
Wita Sukmakiah (19010320)

BIMBINGAN DAN KONSELING


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI
CIMAHI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “filsafat pendidikan sebagai
ilmu pondasi dalam pendidikan” guna memenuhi tugas pengantar filsafat pendidikan.
Kami, menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai urusan kami. Amin

Cimahi, 24 September 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakan Masalah .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
2.1 Pendidikan ............................................................................................................. 3
2.2 Filsafat Pendidikan ................................................................................................ 5
2.3 Peranan Filsafat Pendidikan ................................................................................. 6
2.4 Apa Yang Menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang ........................................ 7
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 9
3.2 Saran ...................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata “filsafat” berasal dari Bahasa Yunani kuno, yaitu kata “philos” dan
“shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan shopia artinya
kearifan atau kebijakan. Jadi, arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang
sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Istilah filsafat sering
digunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar
maupun tidak sadar. Dalam penggunaan secara populer, filsafat dapat
diartikan sebagai suatu Pendidikan hidup (individu), dan dapat juga disebut
pandangan hidup (masyarakat).
Di Jerman dibedakan antara filsafat dengan pandangan hidup
(weltanschauung). Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang
sangat mendalam samapai keakar-akarnya. Dalam pengertian lain, filsafat
diartikan sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting atau apa
yang berarti dalam kehidupan.
Dalam dunia Pendidikan, filsafat Pendidikan adalah bagian dari
fundasi-fundasi Pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat Pendidikan perlu
mengetengahkan konsep-konsep dasar Pendidikan. Di Indonesia sendiri
Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 dan Undang-Undang Pendidikan
merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelakasanaan Pendidikan. Hal
ini yang menjadi Pancasila, atau khususnya filsafat Pancasila mempunyai
kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-
norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melengkapi Pendidikan
secara keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai praktek.
Dengan berpijak pada pandangan Pendidikan tentang kedudukan
filsafat dan filsafat Pendidikan Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap
konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap filsafat atau filsafat Pendidikan
yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan mempelajari filsafat dan
filsafat luar pada hakekatnya adalah upaya untuk memperkaya atau
memperkuat substansi dari pada filsafat Pendidikan telah berada pada
peringkat lanjut.
Pendidikan memiliki peranan penting bagi warga negara. Pendidikan
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang
maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap

1
warga negara berhak mendapat pendidikan. Seperti tercantum didalam
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bab III ayat 5 dinyatakan setiap warga negara mempunyai kesempatan yang
sama memperoleh pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud makna pendidikan?
1.2.2 Apa pengertian filsafat Pendidikan sebagai ilmu pondasi dalam
pendidikan?
1.2.3 Apa peran filsafat Pendidikan sebagai ilmu pondasi dalam Pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah filsafat pendidikan.
1.3.2 Untuk menjelaskan lebih lengkap mengenai filsafat pendidikan sebagai
ilmu pondasi dalam pendidikan.
1.3.3 Menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi tentang filsafat
pendidikan sebagai ilmu pondasi bagi mahasiswa bimbingan
konseling.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENDIDIKAN

2.1.1 Makna Pendidikan


Langeveld mengemukakan bahwa Pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Selanjutnya menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1991 :
70) mengemukakan beberapa definisi Pendidikan sebagai berikut :
a. Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya kelak
anak itu cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab
sendiri.
b. Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada
manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan,
sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
Jadi, Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang
dewasadalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Menurut Drijarkata, Pendidikan secara prinsip adalah
berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung
jaawab orang tua, yaitu ayah dan ibu merupakan figursentral dalam
Pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung jawab unutk membantu
memanusiakan, membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai tersebut akan
berakhir apabila sang anak menjadi manusia sempurna atau manusia
purnawan.
1. Pendidikan sebagai Proses Transpormasi Nilai
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan
semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan
sikapnya, serta keterampilannya.Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup
kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih, yang didalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 mencakup kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan.
Istilah mendidik, menunjukan usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan
budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan, dan
lain-lain. Istilah mengajar menurut Prof. Sikun Pribadi (1981), berarti
memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan
kemampuan intelektual manusia. Sedangkan istilah melatih, merupakan suatu
usaha untuk memberi sejumlah keterampilan tertentu, yang dilakukan secara
berulang-ulang sehingga akan terjadi suatu pembinaan dalam bertindak.

3
Dari uraian diatas, pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan
mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai
suatu usaha untuk mentranspormasikan nilai-nilai. Nilai-nilai yang akan kita
transpormasikan tersebut mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan,
nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni, dan nilai keterampilan. Nilai-
nilai yang ditranspormasikan tersebut dalam rangka mempertahankan,
mengembangkan , mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka,
pendidikan akan berlangsung dalam kehidupannya.

2 Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari filsafah atau pandangan
hidup manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok. Tujuan
pendidikan akan menyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam suatu
konteks kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan dan religi, filsafat,
ideologi, dan sebagainya. Contohnya :
1. Autonomy, yaitu memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan
secara maksimum kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup
mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
2. Equiti (keadilan), berarti bahwa tujuan pendidikan tersebut harus
memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat
berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi,
dengan memberinya pendidikan dasar yang sama.
3. Survival, berarti bahwa dengan pendidikan akan menjamin pewarisan
kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya.

2.1.2 Alat Pendidikan


Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus
dengan maksud mempengaruhi anak didik secara pedogogis (edukati). Seperti
dikemukakan oleh Langeveld (1965: 116) bahwa suatu alat pendidikan
hanyalah suatu tindakan/perbuatan atau situasi, yang dengan sengaja untuk
menciptakan tujuan pendidikan. Lavengeld (1965) mengelompokan lima jenis
alat pendidikan yaitu :
1. Perlindungan, merupakan syarat dasar bagi semua pergaulan termasuk
semua didalamnya pergaulan pendidikan. Peerlindungan harus datang
dari pihak orang dewasa, yang bertindak sebagai anak merasa terlindung
oleh orang dewasa. Beberapa tindakan atau perbuatan pendidikan yang
akan dapat dilakukan berupa memerintah, membiarkan, menghalangi atau
melarang, menciptakan dan memelihara tata tertib.

4
2. Kesepahama timbul karena orang dewasa baik disadari maupun tidak
disadari, akan menjadi contoh (teladan) bagi anak didik, dan sebaliknya
pula disadari atau tidak akan mencoba (meniru) perbuatan pendidik.
Seandainyaanak ingin mencontoh perbuatan pendidik, hal ini berarti
bahwa anak telah memahami perbuatan pendidik sebagai orang dewasa.
3. Kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan dapat berupa asimilasi dari
pendidik dan konfirmasi dari anak didik. Jadi, kesamaan arah ini terjadi
antara perbuatan pendidik dan perbuatan anak didik.
4. Perasaan bersatu, dan
5. Pendidikan karena diri sendiri.
2.1.3 Pendidikan berlangsung Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat memandang jauh kedepan, berusaha untuk
menghasilkan manusia dan masyarakat baru merupakan suatu proyek
masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas
pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transpormasi dan informasi dan didalam masyarakat saling mempengaruhi
yaitu masyarakat modern. Manusia tersebut harus mampu menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan disekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak
kanak-kanak sampai dewasa. Pendidikan bukan hanya berlangsung disekolah
tetapi ada pengaruh dari keluarga maupun masyarakat.

2.2 Pengertian Filsafat Pendidikan


Filsafat Pendidikan menurut Al-Syaibany (1979:30) adalah
“Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang
Pendidikan. Filsafat itu menceminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah
umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam
menyelesaikan masalah masalah Pendidikan secara praktis. Masalah-masalah
Pendidikan akan berkaitan dengan maslah-masalah filsafat umum, seperti :
1. Hakikat kehidupan yang baik, karena Pendidikan akan berusaha untuk
mencapainya;
2. Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima
Pendidikan;
3. Hakikat masyarakat, karena Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu
proses sosial;
4. Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk
mencapainya.

5
Selanjutnya Al-Syaibany (1979) berpandangan bahwa filsafat
Pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan
yang hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses Pendidikan. Filsafat
Pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep Pendidikan dan
memahami sebab-sebab yang hakiki dari masyarakat Pendidikan. Filsafat
Pendidikan berusaha juga membahas tentang segala yang mungkin
mengarahkan proses Pendidikan.
Pada bagian lain Al-Syaibany (1979) mengemukakan bahwa terdaapat
beberapa tugas yang diharapkan oleh seorang filsof Pendidikan, diantaranya :
1. Merancang dengan bijak dan arif untuk menjadikan proses dan usaha-
usaha Pendidikan pada suatu bangsa;
2. Menyiapkan generasi muda dan warga negara umumnya agar beriman
kepada tuhan dan segala aspeknya;
3. Menunjukan peranannya dalam mengubah masyarakat, dan menubah
cara-cara hidup mereka ke arah yang lebih baik.
4. Mendidik akhlak, perasaan seni, dan keindahan pada masyarakat dan
menumbuhkan pada diri mereka sikap menghormati kebenaran, dan cara-
cara mencapai kebenaran tersebut.

2.3 Peranan Filsafat Pendidikan


Dalam mengkaji peranan filsafat Pendidikan, dapat ditinjau dari tiga
lapangan filsasat, yaitu:
1. Metafisika dan Pendidikan
Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif. Yang menjadi
pusat persoalan adalah hakikat realitis akhir. Metafisika merupakan bagian
filsafat yang mempelajari masalah hakikat: hakikat dunia, hakikat manusia,
termasuk didalamnya hakikat anak. Mempelajari metafisika bagi filsafat
Pendidikan diperlukan untuk mengontrol secara implisit tujuan Pendidikan,
untuk mengetahui bagaimana dunia anak, apakah ia merupakan makhluk
rohani atau jasmani saja, atau keduanya. Seorang pendidik, terutama filsof
Pendidikan, tidak hanya tahu tentang hakikat manusia, khususnya hakikat
anak. Dalam hal ini Brubacher (1950) mengemukakan bahwa “the educator
and especially the education philosophers not only know the nature of the
word in which we life and learn, but must also know the generic traits of the
human leaner”.
Metafisika memiliki implikasi-impikasi penting untuk pendidikan
karena kurikulum sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai
realitas. Pada kenyataannya, setiap posisi yang berkenaan dengan apa yang

6
harus diajarkan sekolah dibelakangnya memiliki suatu pandangan realitas
tertentu. Sejumlah respons tertentu pada pertanyaan-pertanyaan metafisika.
a. Teologi
Teologi merupakan cabang dari filsafat yang membicarakan tentang
tuhan. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan sekitar Tuhan dan bagaimana
hubungannya dengan realitas, bagaimana hubungan tuhan dengan
manusia.
b. Kosmologi
Kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan system
alam semesta.
c. Manusia adalah subjek pendidikan dan sekaligus pula sebagai objek
pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia(khusunya manusia
dewasa) bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan. Secara
moral berkewajiban atas perkembangan pribadi anak-anak mereka
(generasi penerus). Pendidikan dalam arti luas mendasar adalah usaha
untuk merealisasikan dirinya. Pendidikan berusaha membantu manusia
untuk menyikapkan, menentukan , mengarahkan, dan membimbing demi
kebaikan dirinya dan masyarakat.
2.4 Apa yang menentukan filsafat pendidikan seseorang
Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan
pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat
pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai
pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan. Lima tujuan filsafat
pendidikan dapat mengklarifikasi bagaimana dapat berkontribusi pada
pemecahan-pemecahan tersebut, yaitu :
1. Filsafat pendidikan terkait dengan peletakan suatu perencanaan, apa yang
dianggap sebagai pendidikan terbaik secara mutlak.
2. Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah dengan merujuk pada
macam pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial, dan
ekonomi.
3. Filsafat pendidikan dipenuhi dengan koreksi pelanggaran-pelanggaran
prinsip dan kebijakan pendidikan.
4. Filsafat pendidikan memusatkan perhatian pada isu-isu dalam kebijakan
dan praktik pendidikan yang mensyaratkan resolusi, baik dengan
penelitian empiris ataupun pemeriksaan ulang rasional.
5. Filsafat pendidikan melaksanakan suatu inkuiri dalam keseluruhan urusan
pendidikan dengan suatu pandangan terhadaap penilaian, pembenaran,
dan pembaharuan sekumpulan pengalaman yang penting untuk
pembelajaran yang tinggi. (Power 1982: 15-16).
7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
8
A. Kesimpulan
Filsafat pada hakikatnya mengajarkan setiap orang untuk berpikir
kritis dan mendalam tentang sesuatu. Hasil dari pemikiran dan pemahaman
tentang sesuatu tersebut akan mengarahkan kepada pelakunya untuk
berprilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Landasan filosofis pendidikan merupakan cabang dari filsafat
yang mengkaji tentang apa, bagaimana, dan mengapa pendidikan. Seorang
guru yang mempelajari dan memahami landasan filosofis pendidikan akan
melakukan berbagai upaya untuk keberhasilan proses pembelajaran.

B. Saran
Kami sebagai mahasiswa/mahasiswi harus lebih banyak mempelajari
filsafat pendidikan sebagai pondasi dalam pendidikan agar lebih paham untuk
mengamalkannya. Jadikanlah filsafat pendidikan sebagai pondasi untuk
mengajakan kepada siswa-siswi sebagai penentu terhadap penentuan hidup
dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh, U .2017. Pengantar Filsafat Pendidikan. ALFABETA. Bandung.


9
Barnadib, Imam. 1975. Sistem-sistem Filsafat Pendidikan. Yayasan Penerbitan FIP
IKIP. Yogyakarta.
Bertens, K. 1981 Filsafat Barat dalam Abad XX. PT Gramedia. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai