Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN CITRA TUBUH

Disusun untuk memenuhi tugas Presentasi mata kuliah


Intervensi Krisis pada Program Studi Ilmu DIII Keperawatan

Oleh.
Rahmatin Veniya
1814401139

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KONSEP DASAR

GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Definisi Gangguan Citra Tubuh


Gangguan citra tubuh adalah kebingungan dalam gambaran mental dari
fisik seseorang. (NANDA 2012-2014).
Gangguan citra tubuh adalah suatu keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko untuk mengalami gangguan dalam pencerapan diri seseorang.
Gangguan citra tubuh merupakan konfusi pada gambaran mental dari fisik
diri seseorang.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif
tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti
visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan
perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain.
Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan
mewawancarai dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi
bentuk ancaman dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat,
pentingnya penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan
pasien terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu
pasien dan keluarganya (Kozier, 2004).
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat meliputi
respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan, perubahan dalam kebebasan
dan ketergantungan, serta pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi.

Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:


1) Respon penyesuaian
Menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa syok, kesangsian,
pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)
2) Respon mal-adaptif
Lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan
bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang
bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau
perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:


1) Respon penyesuaian
Merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat
keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru
terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang
saling mendukung dengan keluarga.
2) Respon mal-adaptip
Menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannya terhadap yang
lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.

Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:


1) Respon penyesuaian
Memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima
tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
2) Respon mal-adaptip
Mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalan
kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri,
dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).

B. Etiologi
Beberapa kondisi patofisiologi dan psikopatologis dan prosedur terapeutik
yang dapat menimbulkan gangguan citra tubuh yakni :
1) Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh:
a. Enterostomi
b. Mastaktomi
c. Histerektomi
d. Pembedahan kardiovaskuler
e. Pembedahan leher radikal
f. Laringektomi
2) Amputasi pembedahan atau traumatik
3) Luka bakar
4) Trauma wajah
5) Gangguan makan
a. Anoreksia nervosa
b. Bulimia
6) Obesitas
7) Gangguan muskuluskeletal, seperti : atritis
8) Gangguan integumen
a. Psoriasis
b. Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan
9) Lesi otak
a. Cerebrovaskular accident
b. Demensia
c. Penyakit parkinson
10) Gangguan afektif
a. Depresi
b. Skizofrenia
11) Gangguan endokrin
a. Akromegali
b. Sindroma chusing
12) Penyalahgunaan bahan kimia
13) Prosedur diagnostik
14) Kehilangan atau pengurangan fungsi
a. Impotensi
b. Pergerakan/kendali
c. Sensori/persepsi
15) Memori
16) Terapi modalitas
a. Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi,
dialisis)
b. Kemoterapi
17) Nyeri
18) Perubahan psikososial atau kehilangan
a. Perubahan volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial
b. Dukungan orang terdekat
c. Perceraian
d. Kepemilikan pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)
e. Translokasi/relokasi
19) Respon masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
a. Umpan balik interpersonal negatif
b. Penekanan pada produktivitas
20) Defisit pengetahuan (personal, pemberi asuhan, atau masyarakat)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh


Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan
fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga
mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.
Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa
cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan
dengan aspek lain dari konsep diri (Potter & Perry, 2005).

D. Positif dan Negatif Citra Tubuh


Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang
bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu
memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam
menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan
bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu
untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan
yakin dan nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).

Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai
bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu
sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk
tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu
merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya. Individu merasakan
canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).

E. Manifestasi Klinis Gangguan Citra Tubuh :


Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2008) yaitu:
1.    Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2.    Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3.    Menolak penjelasan perubahan tubuh
4.    Persepsi negatif pada tubuh
5.    Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6.    Mengungkapkan keputusasaan
7.    Mengungkapkan ketakutan
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN KONSEP DIRI (CITRA TUBUH)

A. Pengkajian
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain.
Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera
tampak respon pasien terhadap perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu
mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh
secara efektif (Keliat, 1998).

B. Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa
potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk
memonitor kemungkinan diagnosa aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra
tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang
berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998).

Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:


1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Defisit Perawatan Diri

Berikut ini merupakan data objektif dan data subjektif yang sering ditemukan
pada gangguan citra tubuh :
Data Objektif :
a.       Mengurung diri
b.      Dari hasil pemeriksaan dokter, pasien mengalami goncangan emosi.
c.       Hilangnya bagian tubuh.
d.      Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
e.      Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
f.        Menolak melihat bagian tubuh.
g.       Aktifitas sosial menurun.

Data Subyektif :
a. Nafsu makan tidak ada.
b. Sulit tidur
c. Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
d. Pasien mengeluh sesak nafas.
e. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan
hasil operasi.
f. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
g. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
h. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
i. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
j. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
k. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien
sesuaidengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh,
menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya,
mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan
tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).
Kepada pasien
a) Tujuan Umum :
Kepercayaan diri klien kembali normal

b) Tujuan khusus :
 Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya .
 Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif).
 Pasien dapat melakukan cara untuk meningkatkan citra tubuh.
 Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Kepada keluarga

a) Tujuan umum :
Keluarga dapat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
b) Tujuan khusus :
 Keluarga dapat mengenal masalah gangguan.
 Keluarga dapat mengenal masalah gangguancitra tubuh.
 Keluarga mengetahui cara mengatasimasalah gangguan citra tubuh.
 Keluarga mampu merawat pasien gangguancitra tubuh
 Keluarga mampu mengevaluasi kemampuanpasien dan memberikan
pujian atas keberhasilannya.
D. Intervensi
Secara umum, intervensi yang dapat dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan citra tubuh ialah :
a. Membina hubungan perawat – pasien yang terapeutik.
Biasanya dimulai pada saat diagnosa, berlanjut melalui proses integrasi, dan
dapat diperkirakan sukses antara 1-2 tahun. Hubungan perawat – pasien yang
saling percaya perlu untuk program pendidikan, dukungan, konseling dan
rujukan.
b. Memberikan pendidikan kesehatan.
Pada fase awal pasien disiapkan untuk menghadapi perubahan citra tubuh.
Pada fase perubahan, bantu pasien untuk melakukan tindakan yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi. Isi informasi berkaitan dengan cara-cara
penyelesaian masalah, misalnya cara mengatasi rasa bersalah, perasaan negatif
tentang diri dan sebagainya.
c. Dorong pasien untuk merawat diri dan berperan serta dalam proses
keperawatan.
Peran serta pasien dalam merawat diri akan mempercepat proses
penerimaan terhadap perubahan tubuh yang dialami, hendaknya dilakukan
secara bertahap dan berlanjut.
d. Tingkatkan peran serta sesama pasien.
Anggota kelompok pasien dengan masalah yang sama dapat memberikan
dukungan bahwa apa yang dirasakan pasien adalah normal dan ada jalan
keluarnya. Jika belum ada kelompok yang permanen, dapat dipilih pasien
di ruangan yang mempunyai masalah yang sama dan telah menyelesaikan
masalah dengan baik.
e. Tingkatkan dukungan keluarga pasien terutama pasangan pasien.
Bantu pasangan mengatasi masalah sendiri sebelum ia membantu pasien.
Waktu kunjungan yang teratur dan bergantian antar anggota keluarga, beri
pendapat tentang makna perubahan tubuh pasien, dan membicarakannya
dengan pasien.
f. Membantu pasien memutuskan alternatif tindakan yang dapat mengurangi
seminimal mungkin perubahan gambaran tubuh.
g. Rehabilitasi bertahap untuk adaptasi terhadap perubahan, misalnya
berjalan dengan tongkat pada amputasi (Keliat, 1998).
Secara khusus, berikut ini adalah intervensi yang dapat dilakukan pada pasien
dengan gangguan citra tubuh :

Kepada pasien
1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat
ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra
tubuhnya saat ini.
2) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
terganggu.
4) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
a. Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera
mungkin, gunakan pakaian yang baru.
b. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara
lengkap.
c. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
d. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah
pada pembentukan tubuh yang ideal.
5) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
a. Susun jadwal kegiatan sehari-hari.
b. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktifitas keluarga dan sosial.
c. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya.
d. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan
interaksi.
6) Monitor apakah pasien bisa menerima perubahan citra tubuhnnya.
7) Membantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari
orang lain
8) Membantu pasien untuk mempertimbangkan kembali persepsi
negatif terhadap diri sendiri
9) Membantu pasien untuk mengidentifikasi dampak identitas
kelompok sebaya pada perasaan harga diri
10) Dorong pasien untuk menerima tantangan baru
11) Bantu pasien untuk meningkatkan nilai objektif pada sebuah
kejadian
12) Evaluasi kemampuan pasien untuk menentukan keputusan
13) Perkenalkan pasien dengan orang atau kelompok yang telah
sukses melewati pengalaman yang sama
14) Pahami perspektif pasien pada situasi stress
15) Sediakan pilihan yang realistis bagi pasien tentang askep tertentu
16) Atur situasi yang akan meningkatkan otonomi pasien
17) Bantu pasien untuk menemukan kekuatan dan kemampuan
dirinya
18) Bantu pasien untuk menyatakan perasaan,persepsi dan ketakutan
19) Bantu pasien untuk mengevaluasi perilaku diri
20) Latih pasien untuk menggunakan teknik relaksasi,bila dibutuhkan
Kepada keluarga
1)      Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang
terjadi pada pasien.
2)      Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra
tubuh.
3)      Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
a. Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien
dirumah.
b. Memfasilitasi interaksi di rumah.
c. Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial.
d. Memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien.
4)      Ajarkan kepada keluarga untuk mengevaluasi perkembangan
kemampuan pasien seperti pasien mampu menyentuh dan melihat
anggota tubuh yang terganggu, melakukan aktifitas di rumah dan di
masyarakat tanpa hambatan.
5)      Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga.
6) Stimulasi persepsi HDR.
E. Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan citra tubuh pasien dapat
diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan, termasuk
hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian,
mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan
kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh
yang berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan
(pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan
yang terjadi, mampu mendiskusikan rekonstruksi (Keliat, 1998).
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ & Moyet. (2003). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Gloria, M.Bulechek, dkk. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC).


United States of America

Kozier, Erb, et all. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume
2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maulana, Heri D.J. (2004). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Moorhead Sue, dkk. (2004).NursingOut Comes Classification (NOC).United


States of America.

Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. CV Mosby Company.

Stuart, GW & Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran.

Wilkinson, JM. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran.
ASKEP PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan yang ke- 2 pada Pasien:
“Mendiskusikan kemampuan pasien dalam kegiatan sehari hari misalnya
membuat minuman untuk dirinya atau orang lain”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan yang ke- 2 pada Pasien:


“Mendiskusikan kemampuan pasien dalam kegiatan sehari hari misalnya
membuat minuman untuk dirinya atau orang lain”

1) Orientasi
a. Salam terapeutik : “Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu Nia.
Masih ingat saya? Ya saya perawat Annisa, senang
dipanggil Nisa. Nah saya datang kembali untuk
melanjutkan diskusi mengatasi masalah
keputusasaan terutama pasca perawatan amputasi
dari RS.”
b. Evaluasi validasi : “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Sehat – sehat
saja, kan? O iya, kemarin kan saya meminta Ibu
untuk membuat daftar kemampuan hal positif.
Apakah sudah Ibu lakukan? Ada berapakah yang
sudah disusun ? Coba saya lihat. Iya, bagus.
c. Kontrak : “Ibu masih ingat tidak sama janji kita yang
kemarin? (tunggu respon pasien). Iya. Sesuai
dengan kesepakatan yang telah kita buat kemarin,
maka hari ini kita akan berlatih satu kemampuan
yaitu membuat air minum. Menurut Ibu dimana
enaknya kita berlatih ? Bagaimana kalau disini
saja, selama 30 menit. Apakah Ibu Rana
bersedia ?”
d. Tujuan : “Baiklah Ibu, adapun tujuan dari topik kita kali
ini adalah agar nantinya Ibu mampu dan
mengetahui bahwa ada hal positif yang bisa ibu
lakukan dan bermanfaat untuk ibu maupun orang
lain.”

2) Kerja ( langkah – langkah tindakan keperawatan )

 “Coba Ibu ceritakan kepada saya bagaimana kegiatan atau aktifitas


ibu/bapak sekarang pasca perawatan di RS?” (berlatih menulis
kemampuan kegiatan yang msh bisa dilakukan seperti pada pertemuan
lalu).
 “Waah sekarang sudah banyak hal positif yang bisa dituliskan
ya”... “Bagus....”
 “Nah saat ini kita akan membantu ibu untuk berlatih aktifitas
misalnya mengoptimalkan fungsi tangan pasca perawatan. Kita
akan melatih kemampuan untuk mengambil air minum dari teko
air.”
 “Nah optimis ya, ibu akan bisa melakukannya. Nah pertama ambil
gelas pelan-pelan, lalu letakan di meja dan pegang teko air,
kemudian tuangkan perlahan ke dalam gelas.”
 “Nah air minumnya sudah siap sekarang. Yaa. Bagus... ibu
ternyata bisa melakukannya seperti saya dan orang lain juga
lakukan... Bagus sekali....”
3) Terminasi
a) Evaluasi respon klien
 Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu Rana setelah kita
berlatih kemampuan pasca perawatan di RS ?” tentang
kemampuan positif yang dimiliki Ibu?” Ternyata ibu masih
bisa membuktikan bahwa mampu melakukan seperti yang
orang lain lakukan. Bagaimana rasanya, senang ....?
b) Rencana tindak lanjut
“Baiklah Ibu, bagaimana kalau kemampuan Ibu ini kita
masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Ibu? Seperti yang kita latih
tadi, setiap Ibu melakukan kegiatan ini jangan lupa Ibu tandai dalam
jadwal kegiatan harian ini ya. Berapa kali sehari/ seminggu Ibu mau
berlatih kemampuan Ibu untuk membuat teh manis sendiri,
bagaimana? Pada jam berapa/ hari apa saja?”
c) Kontrak yang akan datang
“Baiklah Ibu, besok kita ketemu lagi ya ? Bagaimana kalau jam
9? Di sini saja, ya setuju? Nanti kita akan berlatih membuat teh manis
sendiri, setuju? Baiklah Ibu, kalau begitu sampai di sini dulu ya.
Assalamu’alaikum Ibu Rana.”

Anda mungkin juga menyukai