Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyakit Akibat Kerja


1. Pengertian
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja
merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal
tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja
(PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan
ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan.( Hebbie Ilma Adzim, 2013)
Sebuah hal yang subtansi dari kehidupan kita adalah pentingnya pekerjaan,
karena dengan bekerja kita dapat menghidupi kehidupan kita secara jasmani, namun
kadang dengan pekerjaan membuat seluruh organ-organ tubuh jenuh dengan aktifitas
yang sering kita lakukan. Sehingga organ tubuh mengalami sutu hal yang membuat
kita merasa sakit, untuk memahami lebih dalam kami akan mendefinisikan penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan.

2. Faktor - Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja


Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Fisik
1) Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
2) Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi,
Miliaria, Heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke
3) Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan
katarak
4) Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis
5) Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan terhadat
sel tubuh manusia
6) Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease
7) Getaran menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan metabolisme,
Polineurutis

b. Faktor Kimia
1) Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil
samping(produk), sisa produksi atau bahan buangan
2) Bentuk: zat padat, cair, gas, uap maupun partikel
3) Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran
pencerrnaan, kulit dan mukosa
4) Masuknya dapat secara akut dan sevara kronis
5) Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asphyxia, keracunan
sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin.
c. Faktor Biologi
1) Viral Desiases: rabies, hepatitis
2) Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
3) Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis
d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh:
kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi,
dan kecelakaan.
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya menyerasikan
alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan, dan
batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan
ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan
tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the
Job.
1) Akibat cara kerja , posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,
dan kontruksi yang salah
2) Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang,
perubahan bentuk, dislokasi, dan kecelakaan
a. Faktor Psikologi
1) Akibat organisasi kerja (type kepemimpinan, hubungan kerja
komunikasi, keqmanan), type kwerja (monoton, berulang-ulang, kerja
berlebihan, kerja kurang, kerja shif, dan terpencil)
2) Manifestasinya berupa stress

3. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Inilah beberapa upaya pencegahan penyakit kerja, diantaranya:
a. Pakailah alat pelindung diri secara benar dan teratur
b. Kenali resiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut
c. Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yng berkelanjutan
Usaha Pencegahan serta Pengendalian di Rumah sakit
• Supaya tenaga kerja di lingkungan rumah sakit masih efektif serta
produktif dalam melakukan pekerjaan serta tanggung jawabnya dan
tidak mengalami penyakit karena kerja jadi tindakan untuk menghadapi
hal itu memerlukan penerapan manajemen kesehatan serta keselamatan
kerja di dalam rumah sakit,
• Manajemen kesehatan serta keselamatan kerja rumah sakit menyertakan
semua unsur manajemen, karyawan serta lingkungan kerja yang
terintegrasi menjadi usaha pencegahan serta kurangi kecelakaan kerja
serta penyakit karena kerja di lingkungan rumah sakit yang mempunyai
tujuan ialah membuat tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari
pencemaran paparan lingkungan kerja, yang selanjutnya bisa
meningkatkan efesiensi serta produktifitas kerja.
• Langkah awal yang peting ialah usaha pengendalian di lingkungan kerja
rumah sakit diantaranya kesehatan kerja buat karyawan, sanitasi
lingkungan rumah sakit, pengamanan pasien, pengunjung ataupun
petugas rumah sakit dan sebagainya. Upaya-upaya yang bisa dikerjakan
untuk kurangi serta mnghindarkan kecelakaan kerja serta penyakit
karena kerja ialah seperti berikut:
• Lakukan substitusi pengenalan lingkungan kerja lewat cara lihat serta
menganal potensial bahaya lingkungan kerja. Mengganti perlengkapan
kerja yang tidak wajar gunakan.
• Pelajari lingkungan kerja dalam perihal ini menilai karakter serta
besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin muncul hingga dengan
mudah bisa mengutamakan dalam menangani permasalahan yang lebih
potensial.
• Pengendalian lingkungan kerja dengan bertindak mengurangi
bahkan juga menghilangkan pajanan pada masalah kesehatan pekerja
dilingkungan kerja
lewat cara teknologi pengendalian.
• Pengendalian administratif dengan memperingatkan pekerja agar bisa
memakai alat
pelindung diri yang benar dan baik, membuat rambu-rambu bahaya
dilingkungan kerja
yang punya potensi bahaya.
• Kontrol kesehatan pekerja dengan berkala untuk mencari aspek pemicu
serta upaya penyembuhan.
• Pendidikan serta penyuluhan kesehatan serta keselamatan kerja buat
pekerja di lingkungan
rumah sakit.
• Pengendalian fisik lingkungan kerja, mengidentifikasi suhu,
kelembapan,
pencahayaan, getaran, kebisingan, pengendalian sistem ventilasi dan
sebagainya.
• Lakukan pengawasan serta monitoring dengan berkala pada lingkungan
kerja rumah sakit.
• Substitusi berbahan kimia, alat kerja serta mekanisme kerja.

B. Kelelahan Akibat Kerja


1. Pengertian
Menurut Mc Farland kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala
yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta
peningkatan kecemasan atau kebosanan. (Hotmatua, 2006).Kelelahan kerja
ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun, dan kondisi fisiologis
yang dihasilkan dari aktivitas terus-menerus. (Anastesi, 1993).
Jadi, Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai proses
menurunnya efisiensi, performance kerja dan berkurangnya
kekurangan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan.

2. Gejala-gejala kelelahan
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptom) secara
subjektif dan objektif antara lain : perasaan lesu, mengantuk dan
pusing, berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat
kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak
ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani
dan rohani (Budiono dkk, 2003).
Gejala Kelelahan :
3. Perasaan subjektif seperti keletihan, somnolen, pusing, rasa
tidak suka untuk bekerja
4. Berpikir lamban
5. Kewaspadaan berkurang
6. Persepsi lambat dan buruk
7. Enggan untuk bekerja
8. Penurunan kinerja fisik dan mental

3. Jenis Kelelahan Kerja


 Berdasarkan proses dalam otot
a. Kelelahan otot, fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadi
tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot
secara fisiologis, yang ditunjukkan tidak hanya dengan
berkurangnya tekanan fisik tetapi juga makin rendahnya gerakan.
b. Kelelahan umum, adalah suatu perasaan letih yang luar biasa.
Semua aktivitas menjadi terganggu dan biasanya akan
menimbulkan rasa kantuk.
 Berdasarkan Penyebab
a. Kelelahan Akibat Faktor Fisiologis (Fisik atau Kimia)
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya
perubahan fisiologis dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh
manusia dapat dianggap sebagai mesin yang dapat membuat bahan
bakar, dan memberikan keluaran berupa tenaga yang berguna
untuk melakukan kegiatan.
b. Kelelahan Akibat Faktor Psikologis
Kelelahan ini menyangkut perubahan yang bersangkutan dengan
moril seseorang., Sebab kelelahan ini dapat diakibatkan oleh
beberapa hal, diantaranya : kurang minat dalam bekerja, berbagai
penyakit, keadaan lingkungan, adanya hukum moral yang mengikat
dan merasa tidak sesuai, sebab-sebab mental seperti : tanggung
jawab, kekhawatiran dan konflik. Pengaruh tersebut seakan-akan
terkumpul dalam tubuh dan menimbulkan rasa lelah.

 Berdasarkan waktu terjadinya


a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau
seluruh tubuh secara berlebihan.
b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila
kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan
kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

4. Faktor Penyebab Kelelahan


Sumamur (1995), faktor- faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja
terdiri dari :
c. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu, terdiri dari
 Umur dapat mempengaruhi kelelahan pekerja. Usia produktif manusia
adalah antara 15-54 tahun. Pada usia lebih dari 54 tahun akan terjadi
penurunan kinerja fisik secara perlahan-lahan. Semakin tua umur
seseorang semakin besar tingkat kelelahan (Depkes, 2006).
 Jenis kelamin dapat menentukan tingkat kelelahan kerja. Perempuan
lebih mudah lelah dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut
dikarenakan ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja perempuan
relatif kurang dibandingkan dengan laki-laki (Depnaker, 1993).
 Kondisi kesehatan
Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjaan.
Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan
baik jika sering sakit. Status kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan
kerja yang dapat dilihat dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa
penyakit yang mempengaruhi kelelahan kerja yaitu : jantung, ginjal
dan hipertensi (Muftia, 2005)
 Status gizi
Status Gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga
kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh yang lebih baik. Sebaliknya seorang tenaga kerja
dengan keadaan gizi yang buruk akan memiliki kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh yang rendah. Pada keadaan gizi buruk maka akan
cepat menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga mudah
terjangkit penyakit dan mempercepat timbulnya kelelahan. (Budiono,
2003).
d. Faktor eksternal adalah faktor yg berasal dr luar individu, yaitu :
 Beban kerja merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada
tenaga kerja baik fisik, mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang
melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja (Muftia,
2005).
 Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja
di suatu tempat. Secara garis besar masa kerja dapat di kategorikan
menjadi 3 yaitu :
 masa kerja baru, masa kerja yang kurang dari 6 tahun.
 masa kerja sedang, masa kerja yang kurang dari 6 tahun.
 masa kerja lama. masa kerja yang lebih dari 10 tahun.
 Lingkungan fisik, merupakan jenis lingkungan yang berhubungan
dengan kondisi fisik lingkungan kerja yaitu :
 intensitas pencahayaan,
 suhu udara, dan
 tingkat kebisingan.
Lingkungan fisik dapat mempengaruhi kinerja manusia.
Lingkungan fisik yang baik dapat membuat pekerja nyaman dan
aman, sebaliknya lingkungan fisik yang buruk dapat menyebabkan
konsentrasi, kemampuan dan efektivitas menurun. Hal tersebut
merupakan tanda-tanda dari kelelahan (Komaruddin, 2009).

5. Pencegahan Kelelahan Kerja


Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor
kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar (Budiono dkk, 2003):
a. Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk
b. Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif
c. Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi
standar ergonomi
d. Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja
e. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman
bagi tenaga kerja
f. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik
g. Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan
manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

Menurut Tarwaka dkk (2004) upaya agar tingkat produktivitas kerja tetap
baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan
terhadap kelelahan kerja.
Cara mengatasi kelelahan kerja :
a. Sesuai kapasitas kerja fisik
b. Sesuai kapasitas kerja mental
c. Redesain stasiun kerja ergonomis
d. Sikap kerja alamiah
e. Kerja lebih dinamis
f. Kerja lebih bervariasi
g. Redesain lingkungan kerja
h. Reorganisasi kerja
i. Kebutuhan kalori seimbang
j. Istirahat setiap 2 jam

6. Pengukuran Kelelahan Kerja


a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja

Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang

dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu.


Sedangkan kualitas kerja didapat dengan menilai kualitas

pekerjaan seperti jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan

material, dan lain-lain.

b. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan

kerja, Pencatatan perasaan subyektif kelelahan

kerja yaitu dengan cara Kuesioner. Subjective Self Rating

Tes dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang,

merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur

tingkat kelelahan subjektif.

c. Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).

Menurut Setyawati KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan

Kelelahan Kerja) merupakan parameter untuk mengukur

perasaan kelelahan kerja sebagai gejala subjektif yang dialami

pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan-

keluhan yang dialami pekerja sehari-hari membuat mereka

mengalami kelelahan kronis.(Hotmatua, 2009).

d. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan

Electroenchepalography (EEG).

e. Uji psiko-motor (psychomotor test)

Dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi persepsi,

interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital

reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi

adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai


kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam

uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara,

sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan

waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada

proses faal syaraf dan otot.

f. Uji mental,

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu

pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan

kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman

test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi.

Anda mungkin juga menyukai