Anda di halaman 1dari 5

TUGAS REMED OSCE

OSCE NOMOR 12 B
RETENSIO URINE E.C BPH
Nama : Edho Nugroho
Npm : 14310062
PENDAHULUAN
Retensio urin adalah suatu keadaan di mana air seni tidak dapat keluar dari vesika
urinaria sebagian atau seluruhnya sehingga tertimbun di dalamnya. Timbulnya
retensio urin dapat disebabkan oleh bebrapa faktor, meliputi factor mekanik,
neurogenik, miogenik, psikogenik dan obat-obatan. Faktor mekanik merupakan
penyebab paling banyak yaitu akibat adanya obstruksi distal dari vesika urinaria
(infravesical obstruction) misalnya obstruksi karena adanya batu, tumor, atau
kelainan anatomi pada traktus urinarius

A. Anamnesis
1. Keluhan Utama: tidak bisa kencing
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien tidak bisa kencing sejak 6 jam. Pasien
mengatakan perut bagian bawah terasa penuh dan kencang serta nyeri sejak 3
jam SMRS. Pasien mengatakan terakhir kencing 10 jam yang lalu SMRS.
Kencing sedikit-sedikit, tetapi tidak puas, tidak nyeri, dan tidak mengeluarkan
darah. Sebelumnya pasien bisa kencing seperti biasa. Pasien mengatakan
sebelumnya 2 minggu yang lalu, pasien baru selesai menjalani operasi prostat
di RSPBA, dirawat 5 hari lalu di izinkan pulang. Sebelum dioperasi, pasien
mengalami keluhan susah berkemih, keluar sedikit-sedikit, menetes saat akhir
berkemih, terasa tidak puas, pancaran kencing lemah, dan nyeri saat kencing.
Pasien tidak ada demam sebelumnya. BAB tidak ada keluhan. Pasien dengan
riwayat asma. Penyakit lain seperti jantung dan DM disangkal.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. GCS : Eye (4), Motorik (6), Verbal (5).
4. Tanda vital:
a. Tensi :130/70 mmHg
b. Nadi :115x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat
c. Suhu :37°C, aksila
d. Respirasi : 26 x/menit, torakoabdominal.
e. Kepala : normocepal, CA -/- , SI -/- , pupil isokor
f. Leher : peningkatan JVP (-). KGB membesar (-)
5. Thoraks
a. Paru
Inspeksi : jejas -, Simetris, tidak ada ketinggalan gerak,
frekuensi napas 26 kali/menit, jenis pernapasan torakoabdominal.
Palpasi : Fremitusvocal +/+, NT -
Perkusi : Sonor +/+ pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler pada kedua lapang paru,
ronki(-/-), wheezing (-/-).
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba pada SIC V 1 jari lateral midklavikula sinistra
c. Auskultasi : S1-S2 tunggal, tidak ada murmur dan gallop
6. Abdomen : datar, jejas -, laserasi -, supel bising usus (+) normal, perkusi
timpani, hepar dan lien tidak membesar, NT suprapubik dan terasa keras.
7. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik. Deformitas , motoric &
sensorik tidak ada kelainan

C. Diagnosis Banding
Retensio Urine
Striktur Uretra
Striktur Uretra
ISK
D. Diagnosis Kerja
Retensio urin ec. BPH post operasi TURP H-14
E. Penatalaksanaan
Pemasangan Kateter Foley no. 18 dan Urine bag menetap
Cara Melakukan Kateter
1. Definisi
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter
terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silicon.
Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air
seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari
sepasang ginjal. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter
melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau
urine.
2. Tujuan
 Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
 Untuk pengumpulan spesimen urine
 Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
 Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
3. Prosedur
A. Alat
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urobag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut
B. Obat
a.Aquadest
b.Bethadine
c.Alkohol 70 %
C. Petugas
Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak
dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran
infeksi nosocomial Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk
melakukan tindakan dimaksud. Usahakan jangan sampai menyinggung
perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan
berhati-hati
Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang
prosedur dan tujuan tindakan.
D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang
tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan
menandatangani informed consent.

PENATALAKSANAAN
1. Menyiapkan penderita: untuk penderita laki-laki dengan posisi
terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi
Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing, tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan
bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut: Pada penderita laki-laki: Penis
dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh
untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter
mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans
penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan
dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis
sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita: Jari tangan kiri membuka labia minora,
desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah
menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali. Deppers terakhir ditinggalkan
diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan
penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10
cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus
pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak
agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita
diminta untuk menarik nafas dalam.

 Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis


dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka
orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan
memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan
penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan
kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba
lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh
neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar.
Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan
selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
 Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia
minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan
dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran
pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan.
Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine
keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23
cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
 Mengambil spesimen urine kalau perlu
9. Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume
yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
10. Memfiksasi kateter: Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan
plester pada abdomen. Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan
plester pada pangkal paha
11. Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah
dari kandung kemih

Anda mungkin juga menyukai