Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dengan Pancasila

1.1 PANCASILA

Pegertian dari pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
Sanskerta, “panca” yang berarti  lima dan “sila” yang berarti prinsip atau asas.  Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.  Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) adalah pendidikan yang mengingatkan kita
akan pentingnya hak-hak dan kewajiban suatu warga negara agar setiap hal yang dikerjakan
sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang diharapkan.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan Pancasila memiliki hubungan yang saling berkaitan
satu sama lain. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) terdapat nilai yang difungsikan
untuk mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang karena nilai itu
dijadikan standar perilaku. Nilai yang dimaksudkan disini adalah nilai-nilai yang terdapat
didalam Pancasila.  

Pendidikan kewarganegaraan (PKN) dan Pancasila merupakan program pendidikan yang


memiliki misi untuk mengembangkan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya dan
keyakinan bangsa yang memungkinkan dapat diwujudkan dalam perilaku kehidupan sehari-
hari, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan mahluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) sebagaimana digariskan dalam kurikulum


diknas merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar
berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara. Disamping itu Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan Pancasila juga dimaksudkan
membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar
menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Tujuan pembelajaran PKN merupakan bentuk pendidikan sikap dan perilaku. Sikap pada
dasarnya merupakan kecenderungan berbuat sedangkan perilaku adalah perbuatan nyata yang
dicermati seperti berbicara dan tersimpul seperti berpikir.

Karena kita sebagai warga negara Indonesia yang baik, hendaknya sadar bahwa secara
historis nilai-nilai Pancasila yang dimasukkan dalam pelajaran PKN digali dari kebudayaan-
kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat bangsa Indonesia sendiri, bukan digali atau
diambil dari negara lain. Nilai ini sudah ada sejak bangsa Indonesia lahir. Oleh karena itu,
sudah sepantasnya jika PKN mendapatkan predikat sebagai pendidikan jiwa bangsa. Nilai
Pancasila yang digali dari bumi Indonesia sendiri merupakan pandangan hidup atau panutan
hidup bangsa Indonesia. Kemudian ditingkatkan kembali menjadi dasar yang secara yuridis
formal ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 yaitu sehari setelah Indonesia merdeka.
Secara spesifik, nilai Pancasila telah tercermin dalam norma kesusilaan, kesopanan,
kebiasaan, serta norma hukum.

Dengan demikian, nilai Pancasila dalam PKN secara individu hendaknya dimaknai sebagai
cermin perilaku hidup sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap dan bertindak.
Contohnya : gotong-royong yang terdapat dalam sila ketiga Pancasila. Jika gotong-royong,
dimaknai sebagai nilai maka akan lebih bermakna jika nilai gotong-royong tersebut telah
menjadi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seseorang secara individu maupun sebagia
anggota kelompok. Oleh karena itu, nilai gotong- royong seperti yang dicontohkan tadi
adalah perilaku yang menunjukkan adanya rasa saling membantu sesama dalam melakukan
sesuatu yang kita bisa kerjakan secara bersama-sama. Hal ini sebagai perwujudan solidaritas
yang memilki kebersamaan dalam kegiatan gotong-royong.

Jadi, Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) itu harus menjadi satu mata pelajaran yang wajib
dipelajari oleh individu dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Maka, PKN itu
merupakan pendidikan nilai bagi bangsa Indonesia. Hal ini untuk mencapai tujuan
pengembangan dan kelestarian nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia. PKN merupakan pendidikan yang didalamnya terdapat nilai-nilai luhur yaitu nilai
pancasila untuk membentuk karakter para peserta didik sebagai warga negara yang baik dan
memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
hak dan kewajiban warga negara khususnya hubungan dengan warga negara dan pendidikan
bela Negara.

Pancasila sebagai dasar negara Rebublik Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945,
sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan bernegara dan berpemerintahan sejak saat
itu haruslah berdasarkan pada pancasila.
Pancasila dapat diartikan secara etimologis dan secara termonomologis. Secara etimologis
kata pancasila berasal dari bahasa sangsakerta yang mempunyai arti “panca” artinya “lima”
dan “sila” artinya “alas/dasar” (Moh Yamin).

Perkataan pancasila mula-mula digunakan di dalam masyarakat india yang beragama budha,
yang mengartikan lima aturan yang harus ditaati penganutnya. Sisa pengaruh pengertian
pancasila menurut pengamat budha itu masih di kenal di masyarakat jawa, dengan di kenal 5
M, yaitu dilarang: Mateni (membunuh), Maling, Madon (berjina), Mabuk dan Main (berjudi).

Secara termologis istilah Pancasila artinya lima dasar atau lima alas, untuk nama dasar negara
kita RI, istilah ini mulai di usulkan oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 juni
1945 sebagai dasar negara RI dan baru disahkan pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Pengertian Pancasila

Pengertian Pancasila dilihat dari fungsinya:

a.    Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sering disebut sebagai dasar filsafat atau dasar falsafah negara (philosoficche
Gronslag), ideologi negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu
dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan kata lain pancasila
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh
pelaksana dan penyelenggara negara terutama segala peraturan perundang-undangan
termasuk proses reformasi dalam segala bidang dijabarkan diderivasikan dari nilai-nilai
pancasila. Maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila
merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara
Republik Indonesia berserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta
pemerintahan negara.

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asa kerokhanian yang meliputi suatu
kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah,
baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukumdasar baik yang tertulis atau
Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau convensi. Sebagai dasar negara,
pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia maka
Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang pada akhirnya dijabarkan dalam
pasal-pasal UUD 1945, serta hukum positif lainnya.

b.    Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi
maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial manusia tidaklah mungkin memenuhi segala
kebutuhannya sendiri, oleh karena itu untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya, ia
senantiasa memerlukan orang lain. Dengan demikian dalam kehidupan bersama, cita-cita
yang ingin dicapai bersumber pada pandangan hidupnya.

Dalam pengertian inilah maka proses perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan
dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan selanjutnya pandangan hidup bangsa
dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara. Pandangan hidup bangsa
dapat disebut sebagai idiologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut
sebagai idiologi negara.
Pandangan hidup masyarakat dan pandangan hidup bangsa memiliki hubungan yang bersifat
timbal balik. Pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali kepada pandangan hidup
masyarakat serta tercermin dalam sikap hidup pribadi warganya. Dengan demikian, dalam
negara Pancasila pandangan hidup masyarakat tercermin dalam kehidupan negara yaitu
pemerintahan. Terikat oleh kewajiban konstitusional, yaitu kewajiban pemerintah dan
penyelenggaraan negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur (Darmodihardjo, 1996).

c.       Sebagai Dasar Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakekatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat
istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain unsur-unsur yang
merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kuasa materialis (asal bahan) Pancasila.

Butir-Butir Pancasila

1.   Ketuhanan Yang Maha Esa

 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang


Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa 
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaanya masing masing.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
2.   Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3.   Persatuan Indonesia

 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
 Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
 Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
 Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan  kegotongroyongan.
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
 Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain
 Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
 Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

D . Hubungan Pancasila dengan UUD 1945

Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur yang memiliki
suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia, melandasi prolamasi kemerdekaan RI 17
Agustus 1945. Untuk mewujudkan tujuan proklamasi kemerdekaan maka panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia (PPKI) telah menetapkan UUD 1945 merupak hukum dasar yang
tertulis yang Mengikat pemerintah, setiap lembaga/masyarakat, warga negara dan penduduk
RI pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan tersebut. Dalam
Pembagian pembukaannya terdapat pokok-pokok pikiran tentang kehidupan bermasyarakat,
bernegara yang tiada laindalah pancasila pokok-pokok pikitran tersebut yang diwujudkan
dalam pasal-pasal batang tubuh UUD 1945 yang merupakan aturan aturan pokok dalam garis-
garis besar sebagai intruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
melaksanakan tugasnya.
1.1   Kewarganegaraan

Warga negara meliputi rakyat yang menetap disuatu wilayah dan rakyat tertentu dalam
hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warga negara dengan negara, warga
negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadasp negara dan sebaliknya, warga negara
mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara.

Kewarganegaraan adalah ilmu yang mempelajari tentang hak-hak dan kewajiban warga
negara dengan negara demikian pula sebaliknya.
Daftar pustaka :

Sumber Pertama :

http://melisof.blogspot.com/2017/01/essay-hubungan-pancasila-dengan.html

Di buka pada hari selasa, 24-09-2019 pada jam 07;41 pm wita

Sumber Kedua :

http://fatmawahyuningsih.blogspot.com/2013/02/pancasila-dan-kewarganegaraan.html

Di buka pada hari selasa, 24-09-2019 pada jam 08;30 pm wita

Anda mungkin juga menyukai