Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PENDIDIKAN DAN KEBIJAKAN

PENDIDIKAN

“ANALISIS KEBIJAKAN PPDB BERBASIS ZONASI”

OLEH:

Paidi Gusmuliana, M.Pd (A3K019016)

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH


Prof. Dr. Rambat Nur Sasongko,M.Pd

PROGRAM STUDI DOKTOR PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
ANALISIS KEBIJAKAN PPDB BERBASIS ZONASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai kebijakan di terapkan sebagai upaya pemerataan pendidikan dan peningkatan


kualitas pendidikan. Dapat kita lihat berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah untuk
memeratakan pendidikan mulai dari penaikan anggaran pendidikan menjadi 20 %, adanya
bantuan operational sekolah (BOS), wajib belajar 9 tahun, pergantian kurikulum yang sesuai
dengan perkembangan zaman, kebijakan fullday school yang banyak mengundang
pertentangan akhir-akhir ini. Selanjutnya masalah pemerataan pendidikan di indonesia
menjadi masalah yang sangat krusial dan menjadi sorotan pemerintah. Berbagai kebijakan
sebagai mana yang disebutkan di atas menjadi upaya pemerintah dalam melakukan
pemerataan pendidikan. Dalam akses pemerataan ada dua aspek yang perlu diperhatikan,
pertama, persamaan, kesempatan untuk memperoleh pendidikan yaitu akses pendidikan
bisa dinikmati oleh semua penduduk yang berusia sekolah. Kedua, keadilan dalam
memperoleh pendidikan yang sama dalam masyarakat yaitu pendidikan bisa di akses oleh
antar suku, agama dan kelompok secara sama. Akan tetapi ada penomena yang terjadi pada
dunia pendidikan yang menyebabkan kurangnya pemerataan pendidikan yaitu ada istilah
sekolah pavoritisme dimana siswa yang tinggal dekat lingkungan sekolah favorit tidak bisa
belajar di sekolah tersebut. Kemudian para guru yang mengabiskan waktunya dengan jarak
sekolah yang sanga jauh dan tidak seimbangnya pemerataan guru. Dan di tambah lagi
penataan sarana dan prasarana yang tidak ideal antara sekolah satu dengan yang lainya.
Maka dari itu, Program pemerataan pendidikan menjadi salah satu usaha pemerintah dalam
memajukan Indoensia dibidang pendidikan yang banyak wujudnya. Salah satunya kebijakan
PPDB Sistem Zonasi. Sistem zonasi ini muncul sebagai wujud pemerataan pendidikan dan
untuk menghapus brand sekolah unggulan yang telah menyebar di masyarakat. Penerapan
sistem zonasi pada PPDB akan berimplikasi pada pudarnya status “sekolah unggulan” atau
“sekolah favorit” yang menyebabkan adanya “kasta” dalam sistem persekolahan di
Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi bahwa pemerintah harus menyiapkan sistem
pengelolaan dan penyelenggaraan layanan pembelajaran yang merata mutunya
berdasarkan standar mutu yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Dengan demikian, pelaksanaan Sistem Zonasi pada PPDB memberi konsekuensi akan
perlunya konsep dan rumusan Sistem Zonasi Mutu Pendidikan sebagai pasangannya.
Namun dengan adanya kebijakan baru ini tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan banyak
permasalahan yang muncul baik dari pihak sekolah dan pihak masyarakat yakni wali murid
sebagai pelanggan pendidikan. Maka dari itu makalah ini akan membahas aspek positif,
aspek negatif dan solusi dari kebijakan PPDB berbasis zonasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek positif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi?
2. Apa saja aspek Negatif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi?
3. Bagaimana solusi supaya implementasi kebijakan PPDB berbasis zonasi menjadi lebih
baik?
4. Bagaimanakah kebijakan PPDB berbasis zonasi tersebut?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan aspek positif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi
2. Mendeskripsikan apa saja aspek Negatif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi
3. Mendeskripsikan solusi supaya implementasi kebijakan PPDB berbasis zonasi
menjadi lebih baik.
4. Menganalisis kebijakan PPDB berbasis zonasi.

D. Manfaat
1. Sebagai bahan referensi agar mahasiswa S3 Doktor pendidikan dapat memahami
lebih dalam tentang kebijakan PPDB berbasis zonasi.
2. Mahasiswa S3 Dokor pendidikan dapat memberikan kontribusi dalam memberikan
solusi supaya kebijakan PPDB berbasis zonasi menjadi lebih baik dan di ikuti oleh
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SISTEM ZONASI PPDB

Ada beberapa teori terkait dengan sistem zonasi PPDB. Pertama, Sistem zonasi PPDB
adalah suatu sistem penerimaan peserta didik berdasarkan radius dan jarak (Purwanti
dkk 2018, hlm.1). kemudian yang kedua Sistem zonasi PPDB adalah suatu sistem
(metode) dalam penerimaan peserta didik baru dimana dalam mekanisme
penerimaannya harus memperhatikan jarak antara sekolah dengan tempat tinggal
(domisili)calon peserta didik dan tidak menjadikan nilai akademis sebagai pertimbangan
pokok dalam penerimaan calon peserta didik (Ula & Lestari,2019, hlm. 197). Selanjutnya
yang ketiga, Sistem zonasi PPDB adalah suatu sistem dimana zonasi atau jarak rumah
dengan sekolah menjadi kriteria utama dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (Pulungan,
2019, hlm. 31). Pada tahun 2017 sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) telah
diubah menjadi sistem zonasi. Hal ini telah dinyatakan dalam PeraturanMenteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 17 Tahun 2017 bagian keempat
pasal 15. Pada pasal tersebut menyatakan bahwa setiapsekolah harus menerima calon
peserta didik yang tempat tinggalnya dekat darisekolah sebanyak 90%, calon peserta
didik yang berprestasi (meskipun jarak rumah dengan sekolah jauh) sebanyak 5% dan
calon peserta didik yang berpindah daerah sebanyak 5%.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya, sistem


zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru adalah suatu sistem penerimaan calon
peserta didik dimana jarak antara rumah dan sekolah menjadi aspek utama dalam
penilaiannya.

B. TUJUAN KEBIJAKAN SISTEM ZONASI PPDB

Tujuan pemerintah membuat kebijakan sistem zonasi pendidikan adalah untuk


membangun terwujudnya pemerataan kualitas pendidikan diberbagai daerah serta
menjamin berjalannya penerimaan peserta didik yang tanpa diskriminasi, transparan,
akuntabel, dan objektif sehingga dapatmeningkatkan akses layanan pendidikan (Jatmiko,
2017, hlm. 105) .
Selanjutnya, sistem zonasi PPDB dan Zonasi Mutu Pendidikan bertujuan untuk:

1. Menjamin penerimaan peserta didik baru berjalan secara objektif, transparan,


akuntabel, nondiskriminatif, dan berkeadilan dalam rangka mendorong
peningkatan akses layanan pendidikan.
2. Menjamin ketersediaan dan kesiapan satuan pendidikan (sekolah negeri,
khususnya) untuk dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.
3. Menjamin adanya pemerataan akses dan mutu pendidikan yang berkeadilan
pada setiap zona/ wilayah yang ditetapkan mendekati tempat tinggal peserta
didik.
4. Mengendalikan dan menjamin mutu lulusan serta melakukan pengawasan proses
dan hasil pembelajaran secara komparatif dan kompetitif pada wailayah/zona
layanan pendidikan secara terukur dan berkesinambungan.

Bentuk pemerataan pendidikan salah satunya adalah dengan memberikan


kesempatan belajar pada semua jenjang pendidikan baik pendidikan dasar, menengah,
dan atas. Blue print dari kebijakan ini adalah terciptanya ekualitas dalam pendidikan,
tidak ada lagi perbedaan sekolah di kota maupun di desa.

C. MANFAAT KEBIJAKAN SISTEM ZONASI PPDB

Sistem zonasi bermanfaat untuk melakukan percepatan pembangunan pendidikan


yang merata, berkualitas, dan berkeadilan sebagai suatu sinergi dan integrasi pelayanan
pembangunan pendidikan; mengelola sistem pembangunan pendidikan yang
terintegrasi secara vertikal mulai dari satuan pendidikan, desa/kelurahan, kecamatan/
distrik, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional; dan membangun strategi
pengelolaan pendidikan yang berkesinambungan pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.

D. ISI REGULASI SISTEM ZONASI PENDIDIKAN

Landasan hukum sistem zonasi pendidikan setiap tahun berganti disesuaikan dengan
perbaikan atau evaluasi kebijakan yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan.
Pergantian landasan hukum tersebut dimaksudkan untuk menjadikan perubahan dalam
suatu kebijakan, agar penerapannya lebih baik lagi dari sebelumnya. Payung hukum
pertama kebijakan sistem zonasi pendidikan dari tahun 2017 yaitu dengan peraturan
Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 17 tahun 2017 yang mana penerapan
"sistem zonasi"dalam penerimaan peserta didik baru bertujuan menghapuskan
stigma"sekolah favorit" dan mencapai pemerataan kualitas pendidikan. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 tahun 2017 mengemukakan bahwa
sekolah wajib menerima peserta didik yang bertempat tinggal dalam wilayah zona paling
dekat dari sekolah minimal sejumlah 90 % dari total jumlah keseluruhan peserta didik
yang diterima. Pada tahun 2018, penyelenggaraan PPDB merujuk kepada Permendikbud
Nomor 14 Tahun 2018 Pasal 16 yang masih mengatur tentang sistem zonasiyang kurang
lebih sama dengan tahun 2017, yaitu:

1. Sekolah di bawah naungan pemerintah daerah harus menerima calon peserta


didik yang bertempat tinggal pada wilayah zona paling dekat dariSekolah minimal
sejumlah 90% (sembilan puluh persen) dari total jumlahsemua peserta didik yang
diterima.

2. Tempat tinggal calon peserta didik menurut alamat pada kartu keluargayang
dikeluarkan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum dilaksanakannyaPPDB.

3. Wilayah zona paling dekat ditentukan oleh pemerintah daerah selarasdengan


keadaan di daerah tersebut menurut:

a.Tersedianya anak usia Sekolah di daerah tersebut, dan

b.Tersedianya jumlah daya tampung dalam rombongan belajar pada masing-


masing Sekolah.

4. Pemerintah daerah mengikutsertakan peran musyawarah/kelompok kerja kepala


Sekolah dalam menentukan wilayah zona.

5. Ketetapan persentase dan wilayah zona paling dekat dapat ditetapkandengan


keputusan secara tertulis antara pemerintah daerah yang saling berbatasan bagi
Sekolah yang wilayahnya berada di daerah perbatasan provinsi/kabupaten/kota.

6. Sekolah di bawah naungan pemerintah daerah dapat menerima calon peserta


didik dengan:
a. Jalur prestasi yang bertempat tinggal diluar wilayah zona paling dekatdari
Sekolah maksimal 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta
didik yang diterima, dan

b. Jalur bagi calon peserta didik yang bertempat tinggal diluar zona paling
dekat dari Sekolah dengan alasan khusus yakni perpindahandomisili
orangtua/wali peserta didik atau terjadi bencana alam/sosial,maksimal 5%
(lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.Untuk
tahun ajaran 2019/2020, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) telah menetapkan PeraturanMenteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB). Di dalam peraturan ini,PPDB yang diselenggarakan
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar, serta Pemerintah
Provinsi untuk pendidikan menengah, harus melalui tiga jalur, yaitu jalur
Zonasi 90%, jalur Prestasi 5%, dan jalur Perpindahan Orang tua/Wali 5%.
Menggunakan peraturan ini, Kemendikbud bermaksud mendorong
penyelenggaraan PPDB yang objektif, nondiskriminatif,akuntabel, transparan,
dan berkeadilan. Selaras dengan pasal 23 Permendikbud Nomor 51 Tahun
2018 bahwa sistem zonasi diimplementasikan di semuawilayah, selain yang
berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T)karena sulitnya faktor
geografis. Selain itu, sistem zonasi juga tidak diimplementasikan pada sekolah
menengah kejuruan (SMK), sekolah swasta,sekolah berasrama dan satuan
pendidikan kerjasama yang mengkombinasikankurikulum nasional dengan
internasional. Kemudian, karena memperhatikan permasalahan dan
ketersediaan Pemerintah Daerah dalam penerimaan peserta didik baru
dengan diterapkannya sistem zonasi, maka Pemerintah mengadakan
perubahan kebijakan dengan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2019 tentang
perubahanatas Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 mengenai Penerimaan
PesertaDidik Baru Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan.
Perubahan mendasar dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2019 tersebut
berupa Pendaftaran PPDB yang diselenggarakan menggunakan jalur zonasi;
prestasi;dan perpindahan tugas orang tua/wali. Penggunaan Jalur zonasi
minimal 80%(delapan puluh persen) dari daya tampung Sekolah (sebelumnya
90%). Sedangkan untuk Jalur prestasi maksimal 15% (sebelumnya 5%) dari
dayatampung Sekolah, yang ditetapkan menurut nilai UN atau ujian Sekolah
berstandar nasional; dan/atau melalui hasil perlombaan dan/atau
penghargaandi bidang akademik maupun nonakademik pada tingkat
internasional, tingkatnasional, tingkat provinsi, dan/atau tingkat
kabupaten/kota.

E. ASPEK POSITIF KEBIJAKAN SISTEM ZONASI PPDB


Dari para pengamat ada dampak positif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi sebagai
berikut:
1. Adanya pemerataan sekolah, sehingga tidak ada sekolah unggulan atau
sekolah reguler. Seperti tujuan awal pemerintah, yaitu untuk melakukan
pemerataan pendidikan, maka sudah sepantasnya jika dampak yang
dirasakan adalah tidak adanya pengelompokan antara sekolah unggulan dan
sekolah reguler.
2. Pemerataan antara guru yang berkompeten.
3. Siswa dapat lebih dekat mencapai sekolah yang dituju. Mengingat bahwa
jam belajar siswa yang sudah cukup padat dan harus menempuh jarak yang
jauh untuk mencapai sekolah, maka bukan tidak mungkin jika nantinya ia
tidak dapat menerima pelajaran dengan optimal.
4. Mendorong kualitas setiap sekolah. Mengetahui bahwa kini tidak ada
pengelompokan antara sekolah unggulan dan sekolah reguler, maka hal ini
memungkinkan sekolah-sekolah lain untuk terus mendorong kualitasnya agar
semakin baik.
F. ASPEK NEGATIF KEBIJAKAN SISTEM ZONASI PPDB

Ada beberapa aspek negatif dari kebijakan sistem zonasi PPDB sebagai berikut:

1. Ketersediaan sekolah negeri belum merata di semua daerah. Sementara aturan


zonasi mewajibkan anak mendaftar ke sekolah terdekat dengan rumahnya. Aturan
ini menyebabkan beberapa anak terancam tidak dapat bersekolah karena tidak ada
sekolah di daerah tempat tinggalnya.
2. Sistem zonasi dengan prioritas jarak menyebabkan motivasi belajar peserta didik
menurun, karena nilai atau prestasi menjadi dianggap tidak penting. Sesuai aturan
zonasi, calon peserta didik dapat diterima di sekolah negeri meskipun dengan nilai
seadanya.
3. Dikotomi sekolah unggulan dan nonunggulan masih berkembang di masyarakat.
Persepsi sekolah unggulan muncul karena sekolah memiliki kelebihan dibandingkan
dengan sekolah lain seperti sarana prasarana pendidikan, sistem pembelajaran, dan
kualitas guru yang kompeten.

G. SOLUSI IMPLEMNTASI KEBIJAKAN SISTEM ZONASI PPDB


1. pemerintah harus melakukan pemerataan kualitas pendidikan. Variabel-variabel
penentu kualitas pendidikan seperti kualifikasi dan distribusi guru, sarana, dan
prasarana pendidikan perlu ditingkatkan. Pembangunan sarana, prasarana
pendidikan, serta kurikulum perlu dirancang berbasis zonasi. Hal ini untuk
memudahkan pembangunan dan pengawasannya karena masing-masing zonasi
memiliki permasalahan yang berbeda.
2. sebelum mengeluarkan sebuah kebijakan, pemerintah perlu melakukan
sosialisasi secara masif. Pelaksanaan PPDB yang memiliki cakupan yang sangat
luas memerlukanstrategi sosialisasi khusus. Dalam hal ini, birokrasi yang mampu
berkomunikasi dengan pihak yang membuat kebijakan dan pihak yang
melaksanakan kebijakan sangat diperlukan.
3. sebelum menetapkan zona, pemerintah daerah harus mencermati lebih dalam
beberapa faktor seperti pendataan jumlah penduduk, jarak sekolah, dan akses
sekolah dari sejumlah daerah. Jumlah calon peserta didik yang akan masuk SD,
SMP, dan SMA perlu didata dan diselaraskan dengan daya tampung sekolah
negeri di masing-masing zona.
4. orang tua harus mengubah cara pandang tentang sekolah unggulan untuk
menghilangkan dikotomi sekolah unggulan dan nonunggulan. Pola pikir orang tua
perlu diarahkan pada konsep sekolah hanya memfasilitasi peserta didik.
5. model penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi jalur prestasi (SNMPTN) perlu
dikaji ulang seiring penerapan sistem zonasi PPDB tingkat SMA. Sistem zonasi
bertujuan untuk menghilangkan persepsi sekolah unggulan. Dengan kuota
SNMPTN yang lebih besar untuk sekolah terakreditasi tinggi, maka akan
melanggengkan persepsi orang tua bahwa sekolah unggulan mempunyai peluang
lebih besar ke perguruan tinggi negeri

H. ANALISIS PERUMUSAN KEBIJAKAN SISTEM ZONASI PPDB

Beberapa masalah yang dinilai melatar belakangi dirumuskannya kebijakan sistem


zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru, yaitu:

a. Pemerataan kualitas pendidikan (Pangaribuan & Hariyati, 2019, hlm. 2).


Permasalahan pemerataan kualitas pendidikan yang masih terjadi diIndonesia
meliputi kurangnya sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Dalam hal ini masih
banyak sekolah-sekolah yang masih kekurangan pada kualitas sarana dan prasarana
penunjang kegiatan belajar mengajar sedangkan dana BOS yang diberikan kepada
setiap sekolah itu sama. Adanya masalah tersebut, peserta didik yang merasa
memiliki potensil ebih tidak mau bersekolah di sekolah tersebut dan memilih untuk
bersekolah di sekolah favorit yang cenderung mempunyai sarana yang mencukupi
walaupun jauh dari tempat tinggal.

b. Kualitas tenaga pendidik dan kependidikan yang masih kurang (Pangaribuan &
Hariyati, 2019, hlm. 2). Masih banyak dijumpai di beberapa daerah, banyak guru
memilikikemampuan yang masih kurang atau kurang bermutu. Sebagai
contoh,masih banyak guru yang menggunakan cara mengajar yang kurang baik,cara
mengajar yang membosankan di kelas. Permasalahan demikianlah yang
mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia
c. Adanya kesenjangan dengan maraknya sekolah-sekolah negeri berlabel favorit
atau unggulan hampir di setiap kabupaten atau kota(Pangaribuan & Hariyati, 2019,
hlm. 2). Masukan sekolah yang bersumber dari lingkungan khusus membuat banyak
privilege (hak-hak istimewa) yang diberikan bagi sekolah favorit seperti tenaga
pengajar pilihan yang kompeten dan professional, pemenuhan sarana dan prasarana
yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran, serta prioritas utama dalam
pemberian akses untuk mengikuti berbagai perlombaan secara tingkat regional,
nasional, maupun internasional. Hal tersebut membuka jurang ketidakseimbangan
pemisa hdengan sekolah-sekolah lain yang dianggap berstatus tidak unggul. Sekolah
favorit hanya bisa diraskan oleh peserta didik dengan kemampuanakademik serta
financial tertentu. Sehingga berdampak ada sekolah yangmempunyai banyak peserta
didik dan ada sekolah yang kekurangan pesertadidik.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

Sistem zonasi dalam PPDB setiap tahunnya mengalami perubahan pada peraturan
dan pelaksanaannya dikarenakan timbulnya permasalahan. Adapun bebrapa kesimpulan
dari pembahasan tentang PPDB berbasis zonasi sebagai berikut:

1. Aspek positif Sistem zonasi PPDB adalah bertujuan untuk pemerataan kualitas
pendidikan, sehingga dapat menghapuskan pemikiran masyarakat mengenaistigma
sekolah favorit dan non favorit. Kemudian Sekolah yang memiliki kelebihan guru akan
mendistribusikan gurunya kesekolahy ang kekurangan guru dan penataan sarana dan
prasarana bisa seimbang sehingga pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
berkeadilan.
2. Aspek negatif dari sistem ini adalah Ketersediaan sekolah negeri belum merata di semua
daerah. Sementara aturan zonasi mewajibkan anak mendaftar ke sekolah terdekat
dengan rumahnya. Aturan ini menyebabkan beberapa anak terancam tidak dapat
bersekolah karena tidak ada sekolah di daerah tempat tinggalnya
3. Adapun solusi dari sism ini sehahusnya pemerintah harus melakukan pemerataan
kualitas pendidikan. Variabel-variabel penentu kualitas pendidikan seperti kualifikasi dan
distribusi guru, sarana, dan prasarana pendidikan perlu ditingkatkan. Pembangunan
sarana, prasarana pendidikan, serta kurikulum perlu dirancang berbasis zonasi. Hal ini
untuk memudahkan pembangunan dan pengawasannya karena masing-masing zonasi
memiliki permasalahan yang berbeda.
4. Berbagai permasalahan tersebut seperti kurangnya sosialisasi, pemetaan zona sekolah
yang belum sesuai dengan keadaan di daerah, dan fasilitas yang kurang memadai. Oleh
karena itu, para pemangku kebijakan harus mengkaji ulang secaradetail dari kebijakan
sistem zonasi PPDB agar tidak membingungkan masyarakat sebagai sasaran kebijakan.
Selain itu, kemendikbud sebagai pemangku kebijakan harus mengevaluasi kebijakan
tersebut secara berkaladengan mengikutsertakan berbagai masukan dari masyarakat.
Pemerataansarana dan prasarana sebagai pendukung juga harus diperhatikan
demikeberhasilan implementasi kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA

Jalur Zonasi Masuk SMP Banyak Keluhan”, https://www.


medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/4KZ6xlrK-jalur-zonasi-masuk-
smp-banyak-keluhan, diakses 3 Februari 2020.

Kejanggalan PPDB 2019 di Bandung, 8 Siswa Pendaftar SMA Favorit


Beralamat Sama", https:// r e g i o n a l . k omp a s . c om/
read/2019/06/20/09190851/ kejanggalan-ppdb-2019-di-bandung- 8-
siswa-pendaftar-sma-favorit-beralamat, diakses 3 Februari 2020.

Kelemahan Penerapan PPDB Dengan Sistem Zonasi Menurut


Ombudsman”, https://news. detik.com/berita/d-4592437/ ini-
kelemahan-penerapan-ppdb-dengan-sistem-zonasi-menurut-
ombusdman, diakses 5 Februari 2020.

KPAI Terima 19 Laporan Terkait Penerimaan Peserta Didik Baru”,


https://nasional.republika.co.id/ berita/ptly14348/kpai-terima-19-
laporan-terkait-penerimaan-peserta-didik-baru, diakses 3 Februari
2020 .
“Mendikbud Minta SNMPTN Disesuaikan dengan PPDB Sistem Zonasi”,
https://www.jpnn.com/ news/mendikbud-minta-snmptn-disesuaikan-
ppdb-sistem-zonasi, diakses . 3 Februari 2020

Ombudsman Curigai Jual Beli Kursi di PPDB Provinsi Banten”, https://


metro.tempo.co/read/1219636/ ombudsman-curigai-jual-beli-kursi-di-
ppdb-provinsi-banten, diakses 3 Februari 2020 .

Ombudsman Temukan Jual Beli Kursi di PPDB Bogor”, https://


www.medcom.id/pendidikan/ news-pendidikan/zNAVG46b-
ombudsman-temukan-jual-beli-kursi-di-ppdb-bogor, diakses 4 Februari
2020 .

PPDB 2019: Orang Tua Antre dari Subuh & Bermalam di Depan
Sekolah hingga Ganjar Usul Aturan Diubah”,
https://www.tribunnews.com/ pendidikan/2019/06/13/ppdb-

2019-orang-tua-antre-dari-subuh-bermalam-di-depan-sekolah-hingga-
ganjar-usul-aturan-diubah, diakse 5 Februari 2020s.
Sosialisasi Sistem Zonasi Dinilai Kurang”,
https://bebas.kompas.id/baca/ utama/2019/06/27/sosialisasi-sistem-
zonasi-dinilai-kurang/, diakses 5 -02 -2020.
“Tiga Jalur Zonasi PPDB 2019: Zonasi, Prestasi, Perpindahan Orang
Tua”, https://www.kemdikbud.go.id/ main/blog/2019/06/tiga-jalur-
ppdb- 2019-zonasi-prestasi-perpindahan-orang-tua, diakses 5 Februari
2020 .

Thaib, Eva Nauli. (2013). “Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan


Kecerdasan Emosional”. Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 8, No. 2, hal. 384-
399.

Anda mungkin juga menyukai