Paidi Analisis Dan Kebijakan Pendidikan
Paidi Analisis Dan Kebijakan Pendidikan
PENDIDIKAN
OLEH:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek positif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi?
2. Apa saja aspek Negatif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi?
3. Bagaimana solusi supaya implementasi kebijakan PPDB berbasis zonasi menjadi lebih
baik?
4. Bagaimanakah kebijakan PPDB berbasis zonasi tersebut?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan aspek positif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi
2. Mendeskripsikan apa saja aspek Negatif dari kebijakan PPDB berbasis zonasi
3. Mendeskripsikan solusi supaya implementasi kebijakan PPDB berbasis zonasi
menjadi lebih baik.
4. Menganalisis kebijakan PPDB berbasis zonasi.
D. Manfaat
1. Sebagai bahan referensi agar mahasiswa S3 Doktor pendidikan dapat memahami
lebih dalam tentang kebijakan PPDB berbasis zonasi.
2. Mahasiswa S3 Dokor pendidikan dapat memberikan kontribusi dalam memberikan
solusi supaya kebijakan PPDB berbasis zonasi menjadi lebih baik dan di ikuti oleh
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa teori terkait dengan sistem zonasi PPDB. Pertama, Sistem zonasi PPDB
adalah suatu sistem penerimaan peserta didik berdasarkan radius dan jarak (Purwanti
dkk 2018, hlm.1). kemudian yang kedua Sistem zonasi PPDB adalah suatu sistem
(metode) dalam penerimaan peserta didik baru dimana dalam mekanisme
penerimaannya harus memperhatikan jarak antara sekolah dengan tempat tinggal
(domisili)calon peserta didik dan tidak menjadikan nilai akademis sebagai pertimbangan
pokok dalam penerimaan calon peserta didik (Ula & Lestari,2019, hlm. 197). Selanjutnya
yang ketiga, Sistem zonasi PPDB adalah suatu sistem dimana zonasi atau jarak rumah
dengan sekolah menjadi kriteria utama dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (Pulungan,
2019, hlm. 31). Pada tahun 2017 sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) telah
diubah menjadi sistem zonasi. Hal ini telah dinyatakan dalam PeraturanMenteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 17 Tahun 2017 bagian keempat
pasal 15. Pada pasal tersebut menyatakan bahwa setiapsekolah harus menerima calon
peserta didik yang tempat tinggalnya dekat darisekolah sebanyak 90%, calon peserta
didik yang berprestasi (meskipun jarak rumah dengan sekolah jauh) sebanyak 5% dan
calon peserta didik yang berpindah daerah sebanyak 5%.
Landasan hukum sistem zonasi pendidikan setiap tahun berganti disesuaikan dengan
perbaikan atau evaluasi kebijakan yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan.
Pergantian landasan hukum tersebut dimaksudkan untuk menjadikan perubahan dalam
suatu kebijakan, agar penerapannya lebih baik lagi dari sebelumnya. Payung hukum
pertama kebijakan sistem zonasi pendidikan dari tahun 2017 yaitu dengan peraturan
Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 17 tahun 2017 yang mana penerapan
"sistem zonasi"dalam penerimaan peserta didik baru bertujuan menghapuskan
stigma"sekolah favorit" dan mencapai pemerataan kualitas pendidikan. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 tahun 2017 mengemukakan bahwa
sekolah wajib menerima peserta didik yang bertempat tinggal dalam wilayah zona paling
dekat dari sekolah minimal sejumlah 90 % dari total jumlah keseluruhan peserta didik
yang diterima. Pada tahun 2018, penyelenggaraan PPDB merujuk kepada Permendikbud
Nomor 14 Tahun 2018 Pasal 16 yang masih mengatur tentang sistem zonasiyang kurang
lebih sama dengan tahun 2017, yaitu:
2. Tempat tinggal calon peserta didik menurut alamat pada kartu keluargayang
dikeluarkan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum dilaksanakannyaPPDB.
b. Jalur bagi calon peserta didik yang bertempat tinggal diluar zona paling
dekat dari Sekolah dengan alasan khusus yakni perpindahandomisili
orangtua/wali peserta didik atau terjadi bencana alam/sosial,maksimal 5%
(lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.Untuk
tahun ajaran 2019/2020, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) telah menetapkan PeraturanMenteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB). Di dalam peraturan ini,PPDB yang diselenggarakan
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar, serta Pemerintah
Provinsi untuk pendidikan menengah, harus melalui tiga jalur, yaitu jalur
Zonasi 90%, jalur Prestasi 5%, dan jalur Perpindahan Orang tua/Wali 5%.
Menggunakan peraturan ini, Kemendikbud bermaksud mendorong
penyelenggaraan PPDB yang objektif, nondiskriminatif,akuntabel, transparan,
dan berkeadilan. Selaras dengan pasal 23 Permendikbud Nomor 51 Tahun
2018 bahwa sistem zonasi diimplementasikan di semuawilayah, selain yang
berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T)karena sulitnya faktor
geografis. Selain itu, sistem zonasi juga tidak diimplementasikan pada sekolah
menengah kejuruan (SMK), sekolah swasta,sekolah berasrama dan satuan
pendidikan kerjasama yang mengkombinasikankurikulum nasional dengan
internasional. Kemudian, karena memperhatikan permasalahan dan
ketersediaan Pemerintah Daerah dalam penerimaan peserta didik baru
dengan diterapkannya sistem zonasi, maka Pemerintah mengadakan
perubahan kebijakan dengan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2019 tentang
perubahanatas Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 mengenai Penerimaan
PesertaDidik Baru Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan.
Perubahan mendasar dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2019 tersebut
berupa Pendaftaran PPDB yang diselenggarakan menggunakan jalur zonasi;
prestasi;dan perpindahan tugas orang tua/wali. Penggunaan Jalur zonasi
minimal 80%(delapan puluh persen) dari daya tampung Sekolah (sebelumnya
90%). Sedangkan untuk Jalur prestasi maksimal 15% (sebelumnya 5%) dari
dayatampung Sekolah, yang ditetapkan menurut nilai UN atau ujian Sekolah
berstandar nasional; dan/atau melalui hasil perlombaan dan/atau
penghargaandi bidang akademik maupun nonakademik pada tingkat
internasional, tingkatnasional, tingkat provinsi, dan/atau tingkat
kabupaten/kota.
Ada beberapa aspek negatif dari kebijakan sistem zonasi PPDB sebagai berikut:
b. Kualitas tenaga pendidik dan kependidikan yang masih kurang (Pangaribuan &
Hariyati, 2019, hlm. 2). Masih banyak dijumpai di beberapa daerah, banyak guru
memilikikemampuan yang masih kurang atau kurang bermutu. Sebagai
contoh,masih banyak guru yang menggunakan cara mengajar yang kurang baik,cara
mengajar yang membosankan di kelas. Permasalahan demikianlah yang
mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia
c. Adanya kesenjangan dengan maraknya sekolah-sekolah negeri berlabel favorit
atau unggulan hampir di setiap kabupaten atau kota(Pangaribuan & Hariyati, 2019,
hlm. 2). Masukan sekolah yang bersumber dari lingkungan khusus membuat banyak
privilege (hak-hak istimewa) yang diberikan bagi sekolah favorit seperti tenaga
pengajar pilihan yang kompeten dan professional, pemenuhan sarana dan prasarana
yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran, serta prioritas utama dalam
pemberian akses untuk mengikuti berbagai perlombaan secara tingkat regional,
nasional, maupun internasional. Hal tersebut membuka jurang ketidakseimbangan
pemisa hdengan sekolah-sekolah lain yang dianggap berstatus tidak unggul. Sekolah
favorit hanya bisa diraskan oleh peserta didik dengan kemampuanakademik serta
financial tertentu. Sehingga berdampak ada sekolah yangmempunyai banyak peserta
didik dan ada sekolah yang kekurangan pesertadidik.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Sistem zonasi dalam PPDB setiap tahunnya mengalami perubahan pada peraturan
dan pelaksanaannya dikarenakan timbulnya permasalahan. Adapun bebrapa kesimpulan
dari pembahasan tentang PPDB berbasis zonasi sebagai berikut:
1. Aspek positif Sistem zonasi PPDB adalah bertujuan untuk pemerataan kualitas
pendidikan, sehingga dapat menghapuskan pemikiran masyarakat mengenaistigma
sekolah favorit dan non favorit. Kemudian Sekolah yang memiliki kelebihan guru akan
mendistribusikan gurunya kesekolahy ang kekurangan guru dan penataan sarana dan
prasarana bisa seimbang sehingga pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
berkeadilan.
2. Aspek negatif dari sistem ini adalah Ketersediaan sekolah negeri belum merata di semua
daerah. Sementara aturan zonasi mewajibkan anak mendaftar ke sekolah terdekat
dengan rumahnya. Aturan ini menyebabkan beberapa anak terancam tidak dapat
bersekolah karena tidak ada sekolah di daerah tempat tinggalnya
3. Adapun solusi dari sism ini sehahusnya pemerintah harus melakukan pemerataan
kualitas pendidikan. Variabel-variabel penentu kualitas pendidikan seperti kualifikasi dan
distribusi guru, sarana, dan prasarana pendidikan perlu ditingkatkan. Pembangunan
sarana, prasarana pendidikan, serta kurikulum perlu dirancang berbasis zonasi. Hal ini
untuk memudahkan pembangunan dan pengawasannya karena masing-masing zonasi
memiliki permasalahan yang berbeda.
4. Berbagai permasalahan tersebut seperti kurangnya sosialisasi, pemetaan zona sekolah
yang belum sesuai dengan keadaan di daerah, dan fasilitas yang kurang memadai. Oleh
karena itu, para pemangku kebijakan harus mengkaji ulang secaradetail dari kebijakan
sistem zonasi PPDB agar tidak membingungkan masyarakat sebagai sasaran kebijakan.
Selain itu, kemendikbud sebagai pemangku kebijakan harus mengevaluasi kebijakan
tersebut secara berkaladengan mengikutsertakan berbagai masukan dari masyarakat.
Pemerataansarana dan prasarana sebagai pendukung juga harus diperhatikan
demikeberhasilan implementasi kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
PPDB 2019: Orang Tua Antre dari Subuh & Bermalam di Depan
Sekolah hingga Ganjar Usul Aturan Diubah”,
https://www.tribunnews.com/ pendidikan/2019/06/13/ppdb-
2019-orang-tua-antre-dari-subuh-bermalam-di-depan-sekolah-hingga-
ganjar-usul-aturan-diubah, diakse 5 Februari 2020s.
Sosialisasi Sistem Zonasi Dinilai Kurang”,
https://bebas.kompas.id/baca/ utama/2019/06/27/sosialisasi-sistem-
zonasi-dinilai-kurang/, diakses 5 -02 -2020.
“Tiga Jalur Zonasi PPDB 2019: Zonasi, Prestasi, Perpindahan Orang
Tua”, https://www.kemdikbud.go.id/ main/blog/2019/06/tiga-jalur-
ppdb- 2019-zonasi-prestasi-perpindahan-orang-tua, diakses 5 Februari
2020 .