Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI MEMPERHAHANKAN DAN MENGEMBANGKAN EKSISTENSI

SENI DAN BUDAYA INDONESIA


Oleh: Trima Pangestuningsih

PENDAHULUAN

Budaya adalah sebuah aset berharga, yang diwarisi secara turun-temurun dari
generasi ke generasi. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni
dan budaya. Negara kepualauan yang terdiri dari 35 provinsi ini memiliki beranekaragam
seni dan budaya yang berbeda di setiap daerah. Tanah Indonesia terbentang dari Sabang
sampai Merauke dengan beragam suku dan setiap suku mempunyai seni dan budaya yang
berbeda dengan ciri khasnya masing-masing. Kebudayaan merupakan kebutuhan dasar.
Sebuah komunitas berkembang melalui warisan budayanya, ia akan mati tanpa adanya
budaya.

Di sisi lain, dunia terus mengalami perubahan seiring dengan derasnya arus
globalisasi. Ada banyak hal positif yang didapatkan dengan pesatnya globalisasi, salah
satunya ialah kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi, namun juga tidak dapat
dipungkiri bahwa globalisasi juga mengakibatkan semakin tingginya tingkat
kompleksitas permasalahan suatu negara.Persaingan atar negara semakin jelas terasa di
semua lini. Masing-masing negara bersaing untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologinya. Bangsa Indonesia pun turut berjuang untuk bisa menyejajarkan diri
dengan negara maju. Keadaan yang penuh dengan persaingan ini jika tidak disikapai
dengan bijakasana, secara tidak langsung dapat menumbuhkan jiwa egoisme, hanya
mementingkan dirinya sendiri. Setiap orang memiliki keinginan untuk menjadi yang
“paling” di antara yang lain, yang paling kaya, paling pintar, paling terkenal, paling
berkuasa, dan paling-paling lainnya. Jiwa egois seperti ini dapat mengancam persatuan
bangsa. Terlebih Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku dan budaya.
Adanya rasa egois dapat menimbulkan disintregrasi.

Bangsa Indonesia pada dasarnya dibesarkan dengan budaya-budaya luhur yang


diwariskan secara turun-temurun. Namun, dengan pesatnya kemajuan zaman tidak
menutup kemungkinan bahwa kebudayaan luhur tersebut juga dapat terkikis. Zaman yang
bergerak maju juga turut menghadirkan kebudayaan-kebudayaaan yang baru.. Lalu
bagaimana dengan nasib kebudayaan lama yang sudah lebih dahulu tertanam? Hal ini
tentu menjadi tantangan bagi bangsa Indonesa, apakah negara ini dapat mempertahankan
kebudayaannya di tengah gempuran arus zaman yang penuh persaingan? Maka dari itu,
diperlukan suatu strategi untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensi budaya
dan kesenian yang telah berlangsung secara turun temurun tersebut.

ISI

Di era millennium, secara gencar kebudayaan asing turut mengintervensi budaya


Indonesia dan meracuni moral anak-anak bangsa dengan berbagai kebudayaannya yang
kontradiktif dengan budaya tanah air. Di sisi lain, rasa cinta terhadap kesenian dan
produk tanah air mulai terkikis akibat gempuran globalisasi. Ada beberapa kasus yang
sempat menghebohkan media pemberitaan dan tentunya masyarakat Indonesia, yakni
mengenai klaim negara tetangga atas beberapa kebudayaan di Indonesia. Berdasarkan
Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI) mencatat setidaknya ada
sepuluh budaya Indonesia yang diklaim sebagai milik Malaysia. Ke-10 budaya tersebut,
yaitu Batik, lagu Rasa Sayange, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Kuda Lumping, Rendang
Padang, Keris, Angklung, Tari Pendet dan Tari Piring, serta Gamelan Jawa.
Permasalahan ini tentunya dapat dijadikan sebagai cambuk dan bahan introspeksi agar
hal serupa tak berulang di kemudian hari yang jelas-jelas sangat merugikan negara.

Di era sekarang, tak jarang kita menjumpai para pemuda yang lebih bangga
memamerkan gaya baratnya. Sedangkan untuk budayanya sendiri jarang mengapresiai
bahkan menganggap bahwa kebudayaan tradisional adalah hal yang “ndeso”. Mereka
begitu mudah dalam menyerap budaya-budaya luar tanpa lebih dahulu memfilter apakah
budaya tersebut pantas diterapkan di Indonesia. Namun anehnya, ketika budaya lokal
(milik sendiri) tersebut diklaim menjadi milik negara lain, baru mulai tergugah dan
berteriak-teriak “Tidak terima”. Padahal sebelumnya, kebanyakan mereka tidak ikut
berpartisipasi dalam melestarikan ‘aset’ bangsa tersebut. Maka dari itu iperlu adanya
upaya untuk menanamkan dan mensosialisasikan budaya-budaya Indonesia kepada
masyarakat terutama anak-anak bangsa. Sehingga rasa cinta terhadap budaya lokal dapat
tumbuh dan mengakar dengar dengan kuat dari diri para penerus bangsa. Di samping itu
negara juga perlu memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada orang-orang
yang berkontribusi dalam upaya pelestarian budaya dan bahkan memperkenalan budaya
Indonesia ke kancah Internasional.

Peran aktif dari pemerintah juga sangat dinanti kehadirannya dalam upaya
konservasi seni dan budaya. Pemerintah dengan kekuasaannya, memiliki kewenangan
untuk menghimbau masyarakat supaya mempelajari budaya dan kesenian daerah. Dalam
hal ini, pemerintah juga dapat menyediakan wadah-wadah pelatihan seni dan budaya
seperti sanggar, pondok kesenian, dan sekolah seni dan budaya. Dalam bidang
pendidikan sendiri, upaya konservasi seni dan budaya juga dapat dilakukan dengan
memasukkan muatan lokal (mulok) berupa bahasa daerah dan keterampilan seni misalnya
membatik, tari daerah, atau pun karawitan. Keberadaan pengajar yang professional juga
harus menjadi perhatian pemerintah. Karena berdasarkan fakta yang ada, kebanyakan
para pengajar ataupun guru muatan lokal merupakan guru –guru mata pelajaran wajib
yang mendapat tugas tambahan untuk mengajar muatan lokal sehingga proses
pembelajarannya belum maksimal. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengapresiasi dan
memberikan penghargaan kepada para budayawan maupun orang-orang yang dengan
ikhlas dan tekun mengajarkan seni dan budaya kepada masyarakat. Harapannya, akan
banyak masyarakat yang ikut tertarik untuk berkecimpung di bidang seni dan budaya.
Orang-orang pun juga tak segan untuk mengambil pendidikan seni maupun bahasa
daerah jika mendapat dukungan dan apresiasi dari pemerintah dan masyarakat.

Di samping itu, Indonesia perlu berkaca pada negara Jepang.dalam hal pelestarian
budaya tradisional. Setelah mengalami keterpurukan karena pengeboman kota Hiroshima
dan Nagasaki oleh pasukan militer Amerika, Jepang mampu bangkit bahkan menjajari
dirinya dengan negara-negara lain sebagai negara maju. Kemajuan negara Jepang ini
dikarenakan pemerintah dan tokoh-tooh penting dari negara tersebut selalu memberi
pengajaran kepada masyrakatnya untuk menghargai dan melstarikan budaya Jepang.
Sehingga dalam hal ini, Jepang mempraktikan sebuah kalimat yang dikatakan seoran ahli
bahwa “Negara yang maju adalah negara yang masyarakatnya menghargai
budayanya.” Masyarakat Jepang sangat menggapresiasi pagelaran keseina tradisonal, hal
ini tercemin dari mahalnya tiket pertunjukan kabuki (seni teater Jepang) yang
menyebabkan pagelaran tersebut daianggap bergengi.

Oleh sebab itu, generasi muda Indonesia haruslah membuang jauh-jauh gengsi
untuk belajar kesenian daerah dan tak sungkan untuk berkaca pada negara ain yang lebih
sukses dalam pelestarian budaya. Dengan proses belajar tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan kerukunan dan kerjasama masyarakat untuk bersatu dalam upaya
mempertahankan dan mengembangkan eksistensi budaya daerah. Kerjasama pemerintah
dengan masyarakat menjadi kunci utama dalam pelestarian budaya. Jika kita bangsa
Indonesia saja dapat menerima budaya bangsa lain dengan tangan terbuka maka
begitupun sebaliknya. Bangsa lain juga harus mampu menerima budaya Indonesia
dengan tangan terbuka. Indonesia juga harus mampu mempromosikan budayanya melalui
misi-misi internasional. Dengan begitu bangsa lainpun akan mengakui keberadaan
budaya Indonesia yang estetik dan penuh nilai-nilai luhur kehidupan.

PENUTUP

Solusi dari penulis guna mempertahankan dan mengembangkan seni dan budaya
Indonesia adalah pertama, perlu adanya proses pemfilteran budaya-budaya asing sebelum
diterima di Indonesia. Segenap masyrakat juga harus berpikir kritis dan selektif dalam
memilih kebudayaan asing dengan mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya juga
kemungkinan anacaman terhadap budaya lokal itu sendiri. Kedua, perlu adanya
pendidikan dan penanaman cinta akan budaya nasional sejak dini. Ketiga, regenerasi
menjadi penting agar kelak akan lahir generasi penerus budaya nasional. Oleh karena itu
bentuk dukungan pemerintah berupa penghargaan dan apresiasi sangat diharapkan guna
menggugah masyarakat agar lebih tertarik dan menghargai budayanya sendiri.  Keempat,
untuk dapat membawa budaya Indonesia dalam kancah internasional dan diterima
keberadaannya, hendaknya Indonesia lebih sigap dan tak sungkan belajar dengan negara
lain yang berhasil melestarikan budayanya. Sehingga nantinya Indonesia akan
mendapatkan pengetahuan baru dalam mengemas budayanya agar tampak bergengsi,
namun tidak menghilangkan sisi keorisinalitasnya.
Solusi-solusi tersebut diharapkan dapat mempertahankan eksistesnsi budaya
Indonesia walau zaman semakin melangkah maju dan melahirkan berbagai budaya
budaya baru. Budaya Indonesia pun harus mampu berjalan di tengah arus globalisasi dan
bahkan lebih dikenal eksitensinya di kancah internasional

Daftar Pustaka

Retnoningsih, Amin, dkk. 2018. Pendidikan Konservasi Tiga Pilar. Semarng: UNNES
PRESS

https://www.academia.edu/16416468/Essay_about_Indonesian_Culture (Diakses pada 7


April pkl 19.33)

https://blog.mdbinsight.com/why-cultural-development-is-important-to-your-community
(Diakse pada 7 April pukul. 19.40)

http://jurnal-bukit.blogspot.com/2016/12/strategi-pelestarian-budaya.html (Diakse pada


April pukul 21.00)

Anda mungkin juga menyukai