Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA AJARAN FISIKA

Disusun Oleh :
DWIRIA MAHARANI PURBA (2012- 12- 005)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS JAKARTA PUSAT

PROGRAM JALUR B KEPERAWATAN

2013
PERCOBAAN 01. JARAK FOKUS LENSA

A. Tujuan
Menentukan jarak fokus lensa.
B. Teori
Lensa adalah benda optis homogeny yang dibatasi bidang lengkung. Untuk bidang lengkung
yang berupa bidang bola akan berlaku perumusan:
1 1 1
= ( n−1 ) ( − )
f r1 r2

Tampak dari rumus ini, bahwa bergantung kepada nilai- nilai angkabias (n) terhadap medium
dan jari- jari kelengkungan (r) bidang batasnya, maka jarak focus (f) dapat bernilai positif
untuk lensa konvergen dan bernilai negative untuk lensa divergen. Dalam medium udara
(dengan n mendekati 1) maka lensa konvergen akan mempunyai bagian tengah yang lebih
tebal dari bagian pinggirnya. Pada kenyataannya dapat terjadi bahwa sebuah lensa
mempunyai focus yang tidak berupa sebuah titik, atau dari sebuah titik benda tidak berbentuk
asebuah titik bayangan, atau menghasilkan bayangan yang mengalami distorsi (deformasi),
yang disebut sesatan lensa (cacat bayangan; aberrasi). Hal ini disebabkan antara lain karena
keadaan homogenitas bahan kensa, keadaan kelengkungan bidang batasnya, komposisi warna
sinar cahaya maupun arahnya. Guna pemakaiannya yang memuaskan bias dilakukan
beberapa pencegahanyang diperlukan. Secara praktis penentuan jarak fokus lensa dapat
dilakukan dengan menerapkan rumus Gauss:
1 1 1
= +
f b v
Olehn karena tampak pada rumus ini jarak bayangan (b) dengan jarak benda (V) untuk
bayangan dan benda nyata dapat dipertukarkan (reciproke) maka agar percobaannya lebih
seksama, dapat digunakan turunan dan rumus itu; yang berupa rumus Bassel:
I ²−d ²
f=
4L

dimana d adalah jarak antara kedudukan lensa untuk mendapatkan bayangan yang diperbesar
dengan kedudukan lensa untuk mendapatkan bayangan yang diperkecil, dan I adalah jarak
antara benda dengan bayangan yang panjangnya diambil tetap, dengan syarat I> 4f yang
diperkirakan. Cara lain yang lebih sederhana, jarak focus lensa konvergen dapat ditentukan
dengan menggunakan cermin datar yang dipasang di belakang lensanya. Benda yang terletak
di titik focus akan memancarkan sinar sejajar di belakang lensa, yang akan dipantulkan
cermin dan membentuk bayangan nyata di titik focus kembali.
Lensa divergen hanya akan Menghasilkan bayangan nyata dan benda maya yang terletak di
antara lensa dengan titik focus di belakangnya. Dengan bantuan lensa konvergen, dari benda
nyata dapat diperoleh bayangan nyata, yang dijatuhkan di belakang lensa divergen itu dan
berlaku sebagai benda maya di depan titilk fokusnya F’ (lihat gambarnya).
Jarak benda lensa divergen (v) adalah selisih antara jarak bayangan lensa konvergen (b)
dengan jarak kedua lensa itu(d). setelah melakukan pengukuran- pengukuran, amka jarak
fokus lensa divergen dapat dihitung dengan rumus Gauss.
Jarak fokus lensa divergen dapat juga ditentukan dengan cara menempelkannya dengan lensa
dengan lensa konvergen yang diperkirakan mempunyai jarak fokus yang lebih besar dan
diketahui besarnya, sehingga merupakan sebuah lensa gabungan, dimana berlaku persamaan:
1 1
=
f 1
f +¿+ ¿
f −¿ ¿

Dengan cara ini maka dari benda nyata akan diperoleh bayangan yang nyata, dan dengan
rumus Gauss jarak fokus lensa gabungan f dapat dihitung, sehingga jarak fokus lensa
divergen f- dapat ditentukan.

C. Alat- alat:
1. Bangku optik (optikal bench) dengan beberapa klem
2. Lensa konvergen, lensa divergen, benda, tabir, cermin datar, dengan tangkai- tangkainya
3. Kalimotor (sumber cahaya) dan mistar ukur.
D. Jalan Percobaan: Lensa Konvergen Dengan Metode Bessel
1. Memasang benda, lensa konvergen, tabir, masing- masing dengan tangkainya pada klem
bangku optic.
2. Setelah menyalakan lampu kolimator, mengatur ketinggian alat- alat pada 1 sehingga
terletak pada satu sumbu menurut arah sinar, memilih ukuran diafragma kolimator yang
sesuai dengan berkas sinar yang diperlukan.
3. Menempatkan tabir sejauh mungkin dari benda, asalkan intensitas cahaya yang dating
masih cukup terang. Mengukur jarak antara benda dan tabit (=L)
4. Menggeser lensa dari arah benda, sehingga pada tabir terbentuk bayangan diperbesar yang
paling jelas/ tajam; ukurlah jarak bendanya (v).melakukan hal ini sebanyak tiga kali, untuk
diambil rata- ratanya.
5. Menggeser lensa lebih lanjut kea rah tabir, sehingga pada tabir terbentuk bayangan
dioerkecil yang paling jelas/ tajam; mengukur jarak bendanya (V). melakukan pengukuran
sebanyak tiga kali, untuk diambil rata- ratanya. Dan percobaan 4 dan 5 dapat dihitung:
D= v¹- v dan kemudian v dihitung dengan rumus Bassel.
6. Melakukan lagi percobaan 3, 4 dan 5 dengan mengubah I menjadi (L- 5 cm), (L- 10 cm)
dan (L- 15 cm), untuk diperhitungkan kemudian f rata- ratanya.
E. Analisa Data
1. Pengukuran I
L = 60 cm
v1 = 11, 5 cm
v 1+ v 2+ v 3 11,5 cm+11, 8 cm+12 cm 35,3
v2 = 11, 8 cm v = = = = 11, 76
3 3 3
cm
v3 = 12 cm

vˈ1 = 47, 5 cm
vˈ2 = 47, 6 cm

vˈ 1+ vˈ 2+ vˈ 3 47 , 5 cm+47,6 cm+ 47,6 cm 142 ,7


vˈ= = = =47 , 56 cm
3 3 3
vˈ3 = 47, 6 cm

d = vˈ- v
= 47, 56- 11, 76 = 35, 80 cm

L²−d ²
f=
4L
602−35 , 802
=
4 x 60
3600−1281 , 64
= 240
2318 ,36
= 240
= 9, 6598 cm
2. Pengukuran II
L = 55 cm
v1 = 12, 3 cm
v 1+ v 2+ v 3 12, 3 cm+12 ,8 cm+12 , 9 cm 38
v2 = 12, 8 cm v = = = = 12,
3 3 3
66cm
v3 = 12, 9 cm

vˈ1 = 42, 2 cm
vˈ2 = 42, 1 cm

vˈ 1+ vˈ 2+ vˈ 3 42 , 2 cm+ 42 ,1 cm+42 , 2 cm 126 , 5


vˈ= = = =42 , 16 cm
3 3 3
vˈ3 = 42, 2 cm

d = vˈ- v
= 42, 16- 12, 66 = 29, 50 cm

L²−d ²
f=
4L
55²−29 , 50²
= 4 x 55
3025−870 , 25
= 220
2154 , 75
= 220
= 9, 7943 cm
3. Pengukuran III
L = 50 cm
v1 = 12, 5 cm
v 1+ v 2+ v 3 12, 5 cm+12 ,6 cm+13 , 2 cm 38,3
v2 = 12, 6 cm v = = = = 12,
3 3 3
76 cm
v3 = 13, 2 cm

vˈ1 = 35, 5 cm
vˈ2 = 36 cm

vˈ 1+ vˈ 2+ vˈ 3 35 ,5 cm+36 cm+37 cm 108 ,5


vˈ= = = =36 ,16 cm
3 3 3
vˈ3 = 37 cm

d = vˈ- v
= 36, 16- 12, 76 = 23, 40 cm

L²−d ²
f=
4L
50²−23 , 40²
= 4 x 50
2500−547 , 56
= 200
1950 ,5664
= 200
= 9, 7943 cm

4. Pengukuran IV
L = 45 cm
v1 = 13, 6 cm
v 1+ v 2+ v 3 13 ,6 cm+13 , 7 cm+13 , 4 cm 38,3
v2 = 13, 7 cm v = = = = 13,
3 3 3
56 cm
v3 = 13, 4cm

vˈ1 = 35, 5 cm
vˈ2 = 36 cm

vˈ 1+ vˈ 2+ vˈ 3 31 cm+31 , 5 cm+ 31, 3 cm 93 ,8


vˈ= = = =31, 26 cm
3 3 3
vˈ3 = 37 cm

d = vˈ- v
= 31, 26 cm- 13, 56 cm = 17, 70cm
L²−d ²
f=
4L
45²−17 ,70²
= 4 x 45
2025−313 , 29
= 180
1711 ,71
= 200180

= 9, 5095 cm

Data Percobaan: JARAK FOKUS LENSA (01)

I (cm) V (cm) ❑ (cm) vˈ (cm) ❑ (cm) d (cm) f (cm)


v vˈ
11, 5 47, 5
11,8 47, 6
60 12 11, 5 47, 6 47, 56 35, 80 9, 6598
12, 3 42,2
12, 8 42, 1
55 12, 9 12, 66 42, 2 42, 16 29, 5 9, 7943
12, 5 35, 5
12, 6 36
50 13, 2 12, 76 37 36, 16 23, 44 9, 7528
13, 6 31
13, 7 31, 5
45 13, 4 13, 56 31, 3 31, 26 17, 7 9, 5095
F. Kesimpulan
Lensa divergen hanya akan menghasilkan bayangan nyata dan benda maya yang terletak di
antara lensa dengan titik fokus di belakangnya. Dengan bantuan lensa konvergen, dari benda
nyata dapat diperoleh bayangan nyata, yang dijatuhkan di belakang lensa divergen itu dan
berlaku sebagai benda maya di depan titik fokusnya.

PERCOBAAN 02. KELEMBABAN UDARA

A. Tujuan
Menentukan kelembaban (kelengasan) udara dengan psychometer dan pesawat Lambrecht.
B. Teori
Kelembaban udara dapat dinyatakan secara mutlak ataupun secara nisbi. Lengas nisbi
adalah perbandingan antara tekanan uap air dan temperature tertentu dengan tekanan
maksimum uap air pada temperature yang sama. Jadi dinyatakan :

p
Lengas Nisbi : Lr = Lr= x 100 %
P maks

Dimana: P = Tekanan uap air pada temperature tertentu

Pmaks = Tekanan maksimum uap air pada temperature tersebut.

273 P
Lengas mutlak : Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
Dimana: Ru = Rapat uap air terhadap udara = 0,622

p = Massa jenis udara pada 0ºC = 0,0013 gram/cm³

T = Temperature mutlak dalam ºK

P = Tekanan uap air pada temperature 1ºC

C. Alat-alat yang diperlukan :


1. Pesawat Lambrecht atau hygrometer titik embun.
2. Psychometer dengan dua termometer bola basah dan kering.
3. Eter dan air.
4. Tabel Kohlrousch untuk lengas relative dan tekanan jenuh uap air.

D. Jalan percobaan
1. Menentukan kelembaban udara dengan psychometer
a. Dari kedua thermometer pesawat ini, bola dari salah satu thermometer di balut
dengan kain kasa yang dihubungkan dengan bejana kecil berisi air.
Biarkan bola ini menjadi basah dan kipaslah perlahan-lahan hingga temperature
turun.
b. Setelah temperature tersebut konstan (tidak turun lagi) catatlah temperature ini (t b)
dan lakukan hal ini sampai lima kali.
c. Dari thermometer bola kering, catatlah pula temperaturnya (t k) untuk setiap
pembacaan tb tadi.
d. Dari tabel Kohlrousch, mencatat lengas nisbi untuk setiap temperature bola basah.
e. Dari tabel tekanan uap, mencatat tekanan uap jenuh (q) untuk temperature kamar (tk).

2. Menentukan kelembaban mutlak dengan pesawat Lambrecht


a. Mengisi bejana pesawat dengan eter kira-kira setengahnya.
b. Memompa bola karet sekali-kali dan mengamati setiap kali dinding luar dari bejana
dan juga thermometer.
c. Menghentikan pompa pada saat dinding bejana bagian tengah mulai suram karena
embun. Mencatat temperature pada keadaan ini, t e’ demikian juga pada saat embun
mulai menghilang te’’. Temperature ini merupakan batas-batas titik embun udara
tˈe + tˈˈe
(te= )
2
d. Mencatat temperature kamar (tk), untuk setiap percobaan titik embun tadi.
Dari tabel tekanan uap jenuh, mencatat tekanan uap jenuh untuk titik embun (p) dan
tekanan uap jenuh untuk temperature kamar (q).

E. Analisa Data
Menentukan Kelembaban Udara dengan Psychometer
1. Percobaan I
Lᵣ = 60 %
Pmaks = 28, 349
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
60 %= x 100 %
28 ,349
p
0,6=
28 ,349
P = 0,6x 28, 349
P = 17, 0094

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 17,0094
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram /cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,22380
Lm = 0,00016

2. Percobaan II
Lᵣ = 60 %
Pmaks = 28, 349
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
60 %= x 100 %
28 ,349
p
0,6=
28 ,349
P = 0,6x 28, 349
P = 17, 0094

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 17,0094
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram /cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,22380
Lm = 0,00016

3. Percobaan III
Lᵣ = 82 %
Pmaks = 26, 739
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
82 %= x 100 %
26 ,739
p
0,82=
26 , 739
P = 0,82 x 26,739
P = 21,5929

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 21 ,5929
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram /cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,2884
Lm = 0,00021

4. Percobaan IV
Lᵣ = 67 %
Pmaks = 28,349
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
67 %= x 100 %
28 , 349
p
0,67=
28 ,349
P = 0,67 x 28, 349
P = 18,9938

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 18,9938
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram/cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,2499
Lm = 0,0018

5. Percobaan V
Lᵣ = 74 %
Pmaks = 28,349
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
74 %= x 100 %
28 , 349
p
0,74=
28 ,349
P = 0,74 x 28, 349
P = 20,9782

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 20 , 9782
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram/cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,2760
Lm = 0,00020

Menentukan kelembaban udara dengan pesawat Lambrecht


1. Percobaan I
t e =t ' e+ t e} over {2} = {19+21} over {2} =2 ¿
Lᵣ = 65,57 %
Pmaks = 26,739
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
65,57 %= x 100 %
26,739
p
0,6557=
26,739
P = 0,6557x 26,739
P = 17,5327

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 17,5327
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram/cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,23069
Lm = 0,00017 gram/cm²

2. Percobaan II
t e =t ' e+ t e} over {2} = {17+19} over {2} = 1 ¿
Lᵣ = 58,09 %
Pmaks = 26,739
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
74 %= x 100 %
26,739
p
0,5809=
26,739
P = 0,5809 x 26,739
P = 15,5326

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 15,5326
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram/cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,2043
Lm = 0,00015 gram/cm²

3. Percobaan III
t e =t ' e+ t e} over {2} = {16+19} over {2} =17, ¿

Lᵣ = 56,31 %
Pmaks = 25,209
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
74 %= x 100 %
25,209
p
0,5631=
25,209
P = 0,5631 x 25,209
P = 14,1951

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 14,1951
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram/cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,1867
Lm = 0,00013 gram/cm²
4. Percobaan IV
t e =t ' e+ t e} over {2} = {15+16} over {2} =15, ¿

Lᵣ = 51,34 %
Pmaks = 25,209
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
51,34 %= x 100 %
23,756
p
0,5134=
23,756
P = 0,5631 x 23,756
P = 13,3770

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 13,3770
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram/cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,1760
Lm = 0,00012 gram/cm²
5. Percobaan V
t e =t ' e+ t e} over {2} = {16+18} over {2} =17, ¿

Lᵣ = 51,27 %
Pmaks = 28,349
p
Lᵣ= x 100 %
P maks
p
51,34 %= x 100 %
28,349
p
0,5127=
28,349
P = 0,5127 x 28,349
P = 14,5345

273 P
Lm=1 x Ru x p x x gram/cm²
T 76
273 14,5345
Lm=1 x 0 , 622 x 0 , 0013 x x gram/cm²
296 76
Lm=0,00080 x 0,92229 x 0,1912
Lm = 0,00014 gram/cm²
Data Percobaan : KELEMBABAN UDARA (02)

I. Menentukan kelembaban udara dengan psychometer

Tb Tk tk-tb q Lengas nisbi Lengas mutlak


(%) (gr/cm² udara)
23 28 5 28, 394 60 0, 00016
23 28 5 28, 394 60 0, 00016
25 27 2 26, 739 82 0, 00021
24 28 4 28, 349 67 0, 00018
25 28 3 28, 349 74 0, 00021

Lr 1+ L r 2+ L r 3+ Lr 4+ L r 5 17,009+ 17,009+ 21,9259+18,9938+20,9782


Rata- rata Lᵣ= = =
5 5

37,9872
= 7,7974 %
5

Lm 1+ Lm2+ Lm3+ Lm 4+ Lm 5
Rata- rata Lm = ¿ ¿ =
5

0,00016+0,00016+0,00021+0,00018+ 0,00020
= 0,00018 cm
5

II. Menentukan kelembaban udara dengan pesawat Lambrecht

t’e t’’e te P tk q Lengas Lengas


nisbi mutlak
(%) (gr/cm²udara)
19℃ 21℃ 20℃ 17, 535 27℃ 26, 739 65, 57 % 0, 00017
17℃ 19℃ 18℃ 15, 535 27℃ 26, 739 58, 09 % 0,00015
16̊℃ 19℃ 17, 5℃ 14, 197 26℃ 25, 209 56, 31 % 0, 00014
15℃ 16℃ 15, 6℃ 12, 197 25℃ 23, 756 51, 34 % 0, 00012
16℃ 18℃ 17℃ 14, 535 28℃ 28, 349 51, 27 % 0, 00014

Lr 1+ Lr 2+ Lr 3+ Lr 4 + Lr 5 26,379+26,739+25,209+23,756+28,349
Rata- rata Lᵣ= = =
5 5

130,072
= 26,01 %
5

Lm 1+ Lm2+ Lm3+ Lm 4+ Lm 5
Rata- rata Lm = ¿ ¿ =
5

0,00017+0,00015+0,00014 +0,00012+0,00014
= 0,00014 cm
5

F. Kesimpulan
I. Dari percobaan yang telah dilakukan, ditemukan Lr rata- rata= 7,7974 % dan Lm rata-
rata= 0.00018 cm
II. Dari percobaan yang telah dilakukan, ditemukan Lr rata- rata= 26,01 % dan Lm rata-
rata= 0.00014 cm
PERCOBAAN 03. AEROMETER

A. Tujuan :
1. Menggunakan Aerometer Nicholson N, Aerometer yang bermassa tetap M.
2. Menentukan massa jenis zat cair dan zat padat dengan menggunakan Aerometer.

B. Alat-alat :
1) Aerometer Nicholson
2) Aerometer yang bermassa tetap M
3) Neraca teknis, batu timbangan
4) Butir-butir zat padat
5) 3 bejana yang berisi zat cair
6) Termometer

C. Teori :
1. Aerometer Nicholson:
Bila aerometer N dimasukkan ke dalam zat cair dan pada pinggang atas (PA) diletakkan
beban W1, aerometer tercelup sampai T, maka berlaku persamaan gaya sebagai berikut:
W1 + WN = VN p1 g ………………… (1)
Atau dalam persamaan massa ;

m1 + mN = VN p1 ………………… (2)

Dimana: WN = berat aerometer N

VN = Volume aerometer N sampai tanda T

g = Percepatan gravitasi

p1 = Massa jenis zat cair

m = Massa

Bila aerometer N dimasukkan ke dalam zat cair lain kemudian sehingga harus di tambahkan
beban W2 agar aerometer tercelup sampai T. Maka dari persamaan (2) dapat diturunkan menjadi:

m2+mN
ρ 1= ρ air ………………… (3)
m1+mN

Selain itu, aerometer juga dapat digunakan untuk menentukan massa jenis zat padat. Dan
dipenuhi oleh persamaan :

mₒ+mN
ρk= ρ zat cair ………………… (4)
m 1+ mp

Dimana: pk = Massa jenis zat padat k yang akan ditentukan

pzat cair = Massa jenis zat cair yang di ketahui

m = Massa yang ditambahkan pada PA agar N tercelup sampai T (tanpa zat


padat k)

mp = Massa yang ditambahkan kemudian (pada PA) agar N tercelup sampai T


( Zat padat k pada PA)
mq = Massa yang ditambahkan pada PA agar T tercelup sampai T dengan zat
pada k pada PB (pinggang bawah).

2. Aerometer yag berberat tetap


Pada aerometer M, tangkainya dianggap berbentuk silinder dan mempunyai pembagian
skala. Dengan alat ini hanya digunakan untuk menentukan massa jenis zat cair saja. Bila
M dimasukkan kedalam zat cair, maka M akan tercelup sampai skala ke n. Jadi berat M
sama dengan gaya keatas.
Wm=Vn ρ g ………………… (5)

Dimana : WM = berat aerometer


Vn = Volume aerometer yang tercelup di bawah gari ke n
p = Massa jenis zat cair
g = Percepatan gravitasi
Dengan mengguankan sifat silindris tangkai M;
Vn = Vo + n v ………………… (6)

Dimana: po = Konstanta

n v = Volume silinder

mM
ρₒ= ………………… (7)
(Vₒ+n v)

Jika aerometer M dimasukkan ke berbagai zat cair, maka akan diperoleh harga dan yang
berbeda. Sehingga dapat diperoleh hubungan :

ρ 1 ρ2( n2−n 1)
ρ= ………………… (8)
( n 2−nx ) ρ 2−( n1−nx ) ρ 1

Dimana : ρx = Massa jenis zat cair yang akan ditentukan

ρ1 ρ2 = Massa jenis zat cair 1 dan 2 yang telah diketahui

n1 n2 = Penunjukan skala n padat zat cair 1 dan 2


nx = skala n pada zat cair yang akan ditentukan.

D. Percobaan yang harus dilakukan:


Dengan Aerometer Nicholson
1. Menimbang aerometer N dengan neraca teknis
2. Menambahkan anak timbangan sebesar 15 dan 20 gram dalam pinggang bawah (PB) agar
selalu tegak dalam zat cair. Selanjutnya beban ini dianggap sebagai bagian dari
aerometer.
3. Memasukkan N dalam air dan meletakkan beban W1 pada PA sehingga N tercelup
sampai T.
4. Mencatat temperature zat cair, beban WN dan W1.
5. Memasukkan N ke dalam zat cair X. Memberi beban W2 pada PA yang dapat memuat N
tercelup sampai T.
6. Mencatat temperature zat cair x dan W2.
7. Memasukkan N kedalam zat cair yang rapat massanya diketahui.
8. Menambahkan beban Wo dalam PA agar N tercelup sampai T.
9. Menyingkirkan Wo. Meletakkan pada PA sejumlah zat padat k, yang rapat massanya
akan ditentukan.
10. Menentukan Wp di PA agar N tercelup sampai T.
11. Memindahkan zat padat k dari PA ke PB
12. Membuat N tercelup sampai T, pada PA harus diberi beban Wn
13. Mencatat temperature zat cair.

Dengan Aerometer yang berat tetap


1. Memasukkan aerometer M dalam zat cair 1 kemudian zat cair 2 yang masing-masing
telah diketahui massa jenisnya yaitu p1 dan p2
2. Mencatat n1 dan n2 serta temperature masing-masing zat cair
3. Memasukkan M kedalam zat cair X yang akan ditentukan rapat massanya px
4. Mencatat posisi nx dan temperaturenya.
E. Analisa Data
1. Cairan Spritus
Diameter (d) gelas ukur = 9,4 cm

9,4 cm
Jari- jari (r) gelas ukur = =4,7 cm
2
Tinggi cairan (tₒ) = 13,6 cm
Beban di atas neraca (koin) (mN) = 10 gram
Tinggi air setelah diberi neraca (t₁) = 14,6 cm

h = t₁- tₒ
= 14,6- 13,6
= 1,0 cm
Vn = π r²
= 3,14 (4,7)²
= 69,36
m₁+ mN = VN. ρ₁
62 gr+ 10 = 69,36 x ρ₁
72 = 69,36 x ρ₁
72
ρ₁ =
69,36
ρ₁ = 1,038

2. Cairan NaOH
V = 9,4 cm
tₒ = 15,8
t₁ = 16,4

m₂ = 30gr (3 batu)
h = t₁- tₒ
= 16,4- 15,8
= 0,6
ρ₂ = m₂+ mN . ρ air
30+10
0,576 = .ρ air
62+10
40
0,576 = . ρ air
72
0,576 = 0,555. ρ air
0,576
ρ air =
0,555
ρ air = 1,037

F. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan maka didapatkan massa jenis spritus= 1,038 dan massa jenis
NaOH= 1,037

PERCOBAAN 03. HUKUM STOKES

A. Tujuan :
1. Memahami bahwa benda yang bergerak di dalam fluida akan mendapatkan gaya gesekan
yang disebabkan oleh kekentalan fluida.
2. Menentukan koefisien kekntalan (Coeficient Viscocity) dari suatu zat cair dengan Hukum
Stokes.

B. Alat- alat :
1. Tabung gas berisi cairan gliserin
2. Bola- bola dari bakelit
3. Stopwatch
4. Jangka sorong
5. Mikrometer sekrup
6. Mistar ukur
7. Termometer
8. Aerometer
9. Neraca teknis
10. Saringan

C. Teori :
Setiap benda yang bergerak di dalam suatu fluida (zat cair atau gas) akan mendapat gaya
gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Gaya gesekan ini sebanding
dengan kecepatan relative benda terhadap fluida.
F= mkonstan v˟
Khususnya untuk benda yang terbentuk bola dan bergerak di dalam fluida yang tetap
sifat- sifatnya, gaya gesekan yang dialami benda dapat dirumuskan sebagai berikut:
F= -6πη r v
Dimana:
F= gaya gesekan yang bekerja pada bola
η= koefisien kekentalan dari fluida
r= jari- jari bola
v= kecepatan bola relative terhadap fluida
Rumus di atas dikenal sebagai Hukum Stokes. Tanda negative menunjukkan arah gaya f yang
berlawanan dengan arah kecepatan v. Syarat- syarat yang diperlukan supaya Hukum Stokes
ini dapat dipakai:
a. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya cukup besar/ luas dibandingkan ukuran
benda)
b. Tidak ada turbulensi di dalam fluida
c. Kecepatan v tidak besar sehingga aliran masih linier.
Jika sebuah benda padat yang berbentuk bola dan mempunyai rapat massa, jatuh
dipermukaan zat cair dan bergerak tanpa kecepatan awal, bola tersebut mula- mula akan
mendapat percepatan. Dengan bertambah besarnya kecepatan bola, maka gaya Stokes yang
bekerja padanya juga bertambah besar sehingga akhirnya bola tersebut akan bergerak dengan
kecepatan tetap, yaitu setelah terjadi keseimbangan antara gaya berat, gaya Archimedes, dan
gaya Stokes pada bola tersebut.
Bila bola telah bergerak dengan kecepatan tetap, persamaan berlaku:
2r ² g
v= (ρ−ρₒ¿ ……………………… (2)

dimana:
ρ = rapat massa bola
ρₒ= rapat massa fluida (zat cair)
Dari persamaan diatas juga dapat diturunkan persamaan:
9 ηg
Tt ²= ……………………… (3)
2 g( ρ−ρₒ)
dimana:
T= waktu yang diperlukan oleh bola menempuh jarak d
d= jarak jatuh yang ditempuh bola, dipilih sedemikian rupa hingga bola telah dapat dianggap
bergerak beraturan.

Bila percobaan yang akan dilakukan syarat III. 1 tidak dipenuhi, karena fluida yang
ditentukan koefisien kekentalannya ditempatkan dalam tabung yang besarnya terbatas,
sehingga jari- jari bola tidak demikian, kecepatan bola harus dikoreksi dengan:
r
Vₒ=v (1+ k ) ……………………… (4)
R
dimana:
V = kecepatan bola yang diukur
Vο = kecepatan yang sebenarnya (relatif)
R = jari- jari tabung tempat fluida
k = konstanta

Karena v= d/t persamaan (4) dapat dituliskan sebagai berikut:


T r
=k +1……………………… (5)
Tₒ R

Untuk harga d dan kondisi lainnya yang bsama, dibuat grafik antara T vs R, untuk persamaan
(5) diperoleh garis lurus, maka Tₒ dapat ditentukan.

D. Percobaan tang Dilakukan


1. Mengukur diameter tiap- tiap bola dengan micrometer sekrup (10x) dan menimbang tiap-
tiap bola dengan neraca teknis.
2. Mengukur diameter bagian dalam dari tabung dengan jangka sorong (5x)
3. Mencatat temperature zat cair sebelum dan sesudah percobaan
4. Mengukiur berat massa zat cair sebelum dan sesudah percobaan dengan aerometer
5. Menempatkan gelang kawat (benang) yang melingkat di tabung kira- kira 5 cm dibawah
permukaan zat cair dan sebuah lagi di bagian bawah kira- kira 5cm dari dasar tabung.
6. Mengukur jarak jatuh d (jarak antara kedua benangatau kawat tersebut)
7. Memasukkan sendok saringan sampai dasar tabung, tunggu sebentar hingga zat cair diam
8. Mengukur waktu jatuh T untuk tiap- tiap bpla (5x)
9. Mengubah letak kawat hingga jarak d berubah, melakukan V6- V9 (ambil 3 jarak d yang
berlainan)
10. Mengulangi V.3 sampai dengan V.9 untuk temperature yang tidak sama dengan
temperature yang semula.

E. Analisa Data
Diameter bola = 0,7 mm
Diameter dalam tabung = 15 cm
Jari- jari =
0,7 15
= 0,35 cm
d2

Massa bola = 0,5 gram. Dihasilkan dari menimbang bola dengan neraca teknis.
Waktu massa (T) = 1,41.
Dihasilkan dari mengitung hasil rata-rata bola yang dijatuhkan dalam tabung sebanyak 5 kali
dengan menggunakan stopwatch, dengan perhitungan :
I = 1,75
II = 1,28
III = 1,56
IV = 1,28
V = 1,28 +
9,04 9,40 : 5 = 1,41

Berat Massa glyserin = 27 gr


Glyserin disimpan di tabung berukuran kira-kira 3cm dan kemudian di timbang pada neraca
teknis.
Setelah semua ditemukan, maka lebih mudah mencari (n) koefesien kekentalan dari fluida.
Rumus yang digunakan adalah :
( p− p ₀ ) T . r ²
N=2
9
Diketahui :
r = 0,35 cm
p = 0,5 gr
p₀ = 27 gr
t = 1,41
( 0,5−27 ) 1,41 x 0,35 ²
n=2
9
(−26,5 ) 1,41 x 0,35²
=2
9
−53 x 2,82 x 0,245
=-
9
−36,6177
=
9
= -4,0686 cm/gr

Tabel Data :

Diameter (jari-jari) 0,35cm

Masa bola 0,5 gram

Waktu 1,41 dtk

Berat massa glyserin 27 gram


F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat nilai n= -4,0686. Dengan bertambah
besarnya kecepatan bola, maka gaya stokes yang bekerja padanyajuga bertambah besar
sehingga akhirnya bola tersebuta akan bergerak dengan kecepatan tetap, yaitu setelah terjadi
keseimbangan antara gaya berat, gaya Archimedes dan gaya stokes pada bola tersebut.

Anda mungkin juga menyukai