Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penggunaan kimia dalam kebudayaan manusia sudah dimulai sejak zaman


dahulu. Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam, yang berkaitan dengan
komposisi materi, termasuk juga perubahan yang terjadi di dalamnya, baik secara
alamiah maupun sintetis. Senyawa-senyawa kimia sintetis inilah yang banyak
dihasilkan oleh peradaban modern, namun materi ini pulalah yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan yang berbahaya. Dengan mengetahui komposisi dan
memahami bagaimana perubahan terjadi, manusia dapat mengontrol dan
memanfaatkannya untuk kesejahteraan manusia. Penggunaan bahan-bahan kimia di
dunia telah berkembang pesat, yang sebagian besar merupakan bahan berbahaya. Ini
ditunjukkan oleh hampir 11 juta jenis bahan kimia telah diidentifikasi pada tahun 1995,
baik yang terdapat di alam maupun yang dibuat oleh manusia, dan hampir setiap tahun
1.000 jenis bahan kimia baru masuk ke perdagangan. Bahan kimia yang telah
digunakan dan diperdagangkan secara umum sekitar 63.000 jenis, 50.000 jenis
diantaranya digunakan sehari-hari, 1.500 jenis merupakan bahan aktif pestisida, sekitar
4.000 jenis sebagai bahan aktif obat-obatan, dan 2.500 jenis digunakan sebagai bahan
tambahan makanan. Dari sekian banyak bahan kimia tersebut, baru beberapa ratus jenis
saja yang telah dievaluasi dampaknya tehadap kesehatan dan lingkungan. Perdagangan
bahan kimia dunia pada tahun 1991 mencapai nilai 1,2 M US$, 40% berkaitan dengan
petrokimia. Pemakaian bahan kimia di Indonesia (1991) sekitar 0,46% dari nilai
perdagangan dunia. Proses penggunaan bahan yang berbahaya dalam kegiatan sehari-
hari, terutama dari kegiatan industi khususnya penggunaan bahan kimia, akan
menghasilkan limbah berbahaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bahan kimia?
2. Apa pengertian bahan berbahaya dan beracun (B3) dan pengelolaannya?
3. Bagaimana penggolongan jenis bahan kimia dan beracun (B3)?
4. Bagaiman pelabelan,pengangkutan dan pengemasan bahan berbahaya dan
beracun (B3)?
1
5. Bagaimana Informasi tingkat bahaya?
6. Apa itu MSDS?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu bahan kimia
2. Mengetahui pengertian bahan berbahaya dan beracun (B3) dan pengelolaannya
3. Mengetahui penggolongan jenis bahan kimia berbahaya dan beracun (B3)
7. Mengetahui pelabelan,pengangkutan dan pengemasan bahan berbahaya dan
beracun (B3)?
4. Mengetahui Informasi tingkat bahaya
5. Mengenal MSDS
D. Manfaat
Dapat melakukan aktivitas yang melibatkan bahan kimia baik itu dalam
industri, laboratorium, maupun dalam kehidupan sehari hari dengan
memperhatikan bahaya bahan kimia dan beracun

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan Kimia

Bahan kimia yang juga dikenal sebagai Bahan murni adalah suatu


bentuk materi yang memiliki komposisi kimia dan sifat karakteristik konstan.Ia tidak
dapat dipisahkan menjadi komponen dengan metode pemisahan fisika, yaitu tanpa
memutus ikatan kimia. Bahan kimia bisa berupa unsur kimia, senyawa
kimia, ion atau paduan.

Bahan kimia sering disebut 'murni' untuk membedakannya dari campuran.


Contoh umum Bahan kimia adalah air murni; ia memiliki sifat yang sama
dan rasio hidrogen terhadap oksigen yang sama, baik diisolasi dari sungai maupun
dibuat di laboratorium. Bahan kimia lain yang biasa ditemui dalam bentuk murni
adalah intan (karbon), emas, garam meja (natrium klorida) dan gula pasir (sukrosa).
Namun, pada praktiknya, tidak ada Bahan yang sepenuhnya murni, dan kemurnian
kimia ditentukan sesuai dengan penggunaan Bahan kimia yang dimaksud.

Bahan kimia berada sebagai Bahan padat, cairan, gas, atau plasma, dan dapat


berubah antara fase materi ini dengan perubahan suhu atau tekanan. Bahan kimia dapat
digabungkan atau diubah menjadi Bahan lain melalui reaksi kimia.

B. Pengertian bahan berbahaya dan beracun (B3) dan aturan pengelolaannya


Pada dasarnya pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di Indonesia
mengacu pada prinsip-prinsip dan pedoman pembangunan berkelanjutan yang telah
dituangkan dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2009 sebagai pengganti UU-23/1997
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 (21) UU-32/2009
mendefinisikan bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta
kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain. Selanjutnya UU-32/2009
menggariskan dalam Ps 58 (1) bahwa setiap orang yang memasukkan ke dalam
3
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun
B3 wajib melakukan pengelolaan B3. Secara spesifik pengelolaan

B3 ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 74 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, yang akan diuraikan lebih lanjut dalam
Bagian ini. Terkait dengan penggunaan bahan kimia organik berbahaya, maka
Indonesia telah merativikasi konvensi Stockholm melalui Undang-undang No. 19 tahun
2009 tentang Pengesahan Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang
Persisten atau Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs).
Konvensi ini bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari
bahan POPs dengan cara melarang, mengurangi, membatasi produksi dan penggunaan,
serta mengelola timbunan bahan POPs yang berwawasan lingkungan.. Beberapa
peraturan yang secara langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas

Menurut PP 74/2001: ‘bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat


dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan
atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya’ (pasal 1 angka
1). Sedangkan sasaran pengelolaan B3 adalah 'untuk mencegah dan atau mengurangi
resiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan mahluk hidup
lainnya’ (pasal 2).

Pengertian pengelolaan B3 adalah 'kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,


mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3’ (pasal 1 angka 2).
Dalam kegiatan tersebut, terkait berbagai fihak yang merupakan mata rantai dalam
pengelolaan B3. Setiap mata rantai tersebut memerlukan pengawasan dan pengaturan.
Oleh karenanya, pasal-pasal berikutnya mengatur masalah kewajiban dan perizinan
bagi mereka yang akan memproduksi (menghasilkan), mengimpor, mengeksport,
mendistribusikan, menyimpan, menggunakan dan membuang bahan tersebut bilamana
tidak dapat digunakan kembali. Disamping aspek yang terkait dengan pencegahan
terjadinya pencemaran lingkungan dan atau kerusakan lingkungan yang menjadi
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap fihak yang terkait, maka aspek
4
keselamatan dan kesehatan kerja serta penanggulangan kecelakaan dan keadaan darurat
diatur dalam PP tersebut.

limbah B3 yang dihasilkan adalah peraturan-peraturan yang mengatur masalah bahan

berbahaya, yaitu :

 Peraturan Pemerintah No.7/1973 tentang pengawasan atas peredaran,


penyimpanan dan penggunaan pestisida
 Peraturan Menteri Kesehatan No.453/Menkes/Per/XI/1983 tentang bahan
berbahaya
 Keputusan Menteri Perindustrian RI No.148/M/SK/4/1985 tentang pengamanan
bahan beracun dan berbahaya di lingkungan industry
 Keputusan Menteri Pertanian No.724/Kpts/TP.270/9/1984 tentang larangan
penggunaan pestisida EDB
 Keputusan Menteri Pertanian No.536/Kpts/TP.270/7/1985 tentang pengawasan
pestisida

PP74/2001 tentang pengelolaan berbahaya dan beracun terdiri dari 15 bab yang dibagi

lagi menjadi 43 pasal. Kelima belas bab tersebut adalah :

 Bab I (pasal 1 sampai 4) : Ketentuan Umum,


 Bab II (pasal 5) : Klasifikasi B3,
 Bab III (pasal 6 sampai 20) : Tata Laksana dan Pengelolaan B3,
 Bab IV (pasal 21) : Komisi B3,
 Bab V (pasal 22 dan 23) : Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
 Bab VI (pasal 24 sampai 27) : Penanggulangan Kecelakaan dan Keadaan
Darurat,
 Bab VII (pasal 28 sampai 31) : Pengawasan dan Pelaporan,
 Bab VIII (pasal 32 sampai 34): Peningkatan Kesadaran Masyarakat,
 Bab IX (pasal 35 dan 36) : Keterbukaan Informasi dan Peran Masyarakat,
 Bab X (pasal 37) : Pembiayaan,

5
 Bab XI (pasal 38) : Sanksi Administrasi,

 Bab XII (pasal 39) : Ganti Kerugian,


 Bab XIII (pasal 40) : Ketentuan Pidana,
 Bab XIV (pasal 41 dan 42) : Ketentuan Peralihan,
 Bab XV (pasal 43) : Ketentuan Penutup.

C. Penggolongan jenis bahan kimia berbahaya dan beracun (B3)


Penjelasan PP 74/2001 menguraikan secara singkat klasifikasi B3 sebagai berikut:
1. Explosive (mudah meledak): adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar
(25°C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan Diffrential Scanning Calorimetry (DSC) atau Differential
Thermal Analysis (DTA), sedang 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida
digunakan sebagai senyawa acuan. Dari hasil pengujian tersebut, akan diperoleh
nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan
lebih tinggi dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah
meledak.
2. Oxidizing (pengoksidasi): pengujian bahan padat dilakukan denganemtode uji
pembakaan menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa standar.
Sedang untuk bahan cair, senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam
nitrat. Suatu bahan dinyatakan sebagai pengoksidasi apabila waktu pembakaran
bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
3. Flammable (mudah menyala):
a. Extremely flammable: padatan atau cairan yang memiliki titik nyala (flash
point)di bawah 0°C dan titik didih lebih rendah atau sama dengan 35°C.
b. Highly flammable: padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0°C - 21°C.

6
c. Flammable: Bila cairan: bahan yang mengandung alkohol kurang dari 24%-
volume, dan atau mempunyai titik nyala ≤ 60oC (140oF), akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lainnya, pada
tekanan 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode Closed-up
test.
d. Bila padatan: bahan bukan cairan, pada temperatur dan tekanan standar dengan
mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air
atau perubahan kimia secara spontan, dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran terus menerus dalam 10 detik. Pengujian dapat pula dilakukan
dengan Seta Closed-cup Flash Point Test, dengan titik nyala di bawah 40°C.
4. Toxic (beracun): akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Tingkatan racun
dikelompokkan seperti tabel berikut.

5. Harmful (berbahaya): padatan maupun cairan ataupun gas yang jika kontak atau
melalui inhalasi (pernafasan) atau melalui oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
6. Corrosive (korosif): mempunyai sifat
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja standar SAE-1020
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 55°C.
 Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 bersifat asam, dan atau pH ≥ 12,5 untuk B3
bersifat basa.
7. Irritant (bersifat iritasi): padatan maupun cairan yang bila terjadi kontak secara
langsung, dan apabila terus menerus kontak dengan kulit atau selaput lendir
dapat menyebabkan peradangan

7
8. Dangerous to the Environment (berbahaya bagi lingkungan): seperti merusak
lapisan ozon (misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau
bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
9. Chronic toxic (toksik kronis):
 Carcinogenic (karsinogen): sifat bahan penyebab sel kanker, yaitu sel liar
yang dapat merusak jaringan tubuh
 Teratogenic: sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio
 Mutagenic: sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom yang
dapat merubah genetika.
D. Pelabelan, pengangkutan dan pengemasan B3
Untuk memberikan gambaran tentang aspek penyimpanan sampai
pengangkutan bahanberbahaya, maka aturan-aturan yang diberlakukan di USA,
khususnya dalam mengatur transportasi bahan berbahaya yang diatur dalam Hazardous
Materials Transportation Act, dapat digunakan. Menurut US Department of
Transportation (USDOT), bahan berbahaya adalah setiap bahan yang dapat
menimbulkan resiko terhadap kesehatan, keselamatan dan harta benda bila diangkut.
Pada prinsipnya tidak ada perbedaan yang berarti dalam menyimpan dan
mengangkut B3 atau limbah B3. Namun terlihat bahwa pengaturan limbah B3 terkesan
lebih ketat dibandingkan pengaturan B3, karena pengaturan B3 sudah dilaksanakan
sejak lama, dan menjadi standar baku secara universal, khususnya dalam menangani
bahan kimia dan bahan bakar. Dalam Diktat ini juga diuraikan tata-cara yang berlaku di
Indonesia dalam menanangani limbah B3 yang berasal dari beberapa regulasi yang
dikeluarkan sebelum PP 74/2001 dikeluarkan.

Penyimpanan, pengumpulan dan pengangkutan merupakan komponen-


komponen teknik operasional pengelolaan limbah B3 seperti diatur dalam PP 19/1994
dan PP12/1995, yang kemudian diganti menjadi PP 18/99 dan PP 85/1999. Pengaturan
teknis tentang aspek ini sejak tahun 1995 diatur dalam:

a. Kep.Kepala Bapedal No.01/Bapedal/09/1995: tentang Tata Cara dan


Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
b. Kep.Kepala Bapedal No.02/Bapedal/09/1995: tentang Dokumen Limbah B3
8
c. Kep.Kepala Bapedal No.05/Bapedal/09/1995: tentang Simbol dan Label
Limbah B3

Bahan-bahan berbahaya tersebut bila akan diangkut ke tempat lain, harus


dilengkapi dengan dokumen resmi, yang merupakan legalitas kegiatan pengelolaan
sehingga dokumen ini akan merupakan sarana/alat pengawasan dalam konsep cradle-to
grave. Dokumen ini dikenal pula sebagai shipping papers, dengan format yang telah
dibakukan dengan Keputusan Kepala Bapedal No.02/Bapedal/09/1995, yang antara lain
terdiri dari:
a. Bagian yang harus diisi oleh penghasil atau pengumpul limbah B3, antara lain
berisi:
 Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan
limbah B3
 Nomor identifikasi (identification number) UN/NA
 Kelompok kemasan (packing group),
 Kuantitas (berat, volume dan sebagainya)
 Kelas 'bahaya' dari bahan itu (hazard class),
 Tanggal penyerahan limbah
 Tanda tangan pejabat penghasil atau pengumpul, dilengkapi tanggal, untuk
menyatakan bahwa limbahnya telah sesuai dengan keterangan yang ditulis
serta telah dikemas sesuai peraturan yang berlaku. Bila pengisi dokumen
adalah pengumpul yang berbeda dengan penghasil, maka dokumen tersebut
dilengkapi dengan salinan penyerahan limbah tersebut dari penghasil limbah.
b. Bagian yang harus diisi oleh pengangkut limbah B3, antara lain berisi :
 Nama dan alamat pengangkut limbah B3
 Tanggal pengangkutan limbah
 Tanda tangan pejabat pengangkut limbah
c. Bagian yang harus diisi oleh pengolah atau pengumpul atau pemanfaat limbah
B3, antara lain berisi:
 Nama dan alamat pengolah atau pengumpul atau pemanfaat limbah B3

9
 Tanda tangan pejabat pengolah, pengumpul atau pemanfaaat, dilengkapi
tanggal, untuk menyatakan bahwa limbah yang diterima sesuai dengan
keterangan dari penghasil dan akan diproses sesuai peraturan yang berlaku
d. Apabila limbah yang diterima ternyata tidak sesuai dan tidak memenuhi syarat,
maka limbah tersebut dikembalikan lagi kepada penghasil, disertai keterangan:
 Jenis limbah dan jumlahnya
 Alasan penolakan
 Tanda tangan pejabat pengolah atau pemanfaat dan tanggal pengembalian

Di Amerika Serikat the National Fire Protection Association (NFPA)


mengembangkan pula label berwarna dengan kode, untuk mengindikasikan bahaya
bahan kimia terhadap kesehatan, flammabilitas, dan reaktivitas. Label dibutuhkan
dipasang pada seluruh bahan kimia yang ada di sebuah laboratorium, bila belum
mencantumkan label yang sesuai, maka label NFPA ini merupakan label yang perlu
dipasang.

Bentuk belah ketupat yang dibagi empat, dengan warna masing-masing kotak
berbeda. Untuk menujukkan derajad bahaya maka digunakan angka:

1. Setiap kotak diberi warna: biru (bahaya terhadap kesehatan), merah (fbahaya
terhadap kebakaran), kuning (bahaya terhadap reaktivitas), dan putih (bahaya
khsusus)
2. Angka dan notasi yang terdapat pada masing-masing kotak adalah:
a. Bahaya terhadap kesehatan:
 0 = minimal, artinya tidak terdapat bahaya toksisitas
 1 = ringan, artinya mempunyai karakter dapat menyebabkan iritasi,
tetapi hanya berakibat minor bahkan tanpa perawatan, dan/atau tidak
berbahaya bila digunakan secara hati-hati dan bertanggung jawab
 2 = moderat, artinya artinya mempunyai karakter yang dapat
menyebabkan bahaya bila paparan berlanjut, dan mungkin menyebabkan
luka atau kerusakan kecuali dilakukan pengobatan

10
 3 = serius, artinya mempunyai karakter yang dapat menyebabkan luka
atau kerusakan pada paparan yang singkat walau dilakukan pengobatan,
dan/atau diketahui mempunyai efek karsinogen, mutagen atau teratogen
pada binatang
 4 = ekstrim, merupakan bahan yang sangat toksik, yang dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan dalam paparan yang sangat
singkat, dan dilakukan pengobatan
b. Bahaya terhadap timbulnya kebakaran:
 0 = minimal, artinya tidak terbakar, tidak menyebabkan flash point, tidak
terbakar di udara bila terpapar pada 815,5°C selama 5 menit.
 1 = ringan, artinya baru dapat terbakar bila dipanaskan terlebih dahulu,
dan/atau akan terbakar di udara terbuka bila terpapar pada 815,5°C
selama 5 menit, dan/atau mempunyai flash point di bawah 93,4°C
 2 = moderat, artinya bahan tidak mudah terbakar yang mempunyai
karakter dapat terbakar bila terpapar panas terlebih dahulu, atau perlu
terpapar pada temperature tinggi agar kebakaran terjadi, dan/atau bahan
padat yang menghasilkan uap mudah terbakar, dan/atau mempunyai
flash point di atas 37,8°C tetapi lebih kecil dari 93,4°C
 3 = serius, artinya bahan mudah terbakar yang mempunyai karakter
menghasilkan uap yang mudah terbakar dalam kondisi biasa, dan/atau
dapat membentuk ledakan yang terbakar dengan cepat di udara, dan/atau
siap terbakar dengan sendirinya akibat kandungan oksigen di dalamnya,
dan/atau mempunyai flash point di atas 22,8°C, tetapi di bawah 37,8°C
 4 = ekstrim, merupakan bahan yang mudah terbakar dengan flash point
di bawah 22,8°C

c. Bahaya terhadap adanya air (reaktif terhadap air):


 0 = minimal, artinya bahan yang stabil, dan tidak reaktif terhadap air.
 1 = ringan, artinya bahan yang stabil yang menjadi tidak stabil bila
terpapar pada temperatur tekanan tinggi.

11
 2 = moderat, artinya bahan yang tidak stabil dan akan cepat berubah
tetapi tidak menimbulkan ledakan, dan/atau bahan yang akan berobah
kompisisi kimianya dengan melepaskan enersi yang dikandungnya pada
temperatur dan tekanan normal, dan/atau akan bereaksi dengan keras
bila terdapat air, dan/atau akan menghasilkan ledakan bila bercampur
dengan air.
 3 = serius, artinya bahan yang dapat meledak namun membutuhkan
penyulut yang kuat agar eterjadi, atau dapat menyimpan panas sebelum
terjadi kebakaran, dan/atau bahan yang sensitive terhadap panas, atau
terhadap kejutan mekanis pada temperatur tin gi, dan/atau bahan yang
bereaksi dengan sendirinya dengan air tanpa membutuhkan panas
terlebih dahulu.
 4 = ekstrim, bahan yang dapat meledak dan terdekomposisi secara keras
pada temperatur dan tekanan normal, dan atau bahan yang dapat
menghasilkan reaksi eksotermis dengan sendirinya bila berkontak
dengan bahan tanpa atau adanya biasa biasa, dan/atau bahan yang
sensitive terhadap perubahan kejutan mekanis atau panas pada
temperatur dan tekanan normal.
d. Bahaya spesial, yaitu:
 Reaktif terahadap air (dengan kode: W)
 Bahan oksidator (dengan kode: Ox)
 Bahan radioaktif (dengan kode tanda radioaktif)
 Bahan racun (dengan kode tanda racun)

12
Di Indonesia, berdasarkan keputusan Kepala Bapedal No.05/Bapedal/09/1995
terdapat delapan jenis simbol, yaitu :

1. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak : warna dasar oranye. Simbol


berupa gambarberwarna hitam suatu materi limbah yang menunjukkan meledak,
yang terdapat ditepi antara sudut atas dan sudut kiri belah ketupat bagian dalam.
Pada bagian tengah terdapat tulisan “MUDAH MELEDAK” berwarna hitam
yang diapit oleh 2 garis sejajar berwarna hitam sehingga membentuk 2 buah
bangun segitiga sama kaki pada bagian dalam belah ketupat.
2. Simbol klasifikasi limbah B3 yang mudah terbakar : terdapat 2 (dua) macam
simbol untuk klasifikasi limbah yang mudah terbakar, yaitu simbol untuk cairan
mudah terbakar dan padatan mudah terbakar:
3. simbol cairan mudah terbakar: bahan dasar merah. gambar simbol berupa lidah
api berwarna putih yang menyala pada suatu permukaan berwarna putih.
Gambar terletak di bawah sudut atas garis ketupat bagian dalam. Pada bagian
tengah terdapat tulisan “ CAIRAN..” dan dibawahnya terdapat tulisan
“MUDAH TERBAKAR” berwarna putih. Blok segilima berwarna putih.
4. simbol padatan mudah terbakar: dasar simbol terdiri dari warna merah dan putih
yang berjajar vertikal berselingan. Gambar simbol berupa lidah apai berwarna
hitam yang menyala pada satu bidang berwarna hitam. Pada bagian tengah
terdapat tulisan “PADATAN” dan dibawahnya terdapat tulisan “MUDAH
TERBAKAR” berwarna hitam. Blok segilima berwarna kebalikan dari warna
dasar simbol.
5. Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif: bahan dasar berwarna kuning dengan blok
segilima berwarna merah. Simbol berupa lingkaran hitam dengan asap berwarna
hitam mengarah ke atas yang terletak pada suatu permukaan garis berwarna
hitam. Di sebelah bawah gambar simbol terdapt tulisan “REAKTIF” berwarna
hitam.
6. Simbol klasifikasi limbah B3 beracun: bahan dasar putih dengan blok segilima
berwarna merah. Simbol berupa tengkorak manusia dengan tulang bersilang
berwarna hitam. Garis tepi simbol berwarna hitam. Pada sebelah bawah gambar
terdapt tulisan “BERACUN” berwarna hitam.

13
7. Simbol klasifikasi limbah B3 korosif: belah ketupat terbagi pada garis
horizontal menjadi dua bidang segitiga. Pada bagian atas yang berwarna putih
terdapat 2 gambar, yaitu disebelah kiri adalah gambar tetesan limbah korosif
yang merusak pelat bahan berwarna hitam, dan disebelah kanan adalah gambar
lengan yang terkena tetesan limbah korosif. pada bagian bawah, bidang segitiga
berwarna hitam, terdapat tulisan “KOROSIF” berwarna putih, serta blok
segilima berwarna merah.
8. Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan infeksi: warna dasar bahan adalah
putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam berwarna hitam.
Simbol infeksi berwarna hitam terletak di sebelah bawah sustu atas garis belah
ketupat bagian dalam. pada bagian tengah terdapat tulisan “INFEKSI” berwarna
hitam, dan dibawahnya terdapat blok segilima berwarna merah.
9. Simbol limbah B3 klasifikasi campuran: warna dasar bahan adalah putih dengan
garis pembentuk belah ketupat bagian dalam berwarna hitam. gambar simbol
berupa tanda seru berwarna hitam terletak di sebelah bawah sudut atas garis
belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah bawah terdapat tuliasan
“CAMPURAN” berwarna hitam serta blok segilima berwarna merah.

Menurut peraturan yang digunakan di Indonesia, terdapat 3 jenis label yang


berkaitan dengansistem pengemasan limbah B3, yaitu:
1. Label identitas limbah: berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu kemasan limbah
B3. Label identitas limbah berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar,
dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan
tulisan “PERINGATAN !” dengan huruf yang lebih besar berwarna merahdiisi
dengan huruf cetak dengan jelas terbaca dan tidak mudah terhapus serta
dipasang pada setiap kemasan limbah B3 yang disimpan di tempat
penyimpanan, dengan mencantumkan antara lain: nama dan alamat penghasil,
jumlah danjenis limbah serta tanggal pengisian. Label identitas dipasang pada
kemasan di sebelah atas simbol dan harus terlihat dengan jelas.
2. Label untuk penandaan kemasan kosong : bentuk dasar label sama dengan
bentuk dasar simbol dengan ukuran sisi minimal 10 x 10 cm2 dan tulisan
14
“KOSONG” berwarna hitam ditengahnya. Label harus dipasang pada kemasan
bekas pengemasan limbah B3 yang telah dikosongkan dan atau akan digunakan
untuk mengemas limbah B3.
3. Label penunjuk tutup kemasan: berukuran minimal 7 x 15 cm2 dengan warna
dasar putih dan warna gambar hitam. Gambar terdapat dalam frame hitam,
terdiri dari 2 (dua) buah anak panah mengarah ke atas yang berdiri sejajar di
atas balok hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak karena
goresan atau akibat terkena limbah dan bahan kimia lainnya. Label dipasang
dekat tutup kemasan dengan arah panah menunjukkan posisi penutup kemasan.
Label harus terpasang kuat pada setiap kemasan limbah B3, baik yang telah
diisi limbah B3, maupun kemasan yang akan digunakan untuk mengemas
limbah B3.

Pengemasan (packaging) juga diatur dan perlu dicantumkan dalam surat


pengangkutan. Alat pengemas dapat berupa: drum baja, kotak kayu, drum fiber, botol
gelas dan sebagainya.

Pengemasan yang baik mempunyai kriteria:

1. Bahan tersebut selama pengangkutan tidak terlepas ke luar


2. Keefektifannya tidak berkurang
3. Tidak terdapat kemungkinan pencampuran gas dan uap

Terdapat 3 jenis kelompok pengemasan, yaitu:

15
1. Kelompok I: derajat bahaya besar
2. Kelompok II: derajat bahaya sedang
3. Kelompok III: derajat bahaya kecil.

Menjamin keselamatan transportasi bahan berbahaya merupakan aktivitas yang


kompleks. Kecelakaan akibat bahan berbahaya ini akan menimbulkan masalah serius
bagi manusia, hak milik dan lingkungan. Dengan demikian, aturan tata cara serta
konstruksi dan penggunaan kontainer untuk bahan berbahaya harus ketat. Kecelakaan
limpahan bahan berbahaya yang sering terjadi adalah karena kecelakaan lalu-lintas
yang umumnya akibat kesalahan manusia dan atau alat/perlengkapan yang kurang
sempurna. USDOT menggariskan bahwa kontainer yang digunakan untuk mengangkut
bahan berbahaya dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga bila terjadi
kecelakaan pada kondisi transportasi yang normal, maka:

1. Tidak menimbulkan penyebaran bahan tersebut ke lingkungan sekitarnya


2. Keefektifan pengemasan tidak berkurang selama perjalanan
3. Tidak terjadi pencampuran gas atau uap dalam kemasan, yang dapat
menimbulkan reaksi spontan (kenaikan panas atau ledakan) sehingga
mengurangi keefektifan pengemasan

E. Informasi tingkat bahaya


Tingkat bahaya suatu bahan berbahaya harus diinformasikan secara jelas kepada
pemakai, khususnya dalam lingkungan kerja dimana bahan tersebut digunakan, melalui
2 jalan:
1. Penggunaan label dan bentuk peringatan lainnya: setiap produsen atau importer
bahan kimia harus memastikan bahwa setiap kontainer atau pengemas produk
B3- nya telah diberi label, papan-nama, atau tanda-tanda peringatan lain yang
sesuai dengan jenis bahaya yang dikandung bahan tersebut, nama dan alamta
produsen, importir atau penanggung jawab lainnya. Label dapat menggunakan
simbol, gambar atau kata-kata lainnya.
2. Informasi tentang Material Safety Data Sheets (MSDS): merupakan bulletin
yang bersifat teknis yang mengandung informasi mendetail tentang bahaya dari
bahan tersebut. Di Amerika Serikat, melalui OSHA, mewajibkan setiap
16
produsen untuk menyiapkan MSDS ini bagi setiap produknya. MSDS ini harus
disertakan pada setiap sampel atau pengiriman ke sebuah tujuan untuk pertama
kalinya.

Bila mengacu kepada Occupational Safety and Health Act (OSHA) yang berlaku di
Amerika Serikat, maka:
1. MSDS harus dirancang sangat komprehensif dalam bentuk informasi tertulis
untuk seluruh karyawan
2. Informasi minimum yang dibutuhkan adalah:
 Identitas produk seperti tercantum dalam container atau pengemasnya
 Nama umum dan nama kimia seluruh komponen yang mempunyai
konsentrasi >1%, yang diketahui berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan,
dan mempunyai konsentrasi ≥ 0,1% bagi bahan yang diketahui sebgai
penyebab kanker
 Bahaya fisik dan kesehatan, termasuk tanda-tanda dan simptom-nya bila
terpapar
 Alur masuk ke tubuh manusia, kulit, pernafasan, makanan atau minuman
 Batasan paparan yang diketahui
 Apakah termasuk penyebab kanker atau berpotensi-kanker
 Prosedur handling dan penggunaan yang aman, penanggulangan tumpahan
atau kebocoran
 Prosedur pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan
 Tanggal penyiapan bahan
 Nama, alamat dan nomor telepon perusahaan, atau yang bertanggung jawab
yang mendistribusikan MSDS
3. Training yang bersifat regular adalah kegiatan yang dianggap kritis, yang
berbentuk program komunikasi, yang menginformasikan apa yang tercantum
dalam label maupun dalam MSDS suatu bahan berbahaya. Penanggung jawab
kegiatan harus melatih pekerjanya dalam hal bagaimana mengenali bahan-
bahan berbahaya yang dapat teremisi atau terpapar dalam ruangan dimana
mereka bekerja, misalnya dalam bentiuk timbiulnya bau yang spesifik, dan

17
sekaligus melatih bagaimana memproteksi dirinya akibat bahan berbahaya
tersebut.

F. Material Safety Data Sheet (MSDS)


MSDS adalah kependekan dari material safety data sheet memuat informasi
mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan zat
kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya.
Pada prinsipnya agar kita tetap terjaga kesehatan dan keselamatan pada waktu
bekerja menggunakan bahan kimia. Selain itu fungsi MSDS adalah agar :
1. Mengetahui potensi bahan kimia
2. Menerapkan teknologi pengendalian dalam melindungi pekerja
3. Mengembangkan rencana pengelolaan bahan kimia di tempat kerja
4. Merencanakan pelatihan pada pekerja yang langsung kontak dengan B3

Berikut ini adalah contoh MSDS yang dikeluarkan oleh sebuah produsen bahan
kimia di Amerika Serikat untuk produk HCl yang dihasilkan:
Informasi Umum (muncul di setiap lembar MSDS)

18
 J.T. Baker Chemical Co. 222 Red School Lane, Phillipsburg, N.J. 08865, 24-
Hour Emergency Telephone (201)859-2151, Chemtrec # (800) 424-9300,
National Re4sponse Center # (800) 424-8802
 H3880-02 Hydrochloric Acid
 Effective: 08/07/86 Issued: 10/19/87
Seksi I: Identifikasi Produk
 Nama produk: Hydrochloric acid
 Formula: HCl
 Formula Wt: 36, 46
 Cas No: 7647-01-0
 NIOSH/RTECS No: MW4025000
 Sinonim Umum: Muriatic Acid; Chlorhydric Acid, Hydrochloride
 Kode produk: 9543, 9539, 9535, 9534, 9544, 9529, 9542, 4800, 9549, 9530,
9548, 9540,5537, 9547, 9546, 9537, 5367
Precautionary Labelling:
Baker SAF-T-DATATM System: (dengan label kode gambar)
 Kesehatan: Severe
 Flammabilitas: None
 Reactivitas: Moderate
 Kontak: Severe
 Laboratory protective equipment: goggles & shield, Lab coat & apron, vent
hood, proper gloves
 Precautionary label statements:
MENYEBABKAN LUKA BAKAR SERIUS
MENJADI FATAL BILA TERTELAN ATAU TERHIRUP
Jangan berkontak dengan mata, kulit, dan baju Jangan terhirup uapnya. Penyebab
kerusakan pada sistem pernafasan (paru-paru), mata dan kulit. Simpan dalam container
yang tertutup rapat. Buka dengan hati-hati. Gunakan ventilasi yang cukup. Cuci dengan
cukup setelah penanganan. Bila terjadi tumpahan, netralisir dengan soda ash atau kapur
dan tempatkan pada container kering.
Seksi II: Komponen Berbahaya
19
 Komponen: Hydrochloric Acid (23o Baume)
 %: 35-40
 CAS No: 7647-01-0
Seksi III: Data Fisika
 Titik didih (boiling point): 110oC (230ºF)
 Tekanan uap (mmHg): N/A
 Titik leleh (melting point): -25oC (-13oF)
 Densitas uap (udara = 1): 1,3
 Gravitasi spesifik (specific gravity H2O = 1): 1,19
 Laju evaporasi (Butyl Acetate = 1): N/A
 Kelarutan (H2O): sempurna dalam seluruh proporsi
 % Volatil – volume: 100
 Tampilan dan bau: jernih, tidak berwarna atau kuning muda, pungent, cairan
berasap (fuming liuid)
Seksi IV: Data Bahaya Kebakaran dan Ledakan
 Flash point: N/A
 NFPA 704M Rating: 3-0-0
 Flammable limits: Upper – N/A % Lower – N/A %
 Media pemadam kebakaran: gunakan media pemadam kebakaran yang cocok
untuk area sekitarnya
 Prosedur khusus pemadaman kebakaran: Anggota pemadam kebakaran harus
mengenakan perlengkapan perlindungan yang memadai, dengan perlengkapan
pernafasan yang dioperasikan pada tekanan positif. Pindahkan kontainer dari
lokasi kebakaran bila dapat dilakukan tanpa resiko. Gunakan air. Jangan
masukkan air ke dalam kontainer.
 Bahaya kebakaran dan ledakan yang tidak biasa: dapat mengemisikan gas
hidrogen bila berkontak dengan logam
 Gas toksik yang dihasilkan: hydrogen chlorida, gas hyrogen
Sekis V: Data Bahaya Kesehatan
 PEL dan TLV dalam daftar menandakan berada pada batas

20
 Treshold Limit Value (TLV/TWA): 7 mg/m3 (5 ppm)
 Permissible Exposure Limit (PEL) : 7 mg/m3 (5 ppm)
 Toksisitas : LD50 (oral-rabbit) (mg/kg) : 900
LD50 (ipr-mouse) (mg/kg) : 40
 LD50 (inhl-rat-1H) (ppm) : 3124
 Carcinogenicity NTP : No
IARC : NoZ List : No
OSHA : No
 Pengaruh paparan yang berlebihan (overexposure) :
 Target organ : system pernafasan, mata, kulit
 Kondisi medis yang biasanya diperparah bila terpapar : tidak teridentifikasi
 Alur masuk: pencernaan, pernafasan, kontak kulitm kontak mata
 Darurat dan Pertolongan Pertama:
Seksi VI: Data Reaktivitas
 Stabilitas: stabil
 Bahaya polumerisasi: tidak akan terjadi
 Kondisi yang dihindari: panas dan kelembaban
 Tidak kompatibel: hampir semua logam, air, amine, oksida logam, anhidrid
asid, propiolakton, vinil asetat, murkuri sulfat, kalsium fosfida, formaldehid,
alkali, karbonat, basa kuat, asam sulfat, asam klorosulfonik
 Produk dekomposisi: hidrogen klorida, hidrogen, klorin
Seksi VII: Prosedur Penanganan Tumpahan dan Disposal
 Gunakan alat masker pernafasan (self-contained breathing) dan baju pelindung
 Hentikan kebocoran bila dapat dilakukan tanpa resiko
 Berikan ventilasi pada area tersebut
 Netralisir tumpahan dengan abu soda atau kapur
 Dengan skop yang bersih, tuang tumpahan dengan hati-hati ke dalam kontainer
bersih, kering dan tutup, dan pindahkan dari area tersebut
 Bilas area tumpahan dengan air

21
 J.T. Baker NeutraorbR atau Penetralisir asam NeutrasolR “Low Na” disarankan
untuk digunakan untuk penanganan tumpahan
 Prosedur disposal: kubur atau timbun atau singkirkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku
 EPA Hazardous Waste Number: D002 (Coorosive Waste)
Seksi VIII: Perlengkapan Perlindungan
 Ventilasi: gunakan exhaust ventilation umum atau lokal untuk memenuhi
standar TLV
 Perlindungan pernafasan: Masker pernafasan dibutuhkan bila konsentrasi di
udara kerja melebihi TLV yang disyaratkan. Pada konsentrasi di sampai dengan
100 ppm, disarankan menggunakan masker chemical cartridge respirator
dengan acid cartridge. Di atas konsentrasi tersebut, alat bantu pernafasan
disarankan untuk digunakan
 Perlindungan mata/kulit: Sarung tangan acid-resistant dan perlindungan muka
(face shield), seragam, baju pelindung direkomendasi untuk digunakan
Seksi IX: Penyimpanan dan Penanganan
 SAF-T-DATATM Storage Color Code: putih (korosif)
 Syarat khusus: Kontainer selalu tertutup rapat. Simpan di area anti korosi.
Idsolasi dari bahan-bahan yang tidak kompatibel. Dilarang disimpan berdekatan
dengan bahan pengoksidasi
Seksi X: Data transportasi dan Informasi Tambahan Domestik (DOT):
 Nama pengapalan (proper shipping name): Hydrochloric acid
 Kelas bahaya: bahan korosif (cair)
 UN/NA: UN1789
 Label: Korosif
 Kuantitas dilaporkan: 5000 Lbs Internasional (IMO)
 Nama pengapalan (proper shipping name): Hydrochloric acid, solution
 Kelas bahaya (hazard class): 8
 UN/NA: UN1789
 Labels: Corrosive
Info terakhir MSDS contoh di atas:
22
The information Publisher in this MSDS has been compiled from our experience and
data presented in various technical publications, It is the user’s responsibility to
determine the suitability of this information for the adoption of necessary safety
precautions. We reserve the right to revise Material Safety Data Sheets periodically as
new information becomes available.

BAB III
KESIMPULAN

1. Bahan kimia yang juga dikenal sebagai Bahan murni adalah suatu


bentuk materi yang memiliki komposisi kimia dan sifat karakteristik konstan.Ia
tidak dapat dipisahkan menjadi komponen dengan metode pemisahan fisika, yaitu
tanpa memutus ikatan kimia. Bahan kimia bisa berupa unsur kimia, senyawa
kimia, ion atau paduan.

2. Pasal 1 (21) UU-32/2009 mendefinisikan bahan berbahaya dan beracun (disingkat


B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup
lain. PP74/2001 tentang pengelolaan berbahaya dan beracun terdiri dari 15 bab
yang dibagi lagi menjadi 43 pasal
23
3. Penjelasan PP 74/2001 menguraikan secara singkat klasifikasi B3 sebagai berikut:
a. Explosive
b. Oxidizing (pengoksidasi):
c. Flammable (mudah menyala)
d. Toxic (beracun):
e. Harmful (berbahaya):
f. Corrosive (korosif):
g. Irritant (bersifat iritasi):
h. Dangerous to the Environment (berbahaya bagi lingkungan):
i. Chronic toxic (toksik kronis):
4. Penyimpanan, pengumpulan dan pengangkutan merupakan komponen-komponen
teknik operasional pengelolaan limbah B3 seperti diatur dalam PP 19/1994 dan
PP12/1995, yang kemudian diganti menjadi PP 18/99 dan PP 85/1999. Pengaturan
teknis tentang aspek ini sejak tahun 1995 diatur dalam:
d. Kep.Kepala Bapedal No.01/Bapedal/09/1995: tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
e. Kep.Kepala Bapedal No.02/Bapedal/09/1995: tentang Dokumen Limbah B3
f. Kep.Kepala Bapedal No.05/Bapedal/09/1995: tentang Simbol dan Label
Limbah B3
Menurut peraturan yang digunakan di Indonesia, terdapat 3 jenis label yang
berkaitan dengansistem pengemasan limbah B3, yaitu:
a. Label identitas limbah
b. Label untuk penandaan kemasan
c. Label penunjuk tutup kemasan:
Pengemasan yang baik mempunyai kriteria:
4. Bahan tersebut selama pengangkutan tidak terlepas ke luar
5. Keefektifannya tidak berkurang
6. Tidak terdapat kemungkinan pencampuran gas dan uap
Terdapat 3 jenis kelompok pengemasan, yaitu:
4. Kelompok I: derajat bahaya besar
5. Kelompok II: derajat bahaya sedang
6. Kelompok III: derajat bahaya kecil.
24
Pengemasan yang baik mempunyai kriteria:
a. Bahan tersebut selama pengangkutan tidak terlepas ke luar
b. Keefektifannya tidak berkurang
c. Tidak terdapat kemungkinan pencampuran gas dan uap
Terdapat 3 jenis kelompok pengemasan, yaitu:
a. Kelompok I: derajat bahaya besar
b. Kelompok II: derajat bahaya sedang
c. Kelompok III: derajat bahaya kecil.
5. Tingkat bahaya suatu bahan berbahaya harus diinformasikan secara jelas kepada
pemakai, khususnya dalam lingkungan kerja dimana bahan tersebut digunakan,
melalui 2 jalan:
a. Penggunaan label dan bentuk peringatan lainnya
b. Informasi tentang Material Safety Data Sheets (MSDS):

6. MSDS adalah kependekan dari material safety data sheet memuat informasi


mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan
zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya.

25

Anda mungkin juga menyukai