Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR
Makalah ini penulis buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Aspek Legal Dalam Kebidanan. Makalah ini membahas
tentang “ Consent and Refusal ”.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Informed Consent.................................................................................
1. Pengertian Informed Consent ........................................................
2. Bentuk – bentuk Informed Consent ...............................................
3. Fungsi Informed Consent ..............................................................
4. Waktu yang tepat dalam membuat Informed Consent ..................
5. Format isian Informed Consent .....................................................
6. Hak pasien dalam Informed Consent .............................................
7. Peraturan yang mengatur Informed Consent di Indonesia.............
8. Etika dan hukum ............................................................................
B. Informed Refusal .................................................................................
1. Pengertian Informed Refusal .........................................................
2. Tujuan Informed Refusal ...............................................................
3. Persyaratan Informed Refusal ........................................................
4. Hal yang harus di sampaikan .........................................................
C. Pertanggung Jawaban Hukum Mengenai Informed Consent dan Refusal
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan
merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 hasilkan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan jiwa yang baik dan sehat serta berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan. Melakukan pelayanan kesehatan dalam rangka
mempertahankan kesehatan yang optimal harus dilakukan bersama-sama,
oleh semua tenaga kesehatan sebagai pertimbangan dari kebijakan.
Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 22 ayat 1 untuk tenaga kesehatan
jenis tertentu dalam melaksanakan telkom profesinya berkewajiban untuk
review diantaranya adalah Kewajiban untuk review menghormati hak
Pasien, memberikan information yang berkaitan dengan kondisi dan
tindakan yang akan dilakukan, dan kewajiban untuk review meminta
persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Tenaga kesehatan yang tidak menunaikan hak pasien untuk
memberikan informed consent yang jelas, bisa dikategorikan ditolak kasus
hukum (mewakili sifat hukum medik)dan dapat menimbulkan gugatan
yang diduga sebagai praktik. Belakangan ini masalah malpraktek medik
(malpraktik medis) yang semakin merugikan pasien semakin mendapat
perhatian dari masyarakat dan sorotan media massa. Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) Kesehatan Pusat di Jakartamelaporkan sekitar 150 kasus
malpraktik telah terjadi di Indonesia.Meskipun data tentang malpraktek
yang diakibatkan oleh
Penjelasan dan persetujuan yang kurang jelasbelum bisa
dikalkulasikan, tetapi kasus-kasus malpraktek baru mulai bermunculan.
Dalam hal ini terkait dengan Penelitian Kesehatan. Penelitian kesehatan
merupakan langkah metode ilmiah yang berorientasikan atau
memfokuskan kegiatannya pada masalah-masalah yang timbul di bidang
kesehatan. Kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sub bidang utama, yaitu
pertama kesehatan individu yang berorientasikan klinis, pengobatan. Sub
bidang yang berorientasi pada kelompok atau masyarakat, yang saling
bertentangan. Selanjutnya sub bidang kesehatan ini terdiri dari berbagai
disiplin ilmu, seperti pendidikan, keperawatan, epidemiologi, pendidikan
kesehatan, kesehatan lingkungan, manajemen pelayanan kesehatan, dsb
gizi. Sub bidang tersebut saling terkait dengan masalah kesehatan
masyarakat pada umumnya. Terkait dengan latar belakang tersebut,
penelitian kesehatan dapat diartikan sebagai suatu pertolongan untuk
memecahkan suatu pertentangan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitasi serta masalah yang berkaitan dengan tidak pasti
tersebut; dengan mencari bukti dan dilakukan melalui langkah-langkah
tertentu yang dapat diubah ilmiah, sistematis dan logis.
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan di media massa masalah dunia
kebidanan yang dihubungkan dengan hukum. Bidang kebidanan yang
dahulu dianggap profesi mulia, seakan-akan sulit tersentuh oleh orang
awam, kini mulai dimasuki unsur hukum. Salah satu tujuan dari hukum
atau peraturan atau deklarasi atau kode etik kesehatan atau apapun
namanya, adalah untuk melindungi kepentingan pasien disamping
mengembangkan kualitas profesi bidan atau tenaga kesehatan. Keserasian
antara kepentingan pasien dan kepentingan tenaga kesehatan, merupakan
salah satu penunjang keberhasilan pembangunan sistem kesehatan.
Pada awal abad ke-20 telah tumbuh bidang hukum yang bersifat
khusus (lex spesialis), salah satunya hukum kesehatan, yang berakar dari
pelaksanaan hak asasi manusia memperoleh kesehatan (the Right to health
care). Masing-masing pihak, yaitu yang memberi pelayanan (medical
providers) dan yang menerima pelayanan (medical receivers) mempunyai
hak dan kewajiban yang harus dihormati.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Informed Consent
1. Pengertian Informed Consent
Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed” yang
berarti informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan
atau memberi izin. Jadi pengertian Informed Consent adalah suatu
persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian
Informed Consent dapat di definisikan sebagai pernyataan pasien atau
yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas rencana
tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah menerima
informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan.
Persetujuan tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter harus dilakukan
tanpa adanya unsur pemaksaan. Istilah Bahasa Indonesia Informed
Consent diterjemahkan sebagai persetujuan tindakan medik yang terdiri
dari dua suku kata Bahasa Inggris yaitu Inform yang bermakna Informasi
dan consent berarti persetujuan. Sehingga secara umum Informed Consent
dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh seorang pasien
kepada dokter atas suatu tindakan medik yang akan dilakukan, setelah
mendapatkan informasi yang jelas akan tindakan tersebut.
Informed Consent menurut Permenkes No.585 / Menkes / Per /
IX / 1989, Persetujuan Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
a. Aspek Etika:
a. Aspek Hukum:
B. Informed Refusal
1. Pengertian Informed Refusal
Dalam dunia medis Penolakan Tindakan Medis biasa disebut
Informed Refusal. Penolakan yang diinformasikan adalah antitesis dari
informed consent, perpanjangan alami dari doktrin. Informed consent
dibahas dengan sangat rinci dalam literatur medis, hukum, dan
manajemen risiko; sedangkan penolakan berdasarkan informasi kurang
mendapat perhatian. Tentu saja, informed consent sangat penting untuk
mengenali otonomi pasien, melindungi status pasien sebagai manusia,
dan menyediakan sarana untuk pengambilan keputusan yang rasional
sambil melindungi penyedia layanan kesehatan dari risiko yang terkait
dengan harapan yang tidak selaras. Proses informed consent berkaitan
dengan ketentuan pengungkapan risiko dan manfaat dari pengobatan
yang diusulkan, sering pada pasien yang relatif cenderung menerima
pengobatan yang diusulkan. Dengan kata lain, jika seorang pasien
sedang berdiskusi tentang pengobatan yang diusulkan, tampaknya
logis bahwa pasien menyatakan minat pada pengobatan yang
disarankan dan sedang mencari informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang rasional dan berdasarkan informasi.
Sebaliknya, ketika seorang pasien tidak tertarik pada prosedur dan
tidak terlibat dalam proses informed consent, perhatian yang memadai
mungkin tidak dibayarkan untuk mendapatkan penolakan informasi.
Kekhawatirannya adalah bahwa proses penolakan yang diinformasikan
tidak didekati dengan cara yang sama atau dianggap dengan tingkat
kepentingan yang sama dengan informed consent.
Inti dari Informed Refusal adalah penolakan dari pasien untuk
dilakukan tindakan medis tertentu diputuskan sesudah diberikan
informasi oleh dokternya yang menyangkut segala sesuatu yang
berkenaan dengan tindakan tersebut. Maksudnya pasien sudah
memahami segala konsekwensi yang mungkin timbul sebagai akibat
penolakan tersebut. Penolakan yang diinformasikan terkait dengan
proses informed consent, karena pasien memiliki hak untuk
menyetujui, tetapi juga dapat memilih untuk menolak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak pasien yang pertama adalah hak atas informasi. Dalam UU No
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 dengan jelas dikatakan bahwa
hak pasien adalah hak atas informasi dan hak memberikan persetujuan
tindakan medik atas dasar informasi (informed consent). Jadi, informed
consent merupakan implementasi dari kedua hak pasien tersebut. Hak
pasien tersebut merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dilindungi
Undang-Undang.
Dalam dunia medis Penolakan Tindakan Medis biasa disebut
Informed Refusal. Penolakan yang diinformasikan adalah antitesis dari
informed consent, perpanjangan alami dari doktrin. Informed consent
dibahas dengan sangat rinci dalam literatur medis, hukum, dan manajemen
risiko; sedangkan penolakan berdasarkan informasi kurang mendapat
perhatian. Tentu saja, informed consent sangat penting untuk mengenali
otonomi pasien, melindungi status pasien sebagai manusia, dan
menyediakan sarana untuk pengambilan keputusan yang rasional sambil
melindungi penyedia layanan kesehatan dari risiko yang terkait dengan
harapan yang tidak selaras.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA