Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
E1A017085
KELAS B
UNIVERTAS MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan yang ada di bumi saat ini merupakan kelanjutan berkesinambugan dari
makhluk hidup pertama di bumi. Kehidupan alam di permukaan bumi bukan sesuatu
yang selesai dan sekali terjadi melainkan bertahap dan berubah dari waktu ke waktu.
Namun, tidak ada yang mengetahui darimana asal-usul makhluk hidup di bumi secara
pasti, termasuk asal-usul manusia dan asal-usul keanekanekaragaman makhluk hidup
lainnya. Semua hal tersebut merupakan misteri yang belum terungkap. Oleh karena
itu, beberapa ilmuan menganalisis dan mengkaji tentang misteri kehidupan makhlik
hidup di bumi berdasarkan bukti-bukti yana ada di lapangan.
Biologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup beserta
komponennya. Biologi memiliki banyak cabang ilmu diantaranya evolusi. Teori evolusi
mempelajari tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dalam
kurun waktu tertentu, termasuk kehidupan yang ada dimuka bumi. Sejak dikemukakan
oleh Darwin dan Wallace telah membuka lembaran baru dalam cara berpikir di bidang
biologi. Misalnya pada tahun 1859 sebagai permulaan jaman modern biologi.
Pemikirannya dituangkan dalam buku berjudul "The Origin of Species". Sebelum abad
itu, banyak para penyelidik yang telah mengerjakan pekerjaan yang besar di bidang
biologi, tetapi hanya teori dari Darwin yang dianggap sebagai permulaan teori modern
dalam biologi.
Evolusi terjadi dalam beberapa mekanisme salah satunya ialah seleksi alam
dimana suatu proses kemampuan organisme untuk dapat bertahan hidup dan
bereproduksi saat menghadapi kondisi lingkungan yang tidak diinginkan. Dalam
jangka waktu yang lama, evolusi akan menyebabkan terjadinya spesiasi yakni
terbentuknya spesies baru dimana spesies yang moyangnya tunggal akan terpecah
menjadi dua atau lebih. Dalam makalah ini akan dibahas tentang materi-materi yang
terkait dengan teori evolusi seperti spesiasi seleksi alam, isolasi, adaptasi, homologi,
analogi dan materi lain yang berkaitan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evolusi?
2. Apa yang dimaksud dengan variasi?
3. Apa yang dimaksud dengan spesiasi dan seleksi alam?
4. Apa yang dimaksud dengan adaptasi?
5. Apa yang dimaksud dengan isolasi reproduksi dan isolasi geografis?
6. Apa yang dimaksud dengan fosil?
7. Apa yang dimaksud dengan homologi dan analogi?
8. Apa yang dimaksud dengan embriologi?
9. Apa yang dimaksud dengan kompetisi dan predator
10. Apa yang dimaksud dengan mutasi (rekombinasi genetik)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari evolusi?
2. Untuk mengetahui maksud dari variasi?
3. Untuk mengetahui maksud dari spesiasi dan seleksi alam?
4. Untuk mengetahui maksud dari adaptasi?
5. Untuk mengetahui maksud dari isolasi reproduksi dan isolasi geografis?
6. Untuk mengetahui maksud dari fosil?
7. Untuk mengetahui maksud dari homologi dan analogi?
8. Untuk mengetahui maksud dari embriologi?
9. Untuk mengetahui maksud dari kompetisi dan predator
10. Untuk mengetahui maksud dari mutasi (rekombinasi genetik)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Evolusi
Evolusi berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu “evolotion” yang berarti
pegemabngan dan “to evolve” yang artinya berkembang atau berubah secara perlahan-
lahan. Sedangkan dalam bahasa latin dari kata “evolut” yang berarti menggulir. Evolusi
adalah proses perubahan yang berlangsung secara perlahan lahan dan bertahap dari
masa ke masa. Pertumbuhan organisme dari sederhana menjadi komplit juga sering
dikaitkan dengan evolusi. Dalam evolusi diyakini makhluk hidup yang ada sekarang
ini berasal dari mahluk hidup yang ada pada masa lampau melalui proses
perubahan yang berlangsung secara perlahan – lahan dari masa ke masa.
Dalam konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam
suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan
pada makhluk hidup. Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles
Darwin, namun sebenarnya ide tentang teori evolusi telah berakar sejak jaman
Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan
teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai
saat ini, teori Darwin tentang evolusi yang terjadi karena seleksi alam, adalah teori
yang terbaik yang dapat menjelaskan dan kemungkinan besar akan tetap begitu di
masa depan. Darwin menolak bahwa:
1. Mahluk hidup sebagai hasil dari ciptaan yang mendadak dan berwujud sama selama
berada di bumi.
2. Mahluk hidup pada jaman sekarang adalah keturunan yang mangalami parubahan
bertingkat dari nenek moyang yang tidak menyerupainya.
3. “Natural selection" atau seleksi alami adalah faktor yang menentukan arah
perubahan tersebut.
4. Seleksi alam adalah faktor penuntun yang dapat diterangkan secara mekanistik
tanpa menyangkut adanya kehendak sadar.
Carolus linneaus, penggagas sistem penggolongan biologi modern, menunjukkan
bahwa seluruh dunia kehidupan dapat diatur dalam tingkatan yang, apabila
digambarkan dalam bentuk diagram, menyerupai silsilah. Setelah Linnaeus, para
naturalis sering menanggap bahwa makhluk hidup saling 'berkerabat' namun mereka
belum tahu apa penyebabnya. Sering kita segera memikirkan Darwin dengan asal usul
manusia yang berasal dari kera, tetapi evolusi tidaklah hanya terbatas pada manusia
dan kera, lagi pula manusia bukanlah keturunan langsung dari kera.
Tahapan Evolusi dibedakan atas 3 tahap:
1. Evolusi fisik: Dari awal mula terbentuknya alam semesta sampai dengan sekarang.
2. Evolusi kimiawi: Dari terbentuknya molekul organik kompleks pertama sampai
dengan sekarang.
3. Evolusi biologis: Dari terciptanya bentuk kehidupan paling primitif bersel tunggal
sampai dengan sekarang.
C. Variasi
Organisme dalam suatu populasi berbeda satu sama lain, walaupun perbedaan
ini tidak selalu mudah dikenali. Perbedaan demikian menghasilkan variasi. Contohnya
misalnya jagung di ladang tampak serupa, tetapi jika diperhatikan lebih dekat tampak
adanya perbedaan tinggi, kesuburan, kecepatan berbuah, ketahanan terhadap
kekeringan, dan sebagainya.
Variasi merupakan sesuatu hal yang merujuk pada peristiwa genetis yang
menyebabkan individu atau kelompok spesies tertentu memiliki karakteristik berbeda
satu sama lain. Sebagai contoh, pada dasarnya semua orang di bumi membawa
informasi genetis sama. Namun ada yang bermata sipit, berambut merah, berhidung
mancung, atau bertubuh pendek, tergantung pada potensi variasi informasi
genetisnya.
Evolusionis menyebut variasi dalam suatu spesies sebagai bukti kebenaran
teorinya. Namun, variasi bukanlah bukti evolusi, karena variasi hanya hasil aneka
kombinasi informasi genetis yang sudah ada, dan tidak menambahkan karakteristik
baru pada informasi genetis.
Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi genetis yang ada. Dalam ilmu
genetika, batas-batas ini disebut “kelompok gen” (gene pool). Variasi menyebabkan
semua karakteristik yang ada di dalam kelompok gen suatu spesies bisa muncul
dengan beragam cara. Misalnya pada suatu spesies reptil, variasi menyebabkan
kemunculan varietas yang relatif berekor panjang atau berkaki pendek, karena baik
informasi tentang kaki pendek maupun panjang terdapat dalam kantung gen.
Namun, variasi tidak mengubah reptil menjadi burung dengan menambahkan
sayap atau bulu-bulu, atau dengan mengubah metabolisme mereka. Perubahan
demikian memerlukan penambahan informasi genetis pada makhluk hidup, yang tidak
mungkin terjadi dalam variasi.
D. Adaptasi
E. Bukti Evolusi
Evolusi dapat dilihat dari dua segi yaitu sebagai proses historis dan cara bagaimana
proses itu terjadi. Sebagai proses historis evolusi itu telah dipastikan secara
menyeluruh dan lengkap sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu tentang suatu
kenyataan mengenai masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh mata. Hal ini berarti
bahwa evolusi itu ada dan merupakan suatu kenyataan yang telah terjadi. Berikut ini
merupakan bukti-bukti evolusi yang ada.
1. Adanya variasi antar individu dalam satu keturunan
Di dunia ini tidak pernah dijumpai dua individu yang identik sama, bahkan anak
kembar sekalipun pasti punya suatu perbedaan. Demikian pula individu yang
termasuk dalam satu spesies. Misalnya perbedaan warna, ukuran, berat, kebiasaan,
dan lain-lain. Jadi antar individu dalam satu spesies pun terdapat variasi. Variasi
adalah segala macam perbedaan yang terdapat antar individu dalam satu spesies. Hal
ini dapat terjadi karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu, tanah, makanan, dan
habitat.
Perhatikan bahwa dalam satu keturunan pun akan selalu memunculkan variasi. Ini
disebabkan karena pada perkawinan selalu terjadi rekombinasi gen. Seleksi yang
dilakukan bertahun-tahun terhadap suatu spesies akan menyebabkan munculnya
spesies baru yang berbeda dengan moyangnya. Oleh karena itu adanya variasi
merupakan bahan dasar terjadinya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya spesies
baru.
2. Pengaruh penyebaran geografis
Makhluk hidup yang berasal dari satu spesies yang hidup pada satu tempat setelah
mengalami penyebaran ke tempat lain sifatnya dapat berubah. Perubahan itu terjadi
karena di tempat yang baru makhluk hidup tersebut harus beradaptasi demi
kelestariannya.
Selanjutnya, adaptasi bertahun-tahun yang dilakukan akan menyebabkan semakin
banyaknya penyimpangan sifat bila dibandingkan dengan makhluk hidup semula. Dua
tempat yang dipisahkan oleh pegunungan yang tinggi atau samudera yang luas
mempunyai flora dan fauna yang berbeda sama sekali. Perbedaan susunan flora dan
fauna di kedua tempat itu antara lain disebabkan adanya isolasi geografis.
Perkembangan variasi paruh burung Finch. Terjadi karena terseleksi secara alami oleh
jenis makanan yang berbeda.
Contohnya adalah mengenai bentuk paruh burung Finch yang ditemukan Darwin di
kepulauan Galapagos. Dari pengamatannya tampak burung-burung Finch tersebut
memiliki bentuk paruh dan ukuran yang berbeda, dan menunjukkan mempunyai
hubungan dengan burung Finch yang ada di Amerika Selatan. Mungkin karena sesuatu
hal burung itu bermigrasi ke Galapagos.
Mereka menemukan lingkungan yang baru yang berbeda dengan lingkungan hidup
moyangnya. Burung itu kemudian berkembangbiak dan keturunannya yang
mempunyai sifat sesuai dengan lingkungan akan bertahan hidup, sedang yang tidak
akan mati. Karena lingkungan yang berbeda, burung-burung itu menyesuaikan diri
dengan jenis makanan yang ada di Galapagos. Akhirnya terbentuklah 14 spesies
burung Finch yang berbeda dalam bentuk dan ukuran paruhnya.
3. Ditemukannya fosil di berbagai lapisan batuan bumi
Fosil adalah sisa tumbuhan atau hewan yang telah membatu atau jejak-jejak yang
tercetak pada batuan. Darwin menyatakan bahwa fosil yang ditemukan pada lapisan
batuan muda berbeda dengan fosil yang terdapat pada lapisan batuan yang lebih tua,
dan menunjukkan suatu bentuk perkembangan.
Dari sekian banyak fosil yang ditemukan, yang paling lengkap dan dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya evolusi adalah fosil kuda yang ditemukan oleh Marsh dan
Osborn. Dari studi yang dilakukan dapat dicatat beberapa perubahan dari nenek
moyang kuda (Eohippus) yang hidup 58 juta tahun yang lalu menuju ke bentuk kuda
modern sekarang (Equus), yaitu tubuh bertambah besar, dari sebesar kucing hingga
sebesar kuda sekarang leher makin panjang, kepala makin besar, jarak antara ujung
mulut hingga bagian mata menjadi makin jauh perubahan dari geraham depan dan
belakang dari bentuk yang sesuai untuk makan daun menjadi bentuk yang sesuai
untuk makan rumput bertambah panjangnya anggota tubuh hingga dapat dipakai
untuk berlari cepat, tetapi bersamaan dengan itu kemampuan rotasi tubuh menurun.
Adanya reduksi jari kaki dari lima menjadi satu, yaitu jari ketiga yang selanjutnya
memanjang, kemudian disokong teracak. Untuk menetapkan umur fosil dapat
dilakukan dengan dua cara: secara langsung dan tak langsung. Secara langsung dengan
menetapkan umur batuan tempat fosil ditemukan. Cara yang ini kurang valid. Secara
tak langsung dengan carbon dating menggunakan isotop C14. Cara yang kedua ini lebih
valid.
4. Adanya homologi organ pada berbagai jenis makhluk hidup
Organ-organ berbagai makhluk hidup yang mempunyai bentuk asal sama dan
kemudian berubah struktur sehingga fungsinya berbeda disebut organ yang homolog.
Homologi organ menunjukkan tingkat kekerabatan makhluk yang bersangkutan.
Makin banyak organ yang homolog kemungkinan kekerabatannya makin dekat, yang
artinya nenek moyangnya mungkin sama.
Homologi organ: perhatikan bahwa anggota gerak pada setiap makhluk memiliki
bentuk berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki bagian yang sama. Perbedaan ini
disebabkan karena perbedaan fungsi. Contohnya: tangan manusia berfungsi untuk
memegang adalah homolog dengan sirip depan paus yang digunakan untuk berenang,
atau sayap kelelawar yang berguna untuk terbang homolog dengan tungkai depan
kucing yang berguna untuk berjalan.
Lawan dari homolog adalah organ yang analog, yaitu organ-organ dari berbagai
makhluk hidup yang fungsinya sama tanpa memperhatikan bentuk asalnya. Bisa juga
diartikan organ-organ tubuh dari berbagai makhluk hidup yang fungsinya sama tetapi
bentuk asalnya berbeda.
5. Studi perbandingan embriologi
Perkembangan embrio berbagai spesies yang termasuk kelas vertebrata
menunjukkan adanya persamaan pada fase tertentu yakni pada fase morulla, blastula,
dan gastrula/awal embrio. Hal ini menunjukkan adanya hubungan kekerabatan di
antara hewan-hewan sesama vertebrata, yang mungkin pula mereka memiliki satu
nenek moyang.
Ernst Haeckel menyatakan dalam hukum Rekapitulasi yang dikemukakannya bahwa
ontogeni suatu organisme merupakan rekapitulasi (ulangan singkat) dari filogeni.
Ontogeni adalah sejarah perkembangan individu mulai zigot sampai dewasa. Filogeni
adalah sejarah perkembangan makhluk hidup dari bentuk sederhana sampai dengan
bentuk yang paling sempurna (evolusi).
6. Studi perbandingan biokimia
Bila membandingkan makhluk hidup pada tingkat biokimia, ternyata hasilnya
mendukung teori evolusi. Sebagai contoh, Hb manusia lebih mirip dengan simpanse
atau gorilla daripada dengan anjing atau cacing tanah. Tingkat kemiripan ini
menunjukkan manusia lebih dekat kekerabatannya dengan simpanse atau gorilla
daripada dengan anjing atau cacing tanah.
Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga
berjuta-juta tahun. Isolasi geografis merupakan bentuk pembatasan alam yang berupa
pemisahan populasi oleh kondisi alam. Hal ini dapat terjadi jika populasi makhluk
hidup yang sama bermigrasi dari lingkungan lama menuju lingkungan baru yang
terpisah dengan lingkungan awal dan menetap membentuk populasi tersendiri. Jika
sistem populasi yang mula-mula kontinu dipisahkan oleh kondisi geografis sehingga
terbentuk hambatan bagi penyebaran spesiesnya, maka sistem populasi yang demikian
tidak akan lagi bertukar susunan gen, dan evolusinya berlangsung secara sendiri-
sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tadi akan semakin berbeda
sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya sendiri.
Isolasi geografis suatu populasi kecil, umumnya terjadi pada daerah pinggiran
tempat hidup populasi tetua. Populasi yang memisahkan diri inilah yang disebut isolat
periferal adalah suatu calon yang baik untuk terjadinya spesiasi karena tiga alasan
berikut:
1. Kumpulan gen isolat periferal mungkin berbeda dengan kumpulan gen permulaaan
populasi tetua. Hidup dekat perbatasan, isolat periferal mewakili sisi ekstrim setiap
cline genotip yang berada di populasi tersebut. Jika jumlah isolat cukup kecil, maka
akan terdapat efek pendiri yang menghasilkan suatu kumpulan gen populasi tetuanya.
2. Sampai isolat periferal menjadi populasi yang besar, hanyutan genetik akan terus
merubah kumpulan gennya secara acak. Mutasi baru atau kombinasi alel yang ada saat
ini bersifat netral dalam nilai adaptasinya bisa menjadi tetap dalam populasi semata-
mata hanya faktor kebetulan. Sehingga menyebabkan perbedaan genotip dan fenotip
dari populasi tetua.
3. Evolusi yang disebabkan karena seleksi alam bisa mengambil arah yang berbeda
dalam isolat periferal dibandingkan dengan isolat di dalam populasi tetua. Karena
isolat periferal menempati daerah perbatasan dimana lingkungannya agak berbeda,
maka isolat periferal ini mungkin akan mengalami faktor seleksi yang berbeda dari dan
umumnya lebih keras dibandingkan faktor seleksi yang berpengaruh pada populasi
tetua.
Pengaruh isolasi georafis di dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya pencegahan
”gene flow” antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor luar (ekstrinsik).
Berikutnya, setelah kedua populasi itu berbeda, maka pengumpulan perbedaan di
dalam rentang waktu yang cukup menjadi mekanisme isolasi intrinsik. Isolasi intrinsik
ini mempunyai sifat-sifat biologis yang dapat mencegah bercampurnya dua populasi
atau mencegah interbreeding jika kedua populasi ini berkumpul lagi setelah batas
pemisahnya tidak ada. Setiap faktor yang menghalangi dua spesies untuk
menghasilkan keturunan yang dapat hidup dan fertil mengarah pada terbentuknya
isolasi reproduktif.
Isolasi reproduksi merupakan salah satu penghambat untuk terjadinya perkawinan
silang. Jika individu-individu dalam suatu populasi berkumpul dalam satu tempat,
maka mungkin terjadi kompetisi untuk mendapatkan makanan, tempat maupun
pasangan. Kompetisi ini memungkinkan individu yang kalah akan beradaptasi dengan
mengembangkan hanya sebagai faktor geografis (isolasi dengan pemisahan fisis) yang
sebenarnya populasi itu masih memilki potensi untuk melakukan interbreeding dan
mereka sebenarnya masih dapat dikatakan dalam satu spesies. Selanjutnya kedua
populasi tersebut begitu berbeda secara genetis sehingga "gene flow" yang efektif
tidak akan berlangsung lagi seandainya bercampur lagi. Jika titik pemisahan itu telah
tercapai, maka kedua populasi itu telah menjadi dua spesies yang terpisah.
Berbagai rintangan reproduksi yang mengisolasi kumpulan gen spesies dapat
dikategorikan ke dalam kelompok prazigotik dan pascazigotik (Campbell, 2003). Hal
ini tergantung pada kapan rintangan tersebut bekerja, sebelum ataukah setelah
pembentukan zigot.
Sawar prazigotik.
Sawar prazigotik menghalangi perkawinan antar spesies atau merintangi
pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling
mengawini. Sawar ini terdiri dari isolasi habitat, isolasi temporal, isolasi mekanis dan
isolasi gametik.
Isolasi habitat.
Dua spesies yang hidup di dalam habitat yang berbeda di wilayah yang sama bisa
saja bertemu walaupun hanya sesekali ataupun tidak sama sekali bertemu meskipun
spesies-spesies tersebut tidak bisa dikatakan sepenuhnya terisolasi secara geografis.
Contohnya pada dua spesies ular garter dengan genus Thamnophis hidup di daerah
yang sama, tetapi salah satunya lebih menyukai hidup di dalam air dan yang satunya
lebih banyak tinggal di darat. Isolasi habitat juga mempengaruhi parasit yang umumya
terbatasi pada spesies inang tumbuhan atau hewan tertentu. Dua spesies parasit yang
tinggal pada inang berbeda tidak akan mempunyai peluang untuk saling mengawini.
Isolasi perilaku.
Senyawa khusus yang menarik pasangan kawin dan juga perilaku kompleks yang
khas untuk spesies, mungkin merupakan sawar reproduktif yang paling penting bagi
hewan-hewan yang sangat dekat hubungan kekerabatannya. Misalnya kunang-kunang
jantan, dari berbagai spesies akan mengirimkan sinyal ke betina sejenisnya dengan
cara memancarkan cahayanya dengan pola tertentu. Sedangkan kunang-kunang betina
hanya akan memberikan respon ke sinyal yang menjadi ciri khas spesiesnya. Kunang-
kunang betina ini memancarkan cahayanya kembali dan menarik kunang-kunang
jantan. Bentuk lain isolasi perilaku adalah ritual bercumbu yang sangat khas pada
spesies tertentu.
Isolasi temporal.
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau tahun),
gametnya tidak akan pernah bercampur. Misalnya, wilayah geografis hewan sigung
berbintik (Spilogale gracilis) dari bagian barat bertumpang tindih dengan wilayah
geografis hewan sigung berbintik (Spilogale putorius) dari bagian timur, tapi kedua
spesies yang sangat mirip ini tidak saling mengawini, karena S. Gracilis kawin pada
akhir musim panas, sedangkan S. Putorius kawin pada akhir musim dingin. Sedangkan
contoh pada tumbuhan adalah pada tiga spesies anggrek Dendrobium yang hidup di
hutan tropis basah yang sama, namun tidak berhibridisasi karena ketiga jenis
tumbuhan itu berbunga pada hari yang berbeda. Penyerbukan pada masa spesies
hanya terbatas pada satu hari saja karena bunga mekar pada pagi hari dan menjadi
layu pada malam itu juga.
Isolasi Mekanis.
Spesies yang berkerabat dekat mungkin akan mencoba untuk kawin, namun tidak
berhasil melakukan perkawinan itu karena secara anatomis mereka berbeda.
Contohnya, sawar mekanis turut menyebabkan isolasi reproduktif pada tumbuhan
berbunga yang penyerbukannya dilakukan oleh serangga atau hewan lain. Anatomi
bunga seringkali diadaptasikan dengan polinator atau penyerbuk tertentu yang
memindahkan serbuk sari hanya di tumbuhan yang spesiesnya sama.
Isolasi gametik.
Meskipun gamet-gamet dari spesies yang berbeda bertemu, gamet-gamet tersebut
sangat jarang menyatu untuk membentuk sebuah zigot. Untuk hewan-hewan yang sel
telurnya dibuahi di dalam saluran reproduksi betina (pembuahan internal), sperma
suatu spesies mungkin tidak dapat bertahan hidup di dalam lingkunga saluran
reproduksi betina berspesies lain. Bahkan ketika dua spesies yang berkerabat dekat
sekalipun membebaskan gametnya pada saat yang bersaman di tempat yang sama
pembuahan antar spesies biasanya tidak terjadi. Pengenalan gamet mungkin bisa
didasarkan pada kehadiran molekul spesifik pada lapisan pelapis telur yang hanya
menempel ke molekul yang komplementer pada sel sperma spesies yang sama. Suatu
mekanisme pengenalan molekul yang sama akan memungkinkan bunga membedakan
serbuk sari dari spesies yang sama dan serbuk sari dari spesies yang berbeda.
Sawar pascazigotik
Jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain maka sawar
pascazigotik akan mencegah zigot hibrida itu untuk menjadi organisme dewasa yang
bertahan hidup dan fertil. Sawar ini terdiri dari penurunan ketahanan hidup hibrida,
penurunan fertilitas hibrida, dan perusakan hibrida.
Penurunan ketahanan hidup hibrida.
Ketika sawar prazigotik ditembus dan zigot hibridanya terbentuk, ketidaksesuaian
genetik di antara kedua spesies itu bisa menggugurkan perkembangan keturunan
hibrida itu pada tahap perkembangan embrio. Di antara banyak spesies katak yang
termasuk ke dalam genus Rana, beberapa diantaranya hidup di dalam habitat dan
daerah yang sama, kadang-kadang bisa berhibridisasi. Akan tetapi, keturunan yang
dihasilakan umumnya tidak menyelesaikan perkembangannya dan keturunan hibrida
tersebut menjadi lemah.
Penurunan fertilitas hibrida.
Meskipun dua spesies kawin dan menghasilkan keturunan yang bisa bertahan
hidup, isolasi reproduksi masih tetap ada jika semua atau sebagian besar hibrida steril
atau mandul. Karena hibrida yang tidak subur itu tidak bisa kawin kembali dengan
salah satu spesies orang tuanya, maka gen-gen tidak akan bisa mengalir secara bebas
antara spesies tersebut. Salah satu penyebab sawar ini adalah kegagalan meiosis untuk
menghasilkan gamet normal dalam hibrida jika kromosom kedua spesies induknya
berbeda dalam hal jumlah atau struktur. Suatu kasus yang terkenal mengenai hibrida
yang steril adalah Mule yang merupakan hasil persilangan antara kuda dan keledai.
Akan tetapi karena kuda dan keledai berbeda spesies maka Mule tidak dapat
mengawini salah satu spesies induknya (steril).
Perusakan hibrida.
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakukan kawin silang, keturunan
hibrida generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika hibrida
tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya, generasi spesies
berikutnya akan menjadi lemah atau mandul. Sebagai contoh spesies kapas yang
berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrida yang fertil, tetapi kerusakan terjadi
pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrida itu mati pada saat berbentuk biji
atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Teori evolusi mempelajari tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada
makhluk hidup dalam kurun waktu tertentu, termasuk kehidupan yang ada dimuka
bumi. Untuk mengungkap kebenaran teori ini, para ilmuwan mengaitkan materi-
materi seperti spesiasi seleksi alam, isolasi, adaptasi, homologi, analogi dan materi
lain yang berkaitan sehinggga mendapatkan pemahaman yang kompleks tentang
teori evolusi.