Tugas Bedah Khusus Veteriner

TUGAS MATA KULIAH

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

DEFINISI, PERSIAPAN DAN PASCA BEDAH KOSMETIKA.

Nama Anggota

Yulius Kul 1309005138

Ihsanul Firdaus 1509005032

Yessie Yulianda 1509005035

Fuady Muslih 159005036

I Gusti Ngurah Dwiayana Putera 1509005037

Muh. Amirrudin 1509005039

LABORATORIUM BEDAH VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2018

i
 RINGKASAN

Ilmu bedah atau operasi adalah cabang ilmu pengobatan atau terapi yang mengusahakan
pulihnya keadaan normal akibat suatu penyakit atau gangguan denganmengunakan alat
(instrumen), tangan ( manual) dan mekanis. Tindakan pembedahan memerlukan banyak hal
yang harus dipersiapkan sebelumnya yaitu persiapan operasi atau preoperasi, yang meliputi
desinfeksi dan sterilisasi terhadap peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi,
tindakan operasi dan perawatan hewan yang masuk dalam tindakan postoperasi.

Operasi plastik ( kosmetika) dalam dunia veteriner dilakukan dengan dua tujuan yaitu estetika
untuk menampilkan hewan kesayangan sesuai standart ras hewan dan memberikan
kebanggaan bagi pemilik hewan atas penampilan hewan kesayangannya berbeda dari yang
lain, serta tujuan terapeutik sebagai tindakan operatif terapeutik bagi hewan pasca kecelakaan
atau cedera permanent. Bedah kosmetik dilakukan dengan 4 teknik operasi yaitu Teknik
Operasi Ear Timming, Teknik Operasi Aural Hematoma, Teknik Operasi Tail Docking, dan
Teknik Operasi Amputasi Dewclow.

Sebelum melakukan operasi maka diperlukan persiapan dari operator dan persiapan dari
hewan yang akan dibedah. Setelah dibedah, maka akan dilakukan perawatan pasca beda yaitu
dengan pemberian obat, melindungi luka, membatasi pergerakan, memberikan nutrisi dan
memberikan nutrisi yang baik. Hal ini dilakukan agar setelah operasi hewan tersebut tidak
dalam keadaan yang buruk

Kunci : Bedah kosmetik, Teknik Operasi, Hewan, Tindakan.

SUMMARY

Surgery or surgery is a branch of medicine or therapy that seeks to restore normal conditions
due to an illness or disorder by using instruments, hands and mechanics. Surgical measures
require many things that must be prepared in advance, namely the preparation of surgery or
preoperative, which includes disinfection and sterilization of the equipment used in surgery,
surgery and animal care that are included in the postoperative action.

Plastic surgery (cosmetics) in the veterinary world is carried out with two objectives, namely
aesthetics to display pet animals according to animal race standards and give pride to animal
owners for the appearance of their beloved animals different from others, as well as

ii
therapeutic goals as therapeutic operative measures for animals after an accident or injury
permanent. Cosmetic surgery was carried out with 4 surgical techniques namely Ear
Timming Operation Technique, Aural Hematoma Operation Technique, Tail Docking
Operation Technique, and Dewclow Amputation Operation Technique.

Before carrying out the operation, it is necessary to prepare from the operator and preparation
of the animals to be dissected. After surgery, post-treatment will be carried out by
administering medication, protecting wounds, limiting movement, providing nutrition and
providing good nutrition. This is done so that after the operation the animal is not in a bad
condition.

Key: Cosmetic Surgery, Surgery Techniques, Animals, Actions.

iii
 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehendak dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper kelompok Ilmu Bedah Khusus Veteriner
sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Tugas paper ini berjudul “ Definisi, Persiapan dan
Pasca Bedah kosmetika”.

Paper ini dibuat demi menyelesaikan syarat tugas kelompok dari mata kuliah Ilmu Bedah
Khusus Veteriner. Dengan paper ini dihraapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang
bedah kosmetika pada hewan serta perlakuan sebelum dan sesudah operasi dilakukan.

Segala kritik dan saran sangat diharapkan oleh kami demi perbaikan paper menjadi lebih baik
dan benar. Demikian tugas ini kami susun. Kami berharap semoga paper ini bermanfaat, dan
dapat memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Akhir kata, kami ucapkan
terima kasih.

Denpasar, 11 September 2018

Penulis

iv
 DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................................... i

Ringkasan ............................................................................................................................ ii

Kata Pengantar .................................................................................................................. iv

Daftar Isi ............................................................................................................................ v

Daftar Gambar ................................................................................................................... vi

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
II. Tujuan dan Manfaat
2.1 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
2.2 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2
III. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 3
IV. Pembahasan
4.1 Bedah Kosmetika ........................................................................................ 6
4.1.1 Teknik Operasi Ear Trimming ................................................. 6
4.1.2 Teknik Operasi Aural Hematoma ............................................. 7
4.1.3 Teknik Operai Tail Ducking ..................................................... 8
4.1.4 Teknik Operasi Amputassi Dewclow ....................................... 9
4.2 Persiapan Bedah Kepala dan Leher
4.2.1 Prepalesi Ruang operasi ........................................................... 11
4.2.2 Prepalesi Alat ........................................................................... 11
4.2.3 Prepalesi Operator .................................................................... 12
4.2.4 Prepalesi Hewan ....................................................................... 12
4.3 Pasca Bedah Kosmetik ............................................................................... 13
V. Penutup
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 15
5.2 Saran .......................................................................................................... 15

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 16

v
 DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. EAR TRIMMING SECARA ILEGAL ....................................................... 4

GAMBAR 2. TEKNIK OPERASI EAR TRIMMING ...................................................... 7

GAMBAR 3. TEKNIK OPERASI AURAL HEMATOMA .............................................. 8

GAMBAR 4. TEKNIK OPERASI TAIL DOCKING ....................................................... 9

GAMBAR 5. TEKNIK OPERASSI AMPUTASI DEWCLOW ........................................ 10

vi
 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

ilmu Bedah adalah cabang ilmu pengobatan atau terapi yang mengusahakan
pulihnya keadaan normal akibat suatu gangguan atau penyakit dengan menggunakan
alat (instrument), tangan (manual) dan mekanis. Berdasarkan tujannya dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu ilmu bedah khusus dan ilmu bedah umum.Ilmu Bedah
Khusus memiliki tujuan ekonomis dan menunjang diagnosis. Dalam tujuan
ekonomis ada beberapa contoh seperti bedah kosmetika, kastrasi dan OH.
Pada paper ini kami akan menjelaskan defenisi, persiapan dan pasca operasi dari
bedah kosmetik yang dialami oleh hewan.Bedah kosmetik ini juga dapat berguna
untuk mengubah sifat fisik awal anjing menjadi sifat fisik yang baru.
Bedah kosmetika sendiri terdiri dari lima macam, yaitu ear triming, tail docking,
declaw amputation, corrective otoplasty, dan aural hematoma. . Contohnya dari
telinga panjang menjadi pendek (othematom), ekor panjang menjadi pendek
(caudectomy),dan rambut panjang menjadi pendek.Salah satu bedah kosmetik yang
sering dilakukan pada anjing adalah Tail-docking (caudectomy)/Potong ekor.

1
 BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan Penulisan

Penulisan paper inu bertujuan untuk :

1. Memberikan penjelasan mengenai definisi dari Bedah Kosmetik

2. Memberikan penjelasan mengenai jenis dari Bedah Kosmetik
3. Memberikan penjelasan mengenai persiapan sebelum melakukan Bedah Operasi
4. Memberikan penjelasan mengenai hal yang diperhatikan pasca operasi

2.2 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan paperini yaitu untuk:

1. Sebagai bahan acuan untuk pembelajaran bagi mahasiswa dalam melakukan tindakan
Bedah Kosmetik pada hewan.
2. Memberikn gambran secara umum mengenai persiapan dan penanganan pasca
operasi dari Bedah Kosmetik pada hewan.

2
 BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Bedah kosmetik didefinisikan sebagai prosedur pembedahan yang tidak perlu secara
medis. Apakah bedah kosmetik dipandang sebagai bagian dari layanan pelanggan yang
disediakan oleh dokter hewan atau jatuh ke bawah kesalahan profesional sepenuhnya
tergantung pada lokasi latihan Anda (Sandra, 2008).

Pada hewan, bedah kosmetik diminta oleh pemilik pasien. Hal ini diyakini selalu tanpa
manfaat bagi hewan karena kita tidak menyadari bahwa anjing sangat terganggu jika
telinga mereka terlalu floppy atau ekor mereka terlalu panjang. Selanjutnya, banyak
behavioris percaya bahwa telinga dan ekor yang utuh memainkan peran penting dalam
komunikasi anjing .Jika berhasil, bedah kosmetik membuat pasien kehilangan bagian
anatominya, biasanya bagian ekor, telinga, atau ujung jari kaki mereka. Oh ya, dan
beberapa anjing yang terbangun dari anestesi kehilangan suaranya, secara permanen
(Sandra,2008).

Bedah kosmetik bukanlah hal baru bagi dunia pertunjukan kucing. Pada akhir 1800-an
dan awal 1900-an ada referensi untuk menciptakan kucing Manx melalui penjepitan
ekor dan menggunakan pewarna pada kucing bukan hanya untuk menutupi
ketidaksempurnaan, tetapi untuk sepenuhnya mengubah warna kucing. Di masa lalu,
kucing dengan warna tak mencolok dapat dicelup untuk menciptakan kucing Maltese
(biru) yang populer. Menurut edisi majalah "Our Cats" pada tahun 1900, pewarna biru
mengering hampir seketika tetapi tidak menghasilkan efek padat yang diinginkan; itu
harus dilengkapi dengan pewarna yang disisir ke dalam bulu. Moncong kucing akan
dicelup menggunakan spons. Dalam waktu satu jam, pemilik bisa memiliki kucing
Maltese dan jika dilakukan dengan baik, para hakim tidak akan lebih bijaksana.
Menghasilkan kucing penyu yang palsu memakan waktu sekitar tiga jam, karena
pewarna harus diaplikasikan dengan menggunakan sisir ( Sarah, 2004)

3
Manxes mungkin mengalami intervensi yang lebih radikal. Hanya Manxes berekor yang
dapat ditunjukkan dalam kompetisi kejuaraan; Tentu saja manxes berekor mancung
berharga bagi peternak dan peserta pameranMenghapus ekor ekor kucing mencegah
masalah; meninggalkannya untuk hasil selanjutnya dalam rasa sakit radang sendi,
trauma operasi dan kucing dewasa harus beradaptasi dengan keabuan. Docked Manx
tidak memenuhi syarat untuk kompetisi, tetapi sering ada desas-desus gelap di antara
peserta pameran yang kalah bahwa spesimen pemenang mungkin tidak dilahirkan tanpa
ekor.( Sarah, 2004).

Gambar 1 . Pemotongan Telinga Ilegal

Seperti Manx, beberapa ekor Bobtail Amerika memiliki ekor panjang yang dioperasi
saat lahir. Mereka tidak memenuhi syarat untuk tampil dalam kompetisi dan
menunjukkan hakim mencari kucing dengan ekor pendek alami yang tegak ketika
waspada. Beberapa tahun yang lalu, tempat penampungan kucing tempat saya bekerja
mengambil kucing kucing diselamatkan dari Hong Kong yang ekornya telah "dipotong
dengan kejam oleh pemilik sebelumnya". Itu benar-benar sangat mudah untuk melihat
dan merasa bahwa kucing itu adalah ekor berekor alami, tetapi dia tetap menjadi kasus
kejam. ( Sarah, 2004)

Sejauh ini klaim perubahan kosmetik sedikit dan jauh antara dan beberapa sepenuhnya
fiktif, menyebar untuk mendiskreditkan peserta pameran tertentu. Segala sesuatunya
akan segera berubah dan kecuali para hakim dapat melihat tanda-tanda bedah kosmetik,
hanya sedikit yang bisa dilakukan oleh kucing. ( Sarah, 2004)

Dalam pernyataan posisi pada bedah kosmetik, Asosiasi Kedokteran Hewan Kanada
(CVMA) menentang perubahan bedah hewan apa pun untuk tujuan murni kosmetik dan

4
daftar ekor docking (kuda, sapi, anjing), ekor kuda, telinga tanaman dalam spesies
anjing, sebagai serta onikektomi pada spesies selain kucing domestik (Dominic et all,
2017) .

Cara kita memperlakukan hewan sangat bervariasi di seluruh dunia, dari negara-negara
di mana bahkan kebutuhan dasar hewan seperti makanan, air, tempat tinggal, dan
perawatan tidak terpenuhi ke negara-negara di mana bedah kosmetik tidak disarankan
atau ilegal selama lebih dari seratus tahun. Mahatma Gandhi dikreditkan dengan
mengatakan, "Kebesaran suatu bangsa dan proses moralnya dapat dinilai dari cara
hewannya diperlakukan" dan pernyataan ini sering diulang oleh para aktivis untuk
menarik perhatian pada praktik-praktik hewan yang tampak dari tempat berdasarkan
etika sosial negara. Perlu dipertimbangkan apakah bedah kosmetik yang dilakukan pada
hewan di Kanada melanggar kesadaran sosial kita ( Sandra, 2008).

5
 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bedah Kosmetika

Operasi plastik pada anjing pertama kali diperkenalkan di inggris, yaitu pada jenis
gladiator yang biasanya diadu dengan sesamanya. Bagian tubuh yang dioperasi
adalah telinga dengan tujuan agar tidak mudah tergigit lawan saat diadu.
Kini,setelah kegiatan adu anjing secara ilegal dilarang ( Prajanto dan Andoko,
2004).

Operasi plastik ( kosmetika) dalam dunia veteriner dilakukan dengan dua tujuan
yaitu estetika untuk menampilkan hewan kesayangan sesuai standart ras hewan dan
memberikan kebanggaan bagi pemilik hewan atas penampilan hewan
kesayangannya berbeda dari yang lain, serta tujuan terapeutik sebagai tindakan
operatif terapeutik bagi hewan pasca kecelakaan atau cedera permanent.

Ada pun jenis dari bedah kosmetuka yang dilakukan pada hewan yaitu :

4.1.1 Teknik Operasi Ear Trimming ( cosmetic Otoplasty, Corrective Otoplasty)

Ear Trimming merupakan salah satu prosedur bedah yang lebih menekankan
pada seni dan ilmu bedah yang memperbaiki penampilan dari hewan tesebut.
Dalam pemotongan telinga anjing ada beberapa aturan yang harus dijadikan
pedoman yaitu jenis anjing, umur dan panjang telinga yang disisakan (
Bojrab, 1975).
Pada prinsipnya pemotongan telinga, sebaiknya dilakukan pada hewan
muda, meskipun tetap ada umur minimal pemotongan bisa dilakukan. Umur
terbaik bagi anjing yang akan dipotong telinganya adalah 6-7 minggu, yaitu
saat anjing masih dalam kategori anakan atau muda. Pada masa ini, luka
operasi akan cepat sembuh bila dibandingkan dengan anjing dewasa. Hal ini
dikarenakan, anjing dewasa agresif dan suka menggaruk-garuk telinga yang
habis dioperassi, sehingga akan menimbulkan luka parut yang bisa

6
 mengakibatkan bentuk dan telinga kurang bagus ( Prajanto dan Andoko,
2004).

Gambar 2. Metode Operasi Ear Timming

4.1.2 Teknik Operasi Aural Hematoma ( Othematoma)
Aural hematoma atau othematoma adalah kondisi trauma yang berlokasi di
daun telinga sehingga menyebabkan adanya timbunan darah pada telinga.
Darah terperangkap di antara lapisan yang tipis dari kulit dan tulang rawan.
Karena tulang rawan telinga mendapatkan pasokan darahnya secara langsung
dari kulit yang terletak diatasnya. Hematoma dapat mengurangi aliran darah
yang menyebabkan bagianbagian dari tulang rawan mengerut atau melayu
dan mati. Proses ini mengakibatkan terjadinya kebangkakan dan perubahan
bentuk dari telinga (Henderson dan Horne, 2003).
Aural hematoma dapat di akibatkan oleh kerusakan secara langsung (seperti
luka gigitan, trauma karena benturan) tetapi penyebab umum di karenakan
head shaking dan telinga yang sering di garuk yang bersamaan dengan otitis
eksterna atau faktor genetik. Hewan yang mengalami othematoma di
sarankan melakukan penanganan melalui dermatologi dan pemeriksaan
otoskopik, dan segala macam efek samping yang bisa muncul agar segera
dilakukan pengobatan untuk membantu penyembuhan dan mencegah
perparahan (Sudisma, 2006).
Tanpa pengobatan, hematoma telinga juga akan sembuh dengan sendirinya ,
tapi hewan peliharaan sering mengalami ketidaknyamanan. Selain itu, kedua

7
 sisi telinga sering mengalami penebalan, jaringan parut keriput , sehingga
telinga tidak akan terlihat atau terasa alami (Haithem, 2011).
Bedah perbaikan sering dianggap sebagai pengobatan yang paling efektif
untuk telinga hematoma. Dengan melakukan anestesi, sebuah insisi dibuat
disepanjang hematoma pada permukaan bagian dalam dari telinga. Setelah
gumpalan cairan dan darah dikeluarkan , permukaan bagian dalam dari
telinga ditempelkan ke permukaan luar dari telinga dengan jahitan. Jahitan
memegang permukaan dalam dan luar terhadap satu sama lain sehingga
ketika terbentuk jaringan parut, dua permukaan yang halus tidak akan
menggumpal. Jahitan umumnya dibiarkan selama beberapa minggu
sementara sayatan dibiarkan terbuka sehingga cairan akan terus mengalir
selama proses penyembuhan. Akhirnya, sayatan akan sembuh dengan
sendirinya.
Sebagai alternatif, beberapa sayatan kecil dapat dibuat pada permukaan
bagian dalam telinga dengan laser. Dalam hal ini, jahitan tidak diperlukan
(Eyarefe, 2005). Untuk anjing dengan telinga terkulai, telinga diperlakukan
dengan membalik dan dibalut terhadap kepala untuk mencegah kepala
gemetar selama pemulihan. Sebuah kerah Elizabethan ( tudung berbentuk
kerucut yang cocok di atas kepala hewan peliharaan ) sering dianjurkan
sehingga hewan peliharaan tidak bisa menggaruk di telinga (Eyarefe, 2005).

Gambar 3. Metode Operasi Aural Hematoma.

4.1.3 Teknik Operasi Tail Docking ( Caudectomy)
Tail docking adalah operasi kosmetik pada anak anjing yang dilakukan pada
umur antara 3 dan 5 hari untuk mengikuti dengan bentuk standar hewan-
hewan atau tradisi, dimana secara etis dan koral masih diperdebatkan.
Di beberapa negara Eropa, tail-docking telah dilarang dan dibatasi, di UK
bahkan tidak diterima kecuali untuk alasan medis. Di negara lain tail-

8
 docking masih legal dan sangat umum di beberapa negara maju seperti USA.
Meskipun legal di Australia, beberapa veterinarian menolak untuk
melakukan tail-docking.
Teknik Bedah Kosmetik – tail docking ada 2 jenis yaitu: tail docking pada
anak anjing dan untuk dewasa yang pada caranya ialah ada yang sebagian
(Partial) dan ada yang seluruhnya (complit).
Tindakan tail-docking pada awalnya bertujuan untuk untuk nilai estetika,
nilai kesehatan, dan nilai kebersihan meskipun setelah melalui berbagai pro
dan kontra, banyak pihak yang menilai bahwa tindakan ini tidak diperlukan
jika bukan untuk alasan medis karena dianggap sebagai penyiksaan terhadap
hewan hanya untuk kepuasan manusia.
Tail docking sendiri dapat menyebabkan pendarahan, infeksi, bahkan
kematian. Komplikasi lain yang dapat terjadi kemudian adalah kerusakan
tulang belakang, masalah kaki dan punggung, dan rasa sakit secara umum.

Gambar 4. Bentuk Operasi Tail Docking

4.1.4 Teknik Operasi Amputasi Declaw.
Declaw amputasi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk mengeliminasi
keainan congenital dimana pada kaki belakang tersema akibat iritasi/ jilatan pada
jari pertama kaki depan ( Curcio, 2006).
Declawing silakukan dengan cara:
1. Memotong kuku menjadi sangat pendek tetapi persendian terakhir pada tiap
jari juga ikut dipotong ( tendon,ligament, nervus, otot dan tulang juga ikut
dipotong).
2. Tulang yang ikut diamputasi yaitu semua bagian dari os phalanx terakhir (os
phalanx III) dari hewan tersebut.

9
 Pada umumnya dilakukan pada cakar depan saja tetapi pada beberapa situasi
pemilik meminta semua declaw pada setiap kaki dipotong. Pada anjing jenis Toy
breeds, deeclaw biasanya dihilangkan untuk memudahkan menggunting dan
menyisir bulunya. Sedangkan ada anjing yang sering dipakai untuk berburu, declaw
pada kaki belakang biasanya dipotong agar kuku tidak tersangkutsaat berada
dilapangan. Amputasi declaw lebih sering dilakukan pada kucing terutama kucing
rumahan karena beberapa alasan seperti: merusak furniture, ancaman bagi kucing
lain, pemilik atau orang lain ( Moesta,2012).

Gambar 5. Bentuk Pemotongan Kuku Hewan

4.2 Persiapan Pre-Operasi

Ada banyak hal yang perlu dilakukan atau dipersiapkan sebelum dokter hewan
melakukan tindakan pembedahan atau operasi terhadap suatu kasus bedah yaitu
persiapan operasi atau preoperasi, yang meliputi desinfeksi dan sterilisasi terhadap
peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi, tindak operasi itu sendiri dan
perawatan hewan yang masuk dalam tindakan postoperasi.

Selain sterilisasi dan desinfeksi peralatan operasi, status hewan seperti sejarah
penyakit, anamnese dan status present diperlukan untuk dapat mendiagnosa
penyakit. Selanjutnya tindak bedah apa yang akan dilakukan, perlu juga
mempertimbangkan anastesi yang diberikan sebelum operasi dan tindak bedah yang
akan dilakukan pada hewan tersebut.

Persiapan dan pemilihan yang berhubungan dengan pembedahan pasien

memerlukan perhatian yang teliti. Pasien perlu selalu dilakukan pengujian fisik
lengkap, yang diikuti oleh pemeriksaan laboratorium. Sejarah penyakit membantu
dalam menentukan uji laboratorium dan fisik. Memperoleh informasi sebelum

10
dilakukan operasi juga dilakukan sebagai perbandingan menyangkut status hewan
sebelum dan setelah pembedahan (misalnya keadaan tulang belakang sebelum dan
sesudah operasi dilakukan).

Adapun metode peparasi yang dilakukan meliputi:

1. Preparasi Ruang Operasi

2. Preparasi Alat/Instrumen Operasi
3. Preparasi Pasien
4. Preparasi Operator atau Team Pembedahan

4.2.1 Preparasi ruang operasi

Perlengkapan pada ruang operasi meliputi lampu, meja benang, meja
jarum, dan meja obat-obatan disiapkan. Persiapan ruang operasi
meliputi:
 Ruang operasi, meja dan perlengkapan lainnya dibersihkan.
 Desinfeksi dengan desinfektan.
 Dilakukan fumigasi dengan formalin dan KMNO4 dengan
perbandingan 1:2 dan dibiarkan selama 15 menit.
4.2.2 Preparasi alat
Jika peralatan bedah telah disiapkan dalam suatu operasi, itu masih belum
menjaminkesterilitasanya bahkan jika semua itu telah terlindung
secara hati-hati, sehingga instrument bedah sebaiknya dipersiapkan segera
sebelum operasi. Adapun prosedurnya yaitu :
 Alat dicuci dengan air sabun, bila perlu disikat bila ada percikan
darah.
 Dibilas dengan air hangat sampai bersih.
 Dibilas dengan desinfektan.
 Dikeringkan dengan lap bersih.
 Dimasukan kedalam bak instrumen.
 Dibungkus dengan kain penutup.
 Dimasukan kedalam autoclave 1210C selama 1 jam.

11
 Pada saat preparasi alat, alat-alat operasi yang sekiranya dibutuhkan antara
lain:
 Scapel dan set pisau bedah yang biasa digunakan
 Scissor/ Gunting bedah
 Artery forceps
 Needle holder
 Suture Instruments
4.2.3 Prepalasi Operator
Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co-operator harus terlebih
dahulu melepas semua asesoris yang dapat menggangu jalannya operasi. Tangan
operator dan co-operator harus steril dalam melakukan operasi untuk
menghindari adanya infeksi bawaan dari luar tubuh hewan. Tangan dicuci dari
telapak tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan sabun,
setelah itu dapat dicuci kembali dengan larutan alkohol 70%.
4.2.4 Persiapan Hewan
Sebelum operasi dilaksanakan, pasien yang telah diperiksa keadaan fisik dan
keadaan darah rutin dipuasakan terlebih dahulu selama 8-12 jam yang bertujuan
untuk menghindari dampak pemberian anastesi dan juga untuk membersihkan
saluran cerna sehingga memudahkan dalam melakukan pembedahan. Hewan
dimandikan dan dicukur bulu di sekitar daerah yang akan dioperasi dua jam
sebelum operasi dilakukan. Pasien ditimbang untuk menentukan dosis obat yang
digunakan. Premedikasi yang digunakan adalah atropine sulfat dengan dosis
0,04 mg/kg bb secara subkutan. 10 (sepuluh) menit kemudian dilanjutkan
dengan pemberian ketamin dengan dosis 10-40 mg/kg bb, xilazin dengan dosis
2-3 mg/kg bb secara intra muscular. Setelah pemberian anastesi. Frekwensi
nafas dan jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai
(Tilley dan Smith, 2002)

12
4.3 Pasca Bedah Operasi Kosmetika
Perawatan pasca operasi yang dapat diberikan yaitu :
1. Pemberian Obat
 Antibiotik
Antibiotik sangat penting dalam proses perawatan pasca operasi. Fungsi
antibiotik dalam perawatan pasca operasi adalah untuk mencegah terjadinya
infeksi pada bekas operasi yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotik juga
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme.
 Analgesik
Analgesik merupakan obat yang penting dalam pasca operasi, karena
analgesik adalah obat yang dapat mengobati rasa nyeri pasca operasi dan
komplikasinya seperti mual dan muntah.
 Anti radang
Obat anti inflamasi (anti radang) adalah suatu golongan obat yang memiliki
khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti
inflamasi (anti radang).
 Hemostatika
Obat hemostatika merupakan obat yang diperlukan unutuk pasca operasi,
karena obat ini berfungsi untuk menghentikan pendarahan.
 Vitamin B Kompleks, vitamin A, vitamin C
Pemberian vitamin B. Kompleks, vitamin A, vitamin C merupakan hal yang
penting. Pemberian vitamin ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dari pasien (hewan).
 Laktat Ringer dan dextrose 5%
Laktat Ringer dan dextrose 5% merupakan perawatan pasca operasi yang
bertujuan untuk menjaga kondisi pasien agar tetap stabil.
2. Melindungi Luka
 Dibalut
Tujuan dari pembalutan luka agar luka tidak terkontaminasi dari organisme
luar.
 Memakai Elizabeth Collar

13
 Tujuan dari pemakaian Elizabeth Collar agar menghindari pasien (hewan)
tidak menggaruk luka operasi.
3. Membatasi Pergerakan
Untuk membatasi pergerakan pasien (hewan) pasca operasi maka perlu
dikandangkan dan di ikat atau di rantai.
4. Memberi Nutrisi Yang Baik
Selain dengan perawatan yang baik, pemberian nutrisi merupakan faktor
penting yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi.
Jenis makanan yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan
adalah makanan yang banyak mengandung protein seperti ikan dan daging.

14
 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Operasi plastik pada anjing pertama kali diperkenalkan di inggris. Operasi plastik (
kosmetika) dalam dunia veteriner dilakukan dengan dua tujuan yaitu estetika untuk
menampilkan hewan kesayangan sesuai standart ras hewan dan memberikan
kebanggaan bagi pemilik hewan atas penampilan hewan kesayangannya berbeda
dari yang lain, serta tujuan terapeutik sebagai tindakan operatif terapeutik bagi
hewan pasca kecelakaan atau cedera permanent.

Terdapat empat teknik operasi yang dilakukan pada bedah kosmetik yaitu:

1. Teknik Operai Ear Timming

2. Teknik Operai Aural Hematoma
3. Teknik Operasi Tail Docking
4. Teknik Operasi Amputasi Dewclow

Sebelum melakukan operasi, biasanya dokter melakukan tindakan pre-operasi yang

terdiri dari preparasi ruang operasi ,preparasi alat/instrumen operasi, preparasi
pasien dan preparasi operator atau team pembedahan. Lalu setelah operasi maka
dilakukanlah pasca operasi yang bertujuan agar keadaan hewan setelah operasi tetap
stabil dan luka operasi tidak terkena bakteri.

5.2 Saran

Setiap tindakan bedah yang akan dilaksanakan harus mempertimbangkan aspek pre-
operasi, saat operasi, dan pasca operasi. Dengan memperhatikan setiap langkah ini
diharapkan hewan yang telah dioperasi dapat pulih dengan baik.

15
 DAFTAR PUSTAKA

A.M.F., Haithem, Wael, M.K., Mahmoud E. 2011. Field Survey on Most Common
Medicinal and Surgical Diseases in Police Guard and Explosive Dogs from
11/ 2007- 2/ 2010. Journal of American Science; 7 (4).

Bennet, PC. & Perini, E. 2003. „Tail Docking In Dogs: A Review Of The Issues‟.
Australian Veterinary Journal. Vol 81, Hal 208-218

Bojrab, A.J. dan H.A. Barker. 1988.Dog Breeds. Bison Book Hongkong. Hongkong.

Rathwell-Deault, Dominick. 2017. L’euthanasie de convenance des animaux de

compagnie : portrait du dilemme au sein de la profession vétérinaire québécoise.
Canadian Veterinary Journal. Vol.58: 953-963.

Fadeyemi, A J. 2014. „Tail docking in dogs: Evaluation of current practices and ethical
aspects in southwest Nigeria‟. Journal of Veterinary Medicine and Animal
Health. Vol 6(1), Hal 18-24

HARTWELL, S. Messybeast Cat Resource Archive. C2004 «CosmeticSurgery for

Cats», [monographie sur Internet]. Disponible au
http://www.messybeast.com/cosmetic.htm

Henderson RA, Horne R. Pinna. In: Slatter D, ed.Textbook of small animal surgery.
3rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders, 2003;1737-1741

Neumann,Sarah. 2008. Cosmetic surgery: Customer service or professional misconduct.

Canadian Veterinary Journal. Vol 49: 501-504.

O.D Eyarefe, C.O. Oguntoye and B.O. Emikpe. 2005. Black’s Veterinary Dictionary
21st. London: A&C Black.

Prajanto dan A. Andoko. 2004. Membuat Anjing Pintar dan Sehat. Agromedia Pustaka.
Yogyakarta.

Rahardjo Pudji, dkk. 1985. Diktat Ilmu Bedah Umum. Universitas Udayana. Denpasar.

Sudisma Ngurah, dkk. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Universitas
Udayana. Denpasar

Wardana, Wisnu. 2003. Bedah Salon: Meluruskan Ekor pada Anjing Berburu. Jurnal
Veteriner. Vol.4(2): 78-85.

16
Animal Welfare  Bien-être des animaux
Cosmetic surgery: Customer service or professional misconduct
La chirurgie esthétique : service à la clientèle ou faute professionnelle
Sandra Neumann
I n this article “cosmetic surgery” is defined as any medically
unnecessary surgical procedure. Whether cosmetic surgery is
viewed as part of the customer service provided by a veterinarian
or falls under professional misconduct depends entirely on the
location of your practice.
In human medicine, cosmetic surgery is usually requested by
a person who is not comfortable with the way she or he looks.
The individual may believe that his or her nose is too long
or too short, ears too large, that there are too many freckles,
wrinkles in overabundance or in the wrong place, or a variety of
other perceived “blemishes.” If successful, the surgery leaves the
patient feeling good, with improved self esteem, and generally
a better quality of life.
In animals, cosmetic surgery is requested by the owner of the
patient. It is believed to always be without benefit to the animal
since we are unaware that dogs are particularly perturbed if their
ears are too floppy or their tails are too long. Furthermore, many
behaviorists believe that intact ears and tails play an important
role in canine communication (1,2,3). If successful, cosmetic
surgery leaves the patient missing parts of their anatomy, usually
the tails, ears, or the ends of their toes. Oh yes, and some dogs
awake from anesthesia having lost their voice, permanently.
Interestingly enough, cosmetic surgery is not just a sign of
our times. In the late 1800s and early 1900s there are references
to creating Manx cats through tail-docking. There are also tales
of “ear reduction surgery” on some Persian cats to produce the
small kittenish ears required by show standards (4).
In its position statement on cosmetic surgery, the Canadian
Veterinary Medical Association (CVMA) opposes surgical altera­
tion of any animal for purely cosmetic purposes and lists tail
docking (horses, cattle, dogs), tail nicking in horses, ear crop­
ping in canine species, as well as onychectomy in species other
than the domestic cat (5).
How we treat animals varies considerably around the world,
from countries where even the basic needs of animals such as
food, water, shelter, and care are not met to countries where
cosmetic surgery has been discouraged or illegal for more than
a hundred years. Mahatma Gandhi is credited with having said,
Arlington Animal Hospital, 3010-B Arlington Avenue,
Saskatoon, Saskatchewan S7J 2J9.
Address all correspondence to Dr. Neumann; e-mail:
Neumannsaskatoon@shaw.ca
Reprints will not be available from the author.
CVJ / VOL 49 / MAY 2008
D ans le présent article, la «chirurgie esthétique» se définit
comme toute intervention chirurgicale non nécessaire du
point de vue médical. Que la chirurgie esthétique soit considé­
rée comme faisant partie du service à la clientèle offert par un
vétérinaire ou qu’elle soit jugée comme une faute professionnelle
dépend entièrement de l’emplacement de votre clinique.
En médecine humaine, la chirurgie esthétique est habituelle­
ment demandée par une personne qui n’est pas à l’aise avec
son apparence. La personne peut croire que son nez est trop
long ou trop court, que ses oreilles sont trop grandes, qu’il y
a trop de taches de rousseur, des rides en surabondance ou au
mauvais endroit, ou diverses autres «imperfections» perçues. Si
l’intervention réussit, elle procure aux patients un sentiment
de bien-être, une meilleure estime de soi et une qualité de vie
générale améliorée.
Chez les animaux, la chirurgie esthétique est demandée par
le propriétaire du patient. On croit qu’elle est toujours sans
avantage pour l’animal, vu que nous ne savons pas si le fait
que leurs oreilles soient trop pendantes ou que leur queue soit
trop longue dérange les chiens. Cependant, beaucoup de com­
portementalistes croient que des oreilles et des queues intactes
jouent un rôle important en communication canine (1,2,3). Si
la chirurgie esthétique est un succès, elle laisse le patient avec des
parties manquantes de son anatomie, habituellement la queue,
les oreilles ou le bout des orteils. Oh oui, et, après l’anesthésie,
certains chiens perdent la voix, de façon permanente.
Fait toutefois intéressant, la chirurgie esthétique n’est pas seu­
lement une tendance de notre époque. On a trouvé des mentions
de la création de chats de Manx par l’amputation de la queue
remontant à la fin des années 1800 et au début des années 1900.
On a aussi trouvé des anecdotes sur des «chirurgies de réduction
des oreilles» sur certains chats persans pour produire les petites
oreilles de chatons exigées par les standards d’exposition (4).
Dans son énoncé de position sur la chirurgie esthétique,
l’Association canadienne des médecins vétérinaires (ACMV)
s’oppose à l’altération chirurgicale de tout animal pour des rai­
sons purement esthétiques et cite l’amputation de la queue (che­
vaux, bétail, chiens), la réduction de la queue chez les chevaux,
Arlington Animal Hospital, 3010-B, Arlington Avenue,
Saskatoon (Saskatchewan) S7J 2J9.
Veuillez adresser toute la correspondance à la Dre Neumann;
courriel : Neumannsaskatoon@shaw.ca
Des copies ne seront pas offertes par l’auteur.
501
 “The greatness of a nation and its moral process can be judged
by the way its animals are treated” (6) and this statement is often
repeated by activists to draw attention to animal practices that
seem out of place based on the social ethics of the country. It
B I E N - Ê T R E D E S A N I M AU X
is worth considering whether cosmetic surgery performed on
animals in Canada violates our social conscience.
Here are a few facts and statements to ponder:
• The World Small Animal Veterinary Association states: “Surgical
operations for the purpose of modifying the appearance of a
companion animal for non-therapeutic purposes should be
actively discouraged. Where possible, legislation should be
enacted to prohibit the performance of non-therapeutic­surgi­
cal procedures for purely cosmetic purposes.”
• Most Canadian veterinarians responding to a CVMA survey
considered tail docking and ear cropping for cosmetic reasons
to be unacceptable (7).
• Ear cropping is illegal in Australia, New Zealand, and many
European countries (7).
• Tail docking is illegal in Norway, Sweden, Cyprus, Greece,
Switzerland, Luxembourg, Finland, and parts of Australia (7).
• In the United Kingdom, dogs with cropped ears have been
ineligible for competition under Kennel Club rules since
1898; that is, for 110 years (7).
• In Germany, declawing of any feline, debarking, and tail
docking all have been illegal for over 25 years.
While it may be helpful to look at legislation from other
countries for guidance on dealing with cosmetic surgery,
Canadians need to define how to approach this issue themselves.
Frank discussion is required among Canadian veterinarians and
their professional associations about how to practice veterinary
medicine when moral obligations to patients conflict with own­
ers’ desires for convenience. Why, for instance, does the CVMA
simply not oppose onychectomy in the domestic feline without
any caveats? Why do fee guides from provincial associations list
“combo deals” so clients can save money if they have their cat
declawed at the same time as spay or neuter surgery?
“There is a higher court than courts of justice and that is the
court of conscience. It supercedes all other courts” (6).
So why are we still performing cosmetic surgery? Among the
more common explanations and excuses are “If I won’t do it
the animal will be euthanized or killed.” “To please our clients.”
“I am afraid our clients may go somewhere else for this service.”
“If I don’t do it someone else will.” This leaves us with the ques­
tion of who truly benefits from cosmetic surgery? “The moment
there is suspicion about a person’s motives, everything he does
becomes tainted” (6).
Cosmetic surgery is becoming a more and more contentious
issue throughout North America. Animal welfare organizations
representing millions of individuals generally oppose cosmetic
surgery. Younger generations of veterinarians embrace the right
of animals to live their lives without being subjected to unneces­
sary surgery. The sooner our profession realizes and accepts the
changes sweeping through our society and acts accordingly, the
better. A profession as old and trusted as ours should be leading,
not following. We should serve our clients but not be slaves to
their every whim without regard to our patients. After all if we
do not keep our patient’s interests in mind, who will? It is time
502
l’essorillement chez les espèces canines ainsi que l’onychectomie
chez les espèces autres que le chat domestique (5).
La façon dont nous traitons les animaux varient considérable­
ment de par le monde, depuis les pays où les besoins de base des
animaux, comme la nourriture, l’eau, l’abri et les soins, ne sont
même pas comblés aux pays où la chirurgie esthétique est décou­
ragée ou illégale depuis plus de cent ans. On attribue la décla­
ration suivante à Mahatma Gandhi : «La grandeur d’une nation
et son processus moral peuvent être jugés par la façon dont les
animaux sont traités» (6) et cette affirmation est souvent répétée
par les activistes pour attirer l’attention sur les pratiques animales
qui semblent déplacées en rapport avec l’éthique sociale du pays.
Il vaut la peine de considérer si la chirurgie esthétique réalisée sur
les animaux au Canada enfreint notre conscience sociale.
Voici quelques faits et énoncés qui portent à réflexion :
• La World Small Animal Veterinary Association déclare : «Les
interventions chirurgicales pour les besoins de la modifica­
tion de l’apparence d’un animal de compagnie à des fins non
thérapeutiques devraient être activement découragées. Dans
la mesure du possible, des lois devraient être promulguées
pour interdire la réalisation d’interventions chirurgicales non
thérapeutiques à des fins purement esthétiques.»
• La plupart des vétérinaires canadiens répondant à un son­dage
de l’ACMV considéraient que l’amputation de la queue et
l’essorillement pour des raisons esthétiques étaient inac­
ceptables (7).
• L’essorillement est illégal en Australie, en Nouvelle-Zélande
et dans beaucoup de pays européens.
• L’amputation de la queue est illégale en Norvège, en Suède,
à Chypre, en Grèce, en Suisse, au Luxembourg, en Finlande
et dans des régions de l’Australie.
• Au Royaume-Uni, les chiens avec des oreilles coupées sont
inadmissibles aux concours en vertu des règles du Club canin
depuis 1898, soit depuis 110 ans (7).
• En Allemagne, le dégriffage des félins ainsi que la dévoca­
lisation et l’amputation de la queue sont des interventions
illégales depuis plus de 25 ans.
Bien qu’il puisse être utile d’examiner les lois d’autres pays
pour se guider sur la façon d’aborder la chirurgie esthétique, les
Canadiens doivent définir eux-mêmes leur approche face à cette
question. Les vétérinaires canadiens et leurs associations pro­
fessionnelles doivent tenir des discussions franches sur la façon
d’exercer la médecine vétérinaire lorsque les obligations morales
envers les patients entrent en conflit avec le désir de commodité
des propriétaires. Par exemple, pourquoi est-ce que l’ACMV ne
s’oppose pas purement et simplement à l’onychectomie chez
les félins domestiques? Pourquoi les guides d’honoraires des
associations provinciales présentent-ils des «forfaits» afin que
les clients puissent économiser s’ils font dégriffer leur chat en
même temps que la chirurgie de stérilisation?
«Il y a un tribunal supérieur aux tribunaux de justice et il
s’agit du tribunal de la conscience. Il l’emporte sur tous les
autres tribunaux.» (6)
Alors pourquoi réalisons-nous toujours des chirurgies esthé­
tiques? Parmi les explications et les excuses les plus courantes,
citons : «Si je ne le fais pas, l’animal sera euthanasié ou tué.»
«Pour faire plaisir à nos clients.» «Je crains que nos clients aillent
CVJ / VOL 49 / MAY 2008
for our profession to take a stand for what is right. “An error
does not become truth by reason of multiplied propagation, nor
does truth become error because nobody sees it” (6).
A cat has claws, most dogs bark. All animals come with
certain “accessories.” If a person is unable or unwilling to deal
with a particular set of “extras,” then maybe another choice of
companion should be suggested. Instead of a cat why not get
a bunny, or an aquarium. The choices are almost endless. Or
should we be so bold as to suggest that maybe certain individu­
als are not qualified to share their lives with another creature?
Perhaps owning an animal might be better thought of as a
privilege and not a right. In any relationship there needs to be
willingness to compromise. I suggest that it is time for pet own­
ers to take responsibility for their decisions and actions, too, just
as we must do as veterinarians.
In the end, I trust we will all make the right decision when
presented with the request to perform an unnecessary surgical
procedure on one of our patients. And, in time, our day-to-day
decisions will determine what we consider cosmetic surgery to
be, whether we view it as “customer service” or “professional
misconduct.” “Be the change that you want to see in the world”
(6).
In closing, I would like you to review the following familiar
words and consider how they might influence your actions while
you are practicing veterinary medicine.
Canadian Veterinary Oath
“As a member of the veterinary medical profession, I solemnly
swear that I will use my scientific knowledge and skills for the
benefit of society.
I will strive to promote animal health and welfare, relieve animal
suffering, protect the health of the public and environment, and
advance comparative medical knowledge.
I will practise my profession conscientiously, with dignity, and
in keeping with the principles of veterinary medical ethics.
I will strive continuously to improve my professional knowledge
and competence and to maintain the highest professional and
ethical standards for myself and the profession.”
CVMA 2004
“What do you think of Western civilization? I think it would
be a very good idea” (6).
References
1. Abrantes R. Dog Language: An encyclopedia of canine behaviour. Special
revised and updated English version. Wenatchee, WA: Wakan Tanka
Publishers c/o Dogwise Publishing,1997:56,75–76, 238–241.
2. Feddersen-Petersen D. Urd. Hundepsychologie 4., völlig neu bearbeitete,
umfassend erweiterte und neu bebilderte Auflage. Stuttgart: Franckh-
Kosmos Verlags-GMBH & Co. KG, 2004:124–125.
3. Bloch G. Der Wolf im Hundepelz. Stuttgart: Franckh-Kosmos Verlags-
GMBH & Co. KG, 2004.
4. Hartwell S. Messybeast Cat Resource Archive. C2004 Cosmetic Surgery
for Cats. [monograph on the Internet]. Available from http://www.
messybeast.com/cosmetic.htm Last accessed 12 February 2008.
5. Canadian Veterinary Medical Association. Animal Welfare Position
Statements. [homepage on the Internet]. Available from http://canadian
veterinarians.net/publications-informations-position-animal.aspx
Last accessed 12 February 2008.
CVJ / VOL 49 / MAY 2008
ailleurs pour ce service.» «Si je ne le fais pas quelqu’un d’autre
le fera.» Nous devons donc répondre à la question qui se pose,
c’est-à-dire, qui profite vraiment de la chirurgie esthétique?
«À partir du moment où il existe un soupçon à propos des motifs
d’une personne, tout ce qu’elle fait sera entaché.» (6)
La chirurgie esthétique devient un enjeu de plus en plus liti­
A N I M A L W E LFA R E
gieux partout en Amérique du Nord. Les organismes de bien-être
des animaux représentant des millions de personnes s’opposent
généralement à la chirurgie esthétique. Les générations de jeunes
vétérinaires embrassent le droit des animaux de vivre leur vie
sans être soumis à des chirurgies inutiles. Plus tôt notre profes­
sion réalisera et acceptera les changements qui se produisent au
sein de notre société et plus tôt elle agira en conséquence, mieux
il vaudra. Une profession aussi ancienne et vénérée que la nôtre
devrait donner l’exemple et non le suivre. Nous devrions servir
nos clients mais non devenir esclave de leurs caprices sans égard
pour nos patients. Après tout, si nous ne gardons pas à l’esprit
les intérêts de nos patients, qui le fera? Il est temps que notre
profession adopte une position pour défendre ce qui est juste.
«Une erreur ne devient pas vérité en raison de sa propagation
multipliée, et la vérité ne devient pas erreur parce que personne
ne la voit.» (6)
Un chat a des griffes, la plupart des chiens jappent. Tous les
animaux sont dotés de certains «accessoires». Si une personne
est incapable ou ne veut pas composer avec un ensemble par­
ticulier de «suppléments», alors peut-être qu’un autre choix de
compagnon devrait être suggéré. Au lieu d’un chat, pourquoi
ne pas se procurer un lapin ou un aquarium. Les choix sont
pratiquement infinis. Ou devrions-nous être si audacieux que de
suggérer que peut-être certaines personnes ne sont pas qualifiées
pour partager leur vie avec un autre être vivant? Peut-être que
la possession d’un animal devrait être considérée comme un
privilège et non un droit. Dans n’importe quelle relation, il doit
y avoir une volonté de compromis. Je suggère qu’il est temps
pour les propriétaires d’animaux d’assumer la responsabilité de
leurs décisions et leurs actions, tout comme nous devons le faire
à titre de vétérinaires.
En bout de ligne, je suis confiante que nous prendrons tous
la bonne décision lorsqu’on nous présentera une demande
d’intervention chirurgicale inutile sur l’un de nos patients. Et,
avec le temps, nos décisions quotidiennes déterminerons ce que
nous considérons comme de la chirurgie esthétique, que nous
la considérions comme un «service à la clientèle» ou une «faute
professionnelle». «Soyez le changement que vous désirez opérer
dans le monde.» (6).
En terminant, j’aimerais que vous examiniez les mots fami­
liers suivants et que vous considériez comment ils pourraient
influencer vos actions pendant que vous exercez la médecine
vétérinaire.
Serment vétérinaire canadien
«En tant que membre de la profession vétérinaire, j’affirme
solennellement que je mettrai mes connaissances et mes com­
pétences scientifiques au service de la société.
Je m’efforcerai de protéger la santé et le bien-être des animaux,
de soulager leurs souffrances, de protéger la santé publique et
503
 6. Brainy Quote. Mohandas Gandhi Quotes. [homepage on the Internet].
Available from: http://www.brainyquote.com/quotes/authors/m/
mohandas_gandhi.html Last accessed 12 February 2008.
B I E N - Ê T R E D E S A N I M AU X
écologique et de travailler à l’avancement des connaissances
médicales comparées.
J’exercerai ma profession consciencieusement, avec dignité et
conformément aux principes de déontologie de la médecine
vétérinaire.
Je m’efforcerai sans cesse d’améliorer mes connaissances et mes
compétences professionnelles et de respecter les normes profes­
sionnelles et déontologiques les plus rigoureuses à mon égard et
à celui de la profession.»
ACMV 2004
«Que pensez-vous de la civilisation occidentale? Je crois que cela
serait une excellente idée.» (6)
Éprouvez-vous de la colère? Êtes-vous confus? Incompris? Écrivez
une lettre à la rédaction!
504
7. Crook A. Cosmetic Surgery in North America and Latin America. Proc
World Small Anim Vet Assn 2001:54–55. ■
Renvois
1. ABRANTES, R. Dog Language: An encyclopedia of canine behaviour, édi­
tion spéciale anglaise révisée. Wenatchee, WA, Wakan Tanka Publishers,
a/s Dogwise Publishing, 1997, vol. 56, p. 75–76, p. 238–241.
2. FEDDERSEN-PETERSEN, D. Urd. Hundepsychologie 4., völlig neu
bearbeitete, umfassend erweiterte und neu bebilderte Auflage, Stuttgart,
Franckh-Kosmos Verlags-GMBH & Co. KG, 2004, p.124–125.
3. BLOCH, G. Der Wolf im Hundepelz, Stuttgart, Franckh-Kosmos Verlags-
GMBH & Co. KG, 2004.
4. HARTWELL, S. Messybeast Cat Resource Archive. C2004 «Cosmetic
Surgery for Cats», [monographie sur Internet]. Disponible au http://
www.messybeast.com/cosmetic.htm Dernière consultation le 12 février
2008.
5. ASSOCIATION CANADIENNE DES MÉDECINS VÉTÉRINAIRES.
Énoncés de position sur le bien-être des animaux, [page d’accueil sur
Internet]. Disponibles au http://veterinairesaucanada.net/publications-
informations-position-animal.aspx Dernière consultation le 12 février
2008.
6. BRAINY QUOTE. Mohandas Gandhi Quotes, [page d’accueil sur
Internet]. Disponible au : http://www.brainyquote.com/quotes/authors/m/
mohandas_gandhi.html Dernière consultation le 12 février 2008.
7. CROOK, A. «Cosmetic Surgery in North America and Latin America».
Proc World Small Anim Vet Assn, 2001, p. 54–55. ■
CVJ / VOL 49 / MAY 2008
 Vol. 6(1), pp. 18-24, January, 2014
DOI: 10.5897/JVMAH13.0242 Journal of Veterinary Medicine and Animal
© 2014 Academic Journals
http://www.academicjournals.org/JVMAH Health

Full Length Research Paper

Tail docking in dogs: Evaluation of current practices

and ethical aspects in southwest Nigeria
Akinrinmade Joseph Fadeyemi
Department of Veterinary Surgery and Reproduction, University of Ibadan, Nigeria.
Accepted 14 October, 2013

This study evaluated the current practices of tail docking in dogs routinely performed in southwest
Nigeria, as well as their ethical issues. The data were collected by means of a structured questionnaire
provided to breeders/owners besides an audit of retrospective case records. The results indicated that
tail docking was performed and embraced by all practices and breeders/owners surveyed, with higher
frequency of Rottweiler (76.7%) in comparison to PitBull (56.0%) and Boerboel (51.2%) breeds. Seventy
four percent of breeders docked for customary/traditional reason while others did so for reasons which
included improved appearance (53.6%), convenience and pleasure (46.4%), better hygiene (28.0%), ease
of mating (14.2%), enhanced aggressiveness (7.1%) and prevention of injuries (7.1%). Most practices
(97.4%) docked for non-therapeutic purposes. Sixty five percent of respondents docked at 2 to 3 weeks
of age while others did at less than 2 weeks (11.6%) and above 3 weeks (23.3%), respectively.
Infection/necrosis (37.2%) and self-mutilation (20.9%) were the most observed post-operative
complications by respondents. Most practices (72.0%) performed tail docking without anaesthesia while
60.5% of practices never gave post-operative analgesic. Majority of respondents (72.0%) oppose
abrogation of docking for non-therapeutic reasons. Primary legislation prohibiting docking of dogs’
tails except for medical or surgical reasons is recommended.

Key words: Tail docking, dogs, southwest Nigeria.

INTRODUCTION

The World Small Animal Veterinary Association (WSAVA)
defines tail docking as ‘’the amputation of a dog’s tail at
varying lengths to suit the recommendations of a breed
standard’’ (WSAVA, 2001).
The amputation of the puppy’s tail is usually performed
either with scissors, a knife or with a rubber band at
between three to five days of age. Since docking involves
interference with the sensitive tissues and bone
structures of the animal, it is considered an act of
mutilation by WSAVA, comparable to ear cropping and
other non-therapeutic procedure inflicted on dogs.
Tail docking of dogs is justified on the basis that it
prevents tail injury, particularly in working dogs such as:
Spaniels, Terriers and Old English sheepdogs in the
United Kingdom. This stance is maintained by breed
clubs (Warman, 2004) and hunters alike (Dyer, 2004).
Reports abound to the effect that complications from
docking procedure contribute to the incidence of tail
injuries (Diesel et al., 2010), acquired urinary/faecal
incontinence and perennial hernia (Wansbrough, 1996),
impaired locomotion (Bennett and Perini, 2004) and
amputation neuromas (Gross and Carr, 1990). The
controversy over whether tail docking and ear cropping
on companion dogs should be made unlawful originated
in 19th century in Britain (Delafenetre, 2009). Since then,
the controversy has remained unabated as evidenced by

E-mail: fadeyemiakinrinmade@yahoo.com. Tel: 08023255051.


the number of correspondence (Davidson, 2006; King,
2007; Penny, 2007) and submissions received by
Parliament in the drafting of the Animal Welfare Bill
(Willeberg,1996; Defra, 2002).
Different groups hold strong views about tail docking in
domestic dogs. These range from veterinary associations
and welfare organizations, which typically want the
practice banned, to purebred dog associations and
Kennel clubs, which vigorously oppose the anti-docking
legislation.
In the 1980s, the veterinarians eventually joined forces
with animal protection organizations to press for a ban
against non-therapeutic tail docking in dogs (Ryder,
2000). The debate has centered on whether non-
therapeutic tail docking reduces the risk of tail injuries
sufficiently to justify the ethical concerns regarding this
prophylactic intervention (Diesel et al., 2010). Today,
opposition to tail docking in dogs for non-therapeutic
reasons has heightened in countries like the United
Kingdom (UK), United States of America (USA) and
Canada. Many countries such as the European Union,
Australia and South Africa have gone to the extent of
outright ban on what they described as an archaic,
barbaric and pointless act (AWVT, 2002). Tail docking
has thus become a very emotive subject in many
countries. Many organized bodies such as the kennel
clubs of the UK and the USA and the Council of Docked
Breeds (CDB) consider that docking is in the interest of
the animal’s welfare. This is in sharp contrast to the views
held by the European Convention for the Protection of
Pet Animals (ECPPA), The Royal College of Veterinary
Surgeons, The British and Scottish Societies for the
Prevention of Cruelty to Animals and the Advocates of
Animals among others (AWVT, 2002).
To the best of the author’s knowledge, report on the
practice and legislation on tail docking in dogs in Nigeria
has not been documented. In recent times, importation of
exotic breeds of dogs by breeders into Nigeria has
heightened due to increased demand and preference for
dogs to meet security challenges. With pedigree and pure
breeds being the preference, Nigeria will most likely be
drawn into the docking controversy in not too distant
future. An objective evaluation of the tail docking issue
requires the integration of moral views with biological and
behavioral facts. There is therefore the need for tail
docking by vet practices and breeders in Nigeria to be
evaluated with regard to current practices, ethical and
welfare issues in line with standard practices. These are
the objectives which the present study sought to achieve.
MATERIALS AND METHODS
The study was conducted between January and June, 2013 in two
stages. In stage one, data were obtained through the administration
of a questionnaire to clients who are dog breeders/owners that
Akinrinmade 19
visited some selected private and state owned veterinary
clinics/hospitals. The clinics/hospitals were drawn from Oyo, Ogun,
Ondo, Osun, Ekiti and Lagos states of Southwest Nigeria. The
areas surveyed has the highest concentration of small animal
practices and over 50% of the exotic dog population in Nigeria.
Respondents’ were asked to freely provide answers to open
questions on tail docking with respects to their years of experience
as a dog breeders/owners, the breeds of dogs kept and commonly
docked, why, where, when and who performed the tail docking.
Information on post docking observation and complications were
also obtained. Respondents’ opinion on their awareness of the
existence of and support for legislation against tail docking in
Nigeria was also sought. All responses were freely given in written
form, collated and stratified appropriately.
The second stage of the study involved a retrospective
evaluation of the practice, ethics and welfare use of tail docking by
practices in the study locations, over a five year period (2008 to
2012). Information on breeds, age at docking, indication for surgery,
anaesthetic protocol, operative techniques and postoperative care
were obtained for all documented tail docking procedure.
Data analysis
The data obtained in both stages of study were collated and
subjected to appropriate descriptive statistical analysis.
RESULTS
Of the total number of 64 practices in private and public
sectors listed for the study based on their scope of
activities and type of practice, only 43 (67%) gave their
consent to co-operate and facilitate the activity. Out of the
270 questionnaires sent out, 168 (62.2%) respondents
were collected. Breeds of dogs most commonly docked
at the study location included Rottweiler (76.7%), Pit-bull
(56.0%), Boerboel (51.2%), Dobermann (25.6%), Bull-
mastif (23.2%), Boxer (10.1%) and others (4.8%) (Figure
1). The reasons for tail docking from breeders and
veterinary practices’ viewpoints are presented in Figure
2. Significant number of breeders docked for reasons of
custom/tradition (74.4%) while others did so to improve
appearance (53.6%), convenience and pleasure (46.4%),
better hygiene (28.0%), ease of mating (14.2%),
enhanced ease of aggression (7.1%) and prevention of
injuries (7.1%). Clinical records by practices on the other
hand revealed that 97.7 and 2.3% were docked for
elective and therapeutic purposes, respectively.
The age at docking varied from less than 2 weeks to
above 8 weeks. Majority of respondents (65.1%) docked
at 2 to 3 weeks of age while 11.6, 4.7 and 4.7% docked
at less than 2 weeks, 4 to 8 weeks and above 8 weeks,
respectively (Figure 3).
Infection/necrosis of the tail constituted the most
frequently observed post-docking complication by
respondents (36.9%). Other complications observed in
decreasing order of frequency included self-mutilation
(20.2%), increased aggression (8.3%), attack by other
20 J. Vet. Med. Anim. Health
Breeds
Figure 1. Breeds of dogs commonly docked by respondents in Southwest Nigeria.
dogs (5.4%), nervous signs (2.8%) and increased
tendency to sleep (1.8%) (Figure 4).
Anaesthetic and surgical techniques employed by
practices for tail docking are presented in Figure 5.
Manual restraints and anaesthesia were employed by
72.0 and 28.0% of practices, respectively for tail docking
while 60.5% of practices gave no analgesics post-
operatively. The use of tourniquet to minimize blood loss
was embraced by 81.4% of practices. Majority of
practices (90.6%) docked at the level of the second
coccygeal vertebral while others docked at the third
(11.6%) and fourth (4.7%) coccygeal vertebral bones,
respectively. The attitude of respondents to abrogation of
tail docking for non-therapeutic reasons indicated that
10.7% are favourably disposed to such proposal while
significant number (72.0%) are opposed to it, with 17.2%
being indifferent to such procedure.
DISCUSSION
Expectedly, the results of this investigation have shown
that the practice of tail docking in dogs is embraced by
veterinary practices and breeders/pet owners in the study
location, in line with the practice in most parts of the
world (Morton, 1992). Rottweiler was the most commonly
docked breed. Other breeds such as Boerboel, Pitbull,
Dobermann, Bull mastiff and Boxers are docked with less
frequency. It is worthy to note that all the breeds reported
in this study are pedigree dogs that are customarily
docked in their various places of origin. It is therefore not
surprising that most respondents reported in this study
docked for reason of custom or tradition and to a less
extent for other reasons such as improved appearance,
convenience and better hygiene. This is in agreement
with findings from previous studies in the UK and
Australia (Wansbrough, 1996; Bennett and Perini, 2003).
Findings from clinical records in this study also
corroborated breeders/owners views to the effect that
significant number of tail docking procedures in dogs
were performed for non-therapeutic reasons. The docking
of dog’s tails is a practice which has been carried out for
centuries in puppies between 5 to 10 days old because of
the notion that neonates are less able to perceive pain at
that age. This general belief has been proven not to be
correct (Noonan et al., 1996). It was observed from the
study that docking was done much later in life (2 to 3
weeks) in 65.1% of cases, without the use of anaesthetic
and analgesics in 72.0 and 60.5%, respectively. This in
the author’s opinion is not in accordance with the current

100
90
80
70
Percentages(%)
60
50
40
30
20
10
Figure 2. Reasons for tail docking from Breeders and Clinicians’ view points.
knowledge and practices regarding pain management in
dogs with docked tails (AWVT, 2002). Similarly,
comparative detailed studies of pain caused by different
methods of tail docking in young farm animals (Moloney
and Kent, 1997) and puppies (Noonan et al., 1996)
reported that these animals feel pain when tail-docked.
The use of manual restraint by most practices and non-
administration of analgesics by 40% of practices post-
operation in this study suggest that appropriate
consideration was not accorded to the welfare of dogs
with respect to alleviation of pain during and after
docking, as required by standard and best practices
(Miles, 2005; Lefebre et al., 2007).
The ECPPA signed by twelve countries prohibits
surgical operations in which an animal will or is likely to
experience severe pain (Lefebre et al., 2007). Similarly,
the Companion Animal Welfare Council (CAWC) and the
Societies for Prevention of Cruelty to Animals in the UK
and Australia are opposed to docking on the basis of the
pain associated with the procedure (AWVT, 2002).
In this study, some respondents observed an increased
tendency of docked puppies to suckle and fall asleep
within few minutes of tail docking. This may be an
indication of pain, as the act of suckling has been
reported to stimulate the release of endogenous opioids
Akinrinmade 21
(endorphins) that produce analgesia (Bennett and Perini,
2003). Observation of infection/necrosis and self-
mutilation by 37.2 and 20.9% of respondents respectively
post-docking may suggest poor pain management on the
part of the clinician and more importantly, inadequate
post-operative care by dog owners who most frequently
fail to honour follow-up appointments. It was also
revealed from this study that docking was performed by
veterinarians and non veterinarians alike. Detailed
records of the procedure were not fully documented by
most practices largely due to failure on the part of client
to honour postoperative appointments.
Expectedly, the attitude of respondents to abrogation of
tail docking for non-therapeutic purposes was unfavo-
rable. A significant percentage of respondents consider
docking as a harmless procedure that upholds the
integrity of certain dog breeds as exemplified by
Rottweiler, Boerboel and Dobermann in this study. At
present, the level of awareness on welfare and legislation
issues regarding tail docking in Nigeria is poor. Across a
range of countries, routine tail docking is considered
unacceptable to most veterinarians (83 to 92%) and the
general public (68 to 88%), (Bennett and Perini, 2003). In
contrast, many breeders with a prior commitment to this
practice remain in favor of tail docking (CDB, 2007).
22 J. Vet. Med. Anim. Health

Less than 2 2-3 3-4 4-8 More than 8

Duration (weeks)

Figure 3. Age at which docking is done according to respondents.

37.2
25

20
Percentage(%)

15

10

0
Self mutilation Increased Attack by other Nervous signs Increased tendency
aggression dogs to sleep

Figure 4. Post-docking complications observed by respondents.


100
90
80
70
60
Percentage(%)
50
40
30
20
10
0
Docking at 2nd Tourniquet
coccygeal none application
Figure 5. Anaesthetic and operative techniques employed by practices for tail docking.
Unlike in Nigeria which is yet to have a policy on tail
docking in dogs, the procedure is not permitted or is
highly restricted in many countries of the world.
The European Convention for the Protection of Pet
Animals (ECPPA) prohibits surgical operations for non-
curative purposes. An increasing number of countries
have placed restrictions on canine tail docking including
the UK, the USA, Germany, Norway, Sweden, the
Netherlands, Australia, Finland and Denmark while
others including Greece, Luxembourg, Switzerland and
Austria have ratified the ECPPA Convention.
The outcome of this study suggests that an enactment
of a law banning tail docking on welfare ground maybe
inevitable in the near future in Nigeria. This will be in line
with current trends in many parts of the world, like the
European Union, Australia, South Africa and Israel
(AWVT, 2002). It is the opinion of the author that tail
docking cannot be described as prophylactic if it is
undertaken merely on request, or just because the dog is
of a particular breed, type or conformation, as reported in
this study. The Veterinary Council of Nigeria as a
regulatory body has legal and ethical duty to its
members, to the animals under their care and to the
Akinrinmade 23
Manual restraint Anaesthesia Analgesia
general public, including breeders/pet owners, to ensure
that the standard of the profession are maintained. It is
highly imperative that surgical operations for the purpose
of modifying the appearance of a pet animal for
therapeutic and/or non-curative purposes must be
performed by a veterinary surgeon. Operations including
tail docking, in which the animal will or is likely to
experience pain should be carried out under anaesthesia
with appropriate analgesia. Primary legislation prohibiting
docking of dogs’ tails in Nigeria except for medical or
surgical reasons is recommended.
It is important to be aware of the limitations of the
present study. The numbers of veterinary practices
selected in each states of the region sampled were not
selected based on the probability to the size and scope of
activity. A very high proportion of practices included in the
study were based in the state capitals. The sample may
be un-representative because not all cases of tail docking
were documented by practices. Additionally, low
response rate on the part of breeders/owners created a
reduction in anticipated sample size. This may be due to
low level of awareness on the issue of tail docking in
Nigeria.
24 J. Vet. Med. Anim. Health

ACKNOWLEDGEMENT Lefebre D, Lips D, Giffroy JM (2007). The European Convention for the
Protection of Pet animals. Rev Sci Tech. 26(3): 19-628.
Miles T (2005): Non-therapeutic docking of dog’s tails. Vet-Rec 157,
The author wish to acknowledge the support, cooperation 636.
and immense assistance provided by the clinicians and Moloney V, Kent JE (1997). Assessment of acute pain in farm animals
clients in both public and private clinics and hospitals in using behavioural and physiological measurements. J. Anim. Sci.
75:266-272.
the study locations. Dr. A. S. Akinrinde and Mr. Morton D (1992). Docking of dogs: practical and ethical aspects. Vet.
Oluwasegun William are deeply appreciated for their Rec. 131 (14): 301-306.
technical and secretarial support, respectively. Noonan GR, Rand J, Blackshaw J (1996): Behavioural observerations
of puppies undergoing tail docking. Appl. Anim. Behav. Sci. 49:335-
342.
Penny RHC (2007): Docking of dogs’ tails. Vet. Rec. 160:99-100.
REFERENCES
Ryder RD (2000): Animal Revolution: Changing Attitudes towards
speciesism. Second Ed, Oxford. Berg.
AWVT (2002). Animal Welfare Veterinary Team: A review of the
Wansbrough RK (1996) Cosmetic Tail docking in dogs. Aust. Vet. J.
scientific aspects and veterinary opinions relating to tail docking in
74(1):59-63.
dogs. Department for Environment, Food and Rural Affairs.
Warman J (2004): The Proposed Bill to Ban Tail Docking. Retrived from
Bennett PC, Perini E (2003). Tail docking in dogs a review of the issues.
http://www.nzkc.org.nz/taildocking.html.
Aust. Vet. J. 81(4):208-218.
Well A, Hill KE, Stafford KJ, Wink WD (2011): The tail injury justification
CDB (2007). Council of Docked Breeds. Available at :http//www.docking
of canine tail docking: Prevalence, causes, treatments and risk
survey.org.
factors of canine tail injuries in New-Zealand. Institute of Veterinary
Davidson D (2006). Non-therapeutic docking of dogs’ tails. Vet. Rec.
Animal and Biochemical Sciences, Massey University, New-Zealand.
158: 70.
Willeberg P (1996): Report to the animal welfare council regarding
DEFRA (2002). The consultation on an Animal Welfare Bill : an analysis
assessments of reports on tail injuries in dogs. Available at
of the replies.www.defra.uk/wild life-pets/cruelty/document/awbill
www.antidockingalliance.co.uk.
consultanalysis.
Delafenetre D (2009). Landseer’s Ethics: The campaign to end
‘’Cosmetic Surgry’’ on dogs in Australia, In Carrol Gigliotti, ed,
Leonardo’s choice: genetic technologies and animals, Springer, 193-
214.
Diesel G, Pfeiffer D, Crispin S, Brodbelt D (2010): Risk factors for tail
injuries in Great Britain. Vet. Rec. 166:812-817.
Dyer J (2004): Formal submission regarding: The Animal Welfare
(Restrictions of Docking of Dogs Tails) Bill. Retrieved
http://www.fishandgame.org.nz/site/regions/auckland/huntingnews/fe
b09.aspx.
Gross TL, Carr SH (1990): Amputation neuroma of docked tails in dogs.
Vet. Pathol 27:61-62.
King R (2007): Docking of dogs’ tails. Vet. Rec. 160, 99.