Studi Kasus Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengebor PDF
Studi Kasus Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengebor PDF
1 / Januari 2016
ABSTRAK
Industri migas merupakan salah satu industri dengan tingkat risiko kecelakaan yang sangat
tinggi. Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok, yaitu perilaku kerja yang
tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman (unsafe conditions).Tujuan
penelitian adalah untuk menganalisis faktor tindakan dan lingkungan yang tidak aman dengan
kecelakaan kerja di PT. X. Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan
desain kasus kontrol. Jumlah sampel 60 orang, meliputi 30 kasus (Pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja) dan 30 kontrol (Pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kerja). Analisis
data secara bivariat dengan uji chi square, dan multivariat dengan uji regresi logistik
berganda. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah lama kerja (p
value 0,006), tindakan pekerja (p value 0,0001), dan lingkungan kerja (p value 0,001),
sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah umur (p value
0,116), pendidikan (p value 1,000), pelatihan (p value 0,252), informasi (p value 1,000).
Secara multivariat, factor lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
kecelakaan kerja (p value 0,009; Exp.B 0,134). Tindakan dan lingkungan berpengaruh
terhadap kejadian kecelakaan kerja di PT. X.
Kata Kunci : tindakan, lingkungan, kecelakaan kerja.
ABSTRACT
Oil and gas industry is one of the industries with the level of risk of accidents is very high.
Workplace accidents are generally caused by two main points, namely the behavior of unsafe
working (unsafe act) and unsafe working conditions (unsafe conditions). The research
objective is to analyze the actions and unsafe environment with workplace accidents in PT. X.
This study was conducted analytic observational case control design. Number of samples 60
people, including 30 cases (Workers injured at work) and 30 controls (Workers who are not
injured at work). Bivariate data analysis with chi square testand multivariat with test of
regresi logistics. Factors related to accident of activity is period of activity (p value 0,006),
worker action (p value 0,0001), and environment (p value 0,001), while factor which do not
relate to accident of activityis age (p value 0,116), education (p value 1,000), training (p
value 0,252), information (p value 1,000). By multivariat, environmental factor represent
most having an effect on factor to accident of activity (p value 0,009; Exp.B 0,134). Action
and environment have an effect on to occurence of accident of activity in PT X.
Keywords: Action, environment, accident.
51
Studi Kasus Kecelakaan Kerja…… (Sigit Winarto, Hanifa MD, Bina K)
tidak aman (unsafe act) dan kondisi kerja detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja
yang tidak aman (unsafe conditions). Work (Yulianti, 2012).
in Safety Environment (WISE) yang Data Jamsostek tahun 2008,
menyatakan kecelakaan kerja terjadi 98% menunjukkan bahwa kasus kecelakaan
akibat unsafe act dan sisanya akibat unsafe kerja (KK) selama tahun 2003-2006
condition. Hal ini berarti perilaku pekerja menunjukkan grafik turun naik. Selama
memegang peranan penting dalam tahun 2003 terjadi sebanyak 105.846 KK,
terjadinya kecelakaan (Riyadina, 2008). tahun 2004 sebanyak 95.418 KK, tahun
Menurut catatan World health 2005 sebanyak 99.023 KK, dan pada tahun
organization (WHO), 45% penduduk dunia 2006 menurun menjadi 95.624 KK.
dan 58% penduduk yang berusia diatas Statistik kecelakaan kerja pada sektor
sepuluh tahun tergolong tenaga kerja. Mineral dan Batubara sejak tahun 2008-
Diperkirakan dari jumlah tenaga kerja 2013 menunjukkan kecelakaan yang
diatas, sebesar 35% sampai 50% pekerja di menyebabkan kematian, yaitu sejumlah 19
dunia terpajan bahaya fisik, kimia, biologi, jiwa (tahun 2008), 44 jiwa (tahun 2009),
dan juga bekerja dalam beban kerja fisik 15 jiwa (tahun 2010), 22 jiwa (tahun
dan ergonomi yang melebihi kapasitasnya 2011), 29 jiwa (tahun 2012), dan 45 jiwa
termasuk pula beban kerja psikologis. (tahun 2013) (Lestari, 2014).
Berdasarkan statistik dari International Industri migas merupakan salah satu
labour office, 120 juta kecelakaan kerja industri dengan tingkat risiko kecelakaan
terjadi setiap tahunnya di tempat kerja di yang sangat tinggi. Dalam OSHA strategic
seluruh dunia (Laksono, 2009). management plan, disebutkan bahwa
Masalah kecelakaan kerja di operasi pelayanan lapangan industri
Indonesia masih tergolong tinggi. minyak dan gas termasuk dalam salah satu
Pada 2010 tercatat kasus kecelakaan kerja dari tujuh industri dengan tingkat bahaya
sebanyak 65.000 kasus atau menurun yang tinggi (Ratnasari, 2009). PT.X adalah
dibanding 2009 yang mencapai 96.314 sebuah perusahaan Internasional yang
kasus. Dari 96.314 kasus kecelakaan kerja bergerak dibidang perminyakan dan gas
yang terjadi di Indonesia pada 2009, bumi. PT.X adalah perusahaan jasa energi
sebanyak 87.035 tenaga kerja sembuh terpadu, dengan kompetensi inti di jasa
total, 4.380 mengalami cacat fungsi, 2.713 hulu migas yaitu jasa seismik (Geoscience
cacat sebagian, 42 cacat total, dan 2.144 services), jasa pemboran (Drilling
meninggal dunia. Di Indonesia setiap tujuh services) dan jasa pemeliharaan lapangan
migas (Oilfield services). Saat ini PT.X
52
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
melayani perusahaan migas nasional mau saat bekerja karenakan kekurangan cairan
pun multinasional, antara lain Pertamina dan istirahat pada tahun 2015. Beberapa
Group, Total E&P Indonesia, Chevron, insiden yang terjadi diduga diakibatkan
Total, ENI, Repsol, GNPOC, ENI. dikarenakan pekerja tidak memakai APD
Berdasarkan hasil observasi dan (Alat pelindung diri) sewaktu bekerja serta
wawancara pada bulan Oktober 2014 kondisi lingkungan yang tidak mendukung
didapatkan data kecelakaan kerja pada para pekerja untuk bekerja secara
tujuh departemen yang dibawahi oleh maksimal dan aman.
seismic survey PT.X, tercatat data pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja METODE
sebanyak 33 kasus. sebagian besar Penelitian ini merupakan penelitian
kecelakaan kerja terjadi di departemen epidemiologi analitik dengan rancangan
pengeboran yang melakukan pengeboran observasional menggunakan pendekatan
dangkal pada seismic survey sebanyak 30 studi kasus kontrol (case control study),
kasus. yaitu studi yang mempelajari hubungan
Kecelakaan kerja periode 2012-2015 antara faktor penelitian/paparan dan
di departemen pengeboran PT.X, yaitu: penyakit dengan cara membandingkan
Seorang pekerja mengalami luka sobek kelompok kasus dan kelompok kontrol
pada bagian dagu dikarenakan terkena berdasarkan status paparannya (Buchari,
kayu saat berjalan di jembatan lapangan 2012). Desain ini diterapkan untuk mencari
pada tahun 2012, seorang pekerja hubungan seberapa jauh faktor risiko
mengalami dislokasi pada bagian kaki mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja
kanan karena terjepit kayu jembatan pada tahun 01 januari 2012 sampai dengan
lapangan saat hendak memindahkan mesin 31 desember 2015 di unit pengeboran.
power rig pada tahun 2012, seorang Populasi dalam penelitian ini adalah
pekerja mengalami pendarahan di bagian seluruh pekerja di PT.X di unit pengeboran
lengan kanan karena pakaian pekerja yang berjumlah 135 orang. Sampel yang
terlilit didalam mesin yang sedang berputar dijadikan responden dibagi menjadi dua
pada tahun 2012. Pada tahun 2015, seorang kelompok, yaitu kelompok kasus dan
pekerja mengalami luka sobek pada bagian kelompok kontrol. Kelompok kasus dalam
kening kepala saat mata cangkul yang penelitian ini adalah pekerja yang tercatat
digunakan teman kerja terlepas pada tahun pernah mengalami kecelakaan di unit
2015, seorang pekerja mengalami pingsan pengeboran selama tahun 2012-2015 di
53
Studi Kasus Kecelakaan Kerja…… (Sigit Winarto, Hanifa MD, Bina K)
54
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
sampai dengan tahun 2006 oleh Jamsostek kecelakaan kerja dibandingkan yang
Tbk ternyata kecelakaan yang terjadi mengalami kecelakaan kerja.
paling banyak menimpa kelompok umur Berdasarkan hasil uji statistik dengan
21-25 tahun, diikuti kelompok umur 26-30 uji chi square didapatkan nilai p value
tahun dan 31-35 tahun yang merupakan sebesar 0,006 (< 0,05). Hal ini berarti ada
kelompok usia paling produktif. hubungan antara masa kerja dengan
Banyaknya kasus kecelakaan pada usia kejadian kecelakaan kerja di unit
muda ini karena usia ini cenderung untuk pengeboran PT. X. Masa kerja pada
berperilaku sembrono, kurang pengalaman, pekerja juga berpengaruh terhadap
senang mencoba-coba dan mengakibatkan kejadian kecelakaan kerja. Menurut ILO
perilaku tidak aman dan atau membuat menyatakan bahwa sulit untuk menarik
kondisi lingkungan kerja yang tidak aman kesimpulan yang jelas pengaruh masa kerja
(Depnakertrans, 2007). terhadap tingkat kecelakaan karena
berbagai faktor yang menyebabkan
Masa Kerja kecelakaan saling mempengaruhi dan tidak
Masa kerja pada pekerja yang kurang dapat dipisahkan. Perhatian pekerja yang
dari 4 tahun pada kelompok kasus (93,3%) belum terbiasa pada lingkungan kerja akan
lebih besar apabila dibandingkan dengan terpencar oleh banyak kesan baru dan ini
masa kerja pada pekerja yang kuran dari 4 bersama kurangnya pengalaman dapat
tahun pada kelompok kontrol. Sedangkan menjelaskan mengapa frekuensi
masa kerja pekerja yang lebih dari 4 tahun kecelakaan relatif tinggi di antara para
pada kelompok kasus (6,7%) lebih kecil pekerja yang baru (Depnakertrans, 2007).
apabila dibandingkan dengan lama kerja Masa kerja dalam penelitian ini
responden yang lebih dari 4 tahun pada mempunyai hubungan dengan kejadian
kelompok kontrol. kecelakaan kerja. Masa kerja dan
Pekerja yang memiliki masa kerja pengalaman kerja merupakan faktor yang
kurang dari 4 tahun yang mengalami dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan
kecelakaan kerja lebih banyak kerja. Berdasarkan berbagai penelitian
dibandingkan yang tidak mengalami dengan meningginya pengalaman dan
kecelakaan kerja. Sedangkan pada pekerja keterampilan akan disertai dengan
yang memiliki masa kerja lebih dari 4 penurunan angka kecelakaan kerja.
tahun, lebih banyak yang tidak mengalami Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat
kerja bertambah baik sejalan dengan
55
Studi Kasus Kecelakaan Kerja…… (Sigit Winarto, Hanifa MD, Bina K)
pertambahan usia dan lamanya kerja di Hasil uji statistik menggunakan uji
tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga chi square didapatkan nilai p value sebesar
kerja baru biasanya belum mengetahui 1,000 (>0,05). Hal ini berarti tidak ada
secara mendalam tentang seluk-beluk hubungan antara pendidikan dengan
pekerjaannya. kejadian kecelakaan kerja di unit
Hasil analisis univariat terlihat pengeboran PT. X. Peristiwa kecelakaan
bahwa masa kerja pekerja di area kerja tentu ada penyebabnya. Salah satu
pengeboran PT.X yang mengalami penyebab dari kecelakaan kerja adalah
kecelakaan kerja rata-rata bekerja kurang perbuatan tidak aman, seperti perbuatan
dari 4 tahun, bila dibandingkan dengan tidak aman yang disebabkan oleh
pekerja yang tidak mengalami kecelakaan kurangnya pengetahuan dan keterampilan,
kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja keletihan dan kelesuan, serta sikap dan
yang mempunyai masa kerja yang minim tingkah laku yang tidak aman. Pendidikan
atau masih baru, cenderung akan seseorang sangat penting diperhatikan
mengalami kecelakaan kerja. untuk meningkatkan kesadaran akan arti
pentingnya kesehatan dan keselamatan
Pendidikan Responden kerja (Aditama, 2002).
Pekerja yang hanya lulus SD pada Berdasarkan analisis data yang
kelompok kasus (40%), lebih besar dilakukan, diperoleh hasil bahwa tingkat
dibandingkan dengan pekerja yang lulus pendidikan responden tidak berhubungan
SD pada kelompok kontrol (36,7%). dengan kecelakaan kerja. Hal ini tidak
Sedangkan pekerja yang lulus SMP, pada sejalan dengan teori yang mengatakan
kelompok kontrol (63,3%) lebih besar bahwa pendidikan seorang tenaga kerja
dibandingkan pekerja yang lulus SMP pada mempengaruhi cara berpikirnya dalam
kelompok kasus (60%). mengahadapi pekerjaannya, termasuk cara
Pekerja yang hanya lulus SD dan pencegahan kecelakaan maupun
mengalami kecelakaan kerja lebih besar menghindari kecelakaan saat ia melakukan
dibandingkan pekerja yang lulus SD tetapi pekerjaannya. Hal ini dapat disebabkan
tidak mengalami kecelakaan kerja. oleh adanya faktor lain yang
Sedangkan pada pekerja yang lulus SMP, mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja
lebih banyak yang tidak mengalami seperti tingkat pengetahuan dan
kecelakaan kerja dibandingkan pekerja keterampilan tenaga kerja serta sikap
lulus SMP yang mengalami kecelakaan tenaga kerja itu sendiri dalam melakukan
kerja. pekerjaannya serta kurangnya pemantauan
56
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
dan pendampingan khusus didalam proses yang kurang bersinggungan dengan tingkat
kerja pengeboran oleh para ahli yang pendidikan, dimana pekerjaan ini sudah
berkompeten dibidang pengeboran yang dapat dilakukan hanya dengan banyak
mana para ahli seharusnya memiliki terpapar dengan pekerjaan, dan pekerjaan
pendidikan serta pengetahuan yang lebih ini lebih banyak mengandalkan fisik atau
terhadap bidang pekerjaan pengeboran dan tenaga, dibandingkan proses pemikiran.
dapat memberikan bantuan dan peringatan
langsung terhadap pekerja disaat produksi Pelatihan
sedang berlangsung. Sebanyak 36,7% pekerja pada
Hasil penelitian yang menunjukkan kelompok kasus tidak pernah mendapatkan
tidak ada hubungan antara pendidikan pelatihan, lebih besar dari kelompok
pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja kontrol yang tidak pernah mendapat
sesuai dengan hasil dengan penelitian oleh pelatihan, yaitu sebesar 20%. Sedangkan
Yanto Hidayat mengenai hubungan antara pekerja yang pernah mendapat pelatihan,
berbagai faktor individu dengan kejadian pada kelompok kontrol (80%) lebih besar
kecelakaan kerja di PT. Jasa Marina Indah dibandingkan pekerja yang pernah
Semarang, dimana hasil penelitian ini mendapat pelatihan pada kelompok kasus
menyebutkan bahwa pendidikan pekerja (63,3%).
baik pendidikan rendah maupun tinggi Pekerja yang tidak pernah
tidak berhubungan dengan terjadinya mendapatkan pelatihan lebih banyak
kecelakaan kerja (Hidayat, 2005). mengalami kecelakaan kerja dibandingkan
Penelitian lain yang dilakukan oleh kelompok pekerja yang tidak pernah
Kristiyanto Indra Kusuma menyebutkan mendapat pelatihan namun tidak
bahwa pendidikan tidak berhubungan mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan
dengan kejadian kecelakaan kera di section pada kelompok pekerja yang pernah
component body and welding departement mendapat pelatihan, lebih banyak yang
produksi Minibus PT.X, dimana baik tidak mengalami kecelakaan kerja
pendidikan formal maunpun nonformal dibandingkan kelompok pekerja yang
pada pekerja tetap berisiko terjadinya pernah mendapat pelatihan namun
kecelakaan kerja (Indra, 2013). mengalami kecelakaan kerja.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti Hasil uji statistik menggunakan uji
berpendapat bahwa pekerjaan unit chi square didapatkan nilai p value sebesar
pengeboran adalah suatu jenis pekerjaan 0,252 (>0,05). Hal ini berarti tidak ada
57
Studi Kasus Kecelakaan Kerja…… (Sigit Winarto, Hanifa MD, Bina K)
hubungan antara pelatihan dengan kejadian tidak mendapat informasi tentang pelatihan
kecelakaan kerja di unit pengeboran PT X. yang dilaksanakan. Hasil penelitian ini
Teori lainnya tentang penyebab dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan
pencegahan kecelakaan kerja dikemukakan oleh Sovian Piri yang menunjukkan bahwa
oleh Assunnah, berdasarkan konsep sebab pelatihan tidak berhubungan dengan
kecelakaan kerja, maka ditinjau dari sudut kejadian kecelakaan kerja pada pekerja
keselamatan kerja unsur-unsur penyebab konstruksi di kota Tomohon. Hal ini terjadi
kecelakaan kerja mencakup 5 yaitu: karena pekerja yang belum pernah/tidak
Manusia, Manajemen (unsur pengatur), pernah mengikuti pelatihan memiliki
Material (bahan-bahan), Mesin (peralatan), beragam alasan/penyebab sehingga tidak
Medan (tempat kerja/lingkungan kerja). pernah mengikuti pelatihan. Ada yang
Berdasarkan teori-teori tentang pencegahan menganggap bahwa untuk mengikuti
kecelakaan kerja diatas, dimana faktor pelatihan dibutuhkan biaya yang mahal,
manusia merupakan salah satu faktor adapula yang menganggap bahwa
dominan dalam penyebab kecelakaan kerja pelatihan tidak penting dan terdapat juga
sehingga diperlukan usaha-usaha yang mengatakan bahwa tidak mendapat
pencegahan kecelakaan yang berkaitan informasi tentang pelatihan yang
langsung dengan manusia. Salah satu dilaksanakan (Piri, 2012).
upaya adalah dengan adanya pelatihan
(Assunah, 2008). Informasi
Hasil penelitian menunjukkan Pekerja yang tidak pernah
sebanyak 63,3% pekerja pernah mendapatkan informasi pada kelompok
mendapatkan pelatihan, sedangkan sisanya kasus (23,3%) lebih besar dibandingkan
sebesar 36,7% belum pernah mendapatkan pada kelompok kontrol (20%). Sedangkan
pelatihan. Hasil uji statistik menunjukkan pekerja yang pernah mendapat informasi
tidak ada hubungan antara pelatihan pada kelompok kontrol (80%) lebih besar
dengan kejadian kecelakaan kerja (p value dibandingkan pekerja yang mendapat
0,252). Berdasarkan temuan di lapangan, informasi pada kelompok kasus (76,7%).
pekerja menganggap bahwa untuk Pekerja yang tidak pernah
mengikuti pelatihan dibutuhkan biaya yang mendapatkan informasi lebih banyak
mahal, walaupun ada pelatihan yang mengalami kecelakaan kerja dibandingkan
diselenggarakan oleh PT.X pekerja masih kelompok pekerja yang tidak pernah
menganggap bahwa pelatihan tidak penting mendapat informasi namun tidak
dan terdapat juga yang mengatakan bahwa mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan
58
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
59
Studi Kasus Kecelakaan Kerja…… (Sigit Winarto, Hanifa MD, Bina K)
pekerja yang melakukan tindakan secara penyebab kecelakaan kerja. Dari sikap
aman pada kelompok kasus (23,3%). responden saat kecelakaan di tempat kerja
Pekerja yang melakukan tindakan terjadi, sebagian besar responden termasuk
tidak aman lebih banyak mengalami kurang konsentrasi dengan apa yang
kecelakaan kerja dibandingkan kelompok sedang mereka kerjakan. Konsentrasi
pekerja yang melakukan tindakan tidak mereka terpecah dengan urusan lain selain
aman namun tidak mengalami kecelakaan urusan pekerjaan. Akibatnya, potensi
kerja. Sedangkan pada kelompok pekerja bahaya yang dapat mengancam
yang melakukan tindakan secara aman, keselamatannya tidak dapat dihindari.
lebih banyak yang tidak mengalami Sikap yang mengarah pada kecelakaan
kecelakaan kerja dibandingkan kelompok seperti bekerja tanpa menghiraukan
pekerja yang melakukan tindakan secara peraturan yang ada, bertindak atau
aman namun mengalami kecelakaan kerja. melakukan pekerjaan di luar aturan yang
Hasil uji statistik menggunakan uji ada, kurang konsentrasi saat bekerja
chi square didapatkan nilai p value sebesar (Swaputri, 2010).
0,0001 (<0,05). Hal ini berarti ada Hasil penelitian juga menunjukkan
hubungan antara tindakan pekerja dengan ada beberapa pekerja yang bekerja dengan
kejadian kecelakaan kerja di unit tindakan yang tidak aman dan berada pada
pengeboran PT X. hasil analisis lingkungan kerja yang tidak aman, namun
multivariat, Tindakan menunjukkan tidak mengalami kecelakaan kerja.
kemaknaan, p value 0,0001 (< 0 ,05) Berdasarkan data yang didapatkan
dengan OR/Exp. (B) 11,914. Hal ini berarti dilapangan, pekerja tersebut melakukan
bahwa pekerja yang melakukan tindakan tindakan yang tidak aman berupa
yang tidak aman mempunyai risiko mengoperasikan alat dengan cepat,
terjadinya kecelakaan kerja sebesar 11,914 menggunakan APD tidak sesuai serta
kali dibandingkan pekerja yang melakukan bergurau saat bekerja. Walaupun tindakan
tindakan secara aman. tersebut berbahaya dan berpotensi
Hasil penelitian ini juga menimbulkan kecelakaan kerja, namun
menunjukkan bahwa kecelakaan kerja pada kenyataannya pada pekerja tersebut
yang terjadi dikarenakan sikap pekerja saat tidak mengalami kecelakaan kerja. Salah
bekerja yang berpotensi menimbulkan satu hal yang menjadi alasanya adalah
kecelakaan kerja. Hasil ini sejalan dengan masa kerja pekerja tersebut, dimana
penelitian yang dilakukan oleh Eka berkisar antara 4-8 tahun masa kerja.
Swaputri yang menunjukkan penyebab- Menurut ILO, kewaspadaan terhadap
60
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
61
Studi Kasus Kecelakaan Kerja…… (Sigit Winarto, Hanifa MD, Bina K)
aman masih mengalami kecelakaan kerja. dan bising 2,24 (95%: 1,66 – 3,03).
Salah satu penyebabnya adalah adanya Kondisi ruang kerja yang seperti itu dapat
bahan berbahaya dalam pekerjaannya. Hal menyebabkan gangguan fisik atau psikis
ini sejalan dengan penelitian oleh Ade terhadap pekerja sehingga berisiko terjadi
Irma dan kawan-kawan tentang risiko kecelakaan kerja (Riyadina, 2008).
kecelakaan kerja di industri migas yang Peran faktor lingkungan tidak aman
menyebutkan bahwa material kimia pekerja memang sangat memiliki peran
memiliki pengaruh terhadap risiko yang sangat besar akan terjadinya
kecelakaan kerja (p value = 0,009) dengan kecelakaan kerja, ini dapat dilihat dari
probabilitas sebesar 78% (Suryani, 2013). berbagai kasus yang terjadi karena faktor
Lingkungan kerja yang tidak aman lingkungan tidak aman pada kasus
merupakan salah satu faktor penting untuk kecelakaan kerja di unit PT.X. Dari 30
ikut berperan dalam kejadian kecelakaan kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada
kerja. Berdasarkan hasil penelitian pekerja unit pengeboran PT.X periode
ditemukan beberapa pekerja yang mengalai 2012-2015, setelah diklasifikasi menurut
kecelakaan kerja disebabkan oleh penyebab kecelakaan kerja Lingkungan
lingkungan yang tidak aman, seperti tidak kerja sesuai dengan International Labour
adanya pengaman lingkungan, tempat kerja Organization (ILO). Didapatkan hasil
yang sempit dan pengap, kurang bahwa kecelakaan kerja di unit pengeboran
bersih/licin, dan kurangnya penerangan seismic survey PT.X yang disebabkan
(Kurniawati, 2013). Hal ini sesuai dengan oleh: Lingkungan kerja berjumlah 8 kasus.
hasil penelitian oleh Woro Riyadina Lokasi pengeboran seismic survey
mengenai kecelakaan kerja di lingkungan PT.X di Papua Barat merupakan lokasi
industri yang menunjukkan bahwa kondisi kerja yang sangat komplek, baik berupa
tempat kerja berhubungan secara bermakna lingkungan geografis maupun cuaca di area
(p<0,05) dengan kejadian kecelakaan kerja. Artinya banyak kemungkinan
kerja. Ruang kerja yang berisiko celaka potensi bahaya yang ada dilingkungan
mempunyai potensi risiko 4,07 kali (95% lokasi tersebut yang sewaktu-waktu bisa
CI: 2,95 – 5,63) dibandingkan dengan berubah menjadi hal yang benar-benar
ruang tidak berisiko. Beberapa kondisi diluar dugaan seorang pengawas maupun
fisik ruang kerja seperti pencahayaan pekerja mungkin terjadi dan disinilah
mempunyai risiko tinggi kecelakaan kerja aspek pencegahan kecelakaan ditempat
dengan risiko 2,4 (95%: 1,77 – 3,25), kerja tersebut sangatlah diperlukan.
sempit dan pengap 2,32 (95%: 1,57 – 3,41)
62
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
63
Studi Kasus Kecelakaan Kerja…… (Sigit Winarto, Hanifa MD, Bina K)
64
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
65