KMB Klmpok 10 Fix
KMB Klmpok 10 Fix
(MAKALAH)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan penulis dalam penulisan
makalah ini adalah Gangguan Sistem Imun dan petunjuk pencegahan Sistem
Imun. Dalam penyelesaian makalah ini, penulisan banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih
banyak kekurangannya.
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan tentang Gangguan Sistem Imun. Sehingga kita semua dapat terhindar
dari penyakit berbahaya tersebut. Akhirnya kepada Allah jualah penulis mohon
taufik hidayah, semoga usaha kami ini mendapat manfaat yang baik. Serta
mendapat ridho dari Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.4 PATOFISIOLOGI............................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................31
3.2 SARAN..............................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem imun
3. Untuk mengetahui etiologi gangguan system imun
4. Untuk mengetahui patofisiologi system imun
5. Untuk mengetahui manifestasi gangguan system imun
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan system imun
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul
berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan).
Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan
tentang kejadian tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan
yang sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan tertingkat.
Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dari
sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.
3
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang
wujud secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang
masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas
terhadap bahan bukan diri saja. Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas
terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya keupayaan untuk
membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi diri,
ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut
gagal. Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai
asing dan gerak balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Sistem
imun lazimnya amat berkesan membezakan antara diri dan bukan diri.
4
Limfosit bertanggung jawab mengenali secara spesifik antigen dan bentuk
ingatan imunologis, yaitu ciri imunitas adaptif. Sel-sel ini secara
fungsional dan fenotipik dibagi menjadi limfosit B yang berasal dari bursa
limfosit T yang berasal dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% - 15%
adalah limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell mungkin
mencakup berbagai jenis sel termasuk suatu kelompok yang dinamai
Natural Killer (NK Cells).
Leukosit polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang berasal
dari sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi
utamanya adalah fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel
asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi imun dan
berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit. Eosinofil
memperlihatkan fungsi modulatorik atau regulatorik dalam berbagai jenis
peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan lambat. Sel-
sel ini mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit peradangan
imunologis.
Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi
awal limfosit T.
5
selangkangan dan daerah para-aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar
getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.
4. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang
bersifat didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi
dan aktivitasnya bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai
lini pertahanan pertama sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur
sistem komplemen alternatif, protein fase-akut, sel NK, dan sitokin
membentuk lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih
intensif terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau
terkait erat. Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu
suatu rangkaian kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif.
Sebgian besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni
juga dapat berlaku sebagai antigen.
6
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe
regional melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya
diangkut oleh sel dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon imun
utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen
presening cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik
diperlukan. Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan
mikro khusus tempat sel dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B
maupun sel T harus bermigrasi keseluruh tubuh untuk meningkatkan
kemungkinan bawhwa sel-sel tersebut menemukan antigen yang
spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,
sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar
limfe lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti
mengaktifkan sel-sel dijaringan limfoid terkait mukosa.
7
penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia, campak, cacar
air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat dalam 3
bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius.
Merupakan penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada
tahap akhir dari perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk
secara perlahan. AIDS akan membuat penderita rentan pilek dan flu
dan yang serius seperti pneumonia dan kanker.
8
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).
2.4 Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut
dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara memadai
terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan fungsi limfosit
Tdan B dapat terganggu kemungkinan penyabab lain adalah akibat penurunan
antibodi untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga
turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung
memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi dan menimbulkan
infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui
dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi aktifitas
limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk
mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas sel supresor. Efek hormon
seks tidak begitu menonjol, estrogen akan memgaktifkan populasi sel B yang
berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic
pada sel B). Estrogen cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen
bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada
wanita dari pada pria.
3. Nutrisi
9
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang optimal.
Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein.
Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel
imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan,
selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun
Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun (building blocks) yang
membentuk komponen structural membrane sel. Lipid merupakan prekursir
vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol. Jika kelebihan maupun
kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid,
depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan
fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi sangat
meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi peningkatan
kebutuhan nutrisi yang potensialuntuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak,
vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya
respon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi dan
mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat mengenali
prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan serotoninyang
dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem biologi lainnya yang
berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun di integrasikan dengan
berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur serta dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan
endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun
tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut
mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya
10
menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama
pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar akan
menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk immunoglobulin.
Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress karena pembedahan
atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum juga turut menyebabkan
supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun melalui sejumlah
cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang beredar. Fungsi
imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan toksin uremik.
Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga berkaitan dengan isufisiensi
vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk. Infeksi
saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi menahun
sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya
pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun, penyakit
kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat melepaskan
antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang beredar dan
mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor. Lebih lanjut, sel-
sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel
tumor dan mencegah pengahancurannya oleh limposit T killer. Dalam stadium
awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen tumor sebagai
unsure yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai distruksi sel-sel yang
maligna tersebut.kanker darah seperti leukemia dan limpoma berkaitan dengan
berubahnya produksi serta fungsi sel darah putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun
yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi obat
utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotic,
kortikostreoid, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAIDNonsteroidal anti
inflamatori drugs) dan preparat sitotoksik.
11
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya untuk
mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi sistem
pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
12
Gejala klinis penyakit Imunodefisiensi
13
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN :
1. Anamnese :
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
a. Infeksi
b. Alergi
c. Kelainan autoimun
d. Penyakit neoplasma
e. Keadaan sakit kronis
f. Riwayat pembedahan
g. Imunisasi
h. Penggunaan obat-obatan
i. Tranfusi darah
j. Hasil pemeriksaan lab dan dignostik lainnya
k. Riwayat kebiasaan merokok
l. Minum-minuman keras
m. Asupan diet
n. Tingkat stress
o. Polutan
3. Pemeriksaan fisik :
a. General
b. Palpasi Nodul Limfatikus
c. Pemeriksaan kulit,membrane mukosa
14
4. Alergi :
a. Riwayat alergi
b. Gejala dan variasi cuaca yang menyertai
c. Riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang pernah dan sedang di jalani
15
B. DIGANOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
16
Bising usus pengobatan dan
berlebih tindakan tidak
Konjungtiva selama jam makan
pucat Monitor turgor
Denyut nadi kulit
lemah Monitor
kekeringan, rambut
kusam, total protein,
Hb dan kadar Ht
Monitor mual
dan muntah
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor intake
nuntrisi
Informasikan
pada klien dan
keluarga tentang
manfaat nutrisi
Kolaborasi
dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
Atur posisi
semi fowler atau
fowler tinggi selama
17
makan
Kelola
pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan
banyak minum
Pertahankan
terapi IV line
Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oval
Diagnosa Rencana
Keperawatan/ keperawatan
Masalah Kolaborasi
18
Peningkatan Menunjukk Ganti letak IV perifer
paparan an kemampuan untuk dan dressing sesuai dengan
lingkungan mencegah timbulnya petunjuk umum
patogen infeksi Gunakan kateter
Imonusupresi Jumlah intermiten untuk
leukosit
Tidak adekuat dalam batas menurunkan infeksi
pertahanan normal kandung kencing
sekunder Menunjukk Tingkatkan intake
(penurunan an perilaku hidup sehat
Hb, nutrisi
Leukopenia, Status Berikan terapi
penekanan respon
imun, gastrointestinal, antibiotik:............................
inflamasi) genitourinaria dalam .....
Penyakit batas normal Monitor tanda dan
kronik gejala infeksi sistemik dan
Imunosupresi lokal
Malnutrisi Pertahankan teknik
Pertahan isolasi k/p
primer tidak Inspeksi kulit dan
adekuat membran mukosa terhadap
(kerusakan kulit, kemerahan, panas, drainase
trauma jaringan, Monitor adanya luka
gangguan Dorong masukan cairan
peristaltik) Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam
Diagnosa Rencana
19
Keperawatan/ keperawatan
Masalah Kolaborasi
20
aktifitas Bantu klien untuk
Perubahan mengidentifikasi aktivitas
ECG : aritmia, yang mampu dilakukan
iskemia Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
21
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon
fisik, emosi, sosial dan
spiritual
22
Perubahan status Perfusi jaringan akan adanya
metabolik baik kemerahan
Tonjolan tulang Menunjukkan Oleskan
Defisit imunologi pemahaman dalam lotion atau
23
tanda infeksi
lokal, formasi
traktus
Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka
Kolaburasi
ahli gizi
pemberian diae
TKTP, vitamin
Cegah
kontaminasi
feses dan urin
Lakukan
tehnik
perawatan luka
dengan steril
Berikan
posisi yang
mengurangi
tekanan pada
luka
Bersihan NOC:
Jalan Nafas Respiratory status : Pastikan kebutuhan
24
tidak efektif
Ventilation oral / tracheal suctioning.
berhubungan Respiratory status : Berikan O2 ……
dengan: Airway patency l/mnt, metode………
Infeksi, Aspiration Control Anjurkan pasien
disfungsi Setelah dilakukan tindakan untuk istirahat dan napas
neuromusk keperawatan selama dalam
ular, …………..pasien Posisikan pasien
hiperplasia menunjukkan keefektifan untuk memaksimalkan
dinding jalan nafas dibuktikan ventilasi
bronkus, dengan kriteria hasil : Lakukan fisioterapi
alergi jalan Mendemonstrasikan dada jika perlu
nafas, batuk efektif dan suara Keluarkan sekret
asma, nafas yang bersih, dengan batuk atau suction
trauma tidak ada sianosis dan Auskultasi suara
Obstru dyspneu (mampu nafas, catat adanya suara
ksi jalan mengeluarkan sputum, tambahan
nafas : bernafas dengan Berikan
spasme mudah, tidak ada bronkodilator :
jalan nafas, pursed lips) ……………………
sekresi Menunjukkan jalan …
tertahan, nafas yang paten ……………………
banyaknya (klien tidak merasa ….
mukus, tercekik, irama nafas, ……………………
adanya frekuensi pernafasan …
jalan nafas dalam rentang normal, Monitor status
buatan, tidak ada suara nafas hemodinamik
sekresi abnormal)
Berikan pelembab
bronkus, Mampu udara Kassa basah NaCl
adanya mengidentifikasikan Lembab
eksudat di dan mencegah faktor
Berikan antibiotik :
alveolus, yang penyebab.
…………………….
adanya Saturasi O2 dalam
…………………….
25
benda asing batas normal Atur intake untuk
di jalan Foto thorak dalam cairan mengoptimalkan
nafas. batas normal keseimbangan.
DS: Monitor respirasi dan
Dispne status O2
u Pertahankan hidrasi
DO: yang adekuat untuk
Penuru mengencerkan sekret
nan suara Jelaskan pada pasien
nafas dan keluarga tentang
Orthop penggunaan peralatan :
neu O2, Suction, Inhalasi.
Cyanos
is
Kelain
an suara
nafas
(rales,
wheezing)
Kesulit
an
berbicara
Batuk,
tidak
efekotif
atau tidak
ada
Produk
si sputum
Gelisah
Peruba
han
26
frekuensi
dan irama
nafas
27
Tonjolan tulang terjadinya sedera berulang atau minyak/baby
Defisit Mampu oil pada derah
imunologi melindungi kulit dan yang tertekan
Berhubungan mempertahankan kelembaban Monitor
dengan dengan kulit dan perawatan alami aktivitas dan
perkembangan Menunjukkan mobilisasi pasien
Perubahan terjadinya proses Monitor status
sensasi penyembuhan luka nutrisi pasien
Perubahan status Memandikan
nutrisi (obesitas, pasien dengan
kekurusan) sabun dan air
Perubahan status hangat
cairan Kaji
Perubahan lingkungan dan
pigmentasi peralatan yang
Perubahan menyebabkan
sirkulasi tekanan
28
Kolaburasi
ahli gizi
pemberian diae
TKTP, vitamin
Cegah
kontaminasi feses
dan urin
Lakukan
tehnik perawatan
luka dengan steril
Berikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada luka
29
kurang mengontol cemas semua prosedur
Kurang istirahat Vital sign dalam dan apa yang
Berfokus pada batas
diri normal dirasakan
sendiri Posturtubuh, selama prosedur
Iritabilitas ekspresi wajah, bahasa tubuh dan Temani
30
Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong
pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
Kelola
pemberian obat
anti cemas:........
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen. Sistem imun terbagi dua
berdasarkan perolehannya atau asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
31
2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang
terinfeksi antigen, yang berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts).
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikan individu
kebal. terhadap suatu penyakit. Imunisasi terbagi 2,yaitu:
Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuat antibody
sendiri.
Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody dari
suatu individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor
Keturunan, Faktor Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan
Penyalahgunaan Antibiotik
3.2 Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
yang membacanya dan dapat membantu kita dalam memahami pembelajaran
mengenai mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2. Kritik dan saran yang
membangun selalu kami harapkan agar dalam pembuatan makalah berikutnya
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
32
Rajab, M.R. (2012). Mekanisme Sistem Imun dalam Tubuh.
33