Anda di halaman 1dari 37

GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN AKIBAT

PATOLOGIS SISTEM IMUN

(MAKALAH)

DOSEN : Ns. Musiana, S.Kep.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

ATIKA RAHMA AYU 1814401064


KARTIKA NOVIA DARMAYANTI 1814401075
RINI PUTRI ANISA 1814401091

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan penulis dalam penulisan
makalah ini adalah Gangguan Sistem Imun dan petunjuk pencegahan Sistem
Imun. Dalam penyelesaian makalah ini, penulisan banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih
banyak kekurangannya.

Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan tentang Gangguan Sistem Imun. Sehingga kita semua dapat terhindar
dari penyakit berbahaya tersebut. Akhirnya kepada Allah jualah penulis mohon
taufik hidayah, semoga usaha kami ini mendapat manfaat yang baik. Serta
mendapat ridho dari Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

Bandar Lampung, 14 Februari 2020

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................

1.3 TUJUAN...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN SISTEM IMUN....................................................................................3

2.2 ANATOMI SISTEM IMUN.............................................................................................4

2.3 ETIOLOGI GANGGUAN SISTEM IMUN.....................................................................7

2.4 PATOFISIOLOGI............................................................................................................9

2.5 MANIFESTASI KLINIS..................................................................................................12

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN...........................14

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................31

3.2 SARAN..............................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,


tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan
terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan
instan. Hal ini berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam
kendaraan, makan siang serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan
jadi tidak ada nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi,
polusi udara, kurang berolahraga dan stres. Apabila terus berlanjut maka daya
tahan tubuh akan terus menurun, lesu, cepat lelah dan mudah terserang
penyakit. Sehingga saat ini banyak orang yang masih muda banyak yang
mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern serta
polusi, diet tidak seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga menurunkan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan
tubuh seringkali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi,
penuaan dini pada usia dini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem imun?

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem imun?

3. Bagaimana Etiologi gangguan system imun?

4. Bagaimana patofisiologi system imun?

5. Bagaimana manifestasi klinis gangguan system imun?

6. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan system imun?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem imun
3. Untuk mengetahui etiologi gangguan system imun
4. Untuk mengetahui patofisiologi system imun
5. Untuk mengetahui manifestasi gangguan system imun
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan system imun

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem imun


Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan
untuk kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja
melindungipejamu dari faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi
juga mencegah dan menolak serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau
fenomena autoimun.

Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit


klinis dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga
atritis reumatoid, severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam
makalah yang saya susun ini akan membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit
sistem imun dan kelainan yang menimbulkan penyakit hipersensitivitas dan
imunodefisiensi.

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul
berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan).
Sistem ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan
tentang kejadian tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan
yang sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan tertingkat.
Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dari
sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang


melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam
pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi,
bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan

3
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.

Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang
wujud secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang
masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas
terhadap bahan bukan diri saja. Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas
terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya keupayaan untuk
membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi diri,
ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut
gagal. Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai
asing dan gerak balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Sistem
imun lazimnya amat berkesan membezakan antara diri dan bukan diri.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun

1. Sel sistem imun


Sistem imun terdiri atas komponen spesifik dan non spesifik yang
memiliki fungsi tersendiri tetapi tumpang tindih. Sistem imun yang
diperantarai oleh antibodi yang diperantarai oleh sel menghasilkan
spesifisitas dan ingatan akan antigen yang pernah dijumpai. Meskipun
tidak memiliki spesifitas, komponen-komponen ini esensial karena
berperan dalam imunitas alamiterhadap beragam mikroorganisme
lingkungan.
Komponen selular utama sistem imun adalah monosit dan makrofag,
limfosit dan golongan sel granulositik, termasuk neutrofil, eosinofil dan
basofil. Fagosit mononukleus berperan sentral dalam respon imun.
Makrofag jaringan berasal dari monosit darah. Sebagai respon terhadap
rangsangan antigen makrofsg menelan antigen tersebut (fagositosis) dan
kemudian mengolah dan menyajikannya dalam bentuk yang dapat dikenali
oleh limfosit T.

4
Limfosit bertanggung jawab mengenali secara spesifik antigen dan bentuk
ingatan imunologis, yaitu ciri imunitas adaptif. Sel-sel ini secara
fungsional dan fenotipik dibagi menjadi limfosit B yang berasal dari bursa
limfosit T yang berasal dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% - 15%
adalah limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell mungkin
mencakup berbagai jenis sel termasuk suatu kelompok yang dinamai
Natural Killer (NK Cells).
Leukosit polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang berasal
dari sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi
utamanya adalah fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel
asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi imun dan
berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit. Eosinofil
memperlihatkan fungsi modulatorik atau regulatorik dalam berbagai jenis
peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan lambat. Sel-
sel ini mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit peradangan
imunologis.

2. Organ sistem imun


Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells pluripoten
berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit, dan
megakariosit. Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai turunan sel
yang berkembang darinya menyebabkan defisiensi imun dengan beragam
ekpresivitas dan keparahan

Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi
awal limfosit T.

Getah bening berbentuk kacang kecil berbaring disepanjang perjalanan


limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, aksila,

5
selangkangan dan daerah para-aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar
getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien.

3. Fungsi sistem imun


1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan dan
menghilangkan mokroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur dan virus) yang masuk kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk
memperbaiki jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.

4. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang
bersifat didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi
dan aktivitasnya bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai
lini pertahanan pertama sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur
sistem komplemen alternatif, protein fase-akut, sel NK, dan sitokin
membentuk lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih
intensif terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau
terkait erat. Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu
suatu rangkaian kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif.
Sebgian besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni
juga dapat berlaku sebagai antigen.

6
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe
regional melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya
diangkut oleh sel dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon imun
utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen
presening cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik
diperlukan. Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan
mikro khusus tempat sel dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B
maupun sel T harus bermigrasi keseluruh tubuh untuk meningkatkan
kemungkinan bawhwa sel-sel tersebut menemukan antigen yang
spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,
sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar
limfe lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti
mengaktifkan sel-sel dijaringan limfoid terkait mukosa.

2.3 Etiologi Gangguan Sistem Imun


Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :

1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem


kekebalan tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang
menekan sistem imun. Seringkali penyebab immune deficiency
conditions didasari oleh penyakit kronis. Gejala-gejala dari immune
deficiency conditions adalah sama dengan penyakit yang
mendasarinya.
2. SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem
imun yang diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan
genetik, terutama dari kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang
berulang umum terjadi pada orang yang menderita SCID. Selain itu,

7
penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia, campak, cacar
air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat dalam 3
bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius.
Merupakan penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada
tahap akhir dari perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk
secara perlahan. AIDS akan membuat penderita rentan pilek dan flu
dan yang serius seperti pneumonia dan kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan


serangga atau zat tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem
kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap zat yang umumnya tidak
berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak kasus, ada lebih dari
satu alergen yang merangsang reaksi alergi. Gejala alergi yang sering
merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari
makanan, obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan
menyebabkanserangkaian gejala fisik yang tidak menyenangkan.
Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan tekanan darah
merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan
pada saliran udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti
aktivitas fisik dapat memicu peradangan. Gejala asma meliputi mengi,
batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel
sistem imun salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel
tubuh itu sendiri.

Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya :

1. Chediak Higashi Syndrome.


2. Common Immunodeficiency Variable.

8
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).

2.4 Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut
dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara memadai
terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan fungsi limfosit
Tdan B dapat terganggu kemungkinan penyabab lain adalah akibat penurunan
antibodi untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga
turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung
memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi dan menimbulkan
infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui
dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi aktifitas
limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk
mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas sel supresor. Efek hormon
seks tidak begitu menonjol, estrogen akan memgaktifkan populasi sel B yang
berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic
pada sel B). Estrogen cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen
bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada
wanita dari pada pria.
3. Nutrisi

9
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang optimal.
Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein.
Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturasi sel-sel
imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik (tembaga, besi, mangan,
selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun
Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun (building blocks) yang
membentuk komponen structural membrane sel. Lipid merupakan prekursir
vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol. Jika kelebihan maupun
kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid,
depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan
fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi sangat
meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi peningkatan
kebutuhan nutrisi yang potensialuntuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak,
vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya
respon imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi dan
mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat mengenali
prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan serotoninyang
dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem biologi lainnya yang
berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun di integrasikan dengan
berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur serta dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan
endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun
tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut
mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya

10
menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama
pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar akan
menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk immunoglobulin.
Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress karena pembedahan
atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum juga turut menyebabkan
supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis  dapat turut mengganggu sistem imun melalui sejumlah
cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang beredar. Fungsi
imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan toksin uremik.
Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga berkaitan dengan isufisiensi
vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk. Infeksi
saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruksi menahun
sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya
pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun, penyakit
kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat melepaskan
antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang beredar dan
mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor.  Lebih lanjut, sel-
sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel
tumor dan mencegah pengahancurannya oleh limposit T killer. Dalam stadium
awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen tumor sebagai
unsure yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai distruksi sel-sel yang
maligna tersebut.kanker darah seperti leukemia dan limpoma berkaitan dengan
berubahnya produksi serta fungsi sel darah putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun
yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi obat
utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotic,
kortikostreoid, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAIDNonsteroidal anti
inflamatori drugs) dan preparat sitotoksik.

11
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya untuk
mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi sistem
pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.

2.5 Manifestasi Klinis


Tanda :

1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan


sebanyak 6 kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika terlular oleh
anak lain. Sebaliknya, bayi dengan gangguan sistem imun, biasanya
menderita infeksi bakteri berat yang menetap, berulang atau
menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi telinga
menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan
sakit tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia.
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin
sangat peka terhadap infeksi.
3. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut
dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya
gangguan sistem kekebalan.
4. Peradangan mata (konjungtivitis) , rambut rontok, eksim yang berat
dan pelebaran kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit
immunodefisiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan
gas yang berlenihan dan penuruna berat badan.

Tanda defisiensi Imun kombinasi yang berat.

1. Terdapat pada minggu atau bulan pertama kehidupan.


1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri.
2) Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis.
3) Infeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi.
4) Tejadi Failure to thrive tanpa adanya infeksi.
5) Limfopenia ditemui pada hampir semua bayi.

12
Gejala klinis penyakit Imunodefisiensi

1. Gejala yang biasanya dijumpai.


Infeksi saluran napas atas berulang infeksi bakteri yang berat.
Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi. Atau respons
pengobatan in komplit.
2. Gejala yang sering dijumpai.
1) Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.
2) Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim.
3) Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma,
alopesia, eksim, teleangiektasi, warts yang hebat).
4) Diare dan Mal abrsopsi.
5) Mastoiditis dan otitis persisten.
6) Pneumonia atau bronkitis berulang.
7) Penyakit autoimun.
8) Kelainan helatologis (anemia aplastik, anemia hemolitik,
neutropenia, trombositopenia).
3. Gejala yang jarang dijumpai.
1) Berat Badan Turun.
2) Demam.
3) Peridontitis.
4) Limfadenopati.
5) Penyakit virus yang berat.
6) Pioderma gangrenosa.
7) Kolangitis sklerosa.
8) Hepatitis kronik (virus atau autoimun).
9) Reaksi simpang terhadap vaksinasi.
10) Infeksi saluran kemih

13
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN :

1. Anamnese :

a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga

2. Faktor-faktor dan kejadian yang memperngaruhi system imun :

a. Infeksi
b. Alergi
c. Kelainan autoimun
d. Penyakit neoplasma
e. Keadaan sakit kronis
f. Riwayat pembedahan
g. Imunisasi
h. Penggunaan obat-obatan
i. Tranfusi darah
j. Hasil pemeriksaan lab dan dignostik lainnya
k. Riwayat kebiasaan merokok
l. Minum-minuman keras
m. Asupan diet
n. Tingkat stress
o. Polutan
3. Pemeriksaan fisik :
a. General
b. Palpasi Nodul Limfatikus
c. Pemeriksaan kulit,membrane mukosa

14
4. Alergi :

a. Riwayat alergi
b. Gejala dan variasi cuaca yang menyertai
c. Riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang pernah dan sedang di jalani

5. Penyakit kronik dan pembedahan :

a. Penyakit kronik : DM, penyakit ginjal, dan PPOM


b. Terapi yang sedang di jalani
c. Riwayat operasi pengangkatan limfa, nodus limfatikus, timus
d. Riwayat transplantasi organ

6. Obat-obatan dan tranfusi darah :

a. Riwayat penggunaan obat masa lalu dan sekarang (antibiotic,kortikosteroid,


preparat sitotoksik, salisilat, NSID, anastesi dan supresi imun)
b. Riwayat tranfusi darah

7. Laboratorium dan diagnostic :

a. Pemeriksaan darah (igE spesifik)


b. Tes tusuk kulit (Skin Prick Test)
c. Tes elisa
d. Tes bown marrow

15
B. DIGANOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya


nutrisi kurang dari a. Nutritional status: alergi makanan
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient  Kolaborasi
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : dengan ahli gizi
Ketidakmampuan untuk food and Fluid Intake untuk menentukan
memasukkan atau c. Weight Control jumlah kalori dan
mencerna nutrisi oleh Setelah dilakukan nutrisi yang
karena faktor biologis, tindakan keperawatan dibutuhkan pasien
psikologis atau selama….nutrisi kurang  Yakinkan diet
ekonomi. teratasi dengan indikator: yang dimakan
DS: Albumin serum mengandung tinggi
 Nyeri abdomen Pre albumin serat untuk
 Muntah serum mencegah konstipasi
 Kejang perut Hematokrit  Ajarkan pasien
 Rasa penuh Hemoglobin bagaimana membuat
tiba-tiba setelah Total iron binding catatan makanan
makan capacity harian.
DO: Jumlah limfosit  Monitor adanya
 Diare penurunan BB dan
 Rontok rambut gula darah
yang berlebih  Monitor
 Kurang nafsu lingkungan selama
makan makan
 Jadwalkan

16
 Bising usus pengobatan  dan
berlebih tindakan tidak
 Konjungtiva selama jam makan
pucat  Monitor turgor
 Denyut nadi kulit
lemah  Monitor
  kekeringan, rambut
kusam, total protein,
Hb dan kadar Ht
 Monitor mual
dan muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake
nuntrisi
 Informasikan
pada klien dan
keluarga tentang
manfaat nutrisi
 Kolaborasi
dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan
seperti NGT/ TPN
sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
 Atur posisi
semi fowler atau
fowler tinggi selama

17
makan
 Kelola
pemberan anti
emetik:.....
 Anjurkan
banyak minum
 Pertahankan
terapi IV line
 Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oval

Diagnosa Rencana
Keperawatan/ keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil

Risiko infeksi NOC : NIC :


Immune  Pertahankan teknik
Faktor-faktor risiko : aseptif
 Prosedur Knoo  Batasi pengunjung bila
Infasif Risk perlu
 Kerusakan
Setelah dilakukan tindakan  Cuci tangan setiap
jaringan
keperawatan dan
selama…… pasien tidak sebelum dan sesudah
peningkatan
mengalami infeksi dengan kriteria hasil: tindakan keperawatan
paparan Klien bebas  Gunakan baju, sarung
lingkungan dari tanda dan gejala tangan sebagai alat
 Malnutrisi infeksi pelindung

18
 Peningkatan Menunjukk  Ganti letak IV perifer
paparan an kemampuan untuk dan dressing sesuai dengan
lingkungan mencegah timbulnya petunjuk umum
patogen infeksi  Gunakan kateter
 Imonusupresi Jumlah intermiten untuk
 leukosit
Tidak adekuat dalam batas menurunkan infeksi
pertahanan normal kandung kencing
sekunder Menunjukk  Tingkatkan intake
(penurunan an perilaku hidup sehat
Hb, nutrisi
Leukopenia, Status  Berikan terapi
penekanan respon
imun, gastrointestinal, antibiotik:............................
inflamasi) genitourinaria dalam .....
 Penyakit batas normal  Monitor tanda dan
kronik gejala infeksi sistemik dan
 Imunosupresi lokal
 Malnutrisi  Pertahankan teknik
 Pertahan isolasi k/p
primer tidak  Inspeksi kulit dan
adekuat membran mukosa terhadap
(kerusakan kulit, kemerahan, panas, drainase
trauma jaringan,  Monitor adanya luka
gangguan  Dorong masukan cairan
peristaltik)  Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam

Diagnosa Rencana

19
Keperawatan/ keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan : Self Care : Observasi adanya
 Tirah
ADLs pembatasan klien dalam
Baring atau Toleransi melakukan aktivitas
imobilisasi aktivitas  Kaji adanya faktor
 Kelema Konservasi yang menyebabkan
han menyeluruheneergi kelelahan
 Ketidak Setelah dilakukan  Monitor nutrisi  dan
seimbangan antara tindakan keperawatan sumber energi yang
suplei oksigen selama …. Pasien adekuat
dengan kebutuhan bertoleransi terhadap  Monitor pasien
Gaya hidup yang aktivitas dengan akan adanya kelelahan
dipertahankan. Kriteria Hasil : fisik dan emosi secara
DS: Berpartisipasi berlebihan
 Melaporkandalam aktivitas fisik tanpa  Monitor respon
secara verbal
disertai peningkatan tekanan kardivaskuler  terhadap
adanya kelelahan
darah, nadi dan RR aktivitas (takikardi,
atau kelemahan. Mampu disritmia, sesak nafas,
 Adanya melakukan aktivitas sehari diaporesis, pucat,
dyspneu hari
atau (ADLs) secara mandiri perubahan hemodinamik)
ketidaknyamanan Keseimbangan  Monitor pola tidur
saat beraktivitas.aktivitas dan istirahat dan lamanya
DO : tidur/istirahat pasien
 Kolaborasikan
 Respon dengan Tenaga
abnormal dari Rehabilitasi Medik dalam
tekanan darah atau merencanakan progran
nadi terhadap terapi yang tepat.

20
aktifitas  Bantu klien untuk
 Perubahan mengidentifikasi aktivitas
ECG : aritmia, yang mampu dilakukan
iskemia  Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk

21
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon
fisik, emosi, sosial dan
spiritual

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure


kulit berhubungan dengan Management
Tissue Integrity : Skin and
:
Mucous Membranes  Anjurkan
Eksternal : pasien untuk
Wound Healing : primer
menggunakan
 Hipertermia atau dan sekunder
pakaian yang
hipotermia
Setelah dilakukan longgar
 Substansi kimia
tindakan keperawatan  Hindari
 Kelembaban
selama….. kerusakan kerutan pada
 Faktor mekanik integritas kulit pasien tempat tidur
(misalnya : alat yang teratasi dengan kriteria  Jaga
dapat menimbulkan hasil: kebersihan kulit
luka, tekanan,
agar tetap bersih
restraint)  Integritas kulit
dan kering
 Immobilitas fisik yang baik bisa
 Mobilisasi
dipertahankan
 Radiasi
pasien (ubah
(sensasi, elastisitas,
 Usia yang ekstrim
posisi pasien)
temperatur, hidrasi,
 Kelembaban kulit setiap dua jam
pigmentasi)
 Obat-obatan sekali
 Tidak ada luka/lesi
Internal :  Monitor kulit
pada kulit

22
 Perubahan status  Perfusi jaringan akan adanya
metabolik baik kemerahan
 Tonjolan tulang  Menunjukkan  Oleskan
 Defisit imunologi pemahaman dalam lotion atau

 Berhubungan proses perbaikan kulit minyak/baby oil

dengan dengan dan mencegah pada derah yang

perkembangan terjadinya sedera tertekan

 Perubahan sensasi berulang  Monitor

 Perubahan status  Mampu aktivitas dan

nutrisi (obesitas, melindungi kulit dan mobilisasi

kekurusan) mempertahankan pasien

 Perubahan status kelembaban kulit dan  Monitor

cairan perawatan alami status nutrisi

 Perubahan  Menunjukkan pasien

pigmentasi terjadinya proses  Memandikan

 Perubahan penyembuhan luka pasien dengan

sirkulasi sabun dan air


hangat
 Perubahan turgor
(elastisitas kulit)  Kaji
lingkungan dan
peralatan yang
DO: menyebabkan
tekanan
 Gangguan pada
bagian tubuh  Observasi
luka : lokasi,
 Kerusakan lapisa
dimensi,
kulit (dermis)
kedalaman luka,
 Gangguan
karakteristik,wa
permukaan kulit
rna cairan,
(epidermis)
granulasi,
jaringan
nekrotik, tanda-

23
tanda infeksi
lokal, formasi
traktus
 Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka
 Kolaburasi
ahli gizi
pemberian diae
TKTP, vitamin
 Cegah
kontaminasi
feses dan urin
 Lakukan
tehnik
perawatan luka
dengan steril
 Berikan
posisi yang
mengurangi
tekanan pada
luka

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan NOC:
Jalan Nafas Respiratory status :  Pastikan kebutuhan

24
tidak efektif
Ventilation oral / tracheal suctioning.
berhubungan Respiratory status :  Berikan O2  ……
dengan: Airway patency l/mnt, metode………
 Infeksi, Aspiration Control  Anjurkan pasien
disfungsi Setelah dilakukan tindakan untuk istirahat dan napas
neuromusk keperawatan selama dalam
ular, …………..pasien  Posisikan pasien
hiperplasia menunjukkan keefektifan untuk memaksimalkan
dinding jalan nafas dibuktikan ventilasi
bronkus, dengan kriteria hasil :  Lakukan fisioterapi
alergi jalan  Mendemonstrasikan dada jika perlu
nafas, batuk efektif dan suara  Keluarkan sekret
asma, nafas yang bersih, dengan batuk atau suction
trauma tidak ada sianosis dan  Auskultasi suara
 Obstru dyspneu (mampu nafas, catat adanya suara
ksi jalan mengeluarkan sputum, tambahan
nafas : bernafas dengan  Berikan
spasme mudah, tidak ada bronkodilator :
jalan nafas, pursed lips)  ……………………
sekresi  Menunjukkan jalan …
tertahan, nafas yang paten  ……………………
banyaknya (klien tidak merasa ….
mukus, tercekik, irama nafas,  ……………………
adanya frekuensi pernafasan …
jalan nafas dalam rentang normal,  Monitor status
buatan, tidak ada suara nafas hemodinamik
sekresi abnormal)
 Berikan pelembab
bronkus,  Mampu udara Kassa basah NaCl
adanya mengidentifikasikan Lembab
eksudat di dan mencegah faktor
 Berikan antibiotik :
alveolus, yang penyebab.
…………………….
adanya  Saturasi O2 dalam
…………………….

25
benda asing batas normal  Atur intake untuk
di jalan  Foto thorak dalam cairan mengoptimalkan
nafas. batas normal keseimbangan.
DS:  Monitor respirasi dan
 Dispne status O2
u  Pertahankan hidrasi
DO: yang adekuat untuk
 Penuru mengencerkan sekret
nan suara  Jelaskan pada pasien
nafas dan keluarga tentang
 Orthop penggunaan peralatan :
neu O2, Suction, Inhalasi.
 Cyanos
is
 Kelain
an suara
nafas
(rales,
wheezing)
 Kesulit
an
berbicara
 Batuk,
tidak
efekotif
atau tidak
ada
 Produk
si sputum
 Gelisah
 Peruba
han

26
frekuensi
dan irama
nafas

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure


kulit berhubungan Tissue Integrity : Skin and Management
dengan : Mucous Membranes  Anjurkan
Eksternal : Wound Healing : primer pasien untuk
 Hipertermia atau dan sekunder menggunakan
hipotermia Setelah dilakukan pakaian yang
 Substansi kimia tindakan keperawatan longgar
 Kelembaban selama….. kerusakan  Hindari
 Faktor mekanik integritas kulit pasien kerutan pada
(misalnya : alat yang teratasi dengan kriteria tempat tidur
dapat menimbulkan hasil:  Jaga
luka, tekanan, Integritas kulit kebersihan kulit
restraint) yang baik bisa dipertahankan agar tetap bersih
 Immobilitas fisik(sensasi, elastisitas, dan kering

 Radiasi temperatur, hidrasi,  Mobilisasi


pigmentasi) pasien (ubah
 Usia yang
Tidak ada luka/lesi posisi pasien)
ekstrim
pada kulit setiap dua jam
 Kelembaban
Perfusi jaringan sekali
kulit
baik  Monitor kulit
 Obat-obatan
Menunjukkan akan adanya
Internal :
pemahaman dalam proses kemerahan
 Perubahan status
perbaikan kulit dan mencegah  Oleskan lotion
metabolik

27
 Tonjolan tulang terjadinya sedera berulang atau minyak/baby
 Defisit Mampu oil pada derah
imunologi melindungi kulit dan yang tertekan
 Berhubungan mempertahankan kelembaban  Monitor
dengan dengan kulit dan perawatan alami aktivitas dan
perkembangan Menunjukkan mobilisasi pasien
 Perubahan terjadinya proses  Monitor status
sensasi penyembuhan luka nutrisi pasien
 Perubahan status  Memandikan
nutrisi (obesitas, pasien dengan
kekurusan) sabun dan air
 Perubahan status hangat
cairan  Kaji
 Perubahan lingkungan dan
pigmentasi peralatan yang

 Perubahan menyebabkan

sirkulasi tekanan

 Perubahan turgor  Observasi

(elastisitas kulit) luka : lokasi,


dimensi,

DO: kedalaman luka,

 Gangguan pada karakteristik,warn

bagian tubuh a cairan,

 Kerusakan lapisa granulasi,

kulit (dermis) jaringan nekrotik,


tanda-tanda
 Gangguan
infeksi lokal,
permukaan kulit
formasi traktus
(epidermis)
 Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka

28
 Kolaburasi
ahli gizi
pemberian diae
TKTP, vitamin
 Cegah
kontaminasi feses
dan urin
 Lakukan
tehnik perawatan
luka dengan steril
 Berikan posisi
yang mengurangi
tekanan pada luka

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kecemasan berhubungan NOC : NIC :


dengan  Kontrol Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis kecemasan (penurunan
situasional, Stress,  Koping kecemasan)
perubahan status Setelah dilakukan asuhan  Gunakan
kesehatan, ancaman selama ……………klien pendekatan
kematian, perubahan kecemasan teratasi dgn yang
konsep diri, kurang kriteria hasil: menenangkan
pengetahuan dan Klien mampu  Nyatakan
hospitalisasi mengidentifikasi dan dengan jelas
mengungkapkan gejala cemas harapan
DO/DS: Mengidentifikasi, terhadap pelaku
 Insomnia mengungkapkan dan pasien
 Kontak mata menunjukkan tehnik untuk  Jelaskan

29
kurang mengontol cemas semua prosedur
 Kurang istirahat Vital sign dalam dan apa yang
 Berfokus pada batas
diri normal dirasakan
sendiri Posturtubuh, selama prosedur
 Iritabilitas ekspresi wajah, bahasa tubuh dan  Temani

 Takut tingkat aktivitas menunjukkan pasien untuk

 Nyeri perut berkurangnya kecemasan memberikan


keamanan dan
 Penurunan TD dan
mengurangi
denyut nadi
takut
 Diare, mual,
 Berikan
kelelahan
informasi
 Gangguan tidur
faktual
 Gemetar
mengenai
 Anoreksia, mulut
diagnosis,
kering
tindakan
 Peningkatan TD,
prognosis
denyut nadi, RR
 Libatkan
 Kesulitan bernafas
keluarga untuk
 Bingung
mendampingi
 Bloking dalam
klien
pembicaraan
 Instruksikan
 Sulit
pada pasien
berkonsentrasi
untuk
menggunakan
tehnik relaksasi
 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
 Identifikasi
tingkat
kecemasan

30
 Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong
pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
 Kelola
pemberian obat
anti cemas:........

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen. Sistem imun terbagi dua
berdasarkan perolehannya atau asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)

Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:


1. Sistem imun humoral (sistem imun jaringan atau diluar sel, yang
berperan adalah Sel B "antibodi"

31
2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang
terinfeksi antigen, yang berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts).
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikan individu
kebal. terhadap suatu penyakit. Imunisasi terbagi 2,yaitu:
 Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuat antibody
sendiri.
 Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody dari
suatu individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor
Keturunan, Faktor Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan
Penyalahgunaan Antibiotik

3.2 Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
yang membacanya dan dapat membantu kita dalam memahami pembelajaran
mengenai mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2. Kritik dan saran yang
membangun selalu kami harapkan agar dalam pembuatan makalah berikutnya
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,A (2013). Pengertian, Fungsi dan Mekanisme Sistem Imun Tubuh


Manusia.

32
Rajab, M.R. (2012). Mekanisme Sistem Imun dalam Tubuh.

Rantam, F.A (2003). Metode Imunologi. Surabaya : Airlangga University


Press.

33

Anda mungkin juga menyukai