Anda di halaman 1dari 13

I.

Strategi Pelaksanaan

Hari & Tanggal : Senin, w Januari 2020

Pertemuan ke : 1 (satu)

SP 1 : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan


marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik.

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
1. Ungkapan berupa ancaman
2. Ungkapan kata – kata kasar
3. Ungkapan ingin memukul atau melukai.
Data Objektif :
1. Wajah memerah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Bicara kasar.
6. Suara tinggi, menjerit atau berteriak.
7. Mondar – mandir.
8. Melempar atau memukul benda atau orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Keperawatan
 Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
 Mengetahui penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK.
 Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan secara fisik.
 Pasien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan.
4. Rencana Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya.
 Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK
 Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: Nafas dalam dan pukul
bantal kasur
 Latih cara fisik: nafas dalam dan pukul bantal kasur
 Masukkan ke dalam jadwal kegiatan.

II. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Perkenalan/Orientasi
a. Salam Terapeutik
"Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Putri dari Poltekkes Tanjung karang. Saya yang
menjaga ibu dari pukul 07.00 – 14.00 WIB. Nama ibu siapa, senangnya di panggil siapa?
Baik bu, selama 2 minggu depan saya akan merawat ibu di sini.”
b. Evaluasi/Validasi
"Apa yang ibu rasakan saat ini ? apakah ibu sedang marah ?”
c. Kontrak Saat Ini
 Topik
"Baiklah, kita akan berbincang- bincang sekarang tentang perasaan marah ibu.”
 Waktu
"Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?"
 Tempat
"Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu? Bagaimana kalau disini
saja, bu?"

2. Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan ibu marah?Apakah sebelumnya ibu pernah marah? Terus,
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Oh iya, apakah ada penyebab lain
yang membuat ibu  marah?”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti ibu stress karena pekerjaan atau masalah
uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang ibu rasakan?” (tunggu respons
pasien)
“Apakah ibu merasakan kesal kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang ibu lakukan? ohiya, jadi ibu marah-marah, merusak dan melempar
barang-barang, apakah dengan cara ini stress ibu hilang? Iya, tentu tidak.Apakerugian
cara yang ibu lakukan? Betul, suami dan anak ibu jadi takut barang-barang pecah.
Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik? Maukah ibu belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bu. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini ibu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah ibu rasakan maka ibu berdiri, lalu tarik
napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus, tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, ibu  sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?“selain napas dalam ibu dapat melakukan pukul kasur dan
bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Jadi kalau nanti ibu kesal dan
ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul
kasur dan bantal. Nah, coba ibu lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali ibu
melakukannya”
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya.”
“Sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah
itu muncul ibu sudah terbiasa melakukannya”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Perasaan Klien
"Ibu, bagaimana perasaan ibu sekarang setelah melakukan latihan fisik nafas dalam
dan pukul bantal kasur?”

b. Evaluasi Isi Materi yang Sudah Dibicarakan Pada Pertemuan Ini


"Baiklah bu, bagaimana perasaan ibu setelah melakukan latihan fisik nafas dalam dan
pukul bantal kasur? Apakah ibu sudah merasa rileks atau tenang?”
c. Tindakan Lanjut
"Baik bu, selama saya tidak adajangan lupa latihan napas dalamnya ya bu. Lalu kalau
ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan pukul kasur bantal. Sekarang kita buat
jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau latihan napas dalam dan pukul
kasur bantal?jam berapa saja bu? Waktunya pagi hari ya bu? ibu bisa? kita mulai
latihan fisik pukul 08.00 dan dilanjutkan lagi pukul 17.00. Jadi, latihan fisik kita
lakukan pagi dan sore ya bu.”

d. Kontrak Untuk Pertemuan yang Akan Datang


 Topik
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan prinsip
6 benar obat ya.”
 Waktu
“Baiklah bu, mau jam berapa bu? jam 10 ya bu.”
 Tempat
“Tempatnya disini saja ya bu, di ruangan ibu. Sampai ketemu besok ya bu. Saya
permisi dulu. Selamat siang.” 
Hari & Tanggal : Selasa, x Januari 2020
Pertemuan Ke : 2 (Dua)
SP. 2 : Pasien latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Keperawatan
 Pasien mampu minum obat dengan prinsip 6 benar obat (jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara,serta kontinuitas minum obat)

4. Rencana Keperawatan
 Evaluasi Kegiatan pertama yang telah diajarkan dan berikan pujian
 Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan prinsip 6 benar obat (jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara,serta kontinuitas minum obat)
 Memasukan ke dalam jadwal kegiatan

II. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Perkenalan/Orientasi
a. Salam Terapeutik
"Selamat pagi Ibu Tini. Bagaimana kabarnya hari ini? Sesuai janji kita
kemarin kita ketemu lagi.

b. Evaluasi/Validasi
Bagaimana bu sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam dan pukul bantal
kasur?apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita
lihat cek kegiatannya. Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan
sendiri tulis M, artinya mandiri, kalau diingatkan suster  baru dilakukan tulis
B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya
belum bisa melakukan.”

c. Kontrak saat ini


 Topik
"Baik ibu, hari ini, sesuai janji saya kemarin, “Kalau sekarang kita bicara dan
latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah.”
 Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit.”
 Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruangan ini
saja bu.”

2. Fase kerja
“Ibu sudah dapat obat dari dokter?”
“Berapa macam obat yang Ibu minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
Ibu minum? Bagus!”
“Obatnya ada tiga macam bu, yang warnanya oranye  namanya CPZ
(Chlorpromazine) gunanya agar pikiran tenang,  yang putih ini namanya
THP(Trihexphenidyl) agar rileks, dan yang  merah jambu ini namanya HLP
(Haloperidol) agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
ibu   minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 3 sore, dan jam 11  malam. Nanti kami
ingatkan kembali setiap waktunya minum obat.”
“Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering,  untuk membantu
mengatasinya ibu bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat  abuah
benar nama ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga sebuah nama obatnya sudah benar? Di sini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi abuah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya bu.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Perasaan Klien Setelah Interaksi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat
yang benar?”
b. Evaluasi Isi Materi yang Sudah Dibicarakan Pada Pertemuan Ini
“Coba ibu sebutkan lagijenis obat yang Ibu minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?”
c. Tindakan Lanjut
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?Sekarang
kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya.”
d. Kontrak Untuk Pertemuan yang Akan Datang
 Topik
“Besok kita ketemu lagi ya bu, nanti kita bicarakan cara ketiga yaitu
mengontrol rasa marah secara verbal.”
 Waktu
“baiklah bu, Mau jam berapa bu? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
 Tempat
“Tempatnya mau di mana Bu? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya. Selamat
siang.”
Hari & Tanggal : Rabu, y Januari 2020
Pertemuan Ke : 3 (Tiga)
SP. 3 : Pasien latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara, sesekali nada bicara
agak tinggi

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Keperawatan
 Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal yaitu
mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan benar

4. Rencana Keperawatan
 Evaluasi kegiatan fisik & obat serta berikan pujian
 Melatih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara yaitu: mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar)
 Memasukan ke dalam jadwal kegiatan

II. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Perkenalan/Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi.”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur
bantal serta minum obat yang benar? Kenapa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
c. Kontrak saat ini
 Topik
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
 Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
 Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
yang sama?”

2. Fase kerja
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah

sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan

sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada

tiga caranya bu:

1.      Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Ibu bilang penyebab marahnya larena

minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya

perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju,

minta obat dan lain-lain. Coba ibu praktekkan. Bagus bu.”

2.      Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin

melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada

kerjaan’. Coba ibu praktekkan. Bagus bu”

3.      Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat

kesal ibu dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’.

Coba praktekkan. Bagus.”


3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Perasaan Klien Setelah Interaksi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?”
b. Evaluasi Isi Materi yang Sudah Dibicarakan Pada Pertemuan Ini
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
c. Tindakan Lanjut
“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari
ibu mau latihan bicara yang baik?bisa kita buat jadwalnya?”
Coba  masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Bu!”
d. Kontrak Untuk Pertemuan yang Akan Datang
 Topik
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu
yaitu dengan cara ibadah, ibu setuju?”
 Waktu
“ mau jam brp bu? Jam 9 ya bu?”
 Tempat
“Mau di mana Bu? Di sini lagi? Baik bu. Sampai ketemu besok ya bu.
Saya permisi dulu. Selamat siang.”
Hari & Tanggal : Kamis, z Januari 2020
Pertemuan Ke : 4 (Empat)
SP. 4 : pasien latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Keperawatan
 Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan secara ibadah/ spritual

4. Tindakan Keperawatan
 Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal serta beri pujian
 Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan
spiritual

II. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Perkenalan/Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal,  minum obat yang benar serta bicara yang baik?apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?Coba kita lihat cek kegiatannya.”

c. Kontrak Saat Ini


 Topik
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?”
 Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
 Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat ini
saja?”

2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Ibu lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?
“Nah, kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Perasaan Klien Setelah Interaksi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
keempat ini?”
b. Evaluasi Isi Materi yang Sudah Dibicarakan Pada Pertemuan Ini
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa
kali ibu sholat. 5 waktu sehari. Baik kita masukkan sholat 5 waktu sehari.
c. Tindakan Lanjut
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu merasa
marah”
“Setelah ini coba ibu lakukan jadwal sholat  sesuai jadual yang telah kita buat
tadi.”
”Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.”
d. Kontrak Untuk Pertemuan yang Akan Datang
 Topik
“Baik, besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana ibu
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah.”
 Waktu
“Mau jam berapa bu? Setelah makan siang saja ya bu jam 01.00.”
 Tempat
“Tempatnya di kamar ibu ini saja ya bu. Samapai ketemu besok bu. Saya
permisi dulu. Selamat siang.”

Anda mungkin juga menyukai