Semua urusan buat neror temen udah kelar. Tinggal nentuin siapa yang akan jadi korban. Kelas
masih lumayan sepi, karena juga masih pagi. Vela sama Mutia belum datang juga. Jadi deh, aku
diem aja. Nggak tau mau ngobrol sama siapa dan nggak tau mau ngapain.
Beberapa menit kemudian, Vela sama Mutia datang. Mutia itu temen sebangkuku dan Vela
bangkunya tepat di belakangku.
“Jadi siapa nih yang mau kita jadiiin korban?” Tanyaku dengan suara agak pelan untuk memulai
pembicaraan.
“Mmmm… siapa ya?” Vela sok mikir.
“Udahlah mendingan kita duduk aja dulu. Berat nih tasnya.” Gerutu Mutia.
“Oh iya ya.” Ucap Vela kalem.
Lalu mereka berdua pun duduk.
“Kalo aku saranin gimana kalo korban pertamanya Sekar?” Tanya Vela dengan muka serius,
memecah keheningan.
“Kenapa harus Sekar?” Tanyaku nggak kalah serius.
“Ya karena Sekar kan orangnya gampang baper gitu…” Jawab Vela santai.
“Oke setuju!” Jawabku dan Mutia hampir bersamaan.
“Korban kedua siapa?” Tanyaku.
“Kalo Luna gimana?” Tanya Vela dengan nada nggak yakin.
Luna adalah teman sebangkunya Vela. Orangnya agak aneh dan kalo diajak bicara nggak
nyambung. Tanpa basa basi aku langsung menjawab, “Setuju!”
“Kalo kamu gimana mut?” Tanya Vela.
Dan Mutia pun mengangguk tanda setuju. “Korban ketiga?” Tanyaku lagi.
Ya disini, aku cuma sebagai penanya yang males mikir dan males ngomong banyak. Kayak
pewawancara gitu… eh nggak ya. Dimana mana kan yang namanya pewawancara itu rajin,
tekun, ulet. Dan yang terpentimg mereka pintar dalam hal berbicara. Lho kok kita malah
ngomongin pewawancara sih? Nggak nyambung sama topik yang dibahas. Oke lanjut ke topik.
Beberapa lama kemudian, korban pertama kita datang. Siapa lagi kalo bukan Sekar. Kita bertiga
langsung nyiapin strategi. Vela nyoba ngalihin perhatian Sekar dengan ngobrol ngobrol santai.
Vela duduk di bangku depan Sekar. Di samping Sekar yang masih duduk udah ada aku. Yang
stay sambil pura pura ikut ngobrol. Ketika perhatian dia sudah teralihkan. Aku celingukan
ngeliatin keadaan sekitar. Ngambil sebuah kertas di saku rok dan buka tasnya pelan pelan. Lalu
masukin kertasnya dan tutup lagi dengan pelan pelan. BERHASIL!
Istirahat pertama, Sekar histeris nemuin lipatan kertas. Yang isinya kayak surat cinta aneh gitu.
Tapi lebih kayak ANEH gitu. Diketik, font-nya chiller, dan warna font-nya merah darah:
Hai kamu… salam kenal ya.
Aku pengen kita ketemuan waktu istirahat kedua nanti. Tapi, jangan ajak temen ya. Cukup
BERDUA BERSAMAMU MENGAJARKANKU APA ARTINYA KENYAMANAN
KESEMPURNAAN CINTA… eh maaf aku jadi ngelantur hehe… :v. Ya pokoknya jangan ajak
temen terus ketemuannya di pos satpam aja. BTW, aku ini nge fans berat sama kamu. Tapi,
nggak juga sih sebenernya aku itu orang yang suka sama kamu diam-diam. Udah gitu dulu, aku
tunggu kamu ya… sampe datang!
LOVE YOU… :V
Aku, Vela sama Mutia yang ngeliat secara langsung dari kejauhan Cuma bisa diem nahan
ketawa. Tiba-tiba Sekar nyamperin kita.
“Eh kalian tau nggak yang ngasih surat ini?” Tanya Sekar sambil nunjukin surat itu.
Aku gelagapan. Dan suasana hening sesaat.
“Oh ini?” Suara Vela memecah keheningan. “Tadi pagi waktu kamu belum datang. Ada yang
titip surat ke aku. Katanya sih buat kamu. Mas mas gitu sih, tinggi, pake jaket item, terus pake
kacamata, sama masker gitu. Jadi wajahnya nggak terlalu keliatan. Kayaknya sih anak kelas 8.”
Sambung Vela panjang lebar plus ngasal.
“Iya terus Vela ngasihin surat itu ke aku. Terus aku masukin deh di tas kamu.” Jawabku untuk
menyanggah ucapan Vela.
“Lho kapan kamu masukinnya?” Tanya Sekar heran.
“Itu… waktu tadi Vela masih ngobrol sama kamu kan juga ada Devita di sebelahmu. Masa kamu
nggak liat?” Mutia nyoba ngeyakinin Sekar.
“Oh iya!” Sekar nepuk jidat.
Wajah Sekar langsung aneh, dia senyum-senyum sendiri, terus pergi. Kita langsung ketawa
lepas. Dan bodohnya, Sekar beneran ke pos satpam waktu istirahat kedua. Tungguin aja terus
sampe badan kamu karatan!!!! Mwahahahaha *ketawa setan*.
Sementara korban kedua kita, Ryan malah sempet bikin kita takut gara-gara reaksi dia habis baca
surat itu.
“Apaan sih nih? Kurang kerjaan banget. Aku laporin ke guru BK aja deh.”
Gara-gara itu kita bertiga langsung ngaku sama Ryan, taoi belum sama Sekar.
Korban ketiga kita, Luna malah cuek-cuek aja dan langsung ngebuang surat itu. Terus buat apa
kita ngaku sama dia? Nggak ada gunanya. Ternyata semua saran dari Vela nggak membantu
sama sekali.
Besoknya, Sekar masih penasaran sama surat itu. Lebih tepatnya sama pengirim surat itu. Setiap
ketemu sama aku, dia selalu nanya dengan pertanyaan yang sama: “Dev, sebenernya ini siapa
ya? Bikin aku penasaran aja.” Di dalam hati, aku cuma bisa bergerutu, “Please deh kar! Itu
namanya bukan PENASARAN AJA. Tapi, PENASARAN TINGKAT 235 KALI 5 BAGI 67
KALI 4 KUADRAT MINUS 456 PLUS AKAR 625!”
Setelah beberapa kali dirasuki sama virus “Dev sebenernya ini siapa ya? Bikin aku penasaran
aja.” Akhirnya kita bertiga mengadakan KMPP. Apa itu KMPP? KMPP adalah singkatan dari
Konverensi Meja Persegi Panjang. Setelah berdebat cukup lama, akhirnya kita memutuskan buat
ngaku aja.
Keesokan harinya, ketika istirahat kedua kita langsung nyamperin Sekar yang lagi duduk di
bangkunya sambil senyum-senyum sendiri megang surat itu.
“Sekar…” Sapa kita bertiga.
“Ya?” Jawab Sekar ramah.
“Yang kemaren buat surat itu buat kamu adalah kita bertiga.” Ucap Mutia TO THE POINT.
“Maksudnya?” Tanya Sekar nggak paham.
“Ya kita yang bikin surat itu, kita yang ngejahilin kamu.”
Hening. Sekar memasang muka datar dan dia bingung mau ngomong apa lagi.